BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Mulut yang merupakan pusat rujukan, pendidikan dan penelitian (Peraturan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan masalah global yang sering dihadapi di dunia baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 6 Evaluasi pasca perawatan penting untuk mendeteksi penyebab

GAMBARAN PERAWATAN GIGI DAN MULUT PADA BULAN KESEHATAN GIGI NASIONAL PERIODE TAHUN 2012 DAN 2013 DI RSGMP UNSRAT

I. PENDAHULUAN. terapeutik pilihan yang dilakukan pada gigi desidui dengan pulpa terinfeksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

PREVALENSI PREMATURE LOSS GIGI MOLAR DESIDUI PADA PASIEN ORTODONSIA DI RSGMP FKG USU TAHUN

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memberikan estetik wajah yang kurang baik (Wong, dkk., 2008). Prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN PENYEBAB PENCABUTAN GIGI SULUNG DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KOTA MANADO PADA TAHUN 2012

HUBUNGAN ASIMETRI SEPERTIGA WAJAH BAWAH DAN ASIMETRI LENGKUNG GIGI PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONTI RSGMP FKG USU

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan estetik gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang unik pada bayi, balita, dan anak prasekolah. Dahulu Early Childhood Caries (ECC) dikenal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

GAMBARAN PENGGUNAAN RADIOGRAFI GIGI DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

Kesehatan Gigi danmulut. Website:

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

PROFIL INDIKASI PENCABUTAN GIGI DI RSGM UNSRAT TAHUN 2015

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terakhir dalam perawatan gigi dan mulut karena berbagai alasan, antara lain untuk

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG PENCABUTAN GIGI DI SMP NEGERI 2 LANGOWAN

PROFIL LULUSAN DOKTER GIGI DI INDONESIA

GAMBARAN PENCABUTAN GIGI MOLAR SATU MANDIBULA BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT MANADO TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

NASKAH AKADEMIK PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (PENDIDIKAN) Konsil Kedokteran Gigi Konsil Kedokteran Indonesia Bogor, September 2010

GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN KOMPLIKASI PENCABUTAN GIGI DI RSGM PSPDG-FK UNSRAT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SAHIRA Htl, Sept 2010

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BAHU

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang penting dalam perawatan ortodonti adalah diagnosis, prognosis dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

DAFTAR GAMBAR. 2.1 Empat Faktor Utama Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gambaran Klinis Karies Pada Daerah Occlusal...

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: QUAH PERNG TATT NIM:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, dunia telah mengalami peningkatan populasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah

ABSTRAK. Kata kunci: kecemasan dental, pencabutan gigi, mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi, rumah sakit gigi dan mulut maranatha.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 93 ayat 1 pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia diprediksi akan meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisa Ruang Metode Moyers

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan saat ini memiliki paradigma baru yaitu menempatkan

ENDODONTIC-EMERGENCIES

BAB III METODE PENELITIAN. kebersihan gigi dan mulut pada pasien pra-pengguna gigi tiruan cekat.

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki permasalahan pada gigi dan mulut sebesar 25,9%,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Eksodonsi merupakan salah satu prosedur yang ada pada ilmu spesialis

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian World Health Organization (WHO) menunjukan bahwa di seluruh. menimbulkan rasa nyeri dan ketidaknyamanan.

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan. Undang-Undang No.36 tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. dari dalam soket gigi dan menanggulangi komplikasi yang mungkin terjadi. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. anak itu sendiri. Fungsi gigi sangat diperlukan dalam masa kanak-kanak yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan, gigi impaksi dan untuk keperluan prosedur ortodontik. 1, 2

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas : TK Panglima Angkasturi, Medan : SD Negeri , Medan

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas dunia yang dimulai dengan Asean Free Trade

PREVALENSI ODONTEKTOMI MOLAR TIGA RAHANG BAWAH DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT RSGMP FKG USU PADA TAHUN 2012 BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN USIA SKRIPSI

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah memajukan kesejahteraan bangsa. Salah satunya adalah dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rasa. Istilah aesthetic berasal dari bahasa Yunani yaitu aisthetike dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses fisiologis yang

Status gingiva pada pasien pengguna gigi tiruan cekat di RSGM PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTI BERDASARKAN DENTAL HEALTH COMPONENT PADA SMA N 8 MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga

GAMBARAN PENGGUNAAN SEMEN IONOMER KACA SEBAGAI BAHAN TUMPATAN DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO TAHUN

I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Ansietas atau kecemasan adalah keadaan mood yang berorientasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan desaincross sectional. 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DETEKSI DAN MANAJEMEN PENYAKIT SISTEMIK PADA PASIEN GIGI-MULUT DENGAN KOMPROMIS MEDIS. Harum Sasanti FKG-UI, Departemen Ilmu Penyakit Mulut

Gambaran tindakan perawatan gigi anak di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi pada tahun 2011

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeliharaan gigi anak merupakan salah satu komponen penting dalam mencegah timbulnya permasalahan lebih lanjut pada rongga mulut. Pencegahan yang dilakukan sejak dini dapat mempertahankan kesehatan gigi dan menjaga kesehatan struktur rongga mulut. Ilmu Kedokteran Gigi Anak mencakup diagnosis dan perawatan berbagai penyakit mulut serta kondisi yang ditemukan pada rongga mulut anak dan remaja termasuk karies, penyakit periodontal, gangguan mineralisasi, gangguan perkembangan dan erupsi gigi, serta trauma baik pada anak-anak yang sehat maupun anak-anak dengan kebutuhan khusus. 1 Meskipun perawatan gigi anak telah banyak mengalami perubahan dari yang pada awalnya berorientasi pada pencabutan gigi, saat ini telah menuju kearah pencegahan kerusakan pada rongga mulut dengan menekankan pada diagnosis dan pemeliharaan. 2 Tingkat kebutuhan pencabutan gigi pada anak masih menjadi hal penting mengingat banyaknya kasus penyakit gigi anak yang merupakan indikasi untuk pencabutan, seperti trauma, karies yang parah, kegagalan perawatan endodonti, gigi persistensi, dan sebagainya. 3 Namun, masih banyak diantara masyarakat menganggap pencabutan sebagai suatu hal yang menakutkan. Pada dasarnya kasus yang merupakan indikasi untuk dilakukan pencabutan harus segera mendapat penanganan. Hal ini karena gigi yang telah mengalami infeksi dan tidak segera dirawat dapat menimbulkan dampak yang cukup serius. Tidak hanya timbulnya perluasan infeksi pada rongga mulut, tetapi juga berdampak pada kehidupan pasien. Infeksi yang terus berlanjut pada akhirnya dapat mengganggu aktifitas pasien sehari-hari, seperti makan serta beraktifitas sehingga dapat menurunan kualitas hidup pasien. 4

gigi. 9 Penelitain Ashiwaju, dkk di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Lagos di 2 Menurut RISKESDAS tahun 2007 dari 21,6% anak usia 5-9 tahun yang memiliki masalah gigi dan mulut hanya 30,9% yang menerima perawatan dan pada anak usia 10-14 tahun sebanyak 20,6% memiliki masalah gigi dan mulut, 26,6% saja yang menerima perawatan. Pada total semua populasi di Indonesia, nilai Required Treatment Index (RTI) yaitu besarnya kerusakan yang belum ditangani dan membutuhkan perawatan atau pencabutan sebesar 25,2% sedangkan untuk wilayah Sumatera Utara berada pada urutan kelima untuk wilayah Sumatera yaitu sebesar 25,8%. 5 Pada RISKESDAS 2013 sebanyak 28,9% anak berusia 5-9 tahun mengalami masalah gigi dan mulut dan pada usia 10-14 tahun sebesar 25,2%. Dari data tersebut Effective Medical Demand (EMD) yaitu keterjangkauan mendapatkan pelayanan medis sebesar 10,1 % untuk usia 5-9 tahun dan 7,1% untuk usia 10-14 tahun. Nilai EMD untuk wilayah Sumatera Utara sendiri sebesar 4,9% sangat jauh jika dibandingan dengan nilai EMD pada keseluruhan populasi di Indonesia yaitu sebesar 8,1%. 6 Penelitian yang dilakukan oleh Andre ia, dkk di Dental Clinics at State University of Sa o Paulo (UNESP) dari rekam medis pasien tahun 1999-2002 didapati 439 dari 800 rekam medis pasien merupakan indikasi untuk dilakukan pencabutan. 7 Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Tin Oo, dkk di Malaysia menemukan sebanyak 24,7% gigi yang mengalami karies membutuhkan pencabutan. 8 Penelitian Ticoalu, dkk juga mendapati sebanyak 6,2% membutuhkan pencabutan Nigeria didapati 58,8% pasien yang berusia 3 hingga 15 tahun dilakukan pencabutan gigi. 10 Penelitian yang dilakukan oleh Dominkus, dkk terhadap rekam medik pasien yang berusia 6-12 tahun di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi pada tahun 2011 didapati sebanyak 43,2 % perawatan pencabutan gigi. 11 Data di atas menunjukkan bahwa pencabutan masih menjadi salah satu pilihan perawatan yang umum dilakukan dalam perawatan gigi anak.

3 Salah satu RSGMP yang ada di Indonesia adalah RSGMP Fakultas Kedokteran Gigi USU, yang didalamnya terdapat beberapa departemen meliputi Bedah Mulut, Konservasi, Ortodonsi, Prostodonsi, Periodonsi, Pedodonsi (Kedokteran Gigi Anak), Penyakit Mulut, dan Kesehatan Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat (KGP/ KGM). Ilmu Kedokteran Gigi Anak (IKGA) merupakan cabang dari ilmu kedokteran gigi yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan kesehatan gigi anak. Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak (IKGA) sendiri telah berdiri sejak tahun 1977 menjadi tempat bagi mahasiswa yang sedang menjalani Program Pendidikan Profesi didalam melakukan perawatan gigi anak pada RSGMP FKG USU. Departemen IKGA menangani berbagai macam jenis perawatan pada anak, diantaranya restorasi, endodonti, ortodonti, dan juga pencabutan. Kebutuhan akan perawatan pencabutan gigi yang cukup besar harus diikuti dengan tingkat pelayanan yang baik pula. Peningkatan terhadap kualitas pelayanan perawatan gigi anak khususnya perawatan pencabutan harus terus menjadi perhatian. Sama halnya dengan berbagai rumah sakit lain, tentunya Departemen IKGA terus berusaha untuk meningkatkan kualitas perawatan gigi anak. Namun, hingga saat ini belum ada data pengamatan mengenai jumlah kebutuhan perawatan kesehatan gigi anak, khususnya kebutuhan akan pencabutan gigi anak. Di sisi lain data tersebut dapat menjadi acuan dalam menciptakan strategi demi meningkatkan kualitas perawatan baik dari segi tenaga kerja maupun fasilitas. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai kebutuhan perawatan pencabutan gigi di Klinik IKGA RSGMP FKG USU tahun 2010-2015. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah Umum 1. Berapakah jumlah pencabutan yang telah dilakukan gigi desidui dan permanen pada pasien di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015? 2. Bagaimana perbandingan kebutuhan pencabutan dengan pencabutan yang dilakukan pada gigi desidui dan permanen di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015?

4 3. Apakah terdapat hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan indikasi pencabutan gigi pada pasien di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015? 1.2.2 Rumusan Masalah Khusus 1. Berapa jumlah kebutuhan pencabutan gigi desidui di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015? 2. Berapa jumlah kebutuhan pencabutan gigi permanen di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015? 3. Berapa jumlah pencabutan gigi desidui di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015? 4. Berapa jumlah pencabutan gigi permanen di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015? 5. Bagaimana distribusi pencabutan gigi desidui yang telah dilakukan berdasarkan indikasi pencabutan gigi di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015? 6. Bagaimana distribusi pencabutan gigi permanen yang telah dilakukan berdasarkan indikasi pencabutan gigi di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015? 7. Bagaimana distribusi pencabutan gigi desidui yang telah dilakukan berdasarkan usia di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015? 8. Bagaimana distribusi pencabutan gigi permanen yang telah dilakukan berdasarkan usia di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015? 9. Bagaimana distribusi pencabutan gigi desidui yang telah dilakukan berdasarkan jenis kelamin di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015? 10. Bagaimana distribusi pencabutan gigi permanen yang telah dilakukan berdasarkan jenis kelamin di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015? 11. Apakah terdapat hubungan antara usia dengan indikasi pencabutan gigi di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015? 12. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan indikasi pencabutan gigi di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015? 13. Bagaimana korelasi antara usia dengan indikasi pencabutan gigi di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015?

5 14. Bagaimana analisis pencabutan gigi berdasarkan Tooth Extraction Index (TEI) di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum: 1. Mengetahui jumlah pencabutan gigi desidui dan permanen pada pasien di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015. 2. Mengetahui perbandingan kebutuhan pencabutan dengan pencabutan yang dilakukan pada gigi desidui dan permanen di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015. 3. Mengetahui hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan indikasi pencabutan gigi pada pasien di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015. 1.3.2 Tujuan khusus: 1. Mengetahui jumlah kebutuhan pencabutan gigi desidui di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015. 2. Mengetahui jumlah kebutuhan pencabutan gigi permanen di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015. 3. Mengetahui jumlah pencabutan gigi desidui di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015. 4. Mengetahui jumlah pencabutan gigi permanen di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015. 5. Mengetahui distribusi pencabutan gigi desidui yang telah dilakukan berdasarkan indikasi pencabutan gigi di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015. 6. Mengetahui distribusi pencabutan gigi permanen yang telah dilakukan berdasarkan indikasi pencabutan gigi di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015. 7. Mengetahui distribusi pencabutan gigi desidui yang telah dilakukan berdasarkan usia di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015. 8. Mengetahui distribusi pencabutan gigi permanen yang telah dilakukan berdasarkan usia di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015.

6 9. Mengetahui distribusi pencabutan gigi desidui yang telah dilakukan berdasarkan jenis kelamin di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015. 10. Mengetahui distribusi pencabutan gigi permanen yang telah dilakukan berdasarkan jenis kelamin di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015. 11. Mengetahui hubungan antara usia dengan indikasi pencabutan gigi di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015. 12. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan indikasi pencabutan gigi di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015. 13. Mengetahui korelasi antara usia dengan indikasi pencabutan gigi di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015 14. Mengetahui analisis pencabutan gigi berdasarkan Tooth Extraction Index (TEI) di Klinik IKGA RSGMP USU tahun 2010-2015 1.4 Hipotesis Penelitian 1. Terdapat hubungan antara usia dengan indikasi pencabutan gigi. 2. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan indikasi pencabutan gigi. 3. Terdapat korelasi antara usia dan indikasi pencabutan gigi. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Peneliti 1. Sebagai pengalaman baru dalam meneliti, menulis laporan, dan mempresentasikan hasil penelitian. 2. Sebagai data bagi penelitian berikutnya. 1.5.2 Departemen Kedokteran Gigi Anak FKG USU Sebagai data yang dapat membantu dalam menyusun program kerja departemen selanjutnya.