BAB I PENDAHULUAN. perjanjian-perjanjian yang bertujuan untuk memperoleh sesuatu barang. Dalam pandangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sering dilakukan ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

FUNGSI PENYERAHAN (LEVERING) SEBAGAI PENGALIHAN HAK MILIK DITINJAU DARI KUH PERDATA

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENYERAHAN (LEVERING) BERDASAR ALAS HAK (TITEL) PERJANJIAN JUAL BELI

BAB II TINJAUAN TENTENG LEVERING SEBAGAI CARA UNTUK MEMPEROLEH HAK MILIK DALAM JUAL BELI MENURUT HUKUM PERDATA

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

BAB II PERJANJIAN MENURUT KUH PERDATA DAN PERJANJIAN MENURUT PENGANGKUTAN. A. Pengertian Perjanjian Dan Syarat Sahnya Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

PENGALIHAN HAK MILIK ATAS BENDA MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUH PERDATA. Oleh : Deasy Soeikromo 1

DALUWARSA PENGHAPUS HAK MILIK DALAM SENGKETA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERJANJIAN JUAL BELI. Selamat malam. Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Perjanjian Jual Beli ya..

BAB II TINJAUAN TENTANG HUKUM PERJANJIAN SEBAGAI ALAS HAK (TITEL) PENGALIHAN HAK MILIK

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB III SURAT KUASA MUTLAK PADA PERJANJIAN JUAL BELI TANAH SEBAGAI DASAR PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH DIHUBUNGKAN DENGAN INSTRUKSI MENTERI DALAM

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

CESSIE SEBAGAI BENTUK PENGALIHAN PIUTANG ATAS NAMA

Lex Crimen Vol. VI/No. 10/Des/201. HAK-HAK KEBENDAAN YANG BERSIFAT JAMINAN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERDATA 1 Oleh: Andhika Mopeng 2

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru

BAB I PENDAHULUAN. berjuta-juta orang yang tersebar di segala penjuru dunia. Internet membantu

JUAL BELI PERJANJIAN TIMBAL-BALIK. Saat terjadinya Jual- Beli 4/7/2014. Perjanjian timbal balik: BarangygmenjadiobyekperjJ-B: Ps.

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

Journal Of Judicial Review

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

PERJANJIAN JUAL BELI RUMAH TIDAK SERTA MERTA DAPAT MEMUTUSKAN HUBUNGAN SEWA MENYEWA ANTARA PEMILIK DAN PENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan suatu perikatan. Perikatan lahir dari sebuah perjanjian, tetapi ada juga

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

Hak Kebendaan Yang Memberi Kenikmatan

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB II TINJAUAN UMUM. rakyat bukan dalam pengertian di jalankan oleh rakyat. 1

BAB III HUTANG PIUTANG SUAMI ATAU ISTRI TANPA SEPENGETAHUAN PASANGANNYA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB III PPAT SELAKU PEJABAT YANG BERWENANG MEMBUAT AKTA PERALIHAN DAN PENDAFTARAN AKTA PERALIHAN HAK ATAS TANAH

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia

UNDANG-UNDANG FIDUSIA NO. 42 TAHUN 1999 MEMBAWA PERUBAHAN DALAM PRANATA JAMINAN RABIATUL SYAHRIAH

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas dan faktor produksi yang dicari oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

BAB III HIBAH DALAM DALAM PASAL 1688 KUH PERDATA. A. Sekilas tentang Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. SUATU PROSES PERALIHAN HAK MILIK KARENA TERJADINYA JUAL BELI 1 Oleh : Reagen A. Maramis 2

BAB I PENDAHULUAN. Pressindo, Jakarta, 2009, hlm Erwin Kallo, Panduan Hukum Untuk Pemilik/Penghuni Rumah Susun, Minerva Athena

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGIKATAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM

07/11/2016 SYARAT DALAM CESSIE. Pengalihan Hak dalam Kontrak (cessie) & Pengalihan Kewajiban (delegasi) CESSIE

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. asal tidak melanggar ketentuan Undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN. Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie.

BAB III KEABSAHAN JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN OLEH BUKAN PEMILIK TANAH. 1. Jual Beli Hak Atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebutan SV UGM terbentuk berdasarkan Peraturan Rektor UGM No.

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap persepsi yang berbeda, perbedaan-perbedaan tersebut dapat pula

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan

BAB I PENDAHULUAN. Hak-hak atas tanah di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari UU No 56 tahun 1960

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB II PENENTUAN LAHIRNYA HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN PADA HIBAH WASIAT YANG DAPAT DIKENAKAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB II KARAKTERISTIK PINJAM PAKAI PADA PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D

Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015. MENGGADAIKAN HAK ATAS TANAH MENURUT SISTEM HUKUM ADAT DI INDONESIA 1 Oleh: Balgis Lapadengan 2

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur oleh undang - undang termasuk dalam hal pengikatan antara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia senantiasa mengadakan hubunganhubungan hukum seperti mengadakan transaksi-transaksi ataupun perjanjian-perjanjian yang bertujuan untuk memperoleh sesuatu barang. Dalam pandangan hukum barang atau benda dapat dikategorikan atas barang atau benda bergerak, barang atau benda tidak bergerak dan barang atau benda tak bertubuh atau tak berwujud. Dalam mengadakan transaksi atau perjanjian yang bertujuan untuk memperoleh sesuatu barang atau benda tersebut sudah seogianya haruslah dibuat sesuai dengan hukum agar perbuatan tersebut sah secara hukum sehingga perolehan dan kepemilikan atas barang atau benda itu sah menurut hukum. Dalam perjanjian yang bermaksud untuk memperoleh sesuatu barang atau benda tersebut akan diikuti dengan perbuatan berupa menyerahkan dan menerima atas sesuatu barang atau benda di antara kedua belah pihak perbuatan mana dalam hukum disebut penyerahan atau levering. Dalam bahasa sehari-hari atau dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat khususnya yang berkaitan dengan hubungan-hubungan hukum maka istilah penyerahan ini diartikan secara umum yaitu berupa pemindahan penguasaan pisik atas suatu benda tertentu dari seseorang kepada orang lain dalam arti tidak selalu dimaksudkan pemindahan hak kepemilikan atas benda dimaksud. Pengertian yang demikian itu tidak sama persis dengan pengertian menurut hukum perdata, karena dalam pengertian hukum perdata penyerahan itu dimaksudkan adalah suatu

momentum peralihan hak atas suatu benda dari seseorang kepada orang lain yang menerimanya. Jadi dalam artian hukum bahwa penyerahan itu tidak semata-mata peralihan penguasaan secara pisik atas suatu benda tetapi yang lebih hakiki adalah dimana penyerahan itu merupakan perpindahan hak kepemilikan atas suatu benda dari seseorang kepada orang lain. Bahkan secara hukum dapat terjadi bahwa dengan penyerahan ini hak kepemilikan atas bendanya telah berpindah dari seorang kepada orang lain tetapi secara pisik benda tersebut masih tetap dipegang (dikuasai) atau belum berpindah karena ada kesepakatan lain diantara kedua belah pihak. Hal ini dalam istilah hukum disebut Constitutum possessorium. Penyerahan sebagai perbuatan pengalihan hak milik atas suatu benda dari seseorang pemilik semula kepada orang lain dalam sistim hukum perdata Indonesia dapat ditemukan dasar hukumnya dalam Pasal 584 KUHPerdata. Pasal 584 KUHPerdata menyatakan : Hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan, karena daluwarsa, karena pewarisan baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat dan karena penunjukan atau penyerahan atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu. Dari ketentuan Pasal 584 KUHPerdata tersebut di atas jelas mengatur bahwa penyerahan (levering) adalah salah satu cara memperoleh hak milik atas sesuatu benda, di samping cara-cara lainnya yang telah diatur secara limitatif cara perolehan hak milik atas sesuatu benda tersebut. Bahkan dari cara-cara perolehan hak milik yang diatur dalam Pasal 584 KUHPerdata tersebut maka yang terpenting dan bahkan yang sering terjadi di masyarakat cara perolehan hak milik itu adalah dengan cara penyerahan (levering).

Vollmar 1 berpendapat bahwa cara-cara untuk mendapatkan eigendom dalam Pasal 584, yang terpenting adalah penyerahan dan diatur dalam Pasal 612-618 KUHPerdata. Subekti 2 mengemukakan; Penyerahan yang sering juga disebut dengan istilah levering atau overdracht mempunyai dua arti. Pertama perbuatan yang berupa penyerahan kekuasaan belaka ( feitelijke levering ). Kedua perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan hak milik kepada orang lain (juridische levering ). Kedua pengertian tersebut akan tampak lebih jelas dalam pemindahan hak milik atas benda tak bergerak, karena pemindahan hak milik atas benda itu tak cukup hanya dilakukan dengan pengalihan/pengoperan kekuasaan atas bendanya tetapi harus dibuat surat penyerahan yang disebut akte van transport dan harus didaftar di lembaga pendaftaran yang diperuntukkan untuk itu. Perbuatan penyerahan atas sesuatu benda bukanlah suatu perbuatan yang berdiri sendiri melainkan merupakan suatu perbuatan yang mengikuti perbuatan yang mendahuluinya yang disebut sebagai peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 584 KUHPerdata tersebut di atas yang menyatakan bahwa berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu. Dari ketentuan pasal tersebut di atas jelas disyaratkan ada 2 (dua) hal yang menjadi syarat utama dari penyerahan tersebut yaitu : 1. bahwa penyerahan itu haruslah berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik dan 2. dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas atas kebendaan itu. 1 H.F.A.Vollmar I., Hukum Benda, Tarsito, Bandung, 1987, hal 98. 2 R.Subekti I., Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT.Intermasa, Jakarta, 1980, hal 71.

Peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik tersebut dimaksudkan adalah perbuatanperbuatan hukum berupa perjanjian yang bermaksud untuk memindahkan hak milik seperti perjanjian jual beli, perjanjian tukar-menukar, perjanjian hibah. Perbuatan-perbuatan hukum yang demikian inilah yang menjadi dasar atau alas hak pemindahan hak milik. Penyerahan itu dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas dimaksudkan bahwa orang yang akan menyerahkan atau mengalihkan hak milik atas sesuatu benda tersebut harus orang yang berkuasa atau berhak untuk memindahkan/mengalihkan yaitu sebagai seorang pemilik ataupun seorang yang diberi kuasa untuk itu. Subekti 3 menyatakan bahwa menurut sistem BW, suatu pemindahan hak terdiri atas dua bagian. Pertama suatu obligatoire overeenkomst dan kedua suatu zakelijke overeenkost. Yang dimaksud dengan yang pertama, ialah tiap perjanjian yang bertujuan memindahkan hak itu, misalnya perjanjian jual beli atau pertukaran, sedangkan yang kedua, ialah pemindahan hak itu sendiri. Mengingat dalam suatu pemindahan hak milik atas sesuatu benda ada 2 (dua) tahap atau perbuatan yang dilakukan yaitu tahap yang disebut sebagai obligatoire overemkomst dimana pada tahap ini baru menimbulkan/ melahirkan hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak misalnya dalam perjanjian jual beli pihak penjual berkewajiban untuk menyerahkan barang yang dijualnya kepada si pembeli. Hak milik atas barang itu belum berpindah kepada sipembeli sepanjang belum dilakukan penyerahan oleh penjual kepada pembeli. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1459 KUHPerdata. Pasal 1459 KUHPerdata yang menyebutkan : 3 Ibid.

Hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada sipembeli, selama penyerahannya belum dilakukan menurut Pasal 612,613 dan 616. Tahap selanjutnya adalah perbuatan pemindahan hak milik yang disebut penyerahan (levering). Pada tahap ini pihak-pihak seolah-olah bersepakat lagi yaitu untuk memindahkan hak milik, tahap ini disebut perjanjian kebendaan (zakelijke overemkomst). Dalam hubungan ini adalah penting khususnya dalam jual beli benda tak bergerak apakah pembalikan nama tergantung pada sah tidaknya perjanjian obligatoir? Ataukah harus dipandang terlepas dari perjanjian obligatoir tersebut. Pertanyaan ini penting khususnya bagi pihak ketiga, karena ada kemungkinan suatu perjanjian jual beli suatu saat dibatalkan karena ternyata orang yang telah menjual benda yang telah diserahkan tersebut, ternyata orang yang tidak berhak menjual benda tersebut, sedangkan benda itu oleh pembeli pertama telah menjualnya dan menyerahkannya kepada pihak ketiga. Mengingat penyerahan (levering) tersebut adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan hak milik atas sesuatu barang, maka persoalan penyerahan (levering) menjadi sesuatu hal yang sangat essensial terutama menyangkut keabsahannya, selain itu bahwa penyerahan (levering) adalah merupakan perbuatan lanjutan dari perbuatan yang bermaksud memindahkan hak milik yaitu berupa perjanjian seperti jual-beli, tukar-menukar dan penghibahan, maka keabsahan dari penyerahan itu sendiri sudah barang tentu terkait dengan keabsahan perjanjian dimaksud. Hal inilah yang mendasari sehingga penulis tertarik untuk membahas topik ini dan menjadikannya menjadi judul skripsi.

B. Perumusan Masalah. Dari apa yang dikemukakan dalam latar belakang pemilihan judul tersebut di atas menunjukkan bahwa persoalan penyerahan (levering) adalah sesuatu yang urgen mengingat fungsi penyerahan adalah momentum peralihan hak milik. Oleh karenanya agar pembahasan skripsi ini lebih terarah dan tidak bias maka ada baiknya penulis membatasi masalah yang akan ditelaah. Adapun pokok permasalahan yang akan menjadi fokus bahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah yang menjadi alas hak atau titel dari penyerahan (levering) tersebut?. 2. Bagaimanakah syarat-syarat dan tatacara penyerahan (levering) tersebut? 3. Sistim apakah yang dianut dalam KUHPerdata berkaitan dengan fungsi penyerahan (levering) tersebut? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan. Adapun pembahasan tentang penyerahan (levering) ini dimaksudkan adalah untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program studi jenjang S1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, maka sebagai karya ilmiah sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan tersebut di atas, pembahasan ini bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui secara jelas tentang apa yang menjadi alas hak atau titel dari penyerahan (levering) tersebut sehingga peralihan hak milik atas sesuatu benda tersebut sah secara hukum. 2. Untuk mengetahui secara jelas mengenai syarat-syarat dan tata-cara agar pengalihan hak milik atas sesuatu benda tersebut sah secara hukum.

3. Untuk mengetahui secara jelas mengenai sistem yang dianut KUHPerdata tentang fungsi penyerahan (levering), mengingat sistem penyerahan (levering) tersebut terdapat beberapa sistem yang dianut di berbagai sistem hukum yang ada. Adapun manfaat penulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis yaitu menjadi bahan untuk menambah wawasan penulis sendiri maupun rekan-rekan mahasiswa sehingga pemahaman akan penyerahan (levering) menjadi lebih luas. Selain itu pembahasan ini diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis bagi masyarakat pada umumnya akan aspek hukum dari penyerahan mengingat penyerahan di dalam sistem hukum perdata merupakan suatu perbuatan hukum yang menentukan beralihnya hak kepemilikan atas suatu benda yang didasarkan pada perjanjian-perjanjian tertentu yang bermaksud untuk memindahkan hak milik atas sesuatu benda. D. Keaslian Penulisan Sepanjang yang penulis ketahui dan berdasar atas pemeriksaan pada perpustakaan, mengenai judul skripsi ini yaitu fungsi penyerahan (levering) sebagai pengalihan hak milik ditinjau dari KUHPerdata, tidak ada judul yang sama yang ditulis oleh rekan-rekan mahasiswa yang telah menyelesaikan skripsinya, dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan sekiranyapun ada yang menulis tentang penyerahan (levering) namun pokok masalah yang dibahas kemungkinan berbeda.

E. Tinjauan Pustaka Penyerahan adalah merupakan cara memperoleh hak milik yang penting dan yang paling sering terjadi di masyarakat. Penyerahan ini merupakan lembaga hukum yang hanya dikenal khusus dalam sistem hukum perdata. H.F.A.Vollmar 4 mengemukakan arti dari perkataan penyerahan yang dipergunakan oleh undang-undang, dibedakan atas penyerahan nyata (feitelijke levering) yaitu penyerahan pengusaan nyata atas suatu benda. Selain penyerahan nyata terdapat penyerahan yuridis (juridische levering) yaitu perbuatan hukum pada mana atau dengan mana hak eigendom diserahkan. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan 5 menyebutkan yang dimaksud dengan penyerahan itu; penyerahan suatu benda oleh pemilik atau atas namanya kepada orang lain, sehingga orang lain ini memperoleh hak milik atas benda itu. Dengan demikian penyerahan menurut sistem KUHPerdata adalah merupakan suatu perbuatan hukum untuk memindahkan hak milik, namum perbuatan hukum penyerahan ini haruslah didasarkan atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik yang disebut alas hak, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 584 KUHPerdata yang menyatakan bahwa berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik dan dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu. Dan yang merupakan alas hak yang bermaksud memindahkan hak milik tersebut menurut KUHPerdata adalah perjanjian jual beli, tukarmenukar dan perjanjian hibah. 4 H.F.A.Vollmar I., op-cit, hal 93. 5 Sri soedewi Maschoen Sofwan., Hukum Benda., Liberty, Yogyakarta, 1981, hal 67.

Berdasar Pasal 584 KUHPerdata disebut bahwa dalam sistem KUHPerdata penyerahan (levering) itu merupakan lembaga hukum ataupun merupakan suatu perbuatan hukum memindahkan hak milik. Dalam sistem hukum perdata yang lain misalnya Perancis tidak mengenal lembaga penyerahan ini. Sistem hukum yang terbanyak diikuti ialah yang menganut sistem Code Civil, yaitu perpindahan hak atas barang itu terjadi pada saat penutupan perjanjian sedangkan penyerahan merupakan suatu feitelijk-daad saja. Bahwa apa yang diserahkan itu adalah benda dalam arti kepemilikan atas suatu benda beralih dari seseorang kepada orang lain yang menerimanya. Adapun yang dimaksud dengan hak milik menurut KUHPerdata adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain, kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti-rugi (Pasal 570 KUHPerdata). F. Metoda Penulisan. Sebagai suatu karya ilmiah dalam bentuk skripsi maka agar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah sudah barang tentu penyajiannya didasarkan atas metoda ilmiah pula. Dalam pembahasan ataupun penyajian skripsi ini dipergunakan metoda penelitian hukum normatif, maka dalam rangka pengumpulan bahan guna mendukung pembahasan atas masalah sebagaimana dikemukakan di atas maka dipergunakan metoda kepustakaan (Library research)

yaitu dengan mempedomani buku-buku kepustakaan serta peraturan perundang-undangan yang ada kaitan dengan masalah yang dibahas. G. Sistimatika Penulisan. Penulisan skripsi ini dibuat atas beberapa Bab dan masing-masing Bab di perinci atas subsub bab sebagai berikut : Bab I Tentang Pendahuluan yang menguraikan latar belakang pemilihan judul, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat pembahasan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan serta kerangka isi. Bab II Tentang hukum perjanjian sebagai alas hak (titel) pengalihan hak milik yang meliputi pembahasan mengenai pengertian perjanjian, syarat-syarat sahnya perjanjian, mengenai obligatoire overeenkomst dan zakelijke overeenkomst, tentang asas-asas perjanjian dan beberapa perjanjian yang menjadi alas hak pengalihan hak milik. Bab III Tentang Penyerahan pada umumnya yang meliputi pengertian penyerahan, feitelike levering dan yuridische levering, sistem penyerahan serta membahas mengenai hak milik yang meliputi pengertian hak milik, cara memperoleh hak milik, peralihan hak milik serta hak milik menurut KUHPerdata dan UUPA. Bab IV Menguraikan Penyerahan (levering) sebagai pengalihan hak milik ditinjau dari KUHPerdata yang meliputi syarat sahnya penyerahan, tatacara penyerahan dan fungsi penyerahan sebagai pemindahan hak milik. Bab V Kesimpulan dan saran.