BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin (Ditjen PP&PL Kemenkes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dunia sebanyak 7,4 juta dan terus mengalami peningkatan (WHO, 2012). Hingga

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penyakit kardiovaskuler pada tahun 1998 di Amerika Serikat. (data dari

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Persutujuan Pembimbing. Jurnal

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

FAKTOR - FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) PADA USIA DEWASA DI RS HAJI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. tersendiri bagi kesehatan jantung (Suharjo, 2009). Salah satunya adalah IMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang disebabkan karena adanya penyempitan atau sumbatan pada liang arteri koroner (Nurhidayat, 2011). Di Indonesia kemajuan perokonomian menjadi salah satu faktor yang meningkatkan prevalensi penyakit jantung koroner. Dengan kemajuan perekonomian yang terus berkembang maka pola hidup dan kesehatan masyarakatpun berubah. Dari tahun ketahun angka kejadian PJK terus mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena kurangya pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko penyakit jantung koroner dan kurangya upaya dalam mencegah penyakit ini. Sehingga, masyarakat sebagai unit pertama diharapkan memahami penyakit jantung koroner dan melakukan modifikasi faktor risiko agar tercipta pola hidup dan kualitas hidup yang sehat. Dalam ilmu epidemiologi, jika faktor risiko suatu penyakit telah diketahui maka akan lebih mudah untuk melakukan tindakan pencegahan karena bagaimanapun mencegah lebih baik daripada mengobati (Investisia, 2012). Perhitungan WHO (word health organization) yang memperkirakan pada tahun 2020 mendatang, penyakit kardiovaskuler akan menyumbang sekitar 25% dari angka kematian di negara negara berkembang setiap tahunnya. Berdasarkan laporan AHA (American Heart Association) tahun 1

2 2013 diperkirakan bahwa sekitar 83,6 juta penduduk Amerika dewasa menderita penyakit jantung dan kardiovaskuler, dengan jumlah 7,6 juta orang mengalami serangan infark miokard. Data dari SKRTN (survey kesehatan rumah tangga nasional) tahun 2010 tentang angka kematian akibat penyakit jantung koroner yaitu sebesar 26%. Pada hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukan prevalensi PJK di Indonesia sebesar 1,5%. Prevalensi PJK tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%) dan di jawa timur memiliki prevalensi hanya sebesar 1,3%. Kemudian prevalensi PJK meningkat seiring bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65-74 tahunya itu 2,0% dan 3,6% (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo kunjungan tertinggi penderita penyakit jantung koroner di Puskesmas Ponorogo utara dari bulan Januari sampai bulan Desember 2015 dengan jumlah 394 penderita. Dari data Puskesmas Ponorogo utara didapatkan angka tertinggi penderita PJK di Kelurahan Mangkujayan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo. Penyebab PJK secara pasti belum diketahui, meskipun demikian secara umum dikenal sebagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya PJK yang disebut dengan faktor resiko PJK yang diantara lain; (1) faktor yang tidak dapat dimodifikasi; keturunan, umur, jenis kelamin. (2) faktor yag dapat dimodifikasi; dyslipidaemia, tekanan darah tinggi (hipertensi), merokok, penyakit diabetes mellitus, stress, obesitas. Dyslipidaemia diyakini sebagai faktor resiko utama terjadinya PJK, kolesterol, lemak dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah

3 arteri, sehingga pembuluh darah tersebut menyempit. Penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan aliran darah menjadi lambat dapat tersumbat sehingga aliran darah dalam pembuluh darah koroner yang fungsinya memberikan O2 ke jantung menjadi berkurang. Merokok juga memiliki hubungan kuat untuk terjadinya PJK, merokok menaikan risiko serangan jantung sebanyak 2 sampai 3 kali, dengan kadar nikotin yang dapat menjadikan arterosklerosis koroner dan thrombosis dengan mekanisme menaikan asam lemak bebas serta meningkatkan kelekatan dan agregasi trombosit melalui stimulasi katekolamin. Obesitas banyak berkaitan dengan risiko peningkatan PJK, banyak orang yang kelebihan berat badan menderita hipertensi, kadar kolestrol darah yang tinggi dan diabetes. Obesitas juga menyebabkan kadar trigiliserida yang tinggi dan kolestrol HDL yang redah (Muttaqin, 2009). Penderita Diabetes mellitus termasuk faktor risiko PJK yang kompleks, berdasarkan Studi Framingham menunjukan bahwa seseorang penderita diabetes memiliki risiko dua kali lebih tinggi terserang penyakit jantung. Darah penderita diabetes tercemar glukosa sehingga mengental dan akibatnya jantung harus bekerja lebih keras dalam pemompaan darah. Jika jantung tidak sanggup memompa darah sehingga tidak terjadi sirkulasi secara optimal, sebagian sel tubuh tidak memperoleh pertukaran darah. Hipertensi secara langsung berhubungan dengan faktor risiko PJK, Bila terjadi peningkatan tekanan darah dari normal, jantung harus bekerja keras dari normal. Ini dapat mempercepat terjadinya penumpukan lemak yang menyebabkan penyempitan atau terhambatnya arteri koroner, jika pembuluh

4 darah koroner rusak atau pecah, akibatnya sirkulasi darah ke jaringan sel jantung menjadi tidak normal atau berkurang. Stres, baik fisik maupun mental merupakan faktor risiko untuk PJK. Pada masa sekarang, lingkungan kerja telah menjadi penyebab utama stres dan terdapat hubungan yang saling berkaitan antara stres dan abnormalitas metabolisme lipid. Disamping itu stres juga merangsang sistem kardiovaskuler dengan dilepasnya catecholamine yang meningkatkan kecepatan denyut jantung dan menimbulkan vasokonstriksi (Charlie, 2010). Jenis kelamin laki-laki memiliki resiko lebih besar terkena serangan jantung dan kejadiannya lebih awal dari pada wanita. Morbiditasnya penyakit PJK pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan dengan wanita dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki dari pada perempuan. Esterogen endogen bersifat protektif pada perempuan, namun setelah menopouse insiden PJK meningkat dengan pesat, tetapi tidak sebesar insiden PJK pada laki-laki. Faktor keturunan dan genetika mempunyai peranan bermankna dalam pathogenesis PJK, hal tersebut dipakai juga sebagai pertimbangan penting dalam diagnosis, penatalaksanaan dan juga pencegahan PJK. Penyakit Jantung Koroner bila tidak diidentifikasi penyebabnya maka akan berdampak atau timbulnya gejala seperti; angina pectoris (nyeri dada), serangan jantung atau infark miokard, gagal jantung, aritmia atau gangguan irama dan kematian mendadak. Jika pengetahuan seseorang tentang faktor risiko PJK kurang maka kejadian atau prevalensi PJK meningkat, sehingga dengan mengetahui dan memahami faktor risikonya seseorang akan

5 mengubah pola hidup yang kurang baik menjadi pola hidup yang sehat dan terkontrol sehingga dapat menurunkan angka kejadian PJK (Naga, 2012). Mengenai faktor risiko PJK sangat penting dalam usaha pencegahan PJK. Pencegahan PJK merupakan salah satu usaha yang cukup besar peranannya dalam penanganan PJK untuk menurunkan risiko dan kematian akibat PJK yaitu dengan cara mengendalikan faktor risiko PJK. Faktor risiko utama PJK adalah dyslipidaemia, merokok dan tekanan darah tinggi (hipertensi) dimana merupakan faktor yang dapat dikontrol dan bersifat ireversibel. Faktor risiko lain adalah umur, jenis kelamin, keturunan, obesitas, diabetes mellitus, stres. Pencegahan yang bisa dilakukan dengan memberikan informasi melalui penyuluhan-penyuluhan kesehatan seperti mengatur diet, aktivitas fisik yang baik secara teratur, berhenti merokok dan pengobatan hipertensi yang efektif, dan memotivasi masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup sehat sehingga diharapkan pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko PJK bertambah (Zakiyah, 2008). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan masyarakat yang baik tentang PJK akan memudahkannya dalam mencegah dan mengobati penyakit tersebut (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang gambaran tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di Kelurahan Mangkujayan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo.

6 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut Bagaimanakah Pengetahuan Masyarakat Tentang Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di Kelurahan Mangkujayan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo? 1.3 Tujuan penelitian Mengidentifikasi pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko penyakit jantung koroner di Kelurahan Mangkujayan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo. 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi IPTEK Dapat dijadikan penilitian lebih lanjut sebagai dasar untuk lebih memantapkan dan memberi informasi tentang faktor risiko penyakit jantung koroner. 2. Bagi peneliti Dapat mengaplikasikan teori secara langsung, dan dapat mengetahui tentang faktor risiko penyakit jantung koroner. 3. Bagi institusi Dapat menjadi bahan kajian, dan wacana untuk kegiatan penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner.

7 1.4.2 Manfaat praktis 1. Bagi masyarakat Diharapkan bagi masyarakat dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan tentang faktor risiko penyakit jantung koroner. 2. Bagi peneliti lebih lanjut Diharapkan karya tulis ini dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dan sebagai bahan referensi untuk peneliti lebih lanjut. 3. Bagi profesi keperawatan Data yang diperoleh dari penelitian dapat digunakan sebagai referensi asuhan keperawatan dalam melakukan tindakan keperawatan pada penyakit jantung koroner. 1.5 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan antara lain: 1. Hema Dewi Anggraheny (2013). Analisis faktor resiko penyakit jantung koroner di RSUP Dr. Kariadi semarang. Desain penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan desain pendekatan cross sectional study, hasil dari penelitian tersebut adalah berdasarkan 128 sample yang diteliti, yang memiliki usia risiko tinggi ( 45 tahun) sebanyak 107 (83,60%) pasien, berjenis kelamin laki-laki 88 (68,80%) pasien, kolestrol total 200 mg/dl 59 (46,10%) pasien, kadar trigiliserida Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan masyarakat yang baik tentang PJK akan memudahkannya dalam mencegah dan mengobati penyakit tersebut (Notoatmodjo, 2007). 150 mg/dl 37 (28,90%) pasien, hipertensi

8 89 (69,5%) pasien, diabetes melitus 82 (64,10%) pasien, penderita penyakit jantung koroner 103 (80,50%) pasien. Pada penilitian tersebut meneliti tentang analisis faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner sedangkan pada penelitian ini variable yang akan diteliti adalah pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko penyakit jantung koroner. 2. Imam Subekti (2015). Faktor resiko penyakit jantung koroner dan senam jantung sehat. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif survey dengan desain pendekatan porposives sampling, hasil dari penelitian tersebut adalah faktor jenis kelamin mempunyai resiko rendah karena 72% perempuan, faktor umur beresiko rendah karena 58% berumur dibawah 50 tahun, faktor perilaku merokok beresiko rendah karena 86% bukan perokok, faktor riwayat DM beresiko rendah karena 92% tidak memiliki penyakit tersebut, faktor aktivitas fisik beresiko rendah karena 62 % aktivitasnya sedang, faktor resiko tekanan darah beresiko rendah karena 72% tekanan darahnya normal, dan faktor indeks masa tubuh (IMT) beresiko rendah karena 76% IMTnya normal. Pada penilitian tersebut meneliti tentang faktor resiko penyakit jantung koroner dan senam jantung sedangkan pada penelitian ini variable yang akan diteliti adalah pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko penyakit jantung koroner. 3. Siti Hariyanti Pamungkas (2015). Perilaku pencegahan sekunder pasien penyakit jantung koroner di Poli Jantung RSUD Dr. Hardjono Ponorogo. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif survey dengan desain pendekatan purposive sampling, hasil dari penelitian tersebut

9 adalah 58 responden menunjukan perilaku pencegahan sekunder pasien PJK sebanyak 23 responden (39,6%) dalam kategori positif dan 35 responden (60,4%) berperilaku negatif. Pada penilitian tersebut meneliti tentang perilaku pencegahan sekunder pasien penyakit jantung koroner sedangkan pada penelitian ini variable yang akan diteliti adalah pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko penyakit jantung koroner.