[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

PERBANDINGAN KEFEKTIFAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

Model Pembelajaran Means-Ends Analysis Sebagai Salah Satu Alternatif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Andhin Dyas Fitriani

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP Dengan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. matematika, maka dalam Undang-Undang RI No. 20 Th Tentang Sisdiknas

PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MTs

MODEL MEANS ENDS ANALYSIS DAN DIRECT INTRUCTION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

Jaya Dwi Putra. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam Korespondensi:

SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONECTED MATHEMATICS PROJECT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

Pendekatan Pembelajaran Metacognitive Scaffolding dengan Memanfaatkan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian MEA Means-Ends Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata yakni: means,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

Mengembangkan Kreativitas Matematik Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Model Treffinger

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MTS KELAS VIII

SELING Jurnal Program Studi PGRA ISSN (Print): ; ISSN (Online): X Volume 4 Nomor 1 Januari 2018 P

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MAHASISWA DALAM MATA KULIAH PROGRAM LINIER

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. M. Gilar Jatisunda 1)

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT-OREOVOCZ DAN PEMBELAJARAN TEKNIK PROBING TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP

PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS PADA SISWA SMP

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SD MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

P-34 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

MATERI STATISTIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MTS

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

PENERAPAN ACCELERATED LEARNING DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PEMBELAJARAN PENEMUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

Gambar 3.1. Nonequivalent Groups Pretest-Posttets

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

Mosharafa Jurnal Pendidikan Matematika Volume 5, Nomor 1, April 2015

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.2, September 2016: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN ACEH TENGAH

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan berbentuk pretes dan postes kelompok

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran di SMP

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: Pembelajaran, hal.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA BERDASARKAN KATEGORI PENGETAHUAN AWAL MATEMATIS SMA

PENERAPAN MODEL TREFFINGER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

III. METODE PENELITIAN. Pringsewu yang terdiri dari enam kelas, yaitu VIII-1 sampai VIII-6 dengan ratarata

MODEL PEMBELAJARAN OSBORN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 25 Bandarlampung yang terletak di Jl.

Kata kunci: problem based learning, mobile programming, pendidikan tinggi

METODE PEMECAHAN MASALAH MENURUT POLYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan Vol.2 No.2 April 2016 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PGSD OLEH :

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII MTs SE KECAMATAN SUTERA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 HASIL 1. Uji Normalitas dan Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square merupakan model

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) TERHADAP PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMK MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN

MODEL KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS PROBLEM SOLVING PADA PEMBELAJARAN GELOMBANG DAN OPTIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

Kata kunci: Teknik MURDER, Pendekatan Metakognitif, Penalaran Matematis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group design.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

1), 2)

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS XI DI MAN RENGASDENGKLOK

Transkripsi:

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MAHASISWA ASEP SAHRUDIN asep_sakhru@yahoo.com DOSEN PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP-UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR BANTEN ABSTRAK Penelitian ini di dilatarbelakangi oleh informasi dari surat kabar Pikiran Rakyat Edisi 5 Januari 2009, bahwa Departemen Pendidikan Amerika Serikat menyebutkan pekerja tamatan sekolah menengah dengan kemampuan matematika yang tinggi mempunyai karier yang lebih baik daripada mereka yang memiliki kemampuan matematika rendah. Ini sekaligus menjawab kekhawatiran mahasiswa Jurusan Matematika tentang masa depan karier mereka yang sering disebut-sebut tidak jelas (Dr. Sudrajat, MS) dalam seminar sehari Matematika dengan tema "The Power of Mathematics for All Application". Maka tidak berlebihan jika mengklaim bahwa matematika memegang peranan kunci dalam pembentukan sumber daya manusia yang handal, untuk perkembangan peradaban manusia. Maka dari itu terobosan dalam pembelajaran matematika perlu ditingkatkan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang digunakan untuk membuktikan hipotesis dengan membandingkan dua kelas dengan perlakuan yang berbeda. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experiment. kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan kelompok mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Means- Ends Analysis dan kelompok kontrol yaitu mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tutor sebaya. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan matematika FKIP Uiversitas Mathla ul Anwar Banten Sampel penelitian terdiri dari dua kelas yaitu Semester IV Kelas B Sebanyak 25 Mahasiswa sebagai kelas Kontrol dan Semester IV kelas C Sebanyak 24 Mahasiswa sebagai Kelas Eksperimen. Dari hasil uji Mann- Whitney di atas didapat nilai p-value atau Sig. (2-tailed) yaitu 0,000 < α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajaran menggunakan model pembelajaran Means-Ends Analysis lebih baik dibandingkan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tutor sebaya. Kata Kunci: Means-Ends Analysis, Pemecahan Masalah PENDAHULUAN Departemen Pendidikan Amerika Serikat menyebutkan, pekerja tamatan sekolah menengah dengan kemampuan matematika yang tinggi mempunyai karier yang lebih baik daripada mereka yang memiliki kemampuan matematika rendah (Pikiran Rakyat, 5 Januari 2009). Ini sekaligus menjawab kekhawatiran Volume 4 Nomor 1, Maret 2016 17

mahasiswa Jurusan Matematika tentang masa depan karier mereka yang sering disebut-sebut tidak jelas (Dr. Sudrajat, MS) dalam seminar sehari Matematika dengan tema "The Power of Mathematics for All Application". Maka tidak berlebihan jika kita mengklaim bahwa matematika memegang peranan kunci dalam pembentukan sumber daya manusia yang handal, untuk perkembangan peradaban manusia. Orang yang menguasai ilmu matematika akan memiliki pemikiran kritis, pemecahan masalah, penyampaian gagasan, dan kerja sama yang efektif. Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa matematika begitu penting dalam perkembangan jaman sehingga seluruh aspek dalam kehidupan manusia membutuhkan ilmu matematika. Dengan mendalami pemahaman terhadap matematika dari kemampuan yang bersifat keahlian sampai kepada pemahaman yang bersifat apresiasi akan berhasil mengembangkan kemampuan sains dan teknologi yang cukup tinggi. Namun dalam mencapai tersebut diperlukan sumber daya manusia yang handal, dapat berfikir kritis, logis dan dapat menyelesaikan masalah dalam bidang bidang tertentu. Dalam menciptakan manusia manusia yang handal dalam bidang matematika perlu difokuskan pembelajaran pada bidang ini baik di jenjang dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Dalam pembelajarannya di jenjang perguruan tinggi perlu diberikan keterampilan keterampilan yang baik yang menuntut mahasiswa dapat berfikir kritis, logis, kreatif serta dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik. Sehingga untuk mendapatkan mahasiswa atau yang dapat berfikir kritis, logis, kreatif dan dapat menyelesaikan masalah tersebut diperlukan variasi dan inovasi dalam proses pembelajarannya. Dalam hal ini dosen selaku pasilitator yang membimbing mahasiswa harus aktif dalam berinovasi menciptakan metode metode pembelajaran tertentu dimana agar aktipitas mahasiswa menjadi meningkat sehingga kemampuan matematis yang disebut di atas bisa tercapai. Ditinjau dari kemampuan matematis, kemampuan menyelesaikan masalah matematis menjadi salah satu kemampuan yang perlu ditanamkan dan ditingkatkan kepada mahasiswa demi tercapainya citacita diatas. Sehingga dalam penelitian ini peneliti selalu berinovasi dalam mengembangkan model pembelajaran dan proses pembelajaran yang dilakukan dikampus. Selain itu, kemampuan penyelesaian masalah memungkinkan mahasiswa untuk menolak jawaban cepat dan mudah, seperti Saya tidak tahu dan atau Ini terlalu sulit, dengan memberdayakan mahasiswa untuk mempelajari lebih dalam proses berpikir dan memahami lebih baik metode yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah matematis yang sedang diselesaikannya. Aktivitas kemampuan pemecahan masalah dapat dimunculkan pada masalah-masalah yang sifatnya menantang mahasiswa, hal-hal yang baru, soalsoal tidak rutin serta soal-soal yang berhubungan dengan lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Dengan soal-soal atau permasalahan matematika yang sifatnya menantang dan tidak rutin itu akan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memberdayakan segala kemampuan yang dimilikinya atau menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Volume 4 Nomor 1, Maret 2016 18

Dalam penelitian ini mengajak mahasiswa untuk dapat berpikir berbeda dari sebelumnya mahasiswa diajak menyelesaikan pemasalahan matematika dengan menemukan berbagai solusi tanpa keluar dari konsep matematika itu sendiri. Sehingga penyelesaian dalam persoalan matematika menjadi beragam dan berbeda. LANDASAN TEORI Bell (Hamzah, 2003: 29) mengemukakan bahwa, suatu situasi dikatakan masalah bagi seseorang jika ia menyadari keberadaan situasi tersebut, mengakui bahwa situasi tersebut memerlukan tindakan dan tidak dengan segera dapat menemukan pemecahannya. Hayes (Hamzah, 2003) mendukung pendapat tersebut dengan mengatakan bahwa, suatu masalah merupakan kesenjangan antara keadaan sekarang dengan tujuan yang ingin dicapai, sementara kita tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, masalah dapat diartikan sebagai pertanyaan yang harus dijawab pada saat itu, sedangkan kita tidak mempunyai rencana solusi yang jelas. Berdasarkan beberapa pengertian tentang masalah (problem) yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa suatu situasi tertentu dapat merupakan masalah bagi orang tertentu, tetapi belum tentu merupakan masalah bagi orang lain. Dengan kata lain suatu situasi mungkin merupakan masalah bagi seseorang pada waktu tertentu, akan tetapi belum tentu merupakan masalah baginya pada saat yang berbeda. Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya (Kantowski, 1981). Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah. Setiap masalah memerlukan upaya yang disebut dengan pemecahan masalah agar permasalahan yang terjadi baik permasalahan rutin ataupun tidak rutin dapat segera diselesaikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Polya (1985) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu usaha mencari jalan keluar dari kesulitan guna mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu agar dapat menyelesaikan masalah dengantuntas, maka belajar dalam memecahkan masalah sangat diperlukan. Sudjimat (Sukasno, 2002: 18) menyatakan bahwa belajar pemecahan masalah pada hakikatnya adalah belajar berfikir (learning to thinking) atau belajar bernalar (learning to reason) yaitu berfikir atau bernalar mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya untuk memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Oleh karena itu pembelajaran dengan pemecahan masalah harus dirancang agar dapat merangsang mahasiswa untuk berfikir dan mendorong mahasiswa menggunakan kemampuannya. Pemecahan masalah sangat penting dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Suherman, dkk. (2001: 83) yang mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya mahasiswa dimungkinkan memperoleh Volume 4 Nomor 1, Maret 2016 19

pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimilikinya untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Menurut Sujono (Firdaus, 2004) melukiskan masalah matematika sebagai tantangan bila pemecahannya memerlukan kreatifitas, pengertian dan pemikiran yang asli atau imajinasi. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika hendaknya dilakukan dengan dasar mahasiswa belajar secara aktif bukan dosen yang aktif dalam menyampaikan materi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan dengan prinsip berfokus kepada mahasiswa. Dalam melakukan pemecehan masalah matematika tentunya memerlukan suatu cara atau strategi yang berguna dalam memecahkan berbagai masalah (dalam bentuk soal) yang dihadapi. Firdaus (2004: 19) menyatakan bahwa dengan strategi tersebut mahasiswa akan lebih terarah dalam memahami dan memecahkan masalah. Menurut Gagne (1985), dalam pemecahan masalah biasanya ada 5 langkah yang harus dilakukan, yaitu: 1. Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas. 2. Menyatakan masalah dalam bentuk yang operasional (dapat dipecahkan). 3. Menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah itu. 4. Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya (pengumpulan data, pengolahan data, dan lain-lain), hasilnya mungkin lebih dari satu. 5. Memeriksa kembali (mengecek) apakah hasil yang diperoleh itu benar, atau mungkin memilih alternatif pemecahan yang terbaik. Menurut Polya (1985) pemecahan masalah terdiri atas empat langkah pokok, yaitu: 1) memahami masalah, 2) menyusun rencana, 3) melaksanakan rencana, 4) memeriksa kembali. Keempat tahap dalam pemecahan masalah menurut Polya (1985) diuraikan sebagai berikut: 1. Memahami masalah Memahami masalah merupakan langkah yang sangat penting dalam menyelesaikan suatu masalah. Tanpa memahami masalah dengan baik tentunya seseorang tidak akan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. 2. Menyusun rencana Pada langkah ini ditentukan hubungan antar hal yang diketahui dengan hal yang tidak diketahui. Selanjutnya disusun sebuah rencana pemecahan masalahnya. 3. Melaksanakan rencana Pada langkah ketiga, malaksanakan rencana pemecahan masalah yang sudah disusun pada langkah kedua. 4. Memeriksa kembali Mahasiswa memeriksa kembali setiap langkah penyelesaian yang telah diperoleh. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap langkah dan strategi penyelesaian yang digunakan sudah benar. Berdasarkan pembahasan di atas, maka dalam penelitian ini kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud adalah kemampuan mahasiswa dalam Volume 4 Nomor 1, Maret 2016 20

memecahkan soal-soal pemecahan masalah matematika dengan memperhatikan tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Polya yaitu memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana dan memeriksanya kembali dengan memodifikasi sedikit dengan kebutuhan penelitian. indikator kemampuan pemecahan masalah matematis sebagai berikut: 1. Mempresentasikan masalah kedalam bentuk sketsa 2. Membuat model matematika dari persoalan yang diberikan 3. Menyelesaikan model matematika dari persoalan yang diberikan 4. Menafsirkan hasil pemecahan masalah. Dalam penelitian ini proses pembelajaran dilakukan dengan mengunakan model pembelajaran Means-Ends Analysis yang terdiri dari tiga unsur kata yakni Mean, End dan Analysis. Mean menurut bahasa yakni berarti, banyaknya cara. Sedangkan End adalah akhir atau tujuan, dan Analysis berarti analisa atau penyelidikan secara sistematis. Means-Ends Analysis pertama kali diperkenalkan oleh Newell dan Simon tahun 1972, dalam General Problem Solving (GPS), yang menyatakan bahwa Means-Ends Analysis adalah suatu teknik pemecahan masalah di mana pernyataan sekarang dibandingkan dengan tujuan, dan perbedaan di antaranya dibagi ke dalam sub-sub tujuan untuk memperoleh tujuan dengan menggunakan operator yang sesuai. Model pembelajaran Means-Ends Analysis merupakan model pembelajaran yang menyajikan materi pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic (Suherman, 2008:6). MEA merupakan strategi yang memisahkan permasalahan yang diketahui (Problem State) dan tujuan yang akan dicapai (Goal State) yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan berbagai cara untuk mereduksi perbedaan yang ada diantara permasalahan dan tujuan. Untuk mencapai Goal State dibutuhkan berapa tahapan, antara lain: 1. Mengidentifikasi perbedaan antara kondisi saat ini (Current State) dan tujuan (Goal State); 2. Menyusun subgoal untuk mengurangi perbedaan tersebut; dan 3. Memilih operator yang tepat serta mengaplikasikannya dengan benar sehingga subgoal yang telah disusun dapat dicapai. Selanjutnya Suherman (2008:18) menyatakan Means-Ends Analysis merupakan model pembelajaran variasi antara metode pemecahan masalah dengan sintaks yang menyajikan materinya pada pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristik, mengelaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, mengidentifikasi perbedaan, menyususun sub-sub masalahnya sehingga terjadi koneksivitas. Menurut pendapat lain bahwa Means-Ends Analysis merupakan suatu proses untuk memecahkan suatu masalah ke dalam dua atau lebih subtujuan. Dari berbagai pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa Means- Ends Analysis (MEA) merupakan pengembangan suatu jenis pemecahan masalah dengan berdasarkan suatu strategi yang membantu mahasiswa dalam menemukan cara penyelesaian masalah dengan melalui penyederhanaan masalah yang Volume 4 Nomor 1, Maret 2016 21

berfungsi sebagai petunjuk dalam menetapkan cara yang paling efektif dan efisien untuk memecahkan masalah yang dihadapi. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang digunakan untuk membuktikan hipotesis dengan membandingkan dua kelas dengan perlakuan yang berbeda. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan kelompok mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Means-Ends Analysis dan kelompok kontrol yaitu mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tutor sebaya. Dengan demikian untuk mengetahui adanya perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi belajar mahasiswa terhadap pembelajaran matematika dilakukan penelitian dengan desain kelompok kontrol non-ekuivalen (Ruseffendi, 2005: 52) berikut: Kelas Eksperimen : O X O Kelas Kontrol : O O Keterangan: O : Pre-test atau Post-test kemampuan pemecahan masalah X : Pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran Means-Ends Analysis : Sampel bebas. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan matematika FKIP Universitas Mathla ul Anwar Banten Tahun 2013/2014. Sampel penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling. Tujuan dilakukan pengambilan sampel dengan teknik ini adalah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien terutama dalam hal pengawasan, kondisi subyek penelitian, waktu penelitian yang ditetapkan, kondisi tempat penelitian serta prosedur perijinan. Berdasarkan teknik tersebut diperoleh sampel sebanyak dua kelas yaitu Semester IV Kelas B Sebanyak 25 Mahasiswa sebagai kelas Kontrol dan Semester IV C Sebanyak 24 Mahasiswa sebagai Kelas Eksperimen. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis skor N-gain kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan data gain ternormalisasi, data gain ternormalisasi menunjukkan klasifikasi (mutu) peningkatan skor mahasiswa yang dibandingkan dengan skor maksimal idealnya. Rataan N-gain menggambarkan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran Means-Ends Analysis maupun yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tuor sebaya. rataan N- gain kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam tabel berikut. Volume 4 Nomor 1, Maret 2016 22

Tabel 1 Rataan dan Klasifikasi N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelas Rataan N-gain Klasifikasi Eksperimen 0,75 Tinggi Kontrol 0,71 Tinggi Dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Means-Ends Analysis memiliki rataan skor N- gain yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran tutor sebaya. Klasifikasi skor N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol sama sama masuk kedalam kategori tinggi, kelas eksperimen dan kelas kontrol hanya terpaut 0,05%. Tetapi tetap saja hal di atas menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Means-Ends Analysis lebih memberikan kontribusi yang baik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis sebanyak 0,75% dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran tutor sebaya. Namun untuk meyakinkan apakah benar peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Means-Ends Analysis lebih baik daripada mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran tutor sebaya perlu dilakukan uji statistik lanjutan. Uji statistik yang diperlukan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan Kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Means-Ends Analysis lebih baik daripada mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tutor sebaya yaitu uji perbedaan rataan skor N-gain, sebelum dilakukan uji tersebut data skor N-gain harus memenuhi uji prasyarat normalitas dan homogenitas. Uji normalitas skor N-gain dihitung dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program SPSS 16. hasil rangkuman uji normalitas disajikan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Uji Normalitas Skor N-gain Kelas Kolmogorov-Smirnov Statistic Df Sig. Simpulan Eksperimen 0,110 25 0,207 Data Berdistribusi Normal Kontrol 0,169 24 0,031 Data Tidak Berdistribusi Normal Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa skor N-gain kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa kelas eksperimen memiliki nilai Sig. > α = 0,05 sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data skor N-Gain kemampuan Volume 4 Nomor 1, Maret 2016 23

pemecahan masalah matematis mahasiswa kelas eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan skor N-gain kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas kontrol memiliki nilai Sig. < α = 0,05 sehingga H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa data skor N-gian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas kontrol tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah dilakukan sebelumnya didapat simpulan bahwa skor N-gain kelas eksperimen berdistribusi normal dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal. Sehingga untuk membuktikan bahwa skor N- gain kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol dilakukan uji perbedaan rataan skor N-gain dengan menggunakan uji nonparametrik (Mann-Whitney U-Test). Adapun hipotesis penelitian yang diajukan, yaitu: Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Means-Ends Analysis lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tutor sebaya. Untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan di atas, dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: H0 : pkt = pkv, model pembelajaran Means-Ends Analysis sama dengan siswa yang pembelajarannya tutor sebaya. Ha : pkt > pkv, Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Means-Ends Analysis lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajarantutor sebaya. Berikut rangkuman hasil uji perbedaan rataan skor N-gain pada taraf signifikansi α = 0,05. Tabel 3 Uji Perbedaan Rataan Skor N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Statistik Nilai Keterangan Simpulan Mann-Whitney U 220,507 Z -4,162 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 H0 Ditolak Terdapat peningkatan Dari hasil uji Mann-Whitney di atas didapat nilai p-value atau Sig. (2- tailed) yaitu 0,000 < α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajaran menggunakan model pembelajaran Means-Ends Analysis lebih baik dibandingkan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tutor sebaya. Dengan demikian hipotesis penelitian terbukti dapat diterima. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Means-Ends Analysis lebih baik dibandingkan siswa yang menggunakan pembelajaran tutor sebaya. Volume 4 Nomor 1, Maret 2016 24

DAFTAR RUJUKAN Firdaus, A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SLTP Melalui Pembelajaran Menggunakan Tugas Bentuk Superitem. Tesis PPS-UPI Bandung: Tidak dipublikasikan. Gagne, R.M. (1985). The Condition of Learning. New York: Holt. Rinehart and Winston Hamzah (2003). Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Bandung melalui Pendekatan Pengajuan Masalah. Bandung: Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan. Kantowski, M.G. (1981). Problem Solving. Elizabeth Fennema (editor) Mathematics Education Research, Implications for 80 s. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development Polya, G. (1985). How To Solve It 2nd ed. New Jersey : Princeton University Press Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non- Eksakta Lainnya. Bandung: PT Tarsito. Suherman, E. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hand Out. Bandung: tidak diterbitkan Suherman, E dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Technical Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and Secondary Education in Indonesia. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI Bandung. Sukasno. (2002). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Trigonometri. Tesis pada PPS-UPI Bandung: Tidak dipublikasikan. Volume 4 Nomor 1, Maret 2016 25