1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah `Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor guru adalah faktor yang sering disorot. Guru mempunyai tugas mengajar, membimbing dan melatih siswa. Seorang guru harus mempunyai berbagai kemampuan dalam proses belajar mengajar agar kegiatan belajar mengajar akan menjadi kegiatan yang benar-benar memberikan pengajaran, didikan, bimbingan, dan latihan kepada para siswa. Profesionalitas guru diperlukan dalam proses belajar mengajar, tidak hanya untuk mentransfer informasi dan kuarang kreatif dalam penyajian materi pembelajaran saja. Mengajar pada dasarnya bermaksud mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang sebelumnya sudah terencana. Kenyataannya, perilaku mengajar yang dilakukan guru bermacam-macam bentuk dan cara, meski maksud sebenarnya sama. Bentuk dan cara yang dipskai guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat ditelusuri guna memunculkan pola interaksi antara guru dan siswa. Pelajaran IPS termasuk salah satu mata pelajaran sulit di kelas dan sering membuat siswa bosan. Dalam menyampaikan kompetensi guru kurang menggunakan macam-macam metode. Dalam prakteknya, guru hanya menyampaikan bahan pelajaran, maka cara mengajar yang dilakukan guru itu seolah-olah mengisi ember kosong dengan air. Guru lebih mendominasi kegiatan belajar mengajar, sedangkan siswa hanya duduk, diam, dan dengar atas apa yang disajikan guru. Slameto (2003: 27-28) mengatakan bahwa salah satu syarat keberhasilan belajar adalah belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang. Guru dalam proses ini haruslah bisa dan mampu menjalankan roda pengetahuan bagi semua anak didiknya dan selalu melaksanakan pembelajaran yang aktif dan kreatif dengan selalu memanfaatkan penggunaan media belajar yang sesuai dengan materi yang disampaikan. Sungguh sangat disayangkan jika tugas mulia tersebut harus terhambat dengan berbagai persoalan seperti kurangnya pemanfaatan media belajar IPS, dan gaya mengajar 1
2 guru yang masih menggunakan metode ceramah sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). IPS merupakan integrasi dari berbagai ilmu-ilmu sosial seperti geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Pembelajaran geografi memberikan wawasan mengenai wilayah-wilayah, sedangkan sejarah berkenaan dengan peristiwaperistiwa dari berbagai periode. Ekonomi menjelaskan peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi dalam masyarakat dan kebijakan-kebijakan pemerintah (penguasa) berkaitan dengan ekonomi. Sosiologi merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sampai perguruan tinggi. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Karena terdiri dari berbagai ilmu sosial maka dalam pengorganisasian materi digunakan pendekatan terpadu. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Dari ketentuan ini maka secara konseptual, materi pelajaran IPS di SD belum mencakup dan mengakomodasi seluruh disiplin ilmu sosial. Namun, ada ketentuan bahwa melalui mata pembelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Permendiknas No. 22:2006). Seorang guru diharapkan juga dapat selalu menjadi motivator agar siswa selalu termotivasi dan semangat dalam mengikuti pelajaran IPS. Hal ini sangat efektif diberikan atau ditanamkan kepada siswa duduk di Sekolah Dasar, sebab muncul asumsi dan pandangan bahwa pelajaran IPS menekankan adanya interaksi siswa dengan lingkungan sekitarnya. Alasan peneliti menggunakan model pembelajaran Think Pairs and Share karena terdapat salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung yaitu cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing dalam mendemonstrasikan kegiatan praktek yang dikombinasikan dengan latihan serta bimbingan individual terhadap siswa. Dalam pelaksanaannya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan
3 yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik, karena keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan penyerapan bagi siswa itu sendiri, membuat belajar berlangsung lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan keterampilan pada situasi baru sehingga siswa dapat meningkatkan keterampilannya. Peneliti memperoleh permasalahan yang terjadi di SDN Sumogawe 01 diantaranya masih rendahnya kerjasama siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPS, kurangnya keaktifan siswa kelas 5 pada mata pelajaaran IPS, dan siswa kurang memahami materi IPS yang disajikan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah serta metode ceramah yang tidak inovatif, maka muncul masalah pada pembelajaran IPS kelas 5 SDN Sumogawe 01. Peneliti mendapatkan beberapa faktor penyebab rendahnya kerjasama dan hasil belajar SD Negeri Sumogawe 01. Faktor tersebut meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal itu adalah guru masih menyampaikan pembelajaran IPS dengan hanya berfokus pada kegiatan ceramah, sehingga siswa menjadi pasif karena hanya mendengarkan saja. Metode ceramah ternyata juga membuat siswa menjadi kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran IPS karena pembelajaran menjadi membosankan. Penggunaan media belajar harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran IPS, tetapi dalam pelaksanaannya guru hanya mengandalkan penggunaan buku cetak sebagai media penunjang pembelajaran. Melihat keadaan seperti itu para siswa menjadi semakin merasa jenuh dengan proses kegiatan belajar mengajar yang berlangsung karena kurang berkesannya pembelajaran IPS. Faktor eksternal penyebab rendahnya kerjasama dan hasil belajar IPS adalah kurangnya perhatian dari orang tua kepada siswa bagaimana kegiatan belajar mereka dirumah. Orang tua tidak mengawasi kegiatan belajar para siswa di rumah, dan semua siswa tidak ada yang ikut kegiatan les di luar jam sekolah. Meskipun di Sekolah ada tambahan pelajaran namun tidak setiap hari tambahan pelajaran itu dilakukan oleh guru kelas. Untuk itu, peneliti memilih untuk meneliti bagaimana meningkatkan kerjasama dan hasil belajar
4 siswa kelas 5 SDN Sumogawe 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Think Pairs and Share. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, agar permasalahan yang dikaji dapat terarah dan untuk menghindari penyimpangan dari masalah yang diteliti, maka perlu adanya pembatasan masalah. Masalah ini diutamakan untuk meningkatkan kerja sama dengan menggunakan model pembelajaran Think Pairs and Share pada pelajaran IPS siswa kelas 5 SDN Sumogawe 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. 1.4 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti mengangkat masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Think Pairs and Share, dapat meningkatkan kerjasama siswa kelas 5 SDN Sumogawe 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang semester II pada pelajaran IPS? b. Bagaimana model pembelajaran Think Pairs and Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Sumogawe 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang semester II pada pelajaran IPS? 1.5 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan diadakan penelitian ini ada dua, yang pertama untuk meningkatkan kerja sama siswa kelas 5 mata pelajaran IPS SDN Sumogawe 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model pembelajaran Think Pairs and Share pada pelajaran IPS. Kedua untuk mengetahui model pembelajaran Think Pairs and Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 mata pelajaran IPS SDN Sumogawe 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014.
5 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan. Adapun manfaatnya antara lain : 1.6.1 Manfaat teoritis Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru yang relevan dalam upaya meningkatkan kerja sama dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 1.6.2 Manfaat praktis a. Manfaat bagi siswa Untuk meningkatkan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran IPS, meningkatkan semangat belajar siswa dalam pelajaran IPS, dan dapat mengoptimalkan kerja sama siswa pada pembelajaran IPS. b. Manfaat bagi guru Guru dapat mengetahui metode-metode pembelajaran yang inovatif dan dapat memilih media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan materi yang akan disajikan. Model pembelajaran ini juga akan mempermudah guuru dalam mengembangkan kompetensi yan dimiliki siswa baik kognitif dan afektif. Manfaat bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah dalam usaha meningkatkan proses pembelajaran para guru. Sekolah dapat menambah sarana prasarana sehinggaga dapat mendongkrak mutu pendidikan.