BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I-1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian. Industrialisasi adalah salah satu metode untuk

I. PENDAHULUAN. perekonomian. Industrialisasi adalah salah satu metode untuk meningkatkan

PRARANCANGAN PABRIK METIL ETIL KETON DENGAN PROSES DEHIDROGENASI 2-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK METIL ETIL KETON DENGAN PROSES DEHIDROGENASI 2-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN PRARENCANA PABRIK ASETON DARI ISOPROPIL ALKOHOL

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester

Prarancangan Pabrik Pentaeritritol dari Asetaldehid dan Formaldehid dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas ton / tahun

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol Dengan Proses Hidrasi Menggunakan Katalis Asam, Kapasitas ton/tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

PRA RANCANGAN PABRIK ETHYL ACRYLATE DARI ETHYL 3-ETHOXY PROPIONATE KAPASITAS TON / TAHUN

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dengan Proses Monsanto Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Metanol dan Karbon Monoksida Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PRARANCANGAN PABRIK METIL METAKRILAT DARI ASETON SIANOHIDRIN 1 DAN METANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan Air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik n-butanol Proses Hidrogenasi Butyraldehide Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam sektor indistri kimia maka perlu didirikan pabrik hulu yang dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Perkloroetilen dari Propana dan Klorin Kapasitas ton/tahun BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Industri bahan intermediate (setengah jadi) di Indonesia sedang

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai bahan baku maupun bahan penunjang. Benzil alkohol banyak. solvent, dan sebagai bahan untuk industri kimia yang lain.

industri farmasi dan makanan terutama untuk ekstrasi dan pemurnian pada

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri telah menuntut semua negara ke arah industrialisasi. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan dalam menghadapi persaingan perdagangan internasional.

I. PENDAHULUAN. sangat pesat. Setiap tahunnya berdiri industri-industri baru yang berskala besar.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Propilen Oksida dan Air Kapasitas Ton Per Tahun. Andy Wijatmiko D

Dalam pemilihan kapasitas rancangan pabrik DME memerlukan beberapa pertimbangan yang harus dilakukan, antara lain:

Prarancangan Pabrik Formaldehida Dengan Proses Katalis Perak Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. kimia yang tidak berwarna dan berbau khas, larut dalam air, alkohol, aseton,

Prarancangan Pabrik Diamil Phthalat dari Amil Alkohol dan Phtalic Anhidrid dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

1 Prarancangan Pabrik n-butil Metakrilat dari Asam Metakrilat dan Butanol dengan Proses Esterifikasi Kapasitas ton/tahun Pendahuluan

Tugas Prarancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Aseton Sianohidrin dari Aseton dan HCN BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

Prarancangan Pabrik Akrolein dari Propilen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Dari pertimbangan faktor-faktor diatas, maka dipilih daerah Cilegon, Banten sebagai tempat pendirian pabrik Aseton.

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Adipat (C 6H 10O 4) dari Sikloheksena (C 6H 10) dan Hidrogen Peroksida (H 2O 2) Kapasitas 100.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Butil Akrilat dari Asam Akrilat dan Butanol Kapasitas Ton per Tahun. Pendahuluan

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Etilen Glikol dari Etilen Oksida dan Air Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. DESKRIPSI PROSES. MEK mulai dikembangkan pada tahun 1980-an sebagai pelarut cat. Dalam pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asetat Anhidrid dari Aseton dan Asam Asetat Kapasitas Ton/Tahun A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN

Prarancangan Pabrik Etanolamin dengan Proses Non Catalytic Kapasitas ton/tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. menghemat pengeluaran devisa negara. Selain itu juga akan meningkatkan

Prarancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. kebutuhan bahan - bahan penunjang guna menjamin kelangsungan proses

BAB I PENDAHULUAN. cukup luas seperti industri (Purified Terepthalic Acid) PTA, industri etil

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol Dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

Prarancangan Pabrik Asam Adipat dari Sikloheksanol dan Asam Nitrat dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

MODUL SENYAWA KARBON ( Alkohol dan Eter )

BAB I PENGANTAR. Gambar I.1. Struktur Kimia Formamid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Propilen Oksid Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

Laporan Tugas Akhir Perancangan Pabrik Butil Asetat Dari Butanol dan Asam Asetat Kapasitas Ton/Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya kebutuhan manusia, perkembangan industri-industri di Indonesia juga meningkat.

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Prabrik Isopropil Asetat dari Asam Asetat dan Isopropanol Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

dapat mendorong berdirinya pabrik kimia lainnya, sehingga dapat mengurangi

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN I-1

Oleh : Zainiyah Salam ( ) Anggi Candra Mufidah ( ) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Lily Pudjiastuti, MT

Prarancangan Pabrik Etil Asetat dari Etanol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Aseton Proses Oksidasi Propilena Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Pabrik Benzyl Alkohol dari Benzyl klorida dan Natrium karbonat Kapasitas 5000 ton/tahun

PRARANCANGAN PABRIK MONONITROTOLUEN DARI TOLUEN DAN ASAM CAMPURAN DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON / TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRARANCANGAN PABRIK ASAM FORMIAT DARI METIL FORMAT DAN AIR KAPASITAS TON/TAHUN

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

Laporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Monochlorobenzene dari Benzene dan Chlorine Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Formiat dari Metil Format dan Air dengan Proses Bethlehem Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

Perancangan Pabrik Metil klorida Dengan Proses Hidroklorinasi Metanol Kapasitas Ton/tahun

ISOPROPIL ALKOHOL DENGAN PROSES DEHIDROGENASI

Transkripsi:

I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang berada dalam fase perbaikan kondisi perekonomian melalui proses industrialisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, industrialisasi merupakan sebuah proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem mata pencaharian masyarakat agraris (pertanian) menjadi masyarakat industri. Industri kimia merupakan salah satu sektor industri yang sangat penting dan menyumbang devisa negara. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, kebutuhan masyarakat akan bahan kimia terus meningkat. Namun sangat disayangkan, pemenuhan kebutuhan bahan kimia dalam negeri belum dapat dilakukan oleh industri di Indonesia secara keseluruhan sehingga Indonesia masih harus mengimpor dari negara lain. Oleh sebab itu, guna memenuhi kebutuhan masyarakat serta mendukung berjalannya proses industrialisasi, perlu dilakukan pembangunan industri kimia di Indonesia untuk mengurangi ketergantungan Indonesia kepada negara lain. Metil etil keton (MEK) merupakan salah satu senyawa keton yang banyak digunakan dalam industri dan diproduksi secara komersial. Senyawa yang dikenal dengan nama 2-butanon ini merupakan cairan jernih tidak berwarna yang mudah terbakar dan memiliki bau seperti aseton (McKetta, 1989). Senyawa ini memiliki peranan penting dalam industri kimia diantaranya dimanfaatkan sebagai pelarut dalam industri cat, cairan pembersih, pelapis, perekat, tinta, dan thinner (Wirtz, 1985). Untuk memenuhi kebutuhan industri di Indonesia, MEK masih diimpor dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Brazil, Jepang, dan Singapura. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (2015), pada tahun 2015 Indonesia mengimpor metil etil keton (MEK) sebanyak 31.413 ton. Kebutuhan MEK di Indonesia akan semakin meningkat setiap tahunnya seiring dengan jumlah industri pengguna senyawa MEK yang terus berkembang. Pemenuhan kebutuhan MEK dalam negeri harus tercapai agar proses industrialisasi di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan terus berkembang. Oleh sebab itu, pendirian pabrik MEK di Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar dan prospektif untuk direalisasikan. Pendirian pabrik MEK diharapkan mampu mengisi kekosongan pasar terhadap kebutuhan MEK, menghemat devisa negara untuk impor bahan kimia, membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, serta memacu berdirinya pabrik baru yang menggunakan MEK sebagai bahan baku. Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol

I.2. Sifat-Sifat Bahan Baku Utama dan Produk I.2.1. 2-Butanol 2-butanol merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan MEK. Senyawa organik yang termasuk dalam jenis alkohol sekunder ini diperoleh dari proses hidrasi 2-butena dengan menggunakan katalis asam. Rumus bangun senyawa 2-butanol ditampilkan pada Gambar I.1 sebagai berikut. Gambar I.1. Rumus Bangun 2-Butanol Sifat fisika dari senyawa 2-butanol disajikan dalam Tabel I.1 sebagai berikut. Tabel I.1. Sifat Fisika 2-Butanol (Yaws, 1999) Sifat Fisik Keterangan Rumus molekul C4H9OH Berat molekul (gram/mol) 74,123 Bentuk Cair Warna Jernih Titik lebur pada 1 atm ( o C) -88,45 Titik didih pada 1 atm ( o C) 99,55 Densitas pada 25 o C (gram/ml) 0,805 Temperatur kritis ( o C) 262,86 Tekanan kritis (atm) 41,39 Volume kritis (cm 3 /mol) 268 Viskositas pada 25 o C (cp) 3,2484 Panas penguapan (kj/mol) 40,96 Panas pembentukan pada 25 o C (kj/mol) -292,8 Kapasitas panas pada 25 o C (J/mol.K) Kelarutan dalam air pada 25 o C (g/l) 172,18 181 Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol I-2

Sifat kimia dari senyawa 2-butanol adalah sebagai berikut. 1. Dehidrasi Senyawa 2-butanol dapat terdehidrasi katalitik dengan bantuan katalis asam membentuk senyawa butena (Gunawan dan Susanto, 2008). Reaksi dehidrasi 2 -butanol membentuk butena adalah sebagai berikut. OH CH3-CH-CH2-CH3 CH2=CH-CH2-CH3 + H2O (1-1) 2. Oksidasi 2-butanol Butena Air Senyawa 2-butanol mengandung 1 gugus hidroksil ( -OH) yang dapat teroksidasi membentuk gugus keton. Proses oksidasi terjadi pada suhu rendah dengan menggunakan oksidator berupa Mn (IV) oksida dalam asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3), maupun asam kromat (H 2CrO4). Selain itu, untuk mempercepat reaksi oksidasi dapat digunakan katalis berupa oksida logam kromium yang diaktivasi menggunakan oksidator hidrogen peroksida (H2O2) yang berlangsung pada suhu 50-70 o C (Nurofik, 2008). Reaksi oksidasi 2- butanol membentuk butanon adalah sebagai berikut. OH O [O] CH3-CH-CH2-CH3 CH3-C-CH2-CH3 + H2 (1-2) 3. Esterifikasi 2-butanol Butanon Hidrogen Senyawa 2-butanol dapat mengalami proses esterifikasi dengan asam karboksilat membentuk ester. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversible yang berlangsung lambat sehingga digunakan katalis asam yang berfungsi untuk mempercepat reaksi (Widodo, 2013). Reaksi esterifikasi 2-butanol dengan asam karboksilat membentuk ester adalah sebagai berikut. OH O O CH3-CH-CH2-CH3 + R-C-OH R-C-O-C4H9 + H2O (1-3) 2-butanol Asam Karboksilat Ester Air Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol I-3

I.2.2. Metil Etil Keton (MEK) Metil etil keton merupakan salah satu jenis senyawa keton yang banyak digunakan dalam industri dan diproduksi secara komersial. Cairan jernih tidak berwarna yang dikenal dengan nama 2-butanon ini memiliki sifat mudah terbakar, berbau seperti aseton, memiliki titik didih rendah, serta mudah larut dalam air dan beberapa pelarut organik (McKetta, 1989). Rumus bangun senyawa MEK ditampilkan pada Gambar I.2 sebagai berikut. Gambar I.2. Rumus Bangun Metil Etil Keton Sifat fisika senyawa metil etil keton disajikan dalam Tabel I.2 sebagai berikut. Tabel I.2. Sifat Fisika Metil Etil Keton (Yaws, 1999) Sifat Fisik Keterangan Rumus molekul C4H8O Berat molekul (gram/mol) 72,107 Bentuk Cair Warna Jernih Titik lebur pada 1 atm ( o C) -87,05 Titik didih pada 1 atm ( o C) 79,64 Densitas pada 25 o C (gram/ml) 0,799 Temperatur kritis ( o C) 262,35 Tekanan kritis (atm) 40,99 Volume kritis (cm 3 /mol) 267 Viskositas pada 25 o C (cp) 0,396 Panas penguapan (kj/mol) 31,22 Panas pembentukan pada 25 o C (kj/mol) -238,6 Kapasitas panas pada 25 o C (J/mol.K) Kelarutan dalam air pada 20 o C (%b) 159,74 26,3% Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol I-4

Sifat kimia dari senyawa metil etil keton (MEK) adalah sebagai berikut. 1. Reduksi Senyawa MEK dapat tereduksi oleh hidrogen (H2) menghasilkan 2-butanol (Purwanto dkk., 2012). Reaksi reduksi MEK dengan hidrogen (H 2) membentuk 2-butanol adalah sebagai berikut. O OH CH3-C-CH2-CH3 + H2 CH3-CH-CH2-CH3 (1-4) 2. Oksidasi Metil etil keton Hidrogen 2-butanol MEK mudah teroksidasi membentuk asam asetat dan asetaldehid dengan katalis oksida logam yang bersifat asam seperti V2O5. Selain itu, MEK juga dapat teroksidasi membentuk diasetat dengan menggunakan oksidator kuat asam nitrat (Anunziata, 2001). 3. Self-condensation Kondensasi aldol 2 mol MEK membentuk hidroksi keton yang kemudian mengalami proses dehidrasi membentuk 5-metil-2-heptena-3-keton dan air. Reaksi self condensation 2 mol MEK adalah sebagai berikut. O CH3 O 2 CH3-C-CH2-CH3 + H2 CH3-CH2-C-CH2-C-CH2-CH3 (1-5) OH Metil etil keton Hidrogen 5-Hidroksi-5-Metil-3-Heptanon CH3 O CH3 O CH3-CH2-C-CH2-C-CH2-CH3 CH3-CH2-C=CH-C-CH2-CH3 + H2O (1-6) OH Hidroksi Keton 5-Metil-2-Heptena-3-Keton Air Terbentuknya 5-Metil-2-Heptena-3-Keton menyebabkan terjadinya proses polimerisasi dan coking pada permukaan katalis yang mengakibatkan penurunan aktivitas katalis dengan cepat serta mempersulit proses pemisahan by product dari MEK (Amer and Ruiter, 1988). Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol I-5

I.3. Kegunaan Produk Senyawa MEK banyak digunakan di industri baik dalam skala besar maupun kecil. Beberapa manfaat atau kegunaan dari senyawa MEK dalam industri adalah sebagai berikut (American Chemistry Council, 2007). 1. Pelarut dalam proses pembuatan resin, gum, selulosa nitrat, selulosa asetat; 2. Bahan pelapis (coating); 3. Bahan perekat (adhesif) atau lem; 4. Bahan tinta cetak; 5. Bahan kimia intermediate. MEK banyak digunakan dalam berbagai keperluan industri diantaranya industri cat, electroplating, metal degreasing, percetakan, dan masih banyak lagi. Senyawa ini memiliki kelarutan yang tinggi dalam air dan berbagai pelarut organik, sehingga banyak digunakan sebagai solvent dalam industri (Wirtz, 1985). Berdasarkan data EPA, sebanyak 61% MEK digunakan sebagai pelarut cat kayu dan otomotif karena MEK merupakan pelarut paling murah di antara pelarut lain yang memiliki kisaran suhu didih yang sama. Selain itu, MEK memiliki viskositas yang rendah meskipun memiliki kandungan padatan yang tinggi (Amer and Ruiter, 1988). MEK tidak termasuk dalam kategori Hazardous Air Pollutants (HAP) sehingga ramah bagi lingkungan (Oxiteno, Technical Bulletin). Kegunaan metil etil keton disajikan pada Tabel I.3 berikut. Tabel I.3. Kegunaan Metil Etil Keton (EPA, 1994) Kegunaan Persentase (%) Pelarut cat kayu dan otomotif 61 Pelarut adhesive 13 Kaset magnetik 10 Dewaxing minyak pelumas 5 Bahan kimia 4 Tinta cetak 4 Lain-lain 3 I.4. Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan MEK adalah 2-butanol yang diimpor dari China. Total kapasitas produksi 2-butanol di China mencapai 79000 ton/tahun. Berikut merupakan beberapa merk 2-butanol dari China yaitu KY dengan kemurnian 98%, Kang Yuan dengan kemurnian 98%, HHD dengan kemurnian 99%, serta Sinochem dengan kemurnian 99,5%. 2-butanol yang dipilih sebagai bahan baku pembuatan MEK adalah merk Sinochem yang diimpor dari Sinochem (Qingdao Free Trade Zone) CO., LTD yang terletak di Shandong Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol I-6

karena memiliki kemurnian yang tinggi yaitu 99,5%. Besarnya kapasitas produksi 2-butanol dari China mampu memenuhi kebutuhan 2-butanol yang diperlukan dalam produksi MEK. I.5. Kapasitas Produksi 1.2.5.1. Impor MEK Berikut ini merupakan data impor MEK di Indonesia dari tahun 2011 sampai 2015 yang disajikan pada Tabel I.4. Tabel I.4. Impor MEK di Indonesia Tahun 2011-2015 (BPS, 2016) Tahun Impor MEK (ribu ton) 2011 27,4079 2012 27,7361 2013 31,0043 2014 29,2952 2015 31,4137 Berdasarkan Tabel I.4, data impor MEK di Indonesia dari tahun 2011-2015 dapat disajikan dalam Gambar I.3. 60 55 Impor MEK (ribu ton) 50 45 40 35 30 25 20 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Tahun Gambar I.3. Impor MEK di Indonesia Tahun 2011-2015 Dari Gambar I.3. dapat diperoleh hubungan antara tahun dan jumlah impor MEK yang dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut: Y = -1.897,2 + 0,9571X... (1) Dimana : Y = jumlah impor MEK X = tahun impor MEK Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol I-7

Data impor MEK di Indonesia dari tahun 2016-2019 dapat dicari dengan menggunakan persamaan regresi linear yang diperoleh dari data impor MEK di Indonesia tahun 2011-2015. Berikut contoh perhitungan untuk memperoleh data impor MEK tahun 2016. Data impor MEK tahun 2016: Y = -1.897,2 + 0,9571X Y = -1.897,2105 + (0,9571 2016) Y = 32,3136 ribu ton Data impor MEK di Indonesia tahun 2016-2019 dapat dihitung dengan cara yang sama dan hasilnya disajikan pada Tabel I.5. Tabel I.5. Perkiraan Impor MEK di Indonesia Tahun 2016-2019 Tahun Impor MEK (ribu ton) 2016 32,3136 2017 33,2707 2018 34,2278 2019 35,1849 1.2.5.2. Ekspor MEK Berikut ini merupakan data ekspor MEK di Indonesia dari tahun 2011 sampai 2015 yang disajikan pada Tabel I.6. Tabel I.6. Ekspor MEK di Indonesia Tahun 2011-2015 (BPS, 2016) Tahun Ekspor MEK (ton) 2011 0 2012 0 2013 0 2014 0 2015 3,6910 Berdasarkan Tabel I.6, data ekspor MEK di Indonesia dari tahun 2011-2015 dapat disajikan dalam Gambar I.4. Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol I-8

Ekspor MEK (ton) 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Tahun Gambar I.4. Ekspor MEK di Indonesia Tahun 2011-2015 Dari Gambar I.4, dapat diketahui bahwa tidak ada kegiatan ekspor MEK di Indonesia pada tahun 2011 sampai 2014 dan baru ada kegiatan ekspor MEK di Indonesia pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ekspor untuk MEK di Indonesia merupakan kegiatan yang baru sehingga untuk perkiraan data ekspor MEK pada tahun 2016 sampai 2019 menggunakan data ekspor MEK pada tahun 2015. Tabel I.7. Perkiraan Ekspor MEK di Indonesia Tahun 2016-2019 Tahun Impor MEK (ribu ton) 2016 3,6910 2017 3,6910 2018 3,6910 2019 3,6910 I.2.5.3. Konsumsi MEK Data Environmental Protection Agency (EPA) menunjukkan bahwa sebanyak 61% MEK digunakan untuk pelarut cat kayu dan cat otomotif. Konsumsi MEK di Indonesia dapat ditinjau dari konsumsi cat di Indonesia. Berikut ini merupakan data konsumsi cat di Indonesia tahun 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2013 yang disajikan pada Tabel I.8. Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol I-9

Tabel I.8. Konsumsi Cat Kayu dan Cat Otomotif di Indonesia Tahun 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2013 (BPS) Tahun Konsumsi Cat Kayu dan Cat Otomotif (ribu ton) 2008 79,3618 2009 173,9460 2010 180,6623 2011 273,8464 2013 390,3510 Berdasarkan Tabel I.8, data konsumsi cat kayu dan cat otomotif di Indonesia tahun 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2013 dapat disajikan dalam Gambar I.5. Konsumsi Cat Kayu dan Cat Otomotif (ribu ton) 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Gambar I.5. Konsumsi Cat Kayu dan Cat Otomotif di Indonesia Tahun 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2013 Dari Gambar I.5. dapat diperoleh hubungan antara tahun dan jumlah konsumsi cat kayu dan cat otomotif yang dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut: Y = -121.017 + 60,311X... (3) Dimana : Y = jumlah konsumsi cat kayu dan otomotif X = tahun konsumsi cat kayu dan otomotif Data konsumsi cat kayu dan cat otomotif di Indonesia dari tahun 2016-2019 dapat dicari dengan menggunakan persamaan regresi linear yang diperoleh dari data konsumsi cat kayu dan cat otomotif di Indonesia tahun 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2013. Berikut contoh perhitungan untuk memperoleh data konsumsi cat kayu dan cat otomotif tahun 2016. Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol I-10

Data konsumsi cat kayu dan cat otomotif tahun 2016: Y = -121.017 + 60,311X Y = -121.017 + (60,311 2016) Y = 569,5138 ribu ton Data konsumsi cat kayu dan cat otomotif di Indonesia tahun 2016-2019 dapat dihitung dengan cara yang sama dan hasilnya disajikan pada Tabel I.9. Tabel I.9. Perkiraan Konsumsi Cat Kayu dan Cat Otomotif di Indonesia Tahun 2016-2019 Tahun Konsumsi Cat Kayu dan Cat Otomotif (ribu ton) 2016 569,9760 2017 630,2870 2018 690,5980 2019 750,9090 Berdasarkan data dari Paint Product Stewardship, dapat diketahui bahwa kandungan pelarut dalam cat sekitar 20%. Dari data konsumsi cat kayu dan cat otomotif di Indonesia, dapat diperkirakan banyaknya pelarut yang digunakan untuk membuat cat kayu dan cat otomotif. Berikut contoh perhitungan untuk memperoleh data konsumsi pelarut cat kayu dan cat otomotif tahun 2016: Konsumsi pelarut cat kayu dan cat otomotif tahun 2016 = 20% 569,9760 ribu ton = 113,9952 ribu ton Data konsumsi pelarut cat kayu dan cat otomotif di Indonesia tahun 2016-2019 dapat dihitung dengan cara yang sama dan hasilnya disajikan pada Tabel I.10. Tabel I.10. Perkiraan Konsumsi Pelarut Cat Kayu dan Cat Otomotif di Indonesia Tahun 2016-2019 Tahun Konsumsi Pelarut Cat Kayu dan Cat Otomotif (ribu ton) 2016 113,9952 2017 126,0574 2018 138,1196 2019 150,1818 Data konsumsi pelarut cat kayu dan cat otomotif di Indonesia digunakan untuk menentukan konsumsi MEK di Indonesia dengan menggunakan data EPA yaitu sebanyak 61% MEK digunakan untuk pelarut cat kayu dan cat otomotif. Berikut contoh perhitungan untuk memperoleh data konsumsi MEK tahun 2016. Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol I-11

Data konsumsi MEK tahun 2016: Konsumsi MEK tahun 2016 = Konsumsi MEK tahun 2016 100% 113,9952ribu ton 61% 186,8774 ribu ton Data konsumsi MEK di Indonesia tahun 2016-2019 dapat dihitung dengan cara yang sama dan hasilnya disajikan pada Tabel I.11. Tabel I.11. Perkiraan Konsumsi MEK di Indonesia Tahun 2016-2019 Tahun Konsumsi MEK (ribu ton) 2016 186,8774 2017 206,6515 2018 226,4256 2019 246,1997 I.2.5.4. Produksi MEK Produksi MEK di Indonesia dapat ditinjau dari produksi cat di Indonesia. Berikut ini merupakan data produksi cat di Indonesia tahun 2010 sampai 2014 yang disajikan pada Tabel I.12. Tabel I.12. Produksi Cat di Indonesia Tahun 2010-2014 (IPEN) Tahun Produksi Cat (ribu ton) 2010 607,0164 2011 659,2198 2012 725,1418 2013 797,6559 2014 867,0520 Berdasarkan Tabel I.12, data produksi cat di Indonesia tahun 2010-2014 dapat disajikan dalam Gambar I.6. Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol I-12

900 850 Produksi Cat (ribu ton) 800 750 700 650 600 550 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun Gambar I.6. Produksi Cat di Indonesia Tahun 2010-2014 Dari Gambar I.6. dapat diperoleh hubungan antara tahun dan jumlah produksi cat yang dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut: Dimana : Y = jumlah produksi cat X = tahun produksi cat Y = -131.760 + 65,851X... (3) Data produksi cat di Indonesia dari tahun 2016-2019 dapat dicari dengan menggunakan persamaan regresi linear yang diperoleh dari data produksi cat di Indonesia tahun 2010-2014. Berikut contoh perhitungan untuk memperoleh data produksi cat tahun 2016. Data produksi cat tahun 2016: Y = -131.760 + 65,851X Y = -131.760 + (65,851 2016) Y = 995,6160 ribu ton Data produksi cat di Indonesia tahun 2016-2019 dapat dihitung dengan cara yang sama dan hasilnya disajikan pada Tabel I.13. Tabel I.13. Perkiraan Produksi Cat di Indonesia Tahun 2016-2019 Tahun Produksi Cat (ribu ton) 2016 995,6160 2017 1.061,4670 2018 1.127,3180 2019 1.193,1690 Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol I-13

Berdasarkan data dari PRODCOM, dapat diketahui sebanyak 26% dari produksi cat merupakan produksi cat kayu dan cat otomotif. Dari data produksi cat di Indonesia, dapat diperkirakan banyaknya produksi cat kayu dan cat otomotif. Berikut contoh perhitungan untuk memperoleh data produksi cat kayu dan cat otomotif tahun 2016: Produksi cat kayu dan cat otomotif tahun 2016 = 26% 995,6160 ribu ton = 258,8602 ribu ton Data produksi cat kayu dan cat otomotif di Indonesia tahun 2016-2019 dapat dihitung dengan cara yang sama dan hasilnya disajikan pada Tabel I.14. Tabel I.14. Perkiraan Produksi Cat Kayu dan Cat Otomotif di Indonesia Tahun 2016-2019 Tahun Produksi Cat Kayu dan Cat Otomotif (ribu ton) 2016 258,8602 2017 275,9814 2018 293,1027 2019 310,2239 Berdasarkan data dari Paint Product Stewardship, dapat diketahui bahwa kandungan pelarut dalam cat sekitar 20%. Dari data produksi cat kayu dan cat otomotif di Indonesia, dapat diperkirakan banyaknya pelarut yang digunakan untuk membuat cat kayu dan cat otomotif. Berikut contoh perhitungan untuk memperoleh data produksi pelarut cat kayu dan cat otomotif tahun 2016: Produksi pelarut cat kayu dan cat otomotif tahun 2016 = 20% 258,8602 ribu ton = 51,7720 ribu ton Data produksi pelarut cat kayu dan cat otomotif di Indonesia tahun 2016-2019 dapat dihitung dengan cara yang sama dan hasilnya disajikan pada Tabel I.15. Tabel I.15. Perkiraan Produksi Pelarut Cat Kayu dan Cat Otomotif di Indonesia Tahun 2016-2019 Tahun Produksi Pelarut Cat Kayu dan Cat Otomotif (ribu ton) 2016 51,7720 2017 55,1963 2018 58,6205 2019 62,0448 Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol I-14

Data produksi pelarut cat kayu dan cat otomotif di Indonesia digunakan untuk menentukan produksi MEK di Indonesia dengan menggunakan data EPA yaitu sebanyak 61% MEK digunakan untuk pelarut cat kayu dan cat otomotif. Berikut contoh perhitungan untuk memperoleh data produksi MEK tahun 2016. Data produksi MEK tahun 2016: Produksi MEK tahun 2016 = Produksi MEK tahun 2016 100% 51,7720ribu ton 61% 84,8722 ribu ton Data produksi MEK di Indonesia tahun 2016-2019 dapat dihitung dengan cara yang sama dan hasilnya disajikan pada Tabel I.16. Tabel I.16. Perkiraan Produksi MEK di Indonesia Tahun 2016-2019 Tahun Produksi MEK (ribu ton) 2016 84,8722 2017 90,4857 2018 96,0992 2019 101,7128 1.2.5.4. Perhitungan Kapasitas Produksi Kapasitas produksi dari pabrik pembuatan MEK dari 2-butanol yang akan didirikan pada tahun 2019 adalah sebagai berikut: Perkiraan data MEK untuk tahun 2019: Impor = 35,1849 ribu ton = 35.184,9 ton Ekspor = 3,6910 ton Konsumsi = 246,1997 ribu ton = 246.199,7 ton Produksi = 101,7128 ribu ton = 101.712,8 ton Kebutuhan Pasar + Impor = Ekspor + Konsumsi Kebutuhan Pasar = (Ekspor + Konsumsi) Impor Kebutuhan Pasar MEK tahun 2019 = (3,6910 ton + 246.199,7 ton) 35.184,9 ton = 211.018,4910 ton Kekosongan Pasar = Kebutuhan Pasar Produksi Kekosongan Pasar MEK tahun 2019 = 211.018,4910 ton 101.712,8 ton = 109.305,6910 ton 110.000 ton Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol I-15

Berikut adalah kapasitas produksi dari produsen MEK di dunia pada tahun 2002 disajikan pada Tabel I.17: Tabel I.17. Produksi MEK di dunia pada tahun 2002 Produsen Lokasi Pabrik Kapasitas (ton/tahun) Elf Atochem La Chambre, Perancis 50.000 Condea Moers, Jerman 65.000 Shell Nederland Chemie Pernis, Belanda 85.000 Exxon Chemical Fawley, Amerika Serikat 135.000 Baton Rouge, Amerika Serikat 135.000 Petro Brazi Brazi, Romania 30.000 Hoechst Celanese Pampa, Amerika Serikat 40.000 Shell Norco, Amerika Serikat 136.000 Oxiteno Triunfo, Brazil 30.000 Sasol Sasolburg, Afrika Selatan 40.000 Inemitsu Kosan Tokuyama, Jepang 40.000 Maruzen Petrochemical Goi, Jepang 90.000 Tonen Chemical Kawasaki, Jepang 70.000 Yukong Ulsan, Korea Selatan 50.000 Tasco Chemical Linyuan, Taiwan 60.000 Taiwan Synthetic Linyuan, Taiwan 15.000 Bangkok Synthetic Map Ta Phut, Thailand 20.000 Kapasitas produksi rata-rata (ton/tahun) 65.000 Jika ditinjau dari kapasitas produksi dari Produsen MEK yang sudah ada di dunia pada tahun 2002, kapasitas produksi pabrik MEK yang ditentukan berdasarkan perkiraan data kekosongan pasar terhadap MEK pada tahun 2019 merupakan kapasitas yang termasuk rentang kapasitas produksi dari Produsen MEK yang sudah ada di dunia yaitu antara 15.000 sampai 136.000 ton/tahun. Penentuan kapasitas produksi pabrik MEK disesuaikan dengan kapasitas produksi rata-rata dari Produsen MEK yang sudah ada di dunia, yaitu 65.000 ton/tahun. Prarencana Pabrik Pembuatan MEK Berbahan Baku 2-Butanol I-16