PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BAWANG TIWAI TERHADAP HISPATOLOGI GINJAL MENCIT ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
UJI TOKSISITAS AKUT DAN SUBAKUT PADA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BAWANG TIWAI (Eleutherine Americana Merr.) ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

BAB I PENDAHULUAN. rutin, dengan waktu dan cara yang tepat. 2 Kebiasaan menyikat gigi, terutama

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sasaran utama toksikasi (Diaz, 2006). Hati merupakan organ

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

UJI TOKSISITAS SUB KRONIS DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata.l) TERHADAP HATI DAN GINJAL PADA MENCIT PUTIH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Identifikasi sampel

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan pewarna saat ini memang sudah tidak bisa dipisahkan dari

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kedondong hutan (Spondias pinnata), suku Anacardiaceae,

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK BATANG BROTOWALI (Tinospora crispa (L.) Hook.f. & Thomson) DENGAN DATA HISTOPATOLOGI GINJAL PADA MENCIT

Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati Agustin Cahyaningrum

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

EFEK HEMOSTATIS EKSTRAK METANOL DAUN SISIK NAGA (Drymoglossum Piloselloides Presl.) PADA TIKUS JANTAN (Rattus norvegicus L.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1

BAB 1 PENDAHULUAN. ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea Balsamifera L.) TERHADAP MENCIT PUTIH

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

BAB III METODE PENELITIAN

PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,

AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

EFEKTIVITAS ANTIINFLAMASI FRAKSI AIR EKSTRAK DAUN SEMBUKAN (Paederia foetida L.) PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus) ABSTRAK

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica L.)

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

EFEK DIURETIK DAN DAYA LARUT BATU GINJAL DARI EKSTRAK DAUN MANGKOKAN (Nothopanax scutellarium. Merr)

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KEJIBELING (Strobilanthes crispus Linn) TERHADAPA PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus)

Yuni Haryati Sisilia, Novi Febrianti, Risanti Dhaniaputri

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau) PADA MENCIT SKRIPSI OLEH: DEWI IRA PUSPITA NIM

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber alami dan industri. Salah satu sumber utama fluorida ada pada air

UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SEPAT (Mitragyna speciosa) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus Musculus)

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. budaya di dalam masyarakat Indonesia. Sebab, obat-obatan tradisional lebih

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR DAN GINJAL PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan the post test only control group design karena pengukuran. dilakukan sesudah perlakuan pada hewan coba.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

Uji toksikopatologi hati dan ginjal mencit pada pemberian ekstrak Pauh Kijang (Irvingia malayana Oliv ex A. Benn)

HOTMARIA RAHAYU SITUMORANG PEMBUATAN DAN EVALUASI SIMPLISIA BAWANG TIWAI (ELEUTHERINE AMERICANA (AUBL.) MERR)

PENGARUH PROTEKTIF PEMBERIAN MADU PERSONDE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI METANOL

EFEK EKSTRAK METANOL DAUN SALAM (SYZYGIUM POLYANTHUM) TERHADAP PERUBAHAN UKURAM BATU GINJAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BAWANG TIWAI TERHADAP HISPATOLOGI GINJAL MENCIT Yurika Sastyarina Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda Kalimantan Timur Tel/Fax. : (0541) 73949, email : ureeqa@gmail.com ABSTRACT The ethanolic extract from the bulb of Eleutherine americana was investigated for subacute toxicity in Balb/C male mice. The parameter used on this research is kidney histophatological. During subacute toxicity study, bulb plant (0.52, 0,26 and 5.2 mg/kg b.wt) p.o. once daily for 30 days. The animals were sacrificed on the 30 th day and the kidney were processed for histophatological. The result of descriptive observation histophatological in kidney shows there is inflammation in glomerulus with 2.6 mg/kg b.wt and 5.2 mg/kg b.wt dosage. There is oedem in tubulus for dosage given in In tubulus 0.52, 0,26 and 5.2 mg/kg b.wt Keyword : bulb, Eleutherine americana, histophatological, kidney, mice ABSTRAK Telah dilakukan penelitian toksisitas subakut pada ekstrak etanol umbi bawang tiwai (Eleutherine americana (Aubl.). Merr) dari mencit jantan. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah hispatologi ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hispatologi dari ginjal yang telah diberi ekstrak etanol bawang tiwai dengan dosis 0,52 mg/kgbb, 2,6 mg/kgbb, dan 5,2 mg/kgbb pada uji toksisitas subakut dengan pemberian berulang setiap hari sekali selama 30 hari. Hasil pengamatan deskriptif hispatologi terhadap ginjal menunjukkan bahwa pada dosis 0,52 mg/kgbb terjadi inflamasi pada glomerulus dan pada dosis 2,6 mg/kgbb, dan 5,2 mg/kgbb terjadi perdarahan. Sedangkan pada dosis 0,52 mg/kgbb, 2,6 mg/kgbb, dan 5,2 mg/kgbb pada tubulus terjadi oedem. Kata Kunci : Umbi, Eleutherine Americana, hispatologi, ginjal, mencit. PENDAHULUAN Umbi bawang tiwai (Eleutherine americana (Aubl.). Merr) merupakan obat herbal tradisional yang digunakan oleh sebagian masyarakat di daerah Kalimantan dalam bentuk segar. Bawang tiwai ini merupakan sejenis bawang-bawangan, yang tumbuh liar di hutan pedalaman Kalimantan (Mangan, 2005). Efek penggunaan umbi bawang tiwai secara tradisional dan secara ilmiah sudah lama berkembang. Masyarakat suku dayak di daerah Kalimantan mempercayai bawang tiwai sebagai obat untuk revitalisasi tubuh, mengobati luka, dan yang paling besar pengaruhnya yakni sebagai obat anti diabetes. Banyaknya masyarakat yang mengonsumsi secara rutin bawang tiwai per harinya tanpa mengetahui efek apa saja yang ditimbulkan khususnya pada organ manusia dan belum ada penelitian yang menjelaskan lebih rinci tentang efek bawang tiwai terhadap organ jika J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 2. No. 1. 62

dikonsumsi secara berlebihan. Pada penelitian ini penegasan keamanannya kembali dengan uji toksisitas subakut dan pengamatan pengaruhnya terhadap histologi ginjal hewan uji. Uji toksisitas subakut sebagai bagian dari uji toksisitas jangka panjang (longterm toxicity) bertujuan untuk mendapatkan data tentang keracunan obat atau bahan (kimia) yang digunakan secara sengaja atau secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh berulang kali, dalam jangka waktu yang lama. Salah satu organ penting dalam pengamatan toksisitas adalah ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat efisien dalam proses eliminasi zat-zat toksik dari tubuh. Aliran darah ke ginjal yang tinggi dan peningkatan konsentrasi produk yang diekskresi diikuti reabsorpsi air dari cairan tubulus merupakan faktor utama yang terlibat dalam mempengaruhi kepekaan ginjal terhadap zat-zat toksik (Hodgson, E., 2004). Bagian tubulus proksimalis paling mudah mengalami kerusakan akibat ischemia dan zat toksik karena terjadinya proses sekresi dan reabsorbsi sehingga kadar zat toksik lebih tinggi (Lu, 1995). Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengamatan perubahan patologi hati dan ginjal akibat pemberian ekstrak etanol bawang tiwai. pada mencit dengan berbagai dosis. METODE a. Bahan Bahan yang diteliti pada penelitian ini adalah, umbi bawang tiwai (Eleutherine americana Merr) yang tumbuh di daerah Kadrie Oening Kota Samarinda. Bagian yang digunakan dalam penelitian adalah umbi bawang tiwai yang segar. Kegiatan pada tahap persiapan adalah mempersiapkan umbi bawang tiwai. Sebanyak 2 kg umbi bawang tiwai segar dipisahkan dari daunnya, dipilih yang tidak lembek. Kemudian umbi bawang tiwai dicuci bersih dengan air, selanjutnya dirajang, dan dikeringkan tanpa terpapar sinar matahari langsung. a. Ekstraksi Selanjutnya sebanyak 766 g umbi bawang tiwai kering yang telah dirajang, diekstraksi menggunakan metode maserasi, dengan pelarut etanol 96 %.. Kemudian ekstrak cair hasil maserasi akan dipekatkan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Sisa pelarut selanjutnya diuapkan di atas water bath untuk memperoleh ekstrak kental pekat 45,74 g. Selanjutnya dilakukan penyiapan larutan uji. Dosis yang dipakai pada penelitian didasarkan pada dosis lazim standar ekstrak umbi bawang tiwai terhadap mencit yaitu 0,52 mg/20 g bb, yang merupakan dosis rujukan untuk penelitian uji toksisitas pada mencit ini (Sa roni, dkk., 1990) c. Penyiapan Hewan Uji Tahap ini termasuk kegiatan mempersiapkan 40 ekor mencit jantan dewasa berusia 2-3 bulan dengan berat 20-30 gram sebagai objek penelitian. Hewan uji dikelompokkan berdasarkan berat badan. Sebanyak 40 ekor mencit dikondisikan sebaik mungkin dengan ditempatkan pada suhu laboratorium, dan diberi pakan dengan pakan mencit (pellet), serta diberi minum. Mencit yang akan digunakan diadaptasikan dengan lingkungan minimal 1 minggu. Sebelum perlakuan semua mencit ditimbang untuk mengetahui berat badan sehingga mempermudah pengaturan dosis. J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 2. No. 1. 63

e. Pemilihan Dosis Pada tahap pengujian, dosis yang dipakai pada penelitian didasarkan pada dosis lazim standar ekstrak umbi bawang tiwai terhadap tikus yaitu 4,8 mg/100g bb, yang merupakan dosis rujukan untuk penelitian identifikasi aktivitas ekstrak umbi bawang tiwai dalam menurunkan kadar gula darah (Sa roni, dkk, 1990). Sehingga dosis masing masing kelompok perlakuan pada pengujian ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Dosis masing masing kelompok perlakuan Kelompok Kontrol (-) Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III Dosis Pemberian Diberi suspensi CMC-Na 0,52 mg/20 g bb 2,6 mg/20 g bb 5,2 mg/20 g bb f. Pembuatan preparat hispatologi dan analisis data Setelah pemberian sampel uji selesai, hewan dikorbankan 48 jam setelah pemberian sampel uji kemudian organ ginjal diambil dan dibersihkan. Jaringan kemudian dipreparasi dengan melakukan fiksasi menggunakan neutral buffered formalin dan dibuat sediaan yaitu dengan pewarnaan Hematoxyline Eosin terhadap organ untuk mengetahui keadaan sitologinya serta tingkat kerusakan berdasarkan dari pengamatan pada glomerulus dengan pemberian skor 1 untuk normal, 2 untuk inflamasi dan 3 untuk perdarahan. Pada tubulus pemberian skor 1 untuk normal, 2 untuk oedem, 3 untuk perdarahan dan 4 untuk nekrosis. HASIL DAN PEMBAHASAN Bawang tiwai (Eleutherine americana (Aubl.). Merr) merupakan obat herbal tradisional yang digunakan sebagian masyarakat di daerah Kalimantan dalam bentuk segar. Masyarakat suku dayak lebih mengenal umbi ini dengan sebutan bawang tiwai atau bawang dayak yang selama ini memanfaatkan tanaman ini untuk mengatasi berbagai penyakit salah satunya adalah diabetes (Mangan, 2005). Mengingat penggunaan dimasyarakat dalam bentuk ekstrak air maka perlu dilakukan penelitian untuk menguji keamanan dari suatu bahan salah satunya dengan uji toksisitas. Toksisitas adalah kemampuan suatu toksikan untuk menimbulkan kerusakan atau kelainan terhadap fungsi suatu sistem biologis. Salah satu bagian uji toksisitas untuk jangka panjang adalah uji toksisitas subakut. bertujuan untuk mendapatkan data tentang keracunan obat atau bahan (kimia) yang digunakan secara sengaja atau secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh berulang kali, dalam jangka waktu yang lama. Apakah obat atau bahan yang diteliti dapat menimbulkan lesi atau cedera pada tubuh, organ apa saja yang rentan dan mudah terkena, bagaimana sifat lesi (reversible ataukah irreversible), dan mulai dosis berapa efek toksik tersebut mulai tampak. Salah satu organ penting dalam pengamatan uji toksisitas adalah ginjal. Ginjal juga menjadi organ utama yang terkena efek toksisitas jika tubuh terpapar zat toksik. Ginjal merupakan organ ekskresi utama yang penting untuk mengeluarkan zat-zat toksik yang masuk kedalam tubuh (Guyton dan Hall, 2007). J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 2. No. 1. 64

Aliran darah ke ginjal yang tinggi dan peningkatan konsentrasi produk yang diekskresi diikuti reabsorbsi air dari cairan tubulus merupakan faktor utama yang terlibat dalam mempengaruhi kepekaan ginjal terhadap zat-zat toksik (Hudgson dan Levi, 2004). Fungsi utama ginjal adalah mengeluarkan limbah metabolisme, memusnahkan bahan toksik, mengatur cairan, garam, keseimbangan asam basa, serta mengatur tekanan darah (Dellman dan Brown 1992). Selain itu ginjal berfungsi memekatkan toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui tubulus. Pada perlakuan selama 30 hari didapatkan bahwa kelompok kontrol, tidak ada mencit yang mati; perlakuan dosis 0,52 mg/kg BB, 5 mencit yang mati, dosis 2,6 mg/kg BB 8 mencit yang mati; dan perlakuan 5,2 mg/kg BB 8 mencit yang mati. Hasil pemeriksaan histopatologi organ pada hewan uji setelah pemberian peroral ekstrak etanol bawang tiwai berbagai dosis menunjukkan adanya perubahan pada tingkat seluler dari organ ginjal dimana pengamatan dilakukan pada bagian glomerulus dan bagian tubulus yang menunjukkan adanya perubahan antara kelompok kontrol negatif dan kelompok perlakuan. Perubahan yang terjadi meliputi adanya inflamasi, oedem dan perdarahan (gambar 2). Gambar 1 merupakan jaringan ginjal normal. Jaringan ginjal normal dapat dilihat dari keadaan inti sel, keadaan sitoplasma, tidak rusak. Inti sel terlihat berupa titik-titik berwarna biru tua. Glomerulus dan tubulus dalam keadaan normal. Glomerulus yang normal memiliki permeabilitas yang tinggi sehingga tidak mudah dilewati oleh molekul-molekul protein berukuran besar. Selain itu, tekanan osmotik yang cairan intertisium yang rendah menyebabkan hanya sedikit protein yang dapat lolos menembus kapiler. Pada dosis 2,6 mg/kg BB dan dosis 5,2 mg/kg BB ditemukan perdarahan pada glomerulus (gambar 2). Hal ini merupakan dampak dari kerusakan secara morfologis, yang ditandai dengan terjadinya inflamasi dan diduga terjadi pada peningkatan dosis dari ekstrak bawang tiwai. Menurut Confer dan Panciera (1995), kerusakan yang terjadi sering disebabkan oleh adanya deposisi immun kompleks, trombosis, emboli, dan infeksi virus pada komponen glomerulus. Kerusakan dapat menyebabkan berbagai dampak baik secara morfologi maupun fungsional.. Rusaknya glomerulus secara fungsional ditandai dengan berkurangnya perfusi aliran darah, lolosnya protein dan makromolekul lain dalam jumlah yang besar pada filtrat glomerulus. Kerusakan pada glomerulus juga dapat berupa atrofi dan fibrosis sehingga menyebabkan atrofi sekunder pada tubulus renalis. Pada tubulus proksimal hanya ditemukan adanya oedem, tidak terdapat perdarahan dan nekrosis sel epitel proksimal sehingga kerusakan yang didapat minimal. Edema terlihat dari perenggangan antar tubulus yang terjadi karena rendahnya tekanan osmotik diluar sel menyebabkan cairan masuk ke dalam sel. Edema intraseluler dapat terjadi pada jaringan yang meradang. Peradangan biasanya mempunyai efek yang langsung pada membran sel yaitu meningkatkan permeabilitas, memungkinkan natrium dan ion-ion lain berdifusi masuk ke dalam sel dengan diikuti osmosis air ke dalam sel. Sel-sel yang mengalami degenerasi berbutir, peradangan, akan mengalami nekrosis (kematian sel) akibat adanya reaksi terhadap zat kimia dalam hal ini zat toksik umbi bawang tiwai. J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 2. No. 1. 65

Gambar 1. Hispatologi ginjal normal Gambar 2. Hispatologi ginjal yang mengalami inflamasi dan perdarahan Tabel 2. Perubahan pada glomerulus Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1x dosis 0 0 1 1 1 5x dosis 0 2 10x dosis 2 2 Keterangan : 0 = normal 1 = inflamasi 2 = perdarahan 3 = nekrotik Tabel 3. Perubahan pada tubulus Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1x dosis 0 0 0 1 1 5x dosis 1 1 10x dosis 1 1 Keterangan : 0 = normal 1 = oedem 2 = perdarahan 3 = nekrotik J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 2. No. 1. 66

KESIMPULAN a. Ekstrak bawang tiwai (Eleutherine americana (Aubl.). Merr) yang diberikan mencit jantan selama 30 hari pada dosis 0,52 mg/20 g BB menyebabkan inflamasi pada glomerulus sedangkan dosis 2,6 mg/20 g BB dan 5,2 mg/20 g BB menyebabkan perdarahan pada glomerulus. b. Ekstrak bawang tiwai (Eleutherine americana (Aubl.). Merr) yang diberikan mencit jantan selama 30 hari pada dosis 0,52 mg/20 g BB, 2,6 mg/20 g BB dan 5,2 mg/20 g BB menyebabkan oedem pada tubulus UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih diucapkan kepada UP Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman yang telah membiayai penelitian ini DAFTAR PUSTAKA 2. Cotran RS. Ginjal dan sistem penyalurannya. In: Robbins SL, Kumar V. Staf Pengajar Laboratorium Patologik Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, editor. Buku ajar patologi II. 4th ed. Jakarta: EGC, 1995; p. 203-04 3. Hodgson E, Levi PE. Nephrotoxicity. In: Hodgson E, editor. A Textbook of modern toxicology, 3rd ed. New York: John Wiley & Sons, 2004; p. 273-75. 4. Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar. Edisi ke- 2. UI Press. Jakarta 5. Mangan, Yellia., 2005, Cara Bijak Menaklukan Kanker, Agromedia Pustaka ; Jakarta 6. Price S, Wilson L. 1995, Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit buku 1, edisi keempat. Jakarta: EGC; 7. Widyati, T.W., 2011, Efek Ekstrak Umbi Bawang Tiwai (Eleutherina americana Merr), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, tidak dipublikasikan. 1. Confer AW dan Panciera RJ. 1995. Thomson s Special Veterinary Pathology. Edisi ke-2. Edited by: Carlton WW dan McGavin MD. Mosby. J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 2. No. 1. 67