BAB I PENDAHULUAN. syariah Indonesia adalah tercapainya market share sebesar 5%. Namun hingga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan

BAB I PENDAHULUAN. bank itu sendiri berasal dari kata banque dalam bahasa prancis dan banco dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak akhir-akhir ini. Tidak sedikit kajian dilakukan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan bank dituntut untuk senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa

I. Pendahuluan. optimal dalam industri perbankan nasional. Paska terbitnya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal tahun 1990-an dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana telah diubah dengan Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyaluran kredit maupun pembiayaan merupakan fokus dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh. masyarakat dan negara kita adalah mencapai keadilan dan kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.

BAB 5 PENUTUP. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Dalam penilaian permodalan yaitu dengan Capital Adequacy Ratio

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan Bank Umum Syariah yang lahir melalui proses spin off. Metode

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. No.7 Tahun 1992 Bank Syariah berdiri ditengah-tengah krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah


BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk membandingkan suatu kondisi dengan kondisi lainnya, pada penelitian ini yang

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. dalam industri keuangan di Indonesia khususnya dunia perbankan. Mulai

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa thitung sebesar berada pada

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH. Yudiana Febrita Putri 1. Isti Fadah 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan suatu bidang usaha yang bergerak pada jasa keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Kepercayaan masyarakat terhadap bank

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Bank (LKB) merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2011 target dari Bank Indonesia terkait perkembangan bank syariah Indonesia adalah tercapainya market share sebesar 5%. Namun hingga akhir tahun 2013 market share bank syariah masih berkisar 4,3% yang berarti masih belum tercapainya target dari Bank Indonesia sebagai legulator untuk meningkatkan perkembangan bank syariah di Indonesia. Ditambah akan bergulirnya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) pada tahun 2015. Hal ini menuntut bank syariah harus lebih berkembang dan survive untuk menghindari dampak buruk dari MEA tersebut. Peningkatan market share perbankan syariah, dapat didukung melalui peningkatan total asetnya. Pada Desember 2013 total aset perbankan syariah mencapai Rp.242.276 milyar, jika dibandingkan pada Desember tahun 2012 mencapai Rp.195.018 milyar. Jika dilihat dari sisi Bank Umum Syariah, asset pada Desember tahun 2013 mencapai Rp.180.360 milyar, jika dibandingkan pada Desember 2012 pada angka Rp.147.581 milyar. Begitu juga dengan perkembangan jumlah bank syariah dan bertambahnya kantor bank syariah di Indonesia. Hal ini menandakan bahwa bank syariah di Indonesia khusunya pada Bank Umum Syariah memperlihatkan perkembanganya dari tahun ke tahun.

2 Tabel 1.1 Perkembangan Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2008-2013 Tahun Jumlah BUS Jumlah Total Asset Kantor BUS (dalam milyar) 2008 5 576 34.036 2009 6 711 48.014 2010 11 1.215 79.186 2011 11 1.390 116.930 2012 11 1.734 147.581 2013 11 1.987 180.360 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Indonesia Januari 2014 Bank syariah memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi di Indonesia. Melihat dari data diatas dengan cepatnya perkembangan bank syariah tentunya akan mempengaruhi penghimpunan dan penyaluran dana dari masyarakat. Sebagai fungsi utama bank yaitu sebagai lembaga mediasi yang berada di tengah-tengah masyarakat. Menghimpun dana pihak ketiga dari masyarakat yang kemudian salurkan kembali dalam bentuk pembiayaan maupun dalam bentuk investasi. Hal ini membuat bank syariah harus benar-benar waspada dalam mengatur keluar masuknya uang ke dalam bank syariah itu sendiri. Untuk mengatur keluar masuknya dana, tindakan manajemen likuiditas harus diperhatikan agar likuiditas bank syariah dapat terjaga dan stabil. Menurut Masyhud Ali (2006:246&236) risiko terberat yang menjadi awal terjadinya likuidasi atau pencabutan izin operasional bank adalah berupa risiko likuiditas. Sedangkan menurut Khaerul Umam (2013:128) likuiditas yang tersedia harus

3 cukup, tidak boleh terlalu kecil sehingga mengganggu kebutuhan operasional sehari-hari, tetapi juga tidak boleh terlau besar karena akan menurunkan efisiensi dan berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitas. Salah satu indikator dari likuiditas suatu bank adalah dengan melihat rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) atau dalam perbankan syariah dikenal dengan istilah FDR (Financing to Deposit Ratio). Menurut Mulyono dalam Utari (2011), rasio LDR merupakan rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan kepada masyarakat dengan jumlah dana masyarakat (DPK) dan modal sendiri yang digunakan. Menurut kententuan BI No.6/23/DPNP yang dikeluarkan pada Mei 2004 menyatakan bahwa posisi sehat FDR suatu bank berkisar pada 85%- 110%. Walaupun Aturan GWM-LDR Bank Indonesia yang menurunkan batas atas LDR dari 100% menjadi 92% untuk menjaga likuiditas perbankan konvensional pada tahun 2013, tidak akan diturunkan untuk perbankan syariah yang masih perlu untuk terus bertumbuh pesat (Yoga, 2013). Dengan pernyataan tersebut aturan FDR bank syariah hingga kini, masih berkisar 85%-110%. Tabel 1.2 Perkembangan FDR 11 Bank Umum Syariah Periode 2008-2013 Bank 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Muamalat 104.41 85.82 91.52 83.94 94.15 99.99 Mega syariah 79.58 81.39 78.17 83.08 88.88 102.89 Bank Mandiri Syariah 89.12 83.07 82.54 86.03 94.04 89.37 BNI Syariah - - 68.93 78.60 84.99 97.86 BCA Syariah - - 77.89 78.84 79.91 88.98

4 BRI Syariah 184.37 120.98 95.82 90.55 103.70 102.70 BJB Syariah - - 132 79.61 87.99 97.40 Panin Syariah - 35.43 69.76 162.97 123.88 112.46 Bukopin Syariah - 100.62 99.37 83.66 92.29 92.29 Victoria Syariah - - - 16.93 46.08 84.65 Maybank Syariah - - - 289.20 197.70 253.70 Sumber: Laporan Keuangan 11 Bank Umum Syariah (diolah) Ada beberapa bank syariah yang kondisi FDRnya menurun, yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Rakyat Indonesia Syariah dan Bank Panin Syariah. Meskipun posisi FDR Bank Syariah Mandiri masih tergolong kedalam kriteria yang diberikan oleh Bank Indonesia, namun pergerakannya cenderung menuju keluar dari ketentuan Bank Indonesia yaitu angka 85%. Kondisi FDR Bank Syariah Mandiri menurun pada akhir tahun 2013, yang sebelumnya terdapat peningkatan dari dua tahun sebelumnya yaitu dari angka 94,04% turun ke angka 89,37%. Hal ini tidak bisa dibiarkan, karena akan berdampak buruk pada bank tersebut, dengan terus menurunnya tingkat FDR bank syariah maka akan menggambarkan peningkatan likuiditasnya, dengan terus meningkatnya likuiditas maka bank tersebut dikategorikan sebagai overliquid. jika bank sudah dikategorikan sebagai bank yang overliquid, maka dapat diindikasikan bahwa bank tersebut tidak dapat mengoptimalkan dananya, yang akhirnya berdampak pada profitabiltas bank itu sendiri. Apabila bank ingin memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, maka bank tersebut akan berada pada posisi safety namun akan memeperoleh tingkat profitability yang rendah (Frianto Pandia, 2012:124).

NILAI RASIO 5 FDR 96 94 92 90 88 86 84 82 80 78 76 94.04 89.37 86.03 83.07 82.54 2009 2010 2011 2012 2013 TAHUN Gambar 1.1 Perkembangan FDR Bank Syariah Mandiri 2009-2013 Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri 2009-2013 Dari pergerakan likuiditas yang menurun tersebut, maka penting untuk mencari faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi likuiditas. Menurut Perry Wariyo (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas yang dihitung dengan FDR/ LDR dalam suatu bank adalah dengan melihat kondisi CAR (Capital Adequacy Ratio) yang merupakan indikator dari variabel kecukupan modal dan NPL (Non Performing Loan) atau dalam bank syariah yaitu NPF (Non Performing Financing) yang merupakan indikator dari kualitas asset. Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Untuk mengetahui kecukupan modal suatu bank, maka dapat diukur dengan melihat rasio CAR.

NILAI RASIO 6 Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan kewajiban modal minimum yang didapatkan dengan membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (Khaerul Umam, 2013:250). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No 9/24/DPbS Tentang Sistem Penilaian Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, bahwa CAR bank umum syariah dikatakan sehat jika berada pada angka 8% atau berada pada posisi antara 8% - 12%. CAR 16 14 12.39 14.57 13.82 14.01 12 10 10.06 8 6 4 2 0 2009 2010 2011 2012 2013 TAHUN Gambar 1.2 Grafik Perkembangan CAR (Capital Adequacy Ratio) Bank Syariah Mandiri 2009-2013 Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mandiri 2009-2013 Perkembangan CAR Bank Syariah Mandiri pada akhir tahun 2013 mengalami peningkatan dari angka 13,82% ke angka 14,01%. Jika dilihat dari perkembangan lima tahun terakhir perkembangan CAR Bank Syariah Mandiri cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan CAR ini terus menjauhi angka 12% yang ditetapkan Bank Indonesia.

7 Peningkatan CAR akan berdampak kepada likuiditas bank itu sendiri. Semakin besar rasio kecukupan modal suatu bank di atas angka minimum, menunjukan bahwa bank memiliki dana menganggur yang belum disalurkan ke aktiva yang berisiko, terutama kredit (Choi, dalam Prihatiningsih, 2012). Dengan pernyataan tersebut dapat diindikasikan perkembangan CAR yang terus meningkat menyebabkan likuiditas semakin liquid atau dapat mengakibatkan overliquid. Dalam PBI No 5/7/PBI/ 2003 Tentang Aktiva Produktiv Bank Syariah, mengataka bahwa kualitas aset atau aktiva produktiv bank syariah adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qordh, surat berharga, penyertaan modal, komitmen, dan kontijensi pada rekening administratif. Salah satu alat ukur dalam mengetahui sejauh mana kualitas aset bank syariah adalah dengan melihat rasio Non Performing Financing (NPF). Masyhud Ali (2006:166), mengemukakan bahwa Non performing financing/ pembiayaan bermasalah adalah risiko kerugian yang diderita bank, terkait dengan kemungkinan bahwa pada saat jatuh tempo debiturnya/pengguna dana gagal memenuhi kewajibannya terhadap bank. NPF mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPF maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Ali, 2006:167). Begitu juga jika NPF semakin tinggi, maka kualitas asset bank tersebut semakin rendah. Kondisi NPF yang terus meningkat mengharuskan perbankan untuk menyediakan cadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Sehingga, semakin tinggi tingkat NPF suatu bank maka mengakibatkan

NILAI RASIO 8 menurunya FDR pada bank tersebut, yang mengindikasikan semakin rendahnya kualitas aset suatu bank akibat pembiayaan yang bermasalah/ macet maka bank akan mengurangi pembiayaannya dengan cara menurunkan FDR. NPF 6 5 4.84 4.32 4 3 2 3.52 2.42 2.82 1 0 2009 2010 2011 2012 2013 TAHUN Gambar 1.3 Grafik Perkembangan NPF (Non Performing Financing) Bank Syariah Mandiri Periode 2009-2013 Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mandiri 2009-2013 Perkembangan NPF Bank Syariah Mandiri mengalami peningkatan pada akhir tahun 2013 dari angka 2,82% ke angka 4,32%. Jika dilihat dari lima tahun terakhir, NPF Bank Syariah Mandiri mengalami fluktuatif, namun cenderung meningkat pada tiga tahun terakhir. Menurut Edy Setiadi Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK, mengatakan bahwa batas toleransi NPF bank syariah adalah 5%, yang berarti setiap bank syariah tidak boleh memilik nilai NPF pada posisi lebih dari 5%. Hal ini juga tertulis pada peraturan Bank Indonesia. No.13/3/PBI/2011 Tentang

9 Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank, menjelaskan bahwa batas NPF bank syariah adalah 5%. Dari perkembangan NPFnya, Bank Syariah Mandiri masih dikatakan sehat yaitu masih dibawah 5%. Namun posisi NPF pada Bank Syariah Mandiri semakin meningkat pada tiap tahunnya, dan mendekati angka 5% yaitu pada posisi 4.32%. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena akan berdampak buruk pada penyaluran dana dan likuiditas Bank Syariah Mandiri itu sendiri. Dari beberapa fenomena di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana gambaran likuiditas khususnya pada Bank Syariah Mandiri yang diukur dengan FDR, dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas yaitu kecukupan modal dan kualitas aset. Dengan itu penulis akan menuangkan permasalahan itu dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Kecukupan Modal dan Kualitas Aset Terhadap Likuiditas Pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Tingkat kesehatan likuiditas bank syariah dapat diukur dengan melihat posisi FDRnya. Sesuai ketentuan Bank Indonesia BI No.6/23/DPNP Mei 2004, bahwa dikatakan sehat suatu bank syariah jika posisi FDR berada pada posisi 85%-110%. Kondisi FDR Bank Syariah Mandiri terus menurun mendekati angka 85% yang mengindikasikan kondisi likuiditas Bank Syariah Mandiri semakin

10 liquid atau mengalami overliquid. Dengan kondisi likuiditas seperti ini akan menyebabkan idle money, atau uang yang menganggur dimana bank tidak dapat mengoptimalkan dananya untuk meningkatkan profitnya. Kecukupan modal bank diindikasi dapat mempengaruhi manajemen bank dalam menentukan kebijakan likuditasnya. Dimana kecukupan modal yang berlebih dapat berpengaruh kepada dana yang belum bisa dimanfaatkan. Begitu juga kualitas aset merupakan salah satu faktor yang diindikasikan dapat berpengaruh kepada likuiditas bank. Dimana kualitas aset yang rendah akan mengurangi tingkat FDR bank itu sendiri. Sehingga menurunnya tingkat FDR atau meningkatanya likuiditas Bank Syariah Mandiri dapat dipengaruhi oleh kecukupan modal dan kualitas asetnya. 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah yang dijelaskan diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran kecukupan modal pada PT. Bank Syariah Mandiri? 2. Bagaimana gambaran kualitas aset pada PT. Bank Syarian Mandiri? 3. Bagaimana gambaran likuiditas pada PT. Bank Syariah Madiri? 4. Bagaimana pengaruh kecukupan modal terhadap likuiditas pada PT. Bank Syariah Mandiri?

11 5. Bagaimana pengaruh kualitas aset terhadap likuiditas pada PT. Bank Syariah Mandiri? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1 Mengetahui gambaran kecukupan modal pada PT. Bank Syariah Mandiri 2 Mengetahui gambaran kualitas aset pada PT. Bank Syariah Mandiri 3 Mengetahui gambaran likuiditas pada PT. Bank Syariah Madiri 4 Mengetahui pengaruh kecukupan modal terhadap likuiditas pada PT. Bank Syariah Mandiri 5 Mengetahui pengaruh kualitas aset terhadap likuiditas pada PT. Bank Syariah Mandiri 1.3.2 Kegunaan Penelitian 1.3.2.1 Kegunaan Teoritis Secara teoritis, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat atas perkembangan ilmu manajemen keuangan, khususnya manajemen keuangan perbankan syariah. Dan perkembangan ilmu yang berkaitan dengan likuiditas, kecukupan modal perbankan syariah dan kualitas aset pada perbankan syariah. 1.3.2.2 Kegunaan Praktis 1. Pihak Bank atau Perusahaan

12 Dapat menjadikan arahan dalam menentukan kebijakan bank syariah khusunya dalam kebijakan pengelolaan likuiditas bank syariah. Hal ini dilakukan agar likuiditas bank tetap stabil dan bank dapat dikatakan sehat. 2. Pihak Penulis Bagi penulis tentunya dapat menambah wawasan dan ilmu khusunya dalam dunia manajemen keuangan perbankan syariah. Dan dapat berguna untuk kehidupan dimasa yang mendatang terutama pada jenjang karir.