Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

Jurnal SPIRITS, Vol.6, No.1, November ISSN:

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS PADA PRODUK DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA BARU

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI MEMILIH SEKOLAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 KRAYAN KALIMANTAN TIMUR

PERILAKU KONSUMTIF PRODUK FASHION DITINJAU DARI KONFORMITAS PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 3 SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gaya hidup menurut Kotler (2002) adalah pola hidup seseorang di dunia

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup.

BAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF REMAJA DI BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

iii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

Hubungan antara Berpikir Positif dengan Penerimaan Diri pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB III METODE PENELITIAN

SEMANGAT KERJA DITINJAU DARI KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA PADA MITRA PEMASARAN DI KSB REGIONAL V YOGYAKARTA

TESIS PENGARUH GAYA HIDUP HEDONIS, KECANDUAN BERBELANJA, KETERLIBATAN FASHION TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PRODUK FASHION GLOBAL

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 MUDALREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

HUBUNGAN KEPRIBADIAN NARSISTIK TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 6 KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA SISWA SMA NEGERI 4

BAB I PENDAHULUAN. dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini,

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya.

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN PERILAKU KONSUMTIF PRODUK BERMEREK PADA REMAJA PUTRI

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. harapkan. Bangsa Indonesia mengharapkan kehidupan yang lebih baik dengan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

teknologi mendorong semakin bertambahnya kebutuhan manusia. Pengaruh arus globalisasi dan semakin majunya dunia teknologi informasi telah menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. keren ketimbang belanja di pasar tradisional. memenuhi kebutuhan hidupnya (Halim, 2008, h.129). Masyarakat

HARGA DIRI DAN INTENSI MEMBELI PRODUK FASHION PADA MAHASISWI JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA KOTA BOJONEGORO. Abd. Hafid

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

Hubungan Antara Gaya (Yundhi Arfianto) Kata kunci: Gaya Hidup sehat, Tingkat Kesegaran Jasmani, Kelas VIII

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Internet dan media sosial sangat membantu suatu produk menjadi

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

Hubungan Konsep Diri Dengan Konformitas Teman Sebaya Dalam Kegiatan Perkuliahan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penentuan Pokok Bahasan

HUBUNGAN SELF-CONTROL DENGAN PERILAKU KONSUMTIF SEPATU BERMEREK PADA MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA REMAJA. Andi Masmuadi Mira Aliza Rachmawati INTISARI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL

ejournal Boga, Volume 3 Nomor 3, Yudisium Oktober Tahun 2014 Halaman 47-50

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP MEREK DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI PADA KONSUMEN HALAMAN JUDUL. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONISME PADA MAHASISWI PSIKOLOGI UST YOGYAKARTA Ayentia Brilliandita Flora Grace Putrianti ABSTRACT This study aims to determine the relationship between self-concept and lifestyle trends hedonism student of Psychology, University of SarjanawiyataTamansiswaYogyakart. The hypothesis of this study is that there are ties between the negative self-concept and lifestyle of hedonism on a college student. The subjects were female students of UST Psychology Yogyakarta, 18-22 years old, female, amounting to 87 people. Measuring instrument used was a self-concept scale and the scale of the lifestyle of hedonism. Analysis of data using Product Moment correlation with SPSS statistics program version 17.0 for Windows. Based on the analysis Product Moment correlation coefficient between the variables of self-concept and lifestyle trends hedonism is -0.382 with a significance level of P = 0.000 (p <0.05). This shows that the hypothesis that there is a negative relationship between selfconcept and lifestyle of hedonism in coed acceptable. This means that the lower the selfconcept, the higher the tendency of hedonistic lifestyle, otherwise the higher the selfconcept, the lower the tendency of hedonism lifestyle. Keywords: Adolescent Self-Concept, Lifestyle Trends Hedonism. INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonisme mahasiswi Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara konsep diri dengan gaya hidup hedonisme pada mahasiswi. Subjek penelitian ini adalah mahasiswi Psikologi UST Yogyakarta, yang berusia 18-22 tahun, berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 87 orang. Alat ukur yang digunakan adalah skala konsep diri dan skala gaya hidup hedonisme. Analisis data menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan Program Statistik SPSS Versi 17.0 for Windows. Berdasarkan hasil analisis koefisien korelasi Product Moment antara variabel konsep diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonisme yaitu -0,382 dengan taraf signifikan P = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan negatif antara konsep diri dengan gaya hidup hedonisme pada mahasiswi dapat diterima. Artinya semakin rendah konsep diri, maka semakin tinggi kecenderungan gaya hidup hedonisme, sebaliknya semakin tinggi konsep diri, maka semakin rendah kecenderungan gaya hidup hedonisme. Kata kunci :Konsep Diri Remaja, Kecenderungan Gaya Hidup Hedonisme. PENDAHULUAN Masa remaja merupakan periode peralihan antara masa anak-anak dan dewasa, sehingga seseorang yang sedang berada dalam masa remaja akan sangat mudah terpengaruh oleh berbagai hal di sekelilingnya, baik itu yang positif maupun yang negatif. Hal itu cenderung terjadi karena kondisi emosi remaja yang tidak stabil dan cenderung sensitif terhadap semua hal yang berkaitan dengan pribadinya dan permasalahan- Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei 2015. ISSN: 2087-7641 45

permasalahan dirinya, seiring dengan perubahan tersebut, pada usia remaja terbentuk pola konsumsi yang dapat berkembang menjadi pola hedonis. Sedangkan dalam Santrock (2002) menjelaskan definisi tentang remaja yang memerlukan pertimbangan tentang usia dan pengaruh faktor sosial-sejarahsehingga remaja (adolescence) dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak ke masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-mosional. Kehidupan yang semakin modern membawa manusia pada pola perilaku yang unik, yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup. Bagi sebagian orang, gaya hidup merupakan suatu hal yang penting karena dianggap sebagai sebuah bentuk ekspresi diri. Gaya hidup akan lebih jelas terlihat pada seseorang yang selalu mengikuti perkembangan mode dan fashion terbaru. Chaney (1996), berpendapat bahwa gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern. Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh yang tidak hidup dalam masyarakat modern. Pandangan hidup hedonis yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bersenang-senang, pesta-pora, dan bepergian merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. Di dalam lingkungan ini hidup dijalanani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Saat orang sudah terbiasa dengan gaya hidupnya yang mewah sulit untuk mengubah hidupnya menjadi sederhana. Gaya hidup hedonisme merupakan wujud dari ekpresi atau perilaku yang di miliki oleh remaja untuk mencoba suatu hal yang baru. Dimana remaja tersebut lebih mementingkan kesenangan dari pada melakukan hal yang lebih positif. Hedonisme sebagai fenomena dan gaya hidup sudah tercermin dari perilaku mereka sehari-hari. Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonisme sangat menarik bagi remaja. Fenomena gaya hidup tampak terlihat di kalangan remaja, menurut Nasroni (dalam Monks, 1998) remaja memang menginginkan agar penampilan, gaya tingkah laku, cara bersikap, dan lain-lainnya akan menarik perhatian orang lain, terutama kelompok teman sebaya. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan sosialnya berusaha untuk mengikuti perkembangan yang terjadi seperti cara berpenampilan. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain atau kelompok teman sebaya menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang tren, misalnya saja pemilihan model pakaian dengan merk terkenal, penggunaan telepon genggam (HP) dengan fasilitas layanan terbaru, berbelanja di pusat perbelanjaan terkenal seperti mall dari pada berbelanja di pasar tradisional atau sekedar jalan-jalan untuk mengisi waktu luang bersama kelompok teman sebaya. Perilaku gaya hidup yang tampak di kalangan remaja saat ini di samping adanya perubahan dari kehidupan masyarakat yang modern, diyakini pula adanya perubahan pada proses perkembangan di dalam diri remaja. Gunarsa (2003) menyebutkan bahwa dalam proses perkembangannya individu dalam masa remaja mengalami suatu perkembangan yang semakin diarahkan keluar dirinya, keluar lingkungan keluarga dan akhirnya ke dalam masyarakat dan tempat yang akan ditempati di dalam masyarakat. Hal ini ditandai dengan munculnya keinginan untuk mandiri dan mencari konsep diri. Remaja sebagai bagian dari anggota masyarakat, dalam perkembangannya selalu berinteraksi dengan dunia luar. Beragam informasi yang masuk, akan menjadi pilihan bagi remaja dalam mensikapi berubahan nilai-nilai budaya yang sesuai dengan konsep dirinya. Remaja akan menilai dan mempertimbangkan informasi yang masuk dari luar apakah sesuai dengan kepribadiannya atau tidak, termasuk bagaimana remaja dalam mensikapi persoalan gaya hidup yang terdapat di dalam masyarakat modern saat ini. Menurut Dariyo (2004) individu yang memiliki konsep diri yang baik akan memiliki kemampuan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosial dengan baik, dapat dikatakan Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei 2015. ISSN: 2087-7641 46

bahwa penerimaan atau penolakan terhadap suatu informasi yang masuk tergantung dari konsep diri yang dimiliki oleh remaja tersebut. Remaja yang berorientasi pada gaya hidup hedonisme, diduga belum memiliki konsep diri dengan baik. Individu yang memiliki konsep diri dengan baik memiliki kemampuan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, menurut pendapat peneliti perlu diadakannya penelitian mengenai konsep diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada remaja. Kepribadian, konfigurasi (wujud) karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan memengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan komunikator yang cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) yang menjadi awal perilaku. Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestis merupakan beberapa contoh tentang motif yaitu kehormatan, martabat, kewenangan, dan ketenaran. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestis itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis. Dari hasil wawancara dua informan yaitu A dan B pada tanggal 16 Mei 2014, menyatakan bahwa Subjek A menganggap penting atau setuju karena penampilan harus terlihat rapi dan perfeksionis untuk kedepannya dalam hal karier. Sedangkan Subjek B menyatakan tidak setuju, apabila ingin berpenampilan rapi tidak selalu membeli barang yang mahal dan membeli barang yang sesuai dengan kebutuhan saja. Penelitian ini akan memfokuskan gaya hidup remaja, yang menghabiskan waktunya, minat remaja terhadap sekelilingnya, dan opini remaja terhadap diri dan lingkungan. Secara lebih spesifik, peneliti akan meneliti gaya hidup remaja yang memiliki keterlibatan tinggi terhadap gaya hidup hedonisme yang dipengaruhi konsep diri. Hipotesis Berdasarkan uraian yang dijelaskan di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara konsep diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonisme pada remaja. Semakin rendah konsep diri maka semakin tinggi kecenderungan gaya hidup hedonisme, sebaliknya semakin tinggi konsep diri maka semakin rendah kecenderungan gaya hidup hedonisme. MetodePenelitian Subjek Penelitian. Subjek penelitiannya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi UST Yogyakarta. Berjenis kelamin perempuan dengan kisaran umur 18-22 tahun berjumlah 87 orang. Sampel penelitian berjumlah 28 orang. Metode Pengumpulan Data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Alat pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah skala. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala kecenderungan gaya hidup hedonisme dan skala konsep diri. Teknik Analisis Data. Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan metode statistik dengan teknik analisis korelasi Product Moment yaitu teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel. Analisis dilakukan melalui program komputer SPSS versi 17.00 for windows release. Uji persyaratan analisis korelasi yang dilakukan adalah uji normalitas dengan kaidah p<0,05 dan linearitas. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan adanya kesesuaian dengan hipotesis yaitu ada hubungan negatif antara konsep diri dengan gaya hidup hedonisme. Semakin tinggi konsep diri seorang remaja maka semakin rendah kecenderungan gaya hidup hedonisme, dan Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei 2015. ISSN: 2087-7641 47

semakin rendah konsep diri seorang remaja maka semakin tinggi kecenderungan gaya hidup hedonisme. Branden (2001) mengungkapkan bahwa konsep diri merupakan apa dan siapa sebenarnya diri kita baik secara sadar atau tidak sadar, serta kekurangan dan kelebihan individu. Konsep diri sangat berkaitan dengan sikap, karena konsep diri memengaruhi semua pilihan dan keputusan yang kita buat, dan dengan adanya konsep diri akan membentuk ragam kehidupan yang akan diciptakan untuk diri individu itu sendiri. Mahasiswi dengan konsep diri yang positif akan lebih mudah terhindar dari pengaruh era modernisasi yang negatif seperti gaya hidup hedonis. Remaja dengan konsep diri positif akan memiliki penerimaan diri yang lebih baik, sehingga remaja tersebut akan lebih mudah menyukai dirinya dan mampu menerima segala kekurangan maupun kelebihan yang dimilikinya dengan baik. Dengan adanya penerimaan diri yang baik, dan pandangan yang positif terhadap dirinya menjadikan remaja tidak harus mengisi hidupnya dengan gaya hidup hedonis agar dapat diterima oleh lingkungannya, namun mahasiswi tersebut dapat melakukan hal-hal yang lebih efektif, positif, dan dapat lebih mengembangkan potensi yang dimiliki agar remaja dapat menghasilkan prestasi yang dapat dibanggakan. Sebaliknya mahasiswi dengan konsep diri negatif akan lebih mudah untuk terpengaruh oleh adanya pengaruh dari luar atau lingkungan sekitarnya, karena mereka kurang dapat menerima dirinya sendiri. Sebagian besar mahasiswi ingin diterima oleh teman-teman sebayanya, tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku salah karena mahasiswi tidak memiliki kepercayaan diri yang baik. Agar dapat merasa diterima oleh lingkungan sekitarnya, mahasiswi merasa harus mengikuti segala sesuatu yang sedang menjadi trend tanpa memperhatikan positif maupun negatifnya. Hal ini dapat kita lihat dari maraknya gaya hidup hedonis yang melanda remaja-remaja Indonesia saat ini. Remaja-remaja jaman sekarang tampak lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat materi dan kesenangan semata. Remaja banyak menghabiskan waktu dan uang mereka untuk hal-hal yang tidak berguna hanya karena remaja tersebut ingin merasa diterima oleh lingkungannya. Melihat subjek yang berasal dari keluarga menengah keatas, maka gaya hidup hedonis akan lebih cepat memengaruhi subjek. Ungkapan tersebut didukung pula oleh Hurlock (1990) yang menyatakan bahwa minat sosial tergantung pada kesempatan yang diperoleh remaja untuk mengembangkan minat tersebut dan pada kepopulerannya dalam kelompok. Seorang remaja yang status ekonomi keluarganya rendah, misalnya, memunyai sedikit kesempatan untuk mengembangkan minat pada pesta-pesta, dibandingkan dengan remaja yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Mahasiswi yang dominan dengan gaya hidup hedonis menjadi tidak produktif, dan dalam pergaulan remaja menjadi lebih mementingkan penampilan atau gengsi semata. Gaya hidup hedonis yang harus didukung oleh kemampuan finansial yang memadai juga akan menjadi masalah yang lebih besar lagi apabila pencapaiannya dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat, hal ini akan mengakibatkan adanya pendangkalan moral bagi para mahasiswi yang menganut gaya hidup hedonis. Konsep diri yang merupakan kemampuan individu untuk menilai dirinya dapat memengaruhi mahasiswi dalam bersikap dan memutuskan gaya hidup seperti apa yang akan dianutnya, berdasarkan hasil penelitian sumbangan efektif yang diberikan konsep diri terhadap kecenderungan gaya hidup hedonis sebesar 14,6%. Sisanya sebesar 85,4%, kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti : kepercayaan diri, harga diri, kebudayaan, nilai sosial, demografis, status sosial, kelompok referensi, rumah tangga, persepsi, proses belajar dan ingatan, motive dan kepribadian. Konsep diri yang diteliti pada subjek tergolong sedang. Konsep diri yang tergolong sedang dapat disebabkan karena subjek yang masih berada pada masa remaja memang masih berada pada masa pencarian jati diri, sehingga konsep diri yang dimiliki oleh subyek belum terbangun sepenuhnya. Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei 2015. ISSN: 2087-7641 48

Simpulan Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara konsep diri dengan gaya hidup hedonisme pada mahasiswi Psikologi UST Yogyakarta. Semakin rendah konsep diri maka akan semakin tinggi gaya hidup hedonisme. Sebaliknya semakin rendah tingkat konsep diri maka akan semakin tinggi gaya hidup hedonisme. Hipotesis ini dapat diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan gaya hidup hedonisme pada mahasiswi Psikologi UST Yogyakarta. Sumbangan efektif konsep diri terhadap gaya hidup hedonisme sebesar 14,6%. Artinya 85,4% variabel gaya hidup hedonisme ditentukan oleh faktor-faktor lain. Faktorfaktor lain tersebut yaitu minat, aktivitas, dan opini. DAFTAR PUSTAKA Branden, N. 2001. Kiat Jitu Meningkatkan Harga Diri. Jakarta : Delapratasa Chaney, D. 1996, Life Styles (terjemahan). Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra. Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. Gunarsa, SD dan Gunarsa,Y.S. 2003. Psikologi Remaja (Cetakan kelima belas). Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Nashori, F. 1998. Hubungan Antara Orientasi NilaiHidupdanSikap Konsumtif Remaja. Laporan Penelitian (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Indonesia. Santrock, J.2002. Perkembangan Masa Hidup. Jilid II. Edisi V. Jakarta: Erlangga Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei 2015. ISSN: 2087-7641 49