Analisis Variasi Suhu Tekan Pada Karakteristik Briket Arang Ampas Tebu sebagai Bahan Bakar Alternatif

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNOLOGI PEMBUATAN BRIKET AMPAS TEBU DAN SERBUK GERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF YANG RAMAH LINGKUNGAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN BRIKET AMPAS TEBU DAN SERBUK GERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF YANG RAMAH LINGKUNGAN

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

ANALISA PROKSIMAT BRIKET BIOARANG CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

Ratna Srisatya Anggraini ( )

Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

OPTIMASI PRODUKSI BIOBRIKET DARI KULIT BUAH KARET

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Briket dari Char Hasil Pirolisa Tempurung Kelapa (Coconut Shells)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

STUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram Kondisi Energi Nasional 2014 (Sumber: Badan Geologi Kementrian Energi Sumber Daya Mineral 2014)

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA, AMPAS TEBU DAN JERAMI

4.1.1 Nilai Kalor (Heating value)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

ANALISIS PEGARUH KOMPOSISI TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET BIOBATUBARA CAMPURAN AMPAS TEBU DAN OLI BEKAS

PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI PADA BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP NILAI KALORI

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN JERAMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Menjadi Briket Arang Menggunakan Kanji Sebagai Perekat

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari

Pengaruh Prosentase Campuran Briket Limbah Serbuk Kayu Gergajian Dan Limbah Daun Kayuputih Terhadap Nilai Kalor Dan Kecepatan Pembakaran

ANALISA PROKSIMAT TERHADAP PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DURIAN DAN KULIT PISANG SEBAGAI BRIKET BIOARANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Randemen Arang Tempurung Kelapa

Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): Jurnal Einstein. Available online

EFFEKTIFITAS BRIKET BIOMASSA. Jl Raya Solo Baki km 2 Kwarasan Grogol Solobaru Sukoharjo. *

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH CANGKANG KAKAO. The Making of Biobriquette from Cocoa Shell Waste ABSTRAK

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. minyak bumi semakin menipis bisa dilihat dari produksi minyak bumi dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 3 No. 1, Januari 2017 ISSN : Briket Arang Berbahan Campuran Ampas Daging Buah Kelapa dan Tongkol Jagung

(Maryati Doloksaribu)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Aditya Kurniawan ( ) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG DAN LIMBAH TEH SEBAGAI BAHAN BRIKET

PENGARUH VARIASI BAHAN PEREKAT TERHADAP LAJU PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi

JURNAL TEKNIK POMITS 1

Yenni Ruslinda, Fitratul Husna, Arum Nabila

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

Ibm Kelompok Tani Kelapa Sawit dan Palawija

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

KARAKTERISTIK CAMPURAN CANGKANG DAN SERABUT BUAH KELAPA SAWIT TERHADAP NILAI KALOR DI PROPINSI BANGKA BELITUNG

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

Pengaruh Penambahan Tongkol Jagung Terhadap Performa Pembakaran Bahan Bakar Briket Blotong (Filter Cake)

Daun Jati Dan Daun Kakao Sebagai Sumber Energi Alternatif

RANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI CAMPURAN BATANG POHON JAGUNG DAN PEREKAT TETES TEBU DALAM PEMBUATAN BRIKET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB III METODE PENELITIAN

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY

STUDI BANDING PENGGUNAAN PELARUT AIR DAN ASAP CAIR TERHADAP MUTU BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH FLY ASH PABRIK GULA DENGAN PEREKAT LUMPUR LAPINDO

Transkripsi:

Analisis Variasi Suhu Tekan Pada Karakteristik Briket Arang Ampas Tebu sebagai Bahan Bakar Alternatif Digdo Listyadi Setyawan, 1 Nasrul Ilminnafik 2, Hary Sutjahjono 3 1,2,3) Program Studi Teknik Mesin Universitas Jember e-mail: 1) digdo_listya@yahoo.co.id ABSTRACT Ketersediaan energi fosil yang makin langka di Indonesia mendorong pemerintah untuk mencari sumber energi alternatif. Oleh karena itu perlu dicari bahan energy alternative lain yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, salah satu energy alternative pengganti bahan bakar minyak dan gas elpiji adalah briket. Ampas tebu adalah limbah padat hasil ekstraksi penggilingan batang tebu. Pada sebuah pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35%-40% dari berat tebu yang digiling. Ampas tebu memiliki karakteristik pembakaran yang masih rendah, nilai kalornya tidak lebih dari 4000 kal/gram. Karakteristik pembakaran dari ampas tebu bisa ditingkatkan dengan proses pirolisis yaitu pemanasan tanpa udara sehingga dihasilkan arang. Pada penelitian tahap pertama, ampas tebu diarangkan dengan proses pirolisis selama 90 menit dengan variasi temperatur 390 ºC. Arang yang dihasilkan ditambahkan perekat tapioka dan air kemudian dicetak menjadi briket dengan tekanan 150 kg/cm 2 pada cetakan silinder berdiameter 1,9 cm dengan variasi suhu tekan pada saat pembuatan briket arang ampas tebu 140 ºC, 170 ºC, dan 200 ºC. Hasil penelitian menunjukkanan bahwa variasi suhu tekan pada saat pembriketan arang ampas tebu mampu meningkatkan nilai kalor briket arang ampas tebu sampai dengan 6245,19 kal/gram. Sedangkan sisa abu yang dihasilkan juga menunjukan semakin tinggi suhu tekan pada proses pembriketan semakin besar persen sisa abunya. Berat briket yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh suhu tekan pada saat pembriketan, semakin tinggi suhu tekan makin berat briket yang dihasilkan. IndexTerms Suhu tekan pembriketan, Sisa abu pembakaran, Berat briket arang ampas tebu. Pendahuluan Ketersediaan energi fosil yang makin langka di Indonesia mendorong pemerintah untuk mencari sumber energi alternatif. Berdasarkan data ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) tahun 2006, pemakaian energi di Indonesia didominasi oleh minyak bumiyaitu sebesar 52,5%, sedangkan penggunaan gas bumi sebesar 19%, batubara 21,5%, air 3,7%,panas bumi 3%, dan energi terbarukan hanya sekitar 0,2% dari total penggunaan energi. Oleh karena itu, apabila terus dikonsumsi dan tidak ditemukan teknologi baru untuk meningkatkan recovery-nya, diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam waktu 23 tahun, gas bumi dalam waktu 62 tahun, dan batubara dalam waktu 146 tahun. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas manusia. Hal iniberarti pula peningkatan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan. Komposisi sampah di negara-negara berkembang seperti Indonesia, didominasi oleh sampah organik, yaitu di atas 70%. Sampah kebun merupakan sampah organik yang mengandung lignoselulosa, misalnya kayu, ranting, daundaunan, rumput, dan jerami (Dewi R.G. and Siagian U., 1992). Jumlah sampah kebun yang melimpah serta penanganannya yang masih sederhana, mendorong timbulnya suatu pemikiran baru untuk meningkatkan nilai gunanya. Komponen lignoselulosa merupakan polimer alami dengan beratmolekul tinggi yang kaya energy sehingga jumlah sampah kebun yang banyak ini SENATEK 2015 Malang, 17 Januari 2015 77

berpotensi sebagai sumber energi (Winaya, N.I. 2010). Sampah kebun yang digunakan sebagai bahan bakar berupa briket (eko-briket) lebih bersifat ramah lingkungan dibandingkan dengan briket batubara (Syamsiro M dan Saptoadi H. 2007). Akan tetapi, nilai kalor yang terkandung di dalamnya lebih rendah, yaitu hanya sebesar 6.513 KJ/kg, setara dengan 1.563,12 kal/g (Husada, T.I., 2008). Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan nilai kalor yang dihasilkandengan cara menambah bahan lain yang memiliki nilai kalor tinggi. Oleh karena itu perlu dicari bahan energy alternative lain yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, salah satu energy alternative pengganti bahan bakar minyak dan gas elpiji adalahbriket. Briket selain murah harganya dibandingkan dengan harga bahan bakar minyak maupun elpiji, juga terbukti memiliki sifat ramah lingkungan. Bahan bakar briket merupakan salah satu alternative yang dapat diambil, dikaren akan pemakaian kompor yang berbahan bakar briket iniakan lebih murah daripada penggunaan kompor yang berbahan bakarminya atau gas (Abdullah, 1980). Bahan yang digunakan untuk membuat briket diharapkan mudah didapat, memiliki nilai kalor cukup tinggi, tidak menimbulkan gas-gas beracun,dan murah harganya serta mudah cara pengolahannya. Ampas tebu adalah limbah padat hasil ekstraksi penggilingan batang tebu. Pada sebuah pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35%-40% dari berat tebu yang digiling. Potensi ampas tebu di Indonesia cukup besar (Winaya, N.I. 2010 ). Menurut data statistik Indonesia tahun 2002, luas tanaman tebu di Indonesia 395.399,44 ha. Jika setiap ha tanaman tebu mampu menghasilkan sekitar 100 ton ampas tebu, maka potensi ampas tebu nasional yang dapat tersedia dari total luas tanaman tebu mencapai 39.539.944 ton/tahun ( http://www.menlh.go.id). Ampas tebu memiliki karakteristik pembakaran yang masih rendah, misalnya nilai kalornya tidak lebih dari 4000 kal/gram (N. Ilminnafik, dkk, 2013). Ampas tebu selama ini banyak digunakan secara langsung dalam pembakaran boiler di industry, misalnya di pabrik gula. Karakteristik pembakaran dari ampas tebu bisa ditingkatkan dengan proses pirolisis yaitu pemanasan tanpa udara sehingga dihasilkan arang (N. Ilminnafik, dkk, 2013 ). Arang aktif merupakan bahan padat berpori yang merupakan hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon (Sudrajat,R. 2003). Hartanto dan Fathul melakukan pirolisis sekam padi dengan variasi suhu 210 0 C, 250 0 C, 300 0 C, 350 0 C, dan 390 0 C dengan waktu operasi 30, 60, dan 90 menit dengan hasil yang diperoleh, nilai kalor optimal diperoleh pada variabel suhu 390 0 C selama 90 menit sebesar 5.609 cal/gram (Hartanto F. P.,Alim Fathul. 2014). Tidak hanya itu, produk limbah ini dapat menjadi energy alternatif yang ramah lingkungan. Penggunaan ampas tebu dan serbuk kayusebagai bahan briket belum dilakukan masyarkat. Untuk itu, dalam penelitian ini kami berkonsentrasi pada campuran ampas tebu dan serbuk kayu yang berasal pabrik gula dan pabrik penggergajian kayu yang selanjutnya dikarbonasi pada suhu 140 0 C- 200 0 C dan memperhatikan latar belakang di atas, kami melakukan penelitian mengenai teknologi pembuatan bahan bakar briket sebagai perwujudan energy alternative bagi masyarakat umumnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu tekan pada proses pembiketan arang ampas tebu terhadap karakteristik pembakaran briket arang ampas tebu serta berat briket. Kendala pembakaran bahan bakar briket adalah masih tinggi sisa abu pembakaran (S. Jamilatun, 2008; dan J. Chaney, 2010), sehingga pada penelitian ini juga telah dihitung karakteristik keduanya pada briket arang ampas tebu. Metodologi Pada penelitian tahap pertama, ampas tebu diarangkan dengan proses pirolisis selama 90 menit dengan variasi temperatur 390 ºC. Arang yang dihasilkan ditambahkan perekat tapioka SENATEK 2015 Malang, 17 Januari 2015 78

dan air kemudian dicetak menjadi briket dengan tekanan 150 kg/cm 2 pada cetakan silinder berdiameter 1,9 cm dengan variasi suhu tekan pada saat pembuatan briket arang ampas tebu 140 ºC, 170 ºC, dan 200 ºC. Komposisi briket arang ampas tebu adalah : 3 gram arang dan 2 gram perekat, serta air 1 cc. Penelitian tahap kedua, briket ampas tebu ditimbang beratnya kemudian dikeringkan, setalah kering kemudian beratnya ditimbang kembali. Karakteristik pembakaran yang dianalisa adalah nilai kalor, dimensi setelah pengeringan dan sisa abu. Nilai kalor briket diukur dengan menggunakan bom kalorimeter. Hasil dan Diskusi Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh variasi suhu tekan pada proses pembriketan arang ampas tebu terhadap karakteristik pembakaran yang meliputi nilai kalor, dimensi ukuran briket dan sisa abu. Pengaruh variasi temperatur tekan pada proses pirolisis ampas tebu terhadap nilai kalor briket ditunjukkan pada Gambar 1. Pada gambar tersebut terlihat bahwa pada variasi suhu tekan pada proses pembriketan arang ampas tebu mempengaruhi nilai kalor yang dihasilkan briket arang ampas tebu, pada rentang suhu 140 0 C sampai dengan suhu 200 0 C, semakin tinggi suhu tekan pada proses pembriketan arang ampas tebu, semakin tinggi nilai kalornya. Pada suhu tekan 140 0 C dihasilkan nilai kalor sebesar 4893,2 kal/gram, pada suhu tekan 170 0 C dihasilkan nilai kalor 6242,49 kal/gram dan pada suhu tekan 200 0 C dihasilkan nilai kalor tertinggi yaitu sebesar 6245,19 kal/gram. Gambar 1. Pengaruh Suhu Tekan pada Nilai Kalor Briket Arang Ampas Tebu Nilai kalor yang dihasilkan briket pada penelitian ini sudah mendekati nilai kalor standar internasional (Hendra dan Winarni, 2003). Nilai kalor tertinggi dari hasil pengujian pembakaran dalam bom kalorimeter pada briket arang ampas tebu dengan variasi suhu tekan, pada penelitian in, dihasilkan pada suhu tekan 200 0 C. Hal ini dikarenakan perbedaan suhu tekan mengakibatkan perbedaan ukuran partikel briket, sebagai akibatnya briket memiliki densitas yang berbeda sehingga mampu membantu menaikkan nilai kalor briket arang ampas tebu tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian S. Jamilatun (2008), semakin besar kerapatan biobriket menyebabkan semakin tinggi pula nilai kalornya. SENATEK 2015 Malang, 17 Januari 2015 79

Pengaruh variasi suhu tekan terhadap sisa abu pembakaran pada penelitian ini seperti ditunjukkan pada gambar 2.Pada gambar tersebut terlihat bahwa variasi suhu tekan pada saat proses pembriketan arang ampas tebu berpengaruh terhadap sisa abu yang dihasilkanya. Pada rentang suhu 140 0 C sampai dengan suhu 200 0 C, semakin tinggi suhu tekan pada proses pembriketan semakin besar persen sisa abunya. Gambar 2. Pengaruh Suhu Tekan pada Sisa Abu Briket Arang Ampas Tebu Pada pembakaran briket arang ampas tebu dengan suhu tekan 140 o C memiliki kandungan sisa abu yang paling sedikit yaitu 6 %, sedangkan pada suhu tekan 200 0 C meniliki nilai sisa abu yang paling tinggi yaitu 14 %. Sisa abu pembakaran ini meningkat seiring peningkatan suhu tekan pada ssat proses pembriketan. Hal ini disebabkan, pada briket dengan suhu tekan 140 o C bentuk briket lebih besar, pori-pori briket lebih besar sehingga pengeringan lebih optimal yang menyebabkan kandungan airnya lebih kecil sehingga waktu pembakaran juga lebih cepat, sehingga sisa abu yang dihasilkan lebih sedikit. Pada briket dengan suhu tekan yang meningkat, maka kerapatan briket juga meningkat sehingga air yang terjebak di dalam briket sulit keluar. Hal ini menyebabkan briket dengan suhu tekan yang lebih tinggi lebih sulit terbakar, sehingga waktu yang diperlukan untuk membakar habis briket (waktu pembakaran) juga relative lebih lama serta abu yang dihasilkannya menjdi lebih banyak. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh S. Jamilatun (2008), dimana cepatnya penyalaan briket disebabkan rendahnya kandungan air dalam briket tersebut dan lamanya penyalaan awal pada briket karena bentuknya yang kompak, rapat, dan berat jenisnya besar, sehingga kandungan airnya masih besar S. Jamilatun, 2008). Pengaruh variasi suhu tekan terhadap berat briket ampas tebu sebelum dikeringkan dan setelah dikeringkan pada penelitian ini seperti ditunjukkan pada gambar 3.Pada gambar tersebut terlihat bahwa variasi suhu tekan pada saat proses pembriketan arang ampas tebu berpengaruh terhadap berat yang dihasilkan.pada rentang suhu 140 0 C sampai dengan suhu 200 0 C, semakin tinggi suhu tekan pada proses pembriketan semakin berat briket yang dihasilkannya. Seperti halnya pada pembahasan sisa abu diatas, suhu tekan berpengaruh terhadap berat briket yang dihasilkan, hal ini dapat terjadi karena, briket dengan proses suhu tekan yang rendah memiliki kadar volatile matter yang lebih besar dibandingkan dengan briket dengan suhu tekan yang tinggi. Briket yang memiliki kadarvolatile matter yang lebih tinggi, dibuktikan briket lebih cepat terbakar habis dan adanya asap saat pengujan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Hendra dan Pari (2000) bahwa kandungan volatile matter yang tinggi menyebabkan asap yang lebih banyak pada saat briket arang dibakar karena adanya reaksi antara karbon monoksida (CO) dengan turunan alkohol yang ada pada arang. Syamsiro dan SENATEK 2015 Malang, 17 Januari 2015 80

Saptoadi (2007) juga menyatakan hal yang sama bahwa laju pembakaran biobriket semakin tinggi dengan semakin tingginya kandungan volatile matter. Gambar 3. Pengaruh Suhu Tekan pada Berat Briket Arang Ampas Tebu yang Dihasilkan Kesimpulan Dari pembahasan di atas bisa disimpulkan bahwa variasi suhu tekan pada saat pembriketan arang ampas tebu yang dilakukan pada penelitian ini mampu meningkatkan nilai kalor briket arang ampas tebu sampai dengan 6245,19 kal/gram. Sedangkan sisa abu yang dihasilkan juga menunjukan semakin tinggi suhu tekan pada proses pembriketan semakin besar persen sisa abunya. Berat briket yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh suhu tekan pada saat pembriketan, semakin tinggi suhu tekan makin berat briket yang dihasilkan. Daftar Pustaka Abdullah, 1980. Energi dan Tingkat Kemajuan Teknologi. Penerbit: Sinar Harapan. Jakarta. Dewi R.G. and Siagian U., 1992. The Potential of Biomass Residues as Energy Sources in Indonesia. H. Saptoadi, 2008, The Best Biobriquette Dimension and its Particle Size, Asian J. Energy Environ., Vol. 9, Issue 3 and 4, hal. 161-175 Hartanto F. P. dan Alim Fathul. 2014. Optimasi Kondisi Operasi Pirolisis Sekam Padi Untuk Menghasilkan Bahan Bakar Briket Bioarang Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang Hendra dan Pari (2000). Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat dan Tekanan Kempa TerhadapKualitas Briket Arang. Puslitbang Hasil Hutan. Bogor Hendra dan Winarni, 2003.Sifat fisis dan kimia briket arang campuran limbah kayu gergajian dan sebetan kayu. Buletin Penelitian Hasil Hutan.21(3) : 211 226. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor Husada, T.I., 2008. Arang Briket Tongkol Jagung Sebagai Energi Alternatif. Laporan PenelitianUniversitas Negeri Semarang. Semarang. J. Chaney, 2010 J. Chaney, Combustion Characteristic of Biomass Briquettes, Thesis, The University of Nottingham N. Ilminnafik, dkk, 2013, N. Ilminnafik, D. L. Setyawan, H. Sutjahjono. M. Darsin, Karakteristik SENATEK 2015 Malang, 17 Januari 2015 81

Termal Briket Ampas Tebu dan Serbuk Gergajian Kayu, Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri, ITENAS Bandung, hal. 38-43 S. Jamilatun, 2008, Sifat-sifat Penyalaan dan Pembakaran Briket Biomassa Briket Batubara, dan Arang Kayu, Jurnal Rekayasa Proses, vol. II, no. 2, hal. 37-40 Sudrajat,R. 2003, Petunjuk Teknik Pembuatan Arang Aktif. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Syamsiro M dan Saptoadi H. 2007. Pembakaran Briket Biomassa Cangkang Kakao Pengaruh Temperatur Preheat,Yogyakarta:Seminar Nasional Teknologi Winaya, N.I. 2010. Co-Firing Sistem Fluized Bed Berbahan Bakar Batubara dan Ampas Tebu. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Udayana Bali. Vol.4.No.2. hal. 180-188 http://www.menlh.go.id/pemanfaatan-ampas-tebu-bagasse-untuk-bahan-baku-pulp-dan-kertasmasih-hadapi-kendala/, diakses 05-12-2013. SENATEK 2015 Malang, 17 Januari 2015 82