51 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hubungan Industrial yang merupakan keterkaitan kepentingan antara pekerja / buruh dengan pengusaha, berpotensi menimbulkan perbedaan pendapat, sehingga mencuat menjadi konflik dalam perusahaan. Dan perbedaan-perbedaan serta konlik-konflik ini yang menyebabkan terjadinya perselisihan dalam hubungan industrial. Dalam undang-undang perselisihan hubungan industrial adalah perbedaaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja / buruh atau serikat pekerja / serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja / serikat buruh dalam satu perusahaan. Ada 4 (empat) jenis perselisihan hubungan industrial, yaitu : 1. Perselisihan Hak 2. Perselisihan Kepentingan 3. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja 4. Perselisihan Antar Serikat Pekerja dalam Satu Perusahaan Perselisihan hubungan industrial sudah diantipasi oleh pemerintah sehingga penyelesaiannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Setiap jenis perselisihan hubungan industrial pada awalnya wajib diupayakan
52 penyelesaiannya terlebih dahulu melalui perundingan bipartit secara musyawarah untuk mencapai mufakat. Bila bipatrit gagal dalam menentukan mufakat para pihak, penyelesaian perselisihan baru dapat diselesaikan oleh lembaga yang berwenang menyelesaikan perselisihan hubungan industrial, antara lain : 1. Mediasi Hubungan Industrial 2. Konsiliasi Hubungan Industrial 3. Arbitrase Hubungan Industrial 4. Pengadilan Hubungan Industrial Perselisihan mengenai pemutusan hubungan kerja dapat dilakukan penyelesaian melalui jalur mediasi atau konsiliasi. Apabila para pihak memilih diselesaikan melalui mediasi, perundingan akan didampingi oleh pihak netral yaitu mediator, tujuan dari perudingan mediator yaitu kesepakatan para pihak berselisih yang akan dituangkan menjadi perjanjian bersama, jika tidak ada kesepakatan mediator akan mengeluarkan anjuran tertulis yang kemungkinan dapat disetujui, disetujui sebagian atau ditolak para pihak. Jika ditolak para pihak dapat meneruskan ke Pengadilan Hubungan Industrial.
53 B. Saran 1. Saran Untuk Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta Saran dari penulis yang dapat diberikan kepada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta : a. Sumber daya manusianya terlihat sedikit kekurangan untuk staf administrasi, penulis rasa penambahan beberapa staf akan banyak membantu. b. Untuk ruang sidang mediasi lebih diperhatikan lagi kenyamanannya, dimaksud disini seperti kerapihannya, kain yang digunakan sebagai alas meja kurang lebar sehingga tidak menutupi keseluruhan meja. Kipas angin yang tertempel di atap yang rendah tepat berada di atas meja, menurut penulis lebih sering mengganggu jalannya mediasi karena kertas-kertas berhamburan akibat angin yang dihasilkan. c. Ruang kerja yang sedikit kurang rapih dengan minimal udara, menurut penulis berpengaruh dengan kinerja pegawai. Akibat udara yang panas, kinerja para pegawai sedikit terganggu dengan itu. Jika ruang kerja ditata lebih apik dan dipasangkan air conditioner, menurut penulis akan membuat pegawai lebih nyaman dan dapat bekerja lebih baik lagi. d. Ruang sidang mediasi yang hanya ada satu, namun dengan banyak kasus perselisihan yang ditangani oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta penulis rasa sedikit menghambat
54 pelaksanaan kerja. Bila dilakukan penambahan ruang sidang, menurut penulis pelaksanaan sidang mediasi akan berjalan lancar dan tidak harus mengganggu ruang sidang milik bidang lain. 2. Saran Untuk Program Studi Diploma 3 Hukum Sekolah Vokasi Universitas Gadjah mada Saran yang dapat penulis berikan kepada Program Studi : a. Pada dasarnya Diploma 3 Hukum diperuntukan untuk sistem pembelajaran dengan 40% teori dan 60% praktik, namun pada kenyatannya mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan lebih banyak mendengarkan teori yang diterangkan oleh dosen di dalam ruang kelas, sehingga yang dirasakan penulis sebagai mahasiswa berbanding keadaan menjadi 60% teori dan 40% praktik. Saran penulis, pihak pengelola program studi melakukan koordinasi dengan para dosen pengisi kurikulum bagaimana dan apa yang harus dilakukan pengajar sebagai dosen dengan dasar 40% teori dan 60% praktik. Dimaksudkan agar para dosen sudah menguasai apa yang akan mereka tuangkan saat sesi perkuliahan sehingga memenuhi apa yang harus didapatkan mahasiswa. b. Bila ada kegiatan yang bermanfaat untuk mahasiswa, dari pihak akademik baiknya melakukan pengumuman lebih luas pada mahasiwa agar mahasiswa dapat dengan mudah mengetahui pengumuman atas kegiatan tersebut.
55 c. Dalam Web Diploma 3 Hukum tidak diperlukan mencantumkan nomor telepon mahasiswa, bagaimanapun nomor ponsel merupakan hal privasi yang harus dijaga. Dikarenakan pencantuman nomor telepon mahasiswa pada web D3 Hukum, kerugian banyak secara langsung dirasakan oleh penulis. Seperti seringnya mendapat telepon dengan niat bermain-main dari orang-orang yang menemukan nomor telepon penulis di web. Dan yang paling fatal adalah ketika penulis hampir menjadi korban penipuan. Saran untuk kedepannya untuk tidak mencantumkan nomor telepon mahasiswa dalam media apapun yang dapat diakses oleh publik. d. Saat hari pertama pelaksanaan praktik kerja lapangan, lebih baik perwakilan program studi dan dosen pembimbing lapangan mendampingi mahasiswa sebagai formalitas pelepasan / penyerahan mahasiswa untuk melaksanakan praktik kerja lapangan di instansi / lembaga tempat pelaksanaan. Sekaligus memberikan gambaran tujuan dari praktik kerja lapangan ini kepada para pegawai, sehingga selama mahasiswa melakukan praktik kerja lapangan, mahasiswa akan mendapat hasil maksimal. Untuk kedepannya, pihak program studi harus lebih berkoordinasi dengan instansi / lembaga tempat pelaksanaan, sehingga memiliki gambaran apa yang harus dilakukan pegawai instansi / lembaga kepada mahasiswa. e. Dalam masa pelaksanaan praktik kerja lapangan, seharusnya pihak program studi dan dosen pembimbing lapangan sesekali berkunjung
56 ke instansi / lembaga tempat pelaksanaan praktik kerja lapangan untuk memantau bagaimana kinerja mahasiswa. Hal ini juga dapat meminimalisir mahasiswa yang sedikit malas dalam melakukan praktik kerja lapangan karena adanya pemantauan.