BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analytical hierarchy Process

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. perumahan yang terletak di jalan Kedungwringin Patikraja, Griya Satria Bukit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Metode AHP

Bab II Analytic Hierarchy Process

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

JURNAL LENTERA ICT Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang).

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENEJMEN KARIR PEGAWAI. (Studi Kasus STMIK Pringsewu) Mailasari. Jurusan sistem informasi, STMIK PRINGSEWU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP)

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. II Definisi Sistem Pendukung Keputusan

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB 2 LANDASAN TEORI

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICHAL HIERARCHY PROCESS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Profile Umum P.T. PJB Badan Pengelola Waduk Cirata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN MODEL SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PROSES PEMILIHAN ADOPSI ANAK DENGAN METODE AHP

JURNAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA KSP MITRA RAKYAT BERSAMA NGANJUK DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET KARTU HALO MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP)

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

Abstrak

PENILAIAN KINERJA DOSEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (STUDI KASUS : DI STMIK POTENSI UTAMA MEDAN)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan STMIK Terbaik Di

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERIJINAN DAN PENEMPATAN KOLAM JARING TERAPUNG MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS PT

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

ANALISIS FAKTOR PEMILIHAN APLIKASI CHATTING PARA PENGGUNA SMARTPHONE ANDROID DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

JURNAL. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KENAIKAN JABATAN PADA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. (BCA) MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HEARARCHY PROCESS

Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

Decision Support System (DSS)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang

Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa. Irfan Dwi Jaya

Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM

BAB III METODE PENELITIAN

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Procurement Procurement management (manajemen pengadaan) adalah manajemen pengelolaan dalam usaha memperoleh barang atau jasa yang merupakan bagian dari mata rantai suatu sistem produksi tertentu. Tujuan Procurement Management adalah utk memastikan agar proses pengadaan berjalan dengan lancar sehingga produk dan jasa yang dibutuhkan bisa didapat disaat yang tepat, dalam jumlah yang tepat, dengan kualitas yang tepat dan dengan harga yang tepat. Tugas-tugas bagian pengadaan tidak terbatas hanya padackegiatan rutin pembelian.secara umum, tugas-tugas yang dilakukan mencakup: 1. Merancang hubungan yang tepat dengan supplier. Hubungan dengan supplier bisa bersifat kemitraan jangka panjang maupun hubungan transaksional jangka pendek. Baik berupa model hubungan, relationship, berapa jumlah supplier. 8

9 2. Memilih supplier. Kegiatan memilih supplier bisa memakan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit apabila supplier yang dimaksud adalah supplier kunci. Kesulitan akan lebih tinggi kalau supplier-supplier yang akan dipilih berada di mancanegara (global suppliers). Supplier-supplier kunci yang berpotensi untuk menjalin hubungan jangka panjang, proses pemilihan ini bisa melibatkan evaluasi awal, mengundang mereka untuk presentasi, kunjungan lapangan (site visit) dan sebagainya. Pemilihan supplier-supplier kunci harus sejalan dengan strategi supply chain. 3. Memilih dan mengimplentasikan teknologi yang cocok. Kegiatan pengadaan selalu membutuhkan bantuan teknologi.teknologi yang lebih tradisional dan lumrah digunakan adalah telepon dan fax.saat ini banyak perusahaan yang menggunakan electronic procurement (e-procurement) yakni aplikasi internet untuk kegiatan pengadaan. 4. Memelihara data item yang dibutuhkan dan data supplier. Bagian pengadaan harus memiliki data lengkap tentang item-item yang dibutuhkan maupun data tentang supplier-supplier mereka.beberapa data supplier yang penting untuk dimiliki adalah nama dan alamat masing-masing supplier, item apa yang mereka pasok, harga per unit, lead time pengiriman, kinerja masa lalu, serta kualifikasi supplier termasuk juga kualifikasi seperti ISO.

10 5. Melakukan proses pembelian. Proses pembelian bisa dilakukan dengan beberapa cara,misalnya pembelian rutin dan pembelian dengan melalui tender atau lelang, (auction).pembelian rutin dan pembelian dengan tender melewati prosesproses yang berbeda. 6. Mengevaluasi kinerja supplier. Hasil penilaian ini digunakan sebagai masukan bagi supplier untuk meningkatkan kinerja mereka.kriteria yang digunakan untuk menilai supplier seharusnya mencerminkan strategi supply chain dan jenis barang yang dibeli 2.2 Konsep Dasar Sistem 2.2.1 Pengertian Sistem Untuk memperoleh hasil yang optimal dan maksimal dari suatu perencanaan kegiatan - kegiatan yang penting, maka diperlukan adanya suatu sistem yang tepat guna mencapai tujuan yang diharapkan. Keberadaan suatu sistem sangat penting untuk mengolah data yang ada dalam suatu organisasi hingga dapat dihasilkan agar menghasilkan suatu sistem informasi yang berguna sebagai bahan dalam pengambilan keputusan. Sistem dapat didefinisikan dengan pendekatan prosedur dan dengan pendekatan komponen. Dengan pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur yang mempunyai

11 tujuan tertentu. Contoh sistem yang didefinisikan dengan pendekatan prosedur ini adalah sistem akuntansi. Sistem ini didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur penerimaan kas, pengeluaran kas, penjualan, pembelian dan buku besar. Dengan pendekatan komponen, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh sistem yang didefinisikan dengan pendekatan ini misalnya adalah sistem komputer yang didefinisikan sebagai kumpulan dari perangkat keras dan perangkat lunak. 2.3 Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan 2.3.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Menurut Sprague (1982) sejarah konsep sistem pendukung keputusan pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S.Scott Morton dengan istilah Management Decision System. Sistem Pendukung Keputusan Decision Support System atau DSS)adalah system informasi yang bertujuan untuk membantu manajemen puncak dalam mengambil keputusan yang tidak terstruktur. Keputusan tidak terstruktur sifatnya tidak rutin. Disebut keputusan tidak terstruktur karena masalanya tidak jelas, jalan keluarnya pun juga tidak jelas.[3] Pada dasarnya SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data

12 yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan alternatif. 2.3.2 Jenis-jenis keputusan Jenis jenis keputusan berdasarkan keharusan keputusan dibuat dan cakupan keputusan tersebut, yaitu : 1. Keputusan terstruktur Sebuah keputusan terstruktur dapat merupakan keputusan yang dihasilkan oleh program komputer, keputusan terstruktur diambil untuk memecahkan masalah yang pernah terjadi sebelumnya. 2. Keputusan tidak terstruktur Keputusan yang diambil untuk memecahkan masalah baru atau sangat jarang terjadi, sehingga perlu dipelajari secara hati hati. Komputer tetap dapat membantu pembuat keputusan, tetapi hanya dapat memberikan sedikit dukungan. 3. Keputusan semi terstruktur Merupakan keputusan diantara keputusan terstruktur dan tidak terstruktur.

13 2.3.3 Elemen-elemen Sistem Pendukung Keputusan Saat melakukan pemodelan dalam pembangunan DSS dilalukan langkahlangkah yaitu sebagai berikut : 1. Intelligence Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengindentifikasi masalah. 2. Design Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi. 3. Choice Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan. Meskipun implementasi termasuk tahap ketiga, namun ada beberapa pihak berpendapat bahwa tahap ini perlu dipandang sebagai bagian yang terpisah guna menggambarkan hubungan antar fase secara lebih komprehensif. 4. Memuat DSS

14 5. Setelah menentukan modelnya, berikutnya adalah mengimplementasikannya dalam aplikasi DSS. 2.3.4 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan Karakteristik yang diharapkan ada di SPK adalah : 1. Dukungan untuk pengambil keputusan, terutama pada situasi semiterstruktur dan tak terstruktur. 2. Dukungan untuk semua level majerial dari eksekutif puncak sampai manajer lini. 3. Dukungan untuk individu dan kelompok. 4. Dukungan untuk semua keputusan independen dan atau sekuensial. 5. Dukungan di semua fase proses pengambian keputusan: inteligensi, desaign, pilihan, dan implementasi. 6. Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan. 7. Kemampuan sistem beradaptasi secara cepat, dimana pengambil keputusan dapat menghadapi masalah-masalah baru, dan pada saat yang sama dapat menanganinya dengan cara mengadapatasikan sistem terhadap kondisi-kondisi perubahan yang terjadi. 8. Penggunaan merasa seperti dirumah. User-friendly, kapabilitas grafis yang kuat dan sebuah bahasa intekatif yang alami antarmuka manusiamesin dapat meningkatkan SPK. 9. Peningkatan terhadap keefektifan pengambilan keputusan (akurasi, timelines, kualitas) dari pada efesiensi (biaya)

15 10. Pengambil keputusan mengontrol penuh semua langkah proses pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah. 11. Penggunaan akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi sistem sederhana. 12. Menggunakan model-model dalam penganalisasan situasi pengambil keputusan. 13. Disediakannya akses untuk berbagai sumber data, format, dan tipe mulai dari sistem infomasi geografis (GIS) sampai sistem beroreintasi objek. 14. Dapat dilakukan sebagai alat standalone yang digunakan oelh seorang pengambil keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan di satu organisasi keseluruhan dan di beberapa organisasi sepanjang rantai persediaan. 2.3.5 Komponen Sistem Pendukung Keputusan Suatu Sistem Pendukung Keputusan (SPK) memiliki subsistem utama yang menentukan kapabilitas teknis SPK tersebut, diantaranya sebagai berikut: 1. Subsistem Manajemen Data Subsistem manajemen data memasukan satu database yang berisi data yang relevan untuk suatu situasi dan dikelola oleh perangkat lunak yang disebut sistem manajemen database (DBMS). 2. Subsistem Manajemen Model

16 Merupakan paket perangkat lunak yang memasukkan model, keuangan, statistik, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lain yang memberikan kapabilitas analitik dan manajemen perangkat lunak yang tepat. 3. Subsistem Antarmuka Pengguna Pengguna berkomunikasi dengan memerintah sistem pendukung keputusan melalui subsistem tertentu. 4. Subsistem Manajemen berbasis pengetahuan Subsistem tersebut mendukung semua subsistem lain atau bertindak langsung sebagai suatu komponen independen dan bersifat opsional. 2.3.6 Tujuan Sistem Pendukung Keputusan Tujuan tujuan SPK berhubungan dengan prinsip dasar dari konsep SPK, yaitu : 1. Struktur Masalah Membantu manajer membuat keputusan dan menyelesaikan masalah semi terstruktur 2. Dukungan keputusan Sistem pendukung keputusan mendukung pengambilan keputusan manajer, dan bukan menggantikannya.

17 3. Efektivitas keputusan Meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan daripada efisiensinya 4. Kecepatan komputasi Komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyakkomputasi secara cepat dengan biaya rendah. 5. Peningkatan produktivitas Membangun satu kelompok pengambil keputusan, terutama para pakar, bisa sangat mahal. Pendukung komputerisasi bisa mengurangi ukuran kelompok dan memungkinkan para anggotanya untuk berada di berbagai lokasi yang berbeda-beda. 6. Dukungan kualitas Komputer bisa meningkatakn kualitas keputusan yang dibuat secara cepat dan ekonomis. 7. Berdaya saing Tekanan persaingan menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi sulit. Maka organisasi harus mampusecara sering dan cepat mengubah mode operasi, merekayasa ulang proses dan terstruktur, memberdayakan karyawan, serta berinovasi. 8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan.

18 2.3.7 Tahapan Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Tahapan pengembangan SPK terdiri atas: 1. Perencanaan Tahap ini berhubungan dengan penetapan kebutuhan sistem, mendiagnosa dan menilai masalah yang dihadapi serta penetapan sasaran dari SPK yang ingin dicapai. 2. Penelitian Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan dari user, sumber daya yang tersedia serta lingkungan yang mempengaruhinya. 3. Perancangan Konsep dan Analisis Dalam tahap ini dilakukan suatu kegiatan membuat perancangan konseptual dan studi kelayakan. Disarankan menggunakan pendekatan normatif untuk mendefinisikan model yang ideal agar dapat menyediakan informasi sesuai dengan yang diinginkan. 4. Perancangan Meliputi perancangan dialog, komponen, sistem, pemrosesan masalah dan kelengkapan basis data SPK. Perancangan dapat dibagi menjadi 3 bagian yang saling berhubungan, yaitu subsistem manajemen data, subsistem manajemen model, dan subsistem komunikasi.

19 5. Konstruksi Tahap ini merupakan tahap pembangunan SPK sesuai dengan konsep perancangan dan alat alat yang digunakan. 6. Implementasi Tahap implementasi adalah kelanjutan dari tahap kenstruksi, dimana disini sistem siap untuk diimplementasikan ke dunia nyata. Implementasi meliputi penyiapan, evaliasi, demontrasi, orientasi, pelatihan, dan penyebarluasan. 7. Dokumentasi dan pemeliharaan Tahap ini terdiri atas perencanaan untuk mendukung sistem secara terus menerus. Dokumentasi untuk penggunaan dan pengembangan dari sistem yang telah dibangun. 2.4 Analisis Sistem 2.4.1 Pengertian Analisis Sistem Analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dari mengevaluasi permasalahan yang timbul, yang nantinya dapat diusulkan untuk dilakukan perbaikan-perbaikan.

20 2.4.2 Tahap-tahap Analisis Sistem Langkah-langkah dasar dalam menganalisa suatu sistem, yaitu: 1. Mengidentifikasi masalah Identifikasi masalah merupakan langkah awal dari analisa sistem. Dalam tahap ini diidentifikasi masalah yang harus dipecahkan dengan munculnya pertanyaan yang ingin dipecahkan. 2. Memahami Kerja Sistem yang ada Langkah ini dilakukan dengan mempelajari secara rinci bagaimana sistem yang sudah ada berjalan. Untuk mempelajari operasi dari sistem ini diperlukan data yang dapat diperoleh dengan melakukan penelitian terhadap sistem. Analisis sistem perlu mempelajari apa dan bagaimana operasi sistem yang ada sebelum mencoba untuk menganalisa permasalahanpermasalahan dan kebutuhan pemakai sistem untuk dapat mencari pemecahannya. Observasi dan wawancara dapat dilakukan untuk mendapatkan data contoh-contoh data yang perlu diteliti. 3. Menganalisis Sistem Berdasarkan data yang sudah diperoleh maka dilakukan analisa hasil penelitian yang sudah dilakukan untuk mendapatkan

21 pemecahan masalah yang akan dipecahkan. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam menganalisa hasil penelitian adalah : Menganalisis Kelemahan Sistem Pada tahap ini dilakuka guna mancari jawaban yang sebenarnya penyebab dari masalah yang timbul. Menganalisa Kebutuhan Informasi Pemakai Setelah menganalisa kelemahan sistem, perlu pula mencari kebutuhan-kebutuhan informasi yang digunakan oleh pemakai sistem. 4. Membuat Laporan Laporan perlu dibuat sebagai dokumentasi dari penelitian. Tujuan utamanya adalah sebagai bukti secara tertulis tentang hasil analisis yang sudah dilakukan. 2.5 Pengambilan Keputusan Dalam pengambilan keputusan seringkali kita dihadapkan pada berbagai kondisi seperti ketidakpastian, jangka panjang, dan kompleks. Ketidakpastian adalah kondisi dimana faktor-faktor yang diharapkan mempengaruhi namun memiliki kadar informasi yang rendah. Kondisi jangka panjang juga memiliki dampak jangkauan yang cukup jauh ke depan dan melibatkan sumber-sumber usaha yang penting. Kondisi kompleks dimana saat pengambilan keputusan resiko dan waktu memiliki peranan yang besar, komponen dan keterkaitannya sering bersifat dinamis, berubah menurut waktu. Suatu keputusan dapat dikatakan baik

22 apabila seluruh informasi telah dimanfaatkan secara penuh, dasar-dasar rasionalitasnya telah diikuti dengan baik dan proses perpindahan dari satu tahap ke tahap lainnya telah berjalan dengan konsisten. Pada prinsipnya terdapat dua buah basis dalam pengambilan keputusan, yaitu pengambilan keputusan berdasarkan intuisi dan pengambilan keputusan rasional berdasarkan hasil analisis keputusan. Mengambil atau menetapkan keputusan adalah suatu proses yang dilaksanakan berdasarkan pengetahuan dan informasi yang ada dengan harapan sesuatu akan terjadi. Keputusan dapat diambil dari alternatif-alternatif keputusan yang ada. Alternatif keputusan tersebut dapat dilakukan berdasarkan informasi yang sudah diolah dan disajikan dengan dukungan sistem penunjang keputusan. Informasi tersebut terbentuk dari data yang merupakan bilangan dan terms bermakna khusus yang disusun, diolah, dan disajikan dengan dukungan sistem informasi manajemen. Setelah itu, keputusan yang diambil ditindaklanjuti dan pelaksanaannya perlu mengacu pada standar prosedur operasional (Standart Operational Procedure). Keputusan tersebut menghasilkan data terbaru dan begitu seterusnya terjadi dalam sirklus data, informasi, keputusan dan aksi. Sistem penunjang keputusan (decision Support System) merupakan sistem yang berfungsi mentransformasikan dan informasi menjadi alternatif keputusan dan prioritasnya. Standart Operational Procedure merupakan pedoman operasi standar dalam mengimplementasikan keputusan dalam suatu tindakan yang terstruktur dan dapat dipertanggungjawabkan. Monitoring dan evaluasi berfungsi untuk selalu memonitor dan mengevaluasi kualitas, kelancaran operasi,

23 dan pemanfaatan dari komponen siklus. Melalui monitoring dan evaluasi diharapkan dinamika proses dalam siklus dapat diikuti dan pemanfaatan sistem dapat optimal. Pengambilan keputusan dapat melalui dua kerangka kerja, meliputi pengambilan keputusan tanpa percobaan dan pengambilan keputusan yang berdasarkan suatu percobaan. Pengambilan keputusan tanpa percobaan dilakukan dengan cara menyusun secara sistematis cara kerja umum sebelum mencari solusi bagi masalah yang diharapkan. Teori ini dikembangkan sejalan dengan pendekatan statistik secara sederhana, hasil keputusannya diupayakan mempunyai kesalahan seminimal mungkin. Ada tiga aspek yang berperan dalam analisa keputusan yaitu kecerdasan, persepsi dan falsafah. Menggunakan ketiga aspek tersebut membuat model, selanjutnya menentukan nilai kemungkinan, menetapkan nilai pada hasil yang diharapkan, serta menjajaki prefensi terhadap waktu dan resiko, maka untuk sampai pada suatu keputusan diperlukan logika. Informasi awal telah dikumpulkan, kemudian dilakukan pendefinisian dan penghubungan variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan pada tahap deterministik. Setelah itu, dilakukan penetapan nilai untuk mengukur tingkat kepentingan variabel-variabel tersebut tanpa memperhatikan unsur ketidakpastian. Pada tahap probabilistik, dilakukan penetapan nilai ketidakpastian secara kuantitatif yang meliputi variabel-variabel yang sangat berpengaruh. Setelah mendapatkan nilai-nilai tersebut pada tahap informasional untuk menentukan nilai

24 ekonomisnya pada variabel-varibel yang cukup berpengaruh, sehingga didapatkan suatu keputusan. Keputusan yang dihasilkan dari tahap informasional dapat langsung ditindaklanjuti berupa tindakan atau dapat dikaji ulang dengan mengumpulkan informasi tambahan dengan tujuan untuk mengurangi kadar ketidakpastian. Adanya kaji ulang dapat menurunkan resiko ketidakberhasilan dari keputusan yang diambil. Jika hal ini terjadi, maka akan kembali mengikuti ketiga tahap tersebut, begitu seterusnya. 2.6 Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process atau yang biasa disebut AHP adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Gagasan tersebut digunakan untuk menentukan kriteria untuk memecahkan suatu persoalan tertentu, lalu dengan menggunakan asumsi gagasan tersebut dikelompokkan menjadi suatu struktur hirarki dan diberi pembobotan untuk gagasan itu agar didapat pemecahan yang diinginkan. AHP merupakan teknik pengambilan keputusan matematis yang mempertimbangkan aspek kualitatif dan kuantitatif dari suatu keputusan. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor-faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP

25 menggabungkan penilaian-penilaian dan nilai-nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis. Analytialc Hierarchy Process (AHP) dapat menyelesaikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat di artikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria), struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidak akuratan data yang tersedia. Menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompokkelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan

26 yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipersentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. Analytical Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari : 1. Reciprocal Comparison, yang mengandung arti si pengambil keputusan harus bisa membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensinya itu sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B dengan skala x, maka B lebih disukai dari A dengan skala 1/x. 2. Homogenity, yang mengandung arti preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemenelemennya dapat dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dapat dipenuhi maka elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogenous dan harus dibentuk suatu cluster (kelompok elemen- elemen) yang baru. 3. Independence, yang berarti preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif- alternatif yang ada melainkan oleh objektif secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau pengaruh dalam model AHP adalah searah keatas, Artinya perbandingan antara elemen-elemen alam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen dalam level di atasnya.

27 4. Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka si pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap. 2.7 Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan analisa berpikir logis pada AHP, ada beberapa prinsip AHP yang harus dipahami dan diperhatikan, yaitu : 1. Dekomposisi atau decomposition Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur-unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai yang khusus. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete

28 kebalikan dari hirarki complete. Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria, dan level alternatif. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, dimana elemen-elemen tersebut dapat dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaab yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level yang baru. Bentuk struktur dekomposisi yakni : Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal) Tingkat kedua Tingkat ketiga : Kriteria kriteria : Alternatif alternatif Tujuan Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4 Kriteria 5 Alternatif Alternatif Alternatif Gambar 2.1 Struktur Hierarki

29 Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur tertentu. 2. Comparative Judgement Comparative judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen-elemennya. Penilaian ini menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas. Skala penilaian yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menujukkan tingkatan paling tinggi (extreme importance).

30 3. Synthesis of Priority Synthesis of priority dilakukan dengan eigen vector method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur unsur pengambilan keputusan atau dengan kata lain dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria yang bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang kemudian digunakan untuk memberikan bobot prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya. 4. Logical Consistency Logical consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai dengan mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan. 2.8 Kelebihan dan Kelemahan AHP Seperti semua metode analisis, AHP juga memiliki kelebihan dan kelemahan dalam sistem analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah : 1. Kesatuan (Unity) AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksinel dan mudah dipahami.

31 2. Kompleksitas (Complexity) AHP dapat memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pngintegrasian secara deduktif. 3. Saling ketergantungan (Inter Dependence) AHP dapt digunakan pada elemen-elemen sistem yang salin bebas dan tidak memerlukan hubungan linier. 4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring) AHP mewakili pemikiran alamiah yang cnderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa. 5. Pengukuran (Measurement) AHP menediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas. 6. Konsistensi (Consistency) AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentuka prioritas. 7. Sintesis (Synthesis) AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif. 8. Trade Off AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.

32 9. Penilain dan Konsensus (Judgement And Consensus) AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda. 10. Pengulangan Proses (Process Repetition) AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu prmasalahan dan mengembangkakn penilaian serta pengertian mereka melalui proses penulangan. Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut : 1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam ha ini melibatkan subyektifitas sang ahli. Selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru. 2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk. 2.9 Tahapan dalam AHP Untuk mendapatkan keputusan yang rasional dengan menggunakan AHP, perlu melakukan beberapa tahapan. Secara garis besar tahapan dalam AHP dimodelkan oleh gambar 2.2 :

33 pembentukan Hirarki Penyusunan Prioritas Penghitungan Kriteria Penghitungan Alternatif Prioritas Solusi Gambar 2. 2 Tahapan Dalam AHP Tahapan tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP secara lebih rinci adalah sebagai berikut : 1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Tahap pertama ini bertujuan untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada akan dapat menentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah yang sedang di hadapi. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan utama sebagai level teratas, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria yang cocok untuk dipertimbangkan dan menilai alternatif - alternatif pilihan yang ingin di rangking. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbedabeda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika diperlukan). 3. Menilai bobot kriteria yang ada pada hirarki tersebut dengan cara membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masingmasing tujuan kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan dari pembuat keputusan dengan menilai tingkattingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana dan berguna untuk mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan

34 semua perbandingan yang mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. 4. Mendefinisikan perbandingan berpasangan dengan menentukan prioritas. Setelah hirarki dibuat, setiap elemen yang terdapat dalam hirarki harus diketahui bobot relatifnya satu sama lain. Tujuan adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan struktur hirarki atau sistem secara keseluruhan. Langkah pertama dilakukan dalam menentukan prioritas kriteria adalah menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki. Perbadingan tersebut kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan untuk analisis numerik. Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, seperti pada tabel berikut ini :

35 Tabel 2. 1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Tingkat Kepentingan 1 3 5 7 9 2,4,6,8 Definisi Sama Pentingnya Agak lebih penting yang satu atas lainnya cukup penting sangat penting Mutlak Lebih penting Nilai tengah diantara dua nilai keputusan Keterangan Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu penting yang elemen dibandingkan dengan pasangannya. Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan atas satu aktifitas lebih dari yang lain Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan yang kuat atas satu aktifitas lebih dari yang lain Satu elemen mutlak lebih disukai dibandingkan penting dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan tertinggi. Bila kompromi dibutuhkan

36 yang berdekatan Jika elemen i memiliki salah satu angka Respirokal Kebalikan dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty ketika dibandingkan dengan elemen j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibandingkan dengan elemen i Hasil dari pembobotan kriteria diatas adalah sebuah matriks yang besarnya nxn, dimana n adalah jumlah banyaknya kriteria. Matriks yang dihasilkan adalah sebagai berikut : 11 12 13 = 21 22 23 31 32 33 Dimana: K 11 = Nilai dari kriteria 1 dibandingkan dengan kriteria 1 K 12 = Nilai dari kriteria 1 dibandingkan dengan kriteria 2 k ij = Nilai dari kriteria ke i dibandingkan kriteria ke j Untuk setiap kriteria ke i dan j, berlaku:

37 k ii = 1, dan k ij = k ji -1 Matriks adalah sekumpulan elemen berupa angka/simbl tertentu yang tersusun dalam baris dan kolom berbentuk persegi. Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital ditebalkan (misal matriks A, dituliskan dengan A). 5. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen didalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom. Normalisasi yang dilakukan adalah membagi elemen matriks dengan jumlah seluruh elemen yang ada. Matriks yang dihasilkan adalah sebagai berikut : 1= 1 2 = 2= 3 3=. 6. Menghitung nilai eigen vector dan menguji nilai konsistensinya. Yang dimaksud adalah nilai eigen ector maksimum yang diperoeh dengan menggunakan matlab maupun manual. 7. Mengulangi langkah 3, 4, 5 dan 6 untuk seluruh tingkat hirarki. 8. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintetis pilihan dalam penentuan

38 prioritas elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. 9. Menguji konsistensi hirarki. Rasio konsistensi dapat dilihat dengan index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Salah satu yang membedakan model AHP dengan model-model lainnya dalam pengambilan keputusan adalah tidak adanya konsistensi mutlak. Dengan model AHP dapat menggunakan persepsi decision maker sebagai inputnya maka ketidakkonsisten mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten terutama bila harus membandingkan banyak kriteria. Consistency ratio merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa perbandingan berpasangan yang telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak. Pengukuran konsistensi dari suatu matriks didasarkan atas eigen value maksimum, dimana nilai index konsistensi dapat dihitung dengan menggunakan rumus : = 1 Dimana : CI = rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (Consistency Index) n = Orde Matriks (banyaknya alternatif) max = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n

39 Apabila Cl bernilai nol, maka matriks perbandingan berpasangan tersebut konsisten. Batas ketidakkonsistenan yang telah ditetapkan ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsisten (CR) yaitu perbandingan indeks konsisten dengan nilairandom Indeks (RI) yang didapat dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory yang dikembangkan oleh Wharton School. Nilai ini bergantung pada ordo matriks n. Sehingga didapatkan rumus Rasio Kosistensi yaitu : = CR = Rasio Konsistensi RI = Indeks Random Tabel 2. 2 Nilai Random Index (RI) N 1 2 3 4 5 6 RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 Dst.... Bila matriks pairwise comparison dengan nilai CR lebih kecil dari 0,100 maka ketidakkonsistenan pendapat dari decision maker masih dapat diterima jika tidak maka penilaian perlu diulang.