BAB I PENDAHULUAN. tiga asas yaitu asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. 1

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu wadah bagi masyarakatnya untuk turut serta dalam proses. daerah demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi Jufri (2012). Akan tetapi dalam

BAB I PENDAHULUAN. otonom (locale rechtgemeenschappen) yang pembentukannya ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. membuat undang undang ditingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota. 1 DPRD menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010

BAB I PENDAHULUAN. Cipta. hlm Salim HS Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS DAN KASUS POSISI. Indonesia merupakan negara yang terkenal kaya akan bahan galian tambang.

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun Dalam rangka penyelenggaraan

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG

Undang-Undang No. 32. Tahun 2004 Pelimpahan. wewenang. pemerintahan oleh. Pemerintah kepada. Gubernur sebagai. wakil pemerintah.

11/PMK.07/2010 TATA CARA PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH BUMI SAWAHLUNTO MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENJUALAN DAN/ATAU RENCANA PENGIRIMAN HASIL TAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PELAKSANAAN PENGAWASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KOTA PADANG TAHUN 2011

RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Demokrasi adalah salah satu tuntutan terciptanya penyelenggaraan

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 04 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. (Maryati, Ulfi dan Endrawati, 2010).

- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN LUWU TIMUR

Dr. Firman Muntaqo, SH, MHum Dr. Happy Warsito, SH, MSc Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM Irsan Rusmawi, SH, MH

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat. disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG HIBAH KEPADA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. U M U M PASAL DEMI PASAL II.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistim desentralisasi, sehubungan dengan itu penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilaksanakan melalui tiga asas yaitu asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. 1 Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi, dan daerah provinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil, daerah-daerah itu bersifat Otonom atau bersifat daerah administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang. 2 Pembagian wilayah seperti yang dikatakan diatas adalah pembagian sistim pemerintahan untuk skala yang kecil, dan tujuan dari pemisahan wilayah pemerintahan yaitu untuk memperpendek rentan kendali sistem pemerintahan pusat, karena tidak mungkin segala urusan yang berada di Negara Repoblik Indonesia dapat dilakukan semuanya oleh pemerintah pusat. Berdasarkan kenyataan di atas, maka daerah Indonesia akan dibagi menjadi daerah provinsi dan daerah provinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil yang disebut kabupaten, dan daerah-daerah yang telah dibagi itu bersifat otonom. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3 Otonomi daerah itu sendiri berarti hak, wewenang, dan kewajiban suatu pemerintahan daerah untuk mengatur 1 Josef Riwu Kaho. Prospek otonomi Daerah. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2010. Hal VII 2 Ibid Hal 4 3 Yulies Tiena Masriani. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika.2004. Hal 42 1

dan mengurus rumah tangganya sendiri. Fungsi mengatur diberikan kepada aparat legislatif, yaitu DPRD. Oleh sebab itu DPRD pada masing-masing daerah memiliki kewenangan membuat peraturan daerah (Perda) masing-masing ketentuan yang berlaku, sementara fungsi mengurus diserahkan kepada eksekutif daerah yaitu kepala daerah dan dinas-dinas otonomnya. 4 DPRD sebagai lembaga legislatif merupakan lembaga perimbangan terhadap kekuasaan eksekutif dengan demikian negara mengatur fungsi-fungsi dan tugas DPRD agar pemerintahan berjalan efektif, transparan dan akuntabel. Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) mempunyai fungsi yaitu : 1. Legislasi Fungsi legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPRD selaku pemegang kekuasaan membentuk peraturan daerah. 2. Anggaran Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD yang diajukan oleh Bupati. 3. Pengawasan Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan peraturan daerah dan APBD. DPRD mempunyai beberapa hak yaitu : 1. Hak Interpelasi adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 4 Ibid Hal 64 2

2. Hak Angket adalah hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu peraturan daerah dan / atau kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundangundangan. 3. Hak Menyatakan Pendapat adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat atas : a) Kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau di dunia internasional. b) Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. c) Dugaan bahwa presiden dan wakil presiden melakukan pelanggaran hukum baik berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana lainya, maupun perbuatan tercela dan/ atau Bupati atau Wakil Bupatu tidak lagi memenuhi syarat sebagai Bupati dan Wakil Bupati. 5 Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 ayat 2 di atas bahwa pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam mendorong penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom, pemerintah daerah tidak terlepas dari tanggungjawabnya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat secara adil demi kemakmuran rakyat melalui pengembangan dan pemanfaatan sumber 5 http://www.kursikayu.com/2012/06/fungsi-dprd-tugas-dan-wewenang-dprd.html?m=1 3

daya alam yang ada. Salah satu sumber daya alam yang dapat di manfaatkan adalah pertambangan rakyat yang mampu menopang kehidupan masyarakat yang ada di daerah tersebut, salah satu contoh pertambangan rakyat yaitu pertambangan rakyat yang berada di Kabupaten Bone Bolango. Pertambangan rakyat yang berada di Kabupaten Bone Bolango memiliki sumber daya alam yakni emas, yang dapat di kelola oleh masyarakat setempat sehingga pemerintah daerah berkewajiban untuk menertibkan pertambangan rakyat tersebut, karena pertambangan rakyat yang yang berada di Kabupaten Bone Bolango tidak memiliki izin, diantaranya yaitu: 1. Pertambangan rakyat yang berada di Desa Tulabolo Timur. 2. Pertambangan rakyat yang berada di Desa Mohutango. 3. Pertambangan rakyat yang berada di Desa Tilangobula. 4. Pertambangan rakyat yang berada di Desa Gindapi. 5. Pertambangan rakyat yang berada di Desa Molotabu. 6. Pertambangan rakyat yang berada di Desa Moutong. 7. Pertambangan rakyat yang berada di Desa Mopuya. 8. Pertambangan rakyat yang berada di Desa Waluhu. 9. Pertambangan rakyat yang berada di Desa Mantulang. 10. Pertambangan rakyat yang berada di Desa Masiaga. 11. Pertambangan rakyat yang berada di Desa Mongiilo Utara. Adapun kegiatan usaha pertambangan yang memiliki izin di Kabupaten Bone Bolango yaitu perusahaan tambang Gorontalo Mineral. Pertambangan rakyat yang berada di Desa Tulabolo Timur dengan luas 20 Ha, memiliki kadar emas yang cukup 4

tinggi yaitu dari 90%-95% yang di kelolah oleh pekerja tambang yang berjumlah ± 2000 pekerja tambang. 6 Dalam Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batu bara tercantum bahwa usaha pertambangan dilakukan berdasarkan IUP, IPR atau IUPK. Di dalam Undang-undang No 4 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 10 Izin pertambangan rakyat, yang selanjutnya disebut IPR, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas. Berdasarkan observasi awal pertambangan rakyat yang berada di desa Tulabolo Timur, yang berlokasi di Botomboto sampai sekarang tidak memiliki izin dan masih beroperasi seperti biasanya, sedangkan pemerintah daerah telah membuat peraturan daerah (PERDA), mengenai izin pertambangan rakyat (IPR), diwilayah pertambangan rakyat (WPR). Peraturan Daerah No 11 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Pertambangan Rakyat berkelanjutan dan berwawasan lingkungan Pasal 12 menyatakan bahwa, setiap pengelolaan usaha pertambangan rakyat hanya dapat dilakukan setelah mendapat izin pertambangan rakyat akan tetapi pada kenyataanya Pertambangan Rakyat yang berada di Desa Tulabolo Timur tidak memiliki izin. Istilah tambang rakyat secara resmi terdapat pada, UU No. 11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan, selanjutnya diubah menjadi UU No 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara. Dalam Undang-undang Minerba Pasal 33, pengusahaan pertambangan yang sebelumnya menggunakan resmi kontrak karya dan 6 Hasil wawancara dengan Hairil, Kabid Pertambangan, tanggal 25 juni 2014, mengenai jumlah pekerja tambang 5

perjanjian selanjutnya dilakukan melalui tiga bentuk yaitu Izin Usaha Pertambangan (IUP), Izin Pertambangan Rakyat (IPR), dan Perjanjian Usaha Pertambangan (PUP). Izin Pertambangan Rakyat (IPR) diberikan untuk komunitas atau koperasi yang melakukan aktifitas pertambangan skala kecil sementara Perjanjian Usaha Pertambangan (PUP) dilakukan perusahaan tambang dengan badan pelaksanaan yang dibentuk oleh pemerintah. Dalam Undang-undang mineral dan batubara dikenal yang namanya IPR ( izin pertambangan rakyat ) yang dapat diberikan kepada perorangan maksimal 1 Ha, koperasi atau kelompok masyarakat 5 Ha, dimana perizinan cukup di keluarkan oleh Walikota atau Bupati dengan cukupan luas wilayah maksimal 25 Ha. Oleh karena itu, perlunya ketegasan dari Pemerintah Daerah dalam menerapkan Peraturan Daerah No 11 tahun 2013 tentang Pengelolaan pertambangan rakyat berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Berdasarkan kenyataan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian, guna mendapatkan gambaran yang jelas terkait dengan tanggung jawab pemerintah daerah terhadap pertambangan rakyat yang berada di daerah tersebut, sehingganya dalam penelitian ini peneliti mengambil judul sebagai berikut : TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAERAH DALAM MENERTIBKAN PERTAMBANGAN RAKYAT DI DESA TULABOLO TIMUR KECAMATAN SUWAWA TIMUR KABUPATEN BONE BOLANGO. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : 6

1. Bagaimanakah tanggung jawab pemerintah daerah dalam menertibkan pertambangan rakyat di Desa Tulabolo Timur? 2. Apakah hambatan yang di hadapi oleh pemerintah daerah dalam menertibkan pertambangan rakyat di Desa Tulabolo Timur? 1.3 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Penulisan dari karya ilmiah ini bisa menjadi suatu bahan kontribusi pemikiran peneliti terhadap Pemerintah Daerah agar lebih memperhatikan lagi masalahmasalah yang terjadi di daerah khususnya di bidang pertambangan. 2. Manfaat Teoritis Manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menambah wawasan penulis dalam pemahaman tentang karya tulis ilmiah serta dapat dijadikan sebagai contoh dan bahan perbandingan bagi para mahasiswa lainnya dan akademisi. 1.4 Tujuan Penelitian Dalam suatu kegiatan penilitian selalu mempunyai tujuan tertentu, dari penilitian ini diharapkan dapat disajikan data yang akurat dan memiliki validitas untuk menjawab permasalahan, sehingga memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan penilitian ini. Berpijak dari hal tersebut maka yang menjadi tujuan penilitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sejauh mana tanggung jawab pemerintah daerah dalam menertibkan pertambangan rakyat di Desa Tulabolo Timur. 2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang di hadapi oleh pemerintah daerah dalam menertibkan pertambangan rakyat di Desa Tulabolo Timur. 7