KARAKTERISTIK ROTI TAWAR DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM (Sorghum bicolor (L) MOENCH) TERFERMENTASI DAN TANPA FERMENTASI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. setelah nasi dan menjadi makanan populer dikalangan masyarakat. Roti

EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

PENGARUH RASIO TEPUNG KOMAK DENGAN TEPUNG TERIGU DAN PENGGUNAAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK BROWNIES YANG DIHASILKAN

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BONGGOL. PISANG ( Musa paradisiaca ) TERHADAP DAYA SERAP AIR DAN DAYA TERIMA BROWNIES

SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR PADA TEPUNG BERAS DALAM PEMBUATAN APEM DAN KUE MANGKOK

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

Formulasi Roti Tawar dengan Subtitusi Tepung Ubi Jalar dan Tepung Tempe Kedele (Kajian terhadap Kualitas Kimiawi Roti Tawar)

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

COOKIES DIET APRANATA SEMARANG SKRIPSI. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, masyarakat di dunia dan juga Indonesia sedang menghadapi

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tepung terigu di Indonesia saat ini terus meningkat. Asosiasi Produsen

PEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

BAB I PENDAHULUAN. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung. terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah menggunakan

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle.

PEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : SISKA SANITA

METODE. Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

Disusun Oleh. Devie Triyanaa J FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. impor. Volume impor gandum dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data APTINDO (2013), Indonesia mengimpor gandum

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa Indonesia adalah beras, karena beras merupakan. makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF)

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010).

KARAKTERISASI TEPUNG KASAVA YANG DIMODIFIKASI DENGAN BAKTERI SELULOLITIK SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK MIE DAN BISKUIT

PENGARUH LAMA PENGERINGAN KENTANG DAN PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG KENTANG TERHADAP MUTU COOKIES KENTANG

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

SKRIPSI. KUALITAS COOKIES DENGAN KOMBINASI TEPUNG SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) dan TEPUNG TERIGU DENGAN PENAMBAHAN SUSU KAMBING

PEMANFAATAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) UNTUK PEMBUATAN BISKUIT DAN SNACK

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

Tabel 1. 1 Jumlah Wisatawan Kota Bandung. Wisatawan Tahun mancanegara domestik jumlah

Hasil Penelitian J. REKAPANGAN VOL. 7 NO. 2 Th 2013 PEMBUATAN ROTI MANIS DENGAN SUBSTITUSI WORTEL DAN GLUTEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh

PENAMBAHAN TEPUNG BIJI CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN ROTI TAWAR

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

PEMANFAATAN MIKROALGA Spirulina sp DALAM FORMULASI BUTTER COOKIES: STUDI KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI

BAB I PENDAHULUAN. ditambahkan dengan starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tepung-tepungan lokal atau non terigu saat ini telah menjadi

SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR DALAM PEMBUATAN BOLU GULUNG SWEET POTATO FLOUR SUBSTITUTION OF ROLL CAKE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBUATAN MIE INSTAN DARI TEPUNG KOMPOSIT BIJI-BIJIAN

EVALUASI MUTU KUKIS YANG DISUBSTITUSI TEPUNG SUKUN

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN BEKATUL DAN AMPAS WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN COOKIES. THE USED OF BRAND AND CARROT WASTE (Daucus carota) IN COOKIES MADE

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis.

PENGARUH PENGGUNAAN CENGKEH (Syzygium aromaticum) DAN KAYU MANIS (Cinnamomum sp.) SEBAGAI PENGAWET ALAMI TERHADAP DAYA SIMPAN ROTI MANIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI

PENGARUH PROPORSI TERIGU MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) DAN PENAMBAHAN TEPUNG FORMULA TEMPE TERHADAP HASIL JADI FLAKE

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG (Zea mays L.) DALAM PEMBUATAN COOKIES. ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Tepung terigu digunakan untuk pembuatan mie, roti, kue sebagai bahan

Kata kunci : fermentasi, sereal

PEMBUATAN KUE BOLU DARI TEPUNG PISANG SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN PENGAYAAN TEPUNG KEDELAI

FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI

PENDAHULUAN. aktif dan sehat (Martianto, 2005). Diversifikasi pangan akan memungkinkan

5.1 Total Bakteri Probiotik

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi gula fruktosa dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Januari

Transkripsi:

KARAKTERISTIK ROTI TAWAR DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM (Sorghum bicolor (L) MOENCH) TERFERMENTASI DAN TANPA FERMENTASI CHARACTERISTICS OF WHITE BREAD WITH FERMENTED AND UNFERMENTED SORGHUM FLOUR (Sorghum bicolor (L) MOENCH) Ardhea Mustika.S 1), Linda Kurniawati 1), Akhmad Mustofa 1) 1) Fakultas Teknologi dan Industri Pangan, Universitas Slamet Riyadi, Surakarta email: ardheamustika@gmail.com ABSTRACT This research was aimed to determine the appropriate concentration of fermented and unfermented sorghum flour for bread making which received by the panelists. Sorghum flour was naturally fermented and then dried with cabinet dryer at 60 C for 8 h. Substitution of sorghum flour either fermented and unfermented performed at various concentration i.e 10%, 20%, 30% and 40%. Organoleptic test results showed that white bread accepted by panelists was subtituted with fermented and unfermented sorghum flour in concentration of 10% and 20%. White bread with fermented sorghum flour substitution of 10% and 20% have moisture content of 28.702% and 34.392%, while white bread with unfermented sorghum flour has moisture content 28.660% and 31.857%. Ash content of white bread with fermented sorghum flour 10% and 20% were 0.823% and 0.638%, while white bread with unfermented sorghum flour 10% and 20% have ash content of 0.830% and 0.718%. Fiber content of white bread subtituted with 10% and 20% fermented sorghum flour was 3.375% and 4,206% respectively whereas white bread with 10% and 20% unfermented sorghum flour have fiber content 3.008% and 3.873%. Key words: fermentation, sorghum flour, white bread ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi substitusi tepung sorgum yang telah mengalami fermentasi spontan dan tanpa fermentasi untuk pembuatan roti tawar yang diterima oleh panelis. Tepung sorgum difermentasi secara spontan kemudian dikeringkan dengan cabinet dryer pada suhu 60 C selama 8 jam. Substitusi tepung sorgum yang difermentasi dan tanpa fermentasi dilakukan pada variasi konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40%. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa roti tawar yang dapat diterima panelis adalah roti tawar dengan konsentrasi substitusi tepung sorgum 10% dan 20% baik tepung sorgum dengan fermentasi maupun tanpa fermentasi. Secara kimia roti tawar dengan substitusi tepung sorgum terfermentasi 10% dan 20% memiliki kadar air 28,702% dan 34,392%, sedangkan roti tawar dengan tepung sorgum tanpa fermentasi memiliki kadar air 28,660% dan 31,857%. Kadar abu roti tawar dengan tepung sorgum terfermentasi 10% dan 20% adalah 0,823% dan 0,638% sedangkan roti tawar dengan tepung sorgum tanpa fermentasi 10% dan 20% memiki kadar abu 0,830%dan 0,718%. Kadar serat produk roti tawar dengan substitusi tepung sorgum cukup tinggi yaitu 3,375% dan 4, 206% untuk substitusi 10% dan 20% tepung sorgum terfermentasi, sedangkan tanpa fermentasi kadar serat substitusi 10% dan 20% adalah 3,008% dan 3,873%. Kata kunci: fermentasi, tepung sorgum, roti tawar PENDAHULUAN Roti tawar merupakan salah satu produk pangan yang cukup populer di dunia. Berdasarkan Data Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2005, di Indonesia konsumsi roti tawar nasional sekitar 460 juta bungkus, angka ini meningkat sebesar 61% pada tiga tahun berikutnya sehingga menjadi sekitar 742 juta bungkus (Rahardian, 2010). Roti tawar banyak disukai masyarakat karena memiliki beberapa manfaat diantaranya bergizi, mengenyangkan dan kemudahan dalam preparasi dan konsumsi. Tepung terigu sebagai bahan utama dalam pembuatan roti tawar memiliki peranan besar dalam tingkat pengembangan roti. Tingginya konsumsi roti tawar akan meningkatkan konsumsi gandum di Indonesia. Sedangkan gandum sendiri kurang cocok ditanam di Indonesia, sehingga kebutuhan gandum di Indonesia dipenuhi dengan impor. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), impor gandum segar di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 impor gandum segar mencapai 4.666.418 ton, meningkat menjadi 4.824.049 ton pada tahun 2010, dan menjadi 5.648.065 ton pada tahun Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 1, Februari 2015 1

2011. Oleh karena itu perlu adanya substitusi bahan lainnya sehingga dapat mengurangi penggunaan tepung terigu dalam pembuatan roti tawar. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench.) merupakan salah satu serealia lokal yang berpotensi digunakan sebagai substituen gandum dalam pembuatan roti tawar. Sorgum merupakan sumber serealia kelima di dunia setelah beras, jagung, gandum dan barley yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan beberapa mineral penting (Ibrahim, et.al., 2005). Kadar protein sorgum setara dengan protein pada gandum, namun keberadaan protein sorgum terikat oleh pati sehingga tingkat kecernaannya rendah. Perendaman tepung sorgum (fermentasi spontan) sebelum pengolahan menjadi bahan pangan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kecernaan protein sorgum. Beberapa penelitian menyebutkan fermentasi tepung sorgum sebelum pengolahan dapat meningkatkan kecernaan pati dan protein sorgum (Pranoto, et.al., 2013). Dengan upaya substitusi tepung sorgum terfermentasi dalam pembuatan roti tawar diharapkan akan mengurangi impor gandum Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosentase substitusi tepung sorgum terfermentasi dan tanpa fermentasi pada pembuatan roti tawar yang dapat diterima (acceptable) oleh panelis serta mengetahui pengaruh substitusi tepung sorgum terfermentasi pada sifat kimia (kadar air, kadar abu, kadar serat kasar) roti tawar yang disubstitusi yang terpilih. METODE PENELITIAN Bahan Bahan yang digunakan meliputi bahan utama dan bahan kimia untuk analisa. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sorgum dan terigu serta bahan-bahan untuk membuat roti tawar antara lain 5 g susu skim 10 g mentega putih, 5 g gula, 3,75 g garam, 5,5 g yeast, 2 g bread improver dan 165 ml air (dalam 250 g tepung komposit terigusorgum). Alat Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi peralatan untuk pembuatan tepung sorgum dan fermentasi (perendaman) tepung sorgum, peralatan pembuatan roti tawar dan peralatan untuk analisa. Penepungan sorgum menggunakan grinder, cabinet dryer dan ayakan. Peralatan pembuatan roti tawar meliputi timbangan roti, baskom mangkok, roller, mixer, loyang, profer dan Oven. Tahapan penelitian Tepung sorgum yang telah difermentasi dan tanpa fermentasi disubstitusikan pada pembuatan roti tawar dengan konsentrasi 10, 20, 30 dan 40%. Semua bahan pembuatan roti tawar dicampurkan dan dilakukan fermentasi pertama selama 30 menit dan fermentasi kedua selama 60 menit. Fermentasi adonan dilakukan pada suhu 37 C. Setelah fermentasi adonan kedua kemudian dilakukan pemanggangan pada suhu 190 C selama 25 menit. Semua sampel roti diujikan kepada panelis dengan metode scoring test untuk menilai kesukaan panelis terhadap produk roti tawar sorgum. Produk yang dapat diterima panelis kemuadian dianalisa kandungan kimianya meliputi kadar air, kadar abu dan kadar serat. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Organoleptik Uji organoleptik yang dilakukan pada penelitian ini merupakan uji kesukaan (hedonic test) dengan metode scoring test. Dengan metode ini dapat diketahui sampel roti tawar dengan substitusi tepung sorgum pada konsentrasi berapa yang dapat diterima oleh panelis. Atribut sensoris yang diujikan pada pengujian ini meliputi warna, rasa, dan tekstur serta penilaian tingkat kesukaan secara keseluruhan panelis terhadap sampel roti tawar sorgum. Hasil pengujian tingkat kesukaan panelis dapat dilihat pada Tabel 1. Dari hasil uji kesukaan diperoleh hasil rata-rata panelis lebih menyukai roti tawar dengan substitusi tepung sorgum maksimal 20% baik tepung sorgum yang difermentasi maupun tanpa fermentasi. Substitusi tepung sorgum diatas 20% menurunkan tingkat kesukaan panelis terhadap sampel roti tawar meskipun secara statistik tidak menunjukkan 2 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 1, Februari 2015

perbedaan nyata. Dari segi rasa dan tekstur, peningkatan kadar substitusi tepung sorgum pada roti tawar juga memberikan penurunan terhadap tingkat kesukaan. Kadar Air Pada penelitian ini pengujian kadar air hanya dilakukan pada sampel roti tawar yang disukai panelis atau memiliki skor yang tinggi yaitu pada substitusi tepung sorgum 10% dan 20% baik tepung sorgum yang difermentasi maupun tanpa fermentasi. Hasil analisis kadar air disajikan pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dilihat ada peningkatan kadar air dengan bertambahnya konsentrasi substitusi tepung sorgum meskipun tidak berbeda nyata. Kenaikan kadar air dengan penambahan tepung sorgum diakibatkan oleh kadar protein tepung sorgum yang tinggi. Menurut Lowe (1943) protein lebih mudah mengikat air dibandingkan dengan pati. Roti tawar yang disubstitusi dengan tepung sorgum yang difermentasi memiliki kadar air yang lebih tinggi meskipun peningkatan kadar air tersebut tidak berbeda nyata dengan roti tawar yang disubstitusi dengan tepung sorgum tanpa fermentasi. Proses fermentasi mengakibatkan penurunan suhu gelatinisasi pati sehingga berdampak pada kenaikan viskositas adonan roti karena ada pemecahan granula pati menjadi granula yang lebih kecil sehingga lebih mudah mengikat air (Hidayah, 2010). Kadar air roti tawar dengan substitus tepung sorgum pada penelitian ini masih masuk dalam kisaran SNI 01-3840-1995 roti tawar yaitu memiliki kadar air maksimal 40%. Tabel 1. Hasil Pengujian Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Roti Tawar yang Disubstitusi dengan Tepung Sorgum Parameter kesukaan Sampel roti tawar Warna Rasa Tekstur Kesukaan keseluruhan 0 % (tanpa subtitusi) 3,6 b 3,4 b 3,4 b 3,6 b 10% substitusi dengan fermentasi 1,7 a 1,7 a 1,6 a 1,6 a 10% substitusi tanpa fermentasi 2,1 a 1,7 a 2,0 a 1,9 a 20% substitusi dengan fermentasi 1,9 a 1,3 a 2,3 a 1,6 a 20% substitusi tanpa fermentasi 1,4 a 1,4 a 1,8 a 1,4 a 30% substitusi dengan fermentasi 2,0 a 1,5 a 1,4 a 1,4 a 30% substitusi tanpa fermentasi 1,6 a 1,2 a 1,7 a 1,3 a 40% substitusi dengan fermentasi 2,3 a 1,0 a 1,2 a 1,2 a 40% substitusi tanpa fermentasi 2,0 a 1,3 a 1,3 a 1,2 a Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda secara nyata (p 0,05) Nilai 1 = tidak suka ; 2 = agak suka; 3 = suka; 4 = suka sekali Tabel 2. Kadar air roti tawar dengan substitusi tepung sorgum dalam % (wb) Konsentrasi tepung sorgum Fermentasi Non Fermentasi 10% 28,702 a 28,660 a 20% 34,392 a 31,857 a Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 1, Februari 2015 3

Tabel 3. Kadar Abu Roti Tawar dengan Substitusi Tepung Sorgum dalam % (wb) Konsentrasi tepung Fermentasi Non Fermentasi sorgum 10% 0,823 a 0,830 a 20% 0,638 a 0,718 a Tabel 4. kadar serat roti tawar dengan substitusi tepung sorgum dalam % (wb) Konsentrasi tepung sorgum Fermentasi Non Fermentasi 10% 3,375 a 3,008 a 20% 4,206 a 3,873 a Kadar Abu Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar abu roti tawar dengan substitusi 10 % tepung sorgum yang difermentasi dan tanpa fermentasi tidak menunjukkan perbedaan nyata, sedangkan pada substitusi 20% terjadi peningkatan kadar abu pada roti tawar dengan tepung sorgum tanpa fermentasi meskipun peningkatan tersebut tidak signifikan. Hal ini menunjukkan selama fermentasi tepung sorgum, terjadi aktivitas mikrobia yang menggunakan mineral dalam tepung sehingga terjadi penurunan kadar abu tepung sorgum yang awalnya 1,40 %. Peningkatan konsentrasi substitusi tepung sorgum menurunkan kadar abu meskipun tidak signifikan. Pada roti tawar dengan tepung sorgum yang difermentasi, substitusi 10% tepung memiliki kadar abu 0,823% sedangkan substitusi 20% memiliki kadar abu 0,638%. Roti tawar dengan tepung sorgum tanpa fermentasi memiliki kadar abu yang lebih tinggi yaitu 0,830% untuk substitusi 10% dan 0,718% untuk substitusi 20%. Kadar Serat Kasar Pada penelitian ini dilakukan analisa serat kasar pada roti tawar sorgum yang diterima panelis untuk mengetahui potensi produk ini sebagai pangan fungsional yang kaya serat. Tepung sorgum memiliki kandungan serat 4,23 % sedangkan terigu hanya mengandung serat kasar sebesar 0,3% sehingga diharapkan substitusi tepung sorgum pada produk roti tawar dapat memberikan asupan serat. Hasil analisis serat kasar dapat dilihat pada Tabel 4. Kadar serat kasar roti tawar sorgum dengan substitusi tepung sorgum tanpa fermentasi lebih rendah dibanding roti tawar yang disubstitusi tepung sorgum terfermentasi meskipun tidak berbeda nyata. Substitusi tepung sorgum yang difermentasi menaikan kadar serat kasar roti tawar karena dengan fermentasi, pati dalam tepung sorgum mudah terakses sehingga lebih mudah tergelatinisasi pada proses pemanggangan. Setelah pemanggangan, pati yang tergelatinisasi tersebut mengalami retrogradasi sehingga membentuk pati yang resisten (resistant starch) yang merupakan salah satu serat pangan (Marsono, 2004). Peningkatan kadar substitusi tepung sorgum pada roti tawar sorgum meningkatkan kadar serat kasar meskipun peningkatannya tidak signifikan. Peningkatan kadar serat ini disebabkan karena tepung sorgum memiliki kadar serat yang lebih tinggi dibanding terigu sehingga peningkatan substitusi tentu saja menaikkan kadar serat kasar pada produk roti tawar. Dengan demikian, substitusi tepung sorgum pada produk roti tawar dapat meningkatkan asupan serat meskipun konsentrasi substitusi yang dapat diterima panelis maksimal 20%. KESIMPULAN Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa roti tawar yang dapat diterima panelis adalah roti tawar dengan konsentrasi substitusi tepung sorgum 10% dan 20% baik tepung sorgum dengan fermentasi maupun 4 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 1, Februari 2015

tanpa fermentasi. Secara kimia roti tawar dengan substitusi tepung sorgum terfermentasi 10% dan 20% memiliki kadar air 28,702% dan 34,392%, sedangkan roti tawar dengan tepung sorgum tanpa fermentasi memiliki kadar air 28,660% dan 31,857%. Kadar abu roti tawar dengan tepung sorgum terfermentasi 10% dan 20% adalah 0,823% dan 0,638% sedangkan roti tawar dengan tepung sorgum tanpa fermentasi 10% dan 20% memiki kadar abu 0,830% dan 0,718%. Kadar serat produk roti tawar denga substitusi tepung sorgum cukup tinggi yaitu 3,375% dan 4,206% untuk substitusi 10% dan 20% tepung sorgum terfermentasi, sedangkan tanpa fermentasi kadar serat substitusi 10% dan 20% adalah 3,008% dan 3,873%. Rahardian, Z., 2010. Penentuan Harga dan Kebijakan Inventori pada Sistem Rantai Pasok PT. NIS dengan Model Permainan Stackelberg. Skripsi. Institut Teknologi Bandung Winarno, 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia, Jakarta DAFTAR PUSTAKA Anwar F., 1987. Diktat Analisa Zat Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Ibrahim, F.S., Babiker, E.E., Yousif, N.E., El-Tinay, A.H., 2005. Effect of fermentation on biochemical and sensory characteristics of sorghum flour supplemented with whey protein. Food Chemistry 92, 285-292 Hidayah, Z., 2010. Perubahan Mikrobiologis, Kimiawi, Fisik dan Kecernaan Pati secara In-Vitro Selama Fermentasi Sorgum Secara Spontan dan dengan Menggunakan Bakteri Asam Laktat. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Lowe, B., 1943. Experimental Cookery. John Wiley and Sons Inc., New York. Marsono, Y., 2004. Serat Pangan dalam Perspektif Ilmu Gizi. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Pranoto, Y., Anggrahini, S., Efendi, Z., 2013. Effect of natural and Lactobacillus plantarum fermentation on in-vitro protein and digestibilities of sorghum flour. Food Bioscience. www.elsevier.com. [9 mei 2013] Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 1, Februari 2015 5