ANALISA SIFAT FISIS DAN MEKANIS PULLEY HASIL CORAN DENGAN BAHAN TAMBAH PISTON BEKAS

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

BAB II DASAR TEORI. Brake Lining. Brake Shoe. Gambar 2.1. Sepatu Rem [15].

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu. sehingga tercipta alat-alat canggih dan efisien sebagai alat bantu dalam

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen. yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para

Analisa Pengaruh Aging 450 ºC pada Al Paduan dengan Waktu Tahan 30 dan 90 Menit Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

I. PENDAHULUAN. 26, Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah isomer dari Al-26

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hubungan antara komposisi dan pemprosesan logam, dengan

PENGARUH PROSES PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN ALUMINIUM

Simposium Nasional RAPI XI FT UMS 2012 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik kalangan

HEAT TREATMENT PADA ALUMINIUM PADUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

Perubahan Nilai Kekerasan dan Struktur Mikro Al-Mg-Si Akibat Variasi Temperatur Pemanasan. Disusun Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

PENGARUH UNSUR ALUMINIUM DALAM KUNINGAN TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK, DAN STRUKTUR MIKRO

Analisis Sifat Fisis dan Mekanis Pada Paduan Aluminium Silikon (Al-Si) dan Tembaga (Cu) Dengan Perbandingan Velg Sprint

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

ANALISA SIFAT MEKANIK PROPELLER KAPAL BERBAHAN DASAR ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Cu. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

IDENTIFIKASI BAHAN DAN PROPERTIESNYA PADA KARTER OLI EKS MESIN DIESEL MAN D 2842 LE201 PLTD IPUH BARU UNIT 1

Perbaikan Sifat Mekanik Paduan Aluminium (A356.0) dengan Menambahkan TiC

Peningkatan Sifat Mekanik Paduan Aluminium A356.2 dengan Penambahan Manganese (Mn) dan Perlakuan Panas T6

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

BAB I PENDAHULUAN. walaupun harga produk luar jauh lebih mahal dari pada produk lokal. yang menjadi bahan baku utama dari komponen otomotif.

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya

PROSES MANUFACTURING

TUGAS AKHIR. BIDANG TEKNIK PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN MATERIAL PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MnCl2.H2O TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA 7075

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR

ISSN hal

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok Boron dalam unsur kimia (Al-13) dengan massa jenis 2,7 gr.cm-

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

BAB I PENDAHULUAN. yaitu logam besi (ferro) dan logam bukan besi (non ferro). Logam ferro yaitu

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

11 BAB II LANDASAN TEORI

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

TUGAS SARJANA. ANALISA PENGARUH BAHAN CETAKAN PADA PENGECORAN PADUAN Al- Cu TERHADAP WAKTU PENDINGINAN DAN SIFAT MEKANIS CORAN

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

TUGAS SARJANA KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PRODUK CORAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI KOMPOSISI TEMBAGA

Pembahasan Materi #11

Si Si ANALISA KARAKTERISASI PADA LIMBAH VELG DAN primer BOKSTRANSMISI MOBIL. H.Samsudi Raharjo¹) Solichan²)

STUDI BAHAN ALUMUNIUM VELG MERK SPRINT DENGAN METODE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA PENGARUH VARIASI MEDIA QUENCHING DAN PENAMBAHAN SILIKON PADA PADUAN Al-Si REMELTING VELG SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS SKRIPSI

MATERIAL TEKNIK LOGAM

Pengaruh Perlakuan Panas Dengan Air Dan Oli Terhadap Kekuatan Impact (Benturan) Bahan Piston Dan Cylinder Liner ABSTRAK

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

STUDI KOMPARASI HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS MATERIAL RING PISTON BARU DAN BEKAS

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.

ANALISIS KEGAGALAN PISTON SEPEDA MOTOR BENSIN 110 cc

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

Transkripsi:

ANALISA SIFAT FISIS DAN MEKANIS PULLEY HASIL CORAN DENGAN BAHAN TAMBAH PISTON BEKAS Suparjo Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jln. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang-30139 E-mail: suparjo@polsri.ac.id ABSTRACT Material development of parts and tools is done to get more advantage than its raw material, especially in its application in some operational. The one of recycle material is an unused piston. Piston is a motorcycle component that uses to press an air in the motorcycle cylinder, to generate work or power. Because of life time or damage, a piston is break or wear (the most damage of piston is wear). Refer on above back-ground; this research is conducted to enhance the mechanical and physical properties of pulley with an unused piston as an additive material. A piston material is chosen because it is an aluminum alloy with the better composition and better amount than the other unused aluminum. The orientation of this research is product development of small scale industry casting. The contribution of this research is to enhance the product quality and product quantity so that it can compete with other same product from the big scale industry. The aluminum alloy of unused piston from small scale industry has composition : Al (84,76%), Si (1,04%), Fe (1,04%), Cu (,17%), Mn (0,4%), Zn (3,53%), Sn (0,07%), Pb (0,18), Ti (0,06), and others (0,14%). As soon as heat treatment process, the Brinell Hardness Number (BHN) is 15,76, which before the process is 59,19. The composition of element of aluminum alloy will raise the mechanical properties of the pulley from home industry. And then, the distributing of element can influence the surface hardness, which more evenly distribute is more evenly its surface hardness. Keywords: pulley, piston, recycle, mechanical properties, Brinell hardness number. PENDAHULUAN Salah satu tujuan terpenting dalam pengembangan material adalah menentukan apakah struktur dan sifat-sifat material sudah optimum agar daya tahan terhadap korosi dan keausan dicapai maksimum. Permasalahan yang dihadapi oleh industri kecil pengecoran yang ada di Palembang dan sekitarnya adalah penggunaan bahan daur ulang alumunium yang kurang berkualitas seperti kaleng, panci dan alat-alat rumah tangga lainnya. Untuk produk industri kecil yang tidak membutuhkan kekuatan tinggi seperti sendok, hiasan dan berbagai perlengkapan rumah tangga lainnya, material daur ulang jenis ini tidak bermasalah. Namun untuk produk komponen yang mendapat beban dinamis seperti pulley, kopling, atau balingbaling, maka material daur ulang jenis ini akan menghasilkan produk yang kurang layak, karena komposisi materialnya hanya berupa alumunium murni yang memiliki sifat mekanik yang lebih rendah dibandingkan dengan paduan alumunium. Untuk membantu permasalahan yang dihadapi oleh industri kecil inilah, maka pemanfaatan material piston daur ulang yang memiliki sifat mekanis yang lebih baik akan dihasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang bersaing dengan produk sejenis. Bertolak dari masalah tersebut maka, dikembangkanlah inovasi material cor yang berkualitas dan murah. Salah satu material daur ulang yang mudah dan banyak persediannya adalah piston bekas. Kasus kerusakan pada suku cadang ini yang sering ditemui pada alat transportasi selama ini adalah keausan piston. Keausan pada piston dikarenakan kondisi kerja piston yang bekerja pada suhu yang tinggi, tekanan yang besar dan gaya gesek secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama, sehingga piston mengalami keausan. Hal inilah yang menyebabkan komponen piston perlu dilakukan penggantian dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan penggunaan, dan akhirnya banyak sekali piston bekas yang dimanfaatkan sebagai barang yang tidak mempunyai nilai tambah. Untuk alasan inilah maka penelitian ini dilakukan. Permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini menyangkut rendahnya kualiatas produk cor yang dihasilkan karena penggunaan material yang asalasalan, tidak mempertimbangkan komposisi material yang akan di daur ulang. Yang terjadi adalah produk sulit bersaing dengan produk sejenis yang dihasilkan oleh industri besar, baik dari sisi kualitas, kuantitas maupun harga. Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah membantu industri kecil pengecoran dalam menentukan material daur ulang yang cocok untuk bahan pembuat pulley, dan melakukan pengujian sifat mekanik dan karateristik piston bekas apakah material tersebut dapat dimanfaatkan sebagai material proses pengecoran pulley. METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan pengujian sifat mekanik variasi spesimen cor dari piston bekas dan spesimen non piston, dan dari variasi ini akan diperoleh data dan informasi mengenai karateristik spesimen. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: Observasi yaitu proses pengumpulan data tentang pengecoran aluminium dan membandingkan dengan data literatur yang ada Suparjo 5

sehingga akan didapat hipotesis awal tentang sifat material cor. Perencanaan yaitu merencanakan ukuran-ukuran spesimen uji yang sesuai standar ASME. Tahapan diawali dengan proses pengecoran material spesimen, selanjutnya material spesimen dibentuk sesuai dengan ukuran dalam standar ASME. Pengujian material yaitu proses pengujian spesimen meliputi uji kekerasan permukaan, uji komposisi dan uji struktur mikro. Analisa data hasil pengujian yaitu tahapan dimana data hasil pengujian diolah dan dianalisa untuk diambil kesimpulan. TINJAUAN PUSTAKA Piston dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan istilah torak adalah komponen dari mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima hentakan pembakaran pada ruang bakar silinder liner. Piston bekerja tanpa henti selama mesin hidup. Komponen ini mengalami peningkatan temperatur dan tekanan tinggi sehingga mutlak harus memiliki daya tahan tinggi. Oleh karena itu, pabrikan kini lebih memilih paduan aluminium (Al-Si) sebagai bahan piston, oleh karena paduan ini diyakini mampu meradiasikan panas yang lebih efisien dibandingkan material lainnya. Piston bekerja pada temperatur tinggi, maka pada bagian-bagian tertentu seperti antara diamater piston dan diameter silinder ruang bakar diberi celah. Celah ini secara otomatis akan berkurang (menjadi presisi/rapat) ketika komponen-komponen itu kenaikan suhu. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya kebocoran kompresi. Ukuran celah piston bagian atas lebih besar dibandingkan bagian bawah. Ukuran ini bervariasi tergantung dari jenis mesinnya, biasanya antara 0,0 hingga 0,1 mm. Ukuran celah ini sangat penting, karena bila terlalu kecil akan menyebabkan tidak ada celah antara piston dan silinder ketika kondisi panas, dan ini akan menyebabkan piston bisa menekan silinder dan merusak mesin. Sebaliknya, bila ukuran celah terlalu besar, tekanan kompresi dan tekanan gas hasil pembakaran akan menjadi rendah, akibatnya mesin kendaraan pun tidak bertenaga dan mengeluarkan asap. Aluminium bisa dipakai sebagai paduan berbagai logam murni, sebab tidak kehilangan sifat ringan dan sifat-sifat mekanis lainnya, serta mampu cornya diperbaiki dengan menambah unsur unsur lain. Unsur-unsur paduan itu adalah tembaga, silisium, magnesium, mangan, nikel, dan sebagainya yang dapat merubah sifat paduan aluminium. Paduan Al-Si yang telah di-heattreatment dinamakan silumin. Sifat-sifat silumin sangat diperbaiki oleh perlakuan panas dan sedikit diperbaiki oleh unsur paduan. Paduan Al-Si yang memerlukan perlakuan panas ditambah dengan Mg juga Cu serta Ni untuk memberikan kekerasan pada saat panas. Bahan paduan ini biasa dipakai untuk torak/piston motor. (Surdia dan Saito, 199). Paduan aluminium yang lain yang lebih kuat lagi yaitu Al-Cu dan Al-Cu-Mg dinamakan duralumin. Paduan Al-Cu-Mg adalah paduan yang mengandung 4%Cu dan 0,5%Mg serta dapat mengeras dengan sangat dalam beberapa hari oleh penuaan dalam temperatur biasa atau natural aging setalah solution heat treatment dan quenching. Studi tentang logam paduan ini telah banyak dilakukan, salah satunya adalah Nishimura yang telah berhasil dalam menemukan senyawa terner yang berada dalam keseimbangan dengan Al, yang kemudian dinamakan senyawa S dan T. Ternyata senyawa S (ALCuMg) mempunyai kemampuan penuaan pada temperatur biasa. Paduan Al-Cu dan Al-Cu-Mg dipakai sebagai bahan dalam industri pesawat terbang (Surdia dan Saito, 199). Paduan Al-Mn, Mangan (Mn) adalah unsur yang memperkuat alumunium tanpa mengurangi ketahanan korosi dan dipakai untuk membuat paduan yang tahan terhadap korosi. Paduan Al-Mn dalam penamaan standar AA adalah paduan Al 3003 dan Al 3004. Komposisi standar dari paduan Al 3003 adalah Al, 1,% Mn, sedangkan komposisi standar Al 3004 adalah Al, 1,% Mn, 1,0% Mg. Paduan Al3003 dan Al 3004 digunakan sebagai paduan tahan korosi tanpa perlakuan panas. Paduan Al-Mg dengan komposisi 3% Mg adalah paduan yang mudah ditempa, dicanai (roll) dan diekstrusi. Paduan Al 505 adalah paduan yang paling kuat dalam sistem ini, dipakai setelah dikeraskan oleh pengerasan regangan apabila diperlukan kekerasan tinggi. Paduan Al 5083 yang dianil adalah paduan antara (4,5% Mg ) kuat dan mudah dilas oleh karena itu sekarang dipakai sebagai bahan untuk tangki LNG (Surdia, 1995). Paduan Al-Mg-Si dalam sistem klasifikasi AA dapat diperoleh paduan Al 6063 dan Al 6061. Paduan dalam sistem ini mempunyai kekuatan kurang sebagai bahan tempaan dibandingkan dengan paduan-paduan lainnya, tetapi sangat liat, sangat baik mampu bentuknya untuk penempaan, ekstrusi dan sebagainya. Paduan 6063 dipergunakan untuk rangka-rangka konstruksi, karena paduan dalam sistem ini mempunyai kekuatan yang cukup baik tanpa mengurangi hantaran listrik, maka selain dipergunakan untuk rangka konstruksi juga digunakan untuk kabel tenaga. Paduan Al-Mn-Zn, ditemukan di Jepang pada permulaan tahun 1940. Iragashi dan kawankawan mengadakan studi dan berhasil dalam pengembangan suatu paduan dengan penambahan kira- kira 0,3% Mn atau Cr dimana butir kristal padat diperhalus dan mengubah bentuk presipitasi serta retakan korosi tegangan (stress corrosion cracking) tidak terjadi. Pada saat itu paduan Suparjo 6

tersebut dinamakan ESD atau duralumin super ekstra. Selama perang dunia ke dua di AS dengan maksud yang hampir sama, telah dikembangkan pula suatu paduan yaitu Al, 5,5% Zn,,5% Mn, 1,5% Cu, 0,3% Cr, dan 0,% Mn yang sekarang dinamakan paduan Al-7075. Paduan ini mempunyai kekuatan tertinggi diantara paduanpaduan lainnya. Pengggunaan paduan ini paling besar adalah untuk bahan konstruksi pesawat udara, disamping itu juga digunakan dalam bidang konstruksi (Surdia dan Saito, 199). HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan sifat mekanis paduan aluminium daur ulang. Untuk meningkatkan sifat mekanis dapat dilakukan dengan penambahan unsur-unsur logam transisi yang dapat menyebabkan proses pengerasan larutan padat seperti unsur tembaga (Cu), seng (Zn), besi (Fe), magnesium (Mg) dan proses perlakuan panas (pengerasan endapan). Produksi bahan harus memiliki kekuatan memadai baik dalam temperatur ruang ataupun dalam temperatur tinggi pada saat material tersebut digunakan. Penambahan unsur dengan pengerjaan dingin akan meningkatkan kekuatan luluh. Tetapi pada beberapa jenis paduan, kekerasan dapat ditingkatkan dengan proses perlakuan panas. Pada logam non ferro, proses pengerasan tersebut dinamakan pengerasan endapan (preticipation hardening) (Smith, 1993). Proses ini dapat terjadi akibat batas kelarutan padat susut dengan menurunnya temperatur. Pada paduan aluminium, temperatur tinggi menyebabkan paduan berupa larutan padat α yang homogen. Namun bila didinginkan menjadi jenuh dengan fase ke dua θ, pada temperatur yang lebih rendah θ mengendap dan terjadilah pengerasan kisi. Pada proses perlakuaan panas, pengerasan paduan dipanaskan hingga temperature yang cukup tinggi agar terjadi pelarutan, disusul dengan proses pendinginan cepat dengan mencelupkannya ke dalam air atau media pendingin lainnya. Proses pendinginan cepat ini mencegah terjadinya pemisahan fase θ. Pada temperatur rendah paduan berada dalam keadaan lewat jenuh yang tidak stabil, namun setelah pencelupan, paduan dibiarkan untuk jangka waktu tertentu akan terjadi penuaan (aging) dan fase kedua yang mengalami proses pengerasan (Hatch, 1995). Presipitasi terjadi melalui proses nukleasi dan pertumbuhan fluktuasi dalam konsentrasi larutan menimbulkan terjadinya klaster atom kecil dalam kisi yang nantinya akan menjelma menjadi inti presipitat. Laju pertumbuhan inti dikendalikan oleh laju migrasi atom, sehingga presipitasi meningkat dengan naiknya temperature aging. Akan tetapi presipitat semakin halus bila temperature tertentu dimana aging berlangsung lama akan menyebabkan pengasaran presipitat (Hatch, 1995). Partikel halus yang terdispersi dalam jumlah banyak secara berangsur digantikan oleh partikel yang lebih kasar dengan jumlah yang lebih sedikit. Bila ini terjadi, hal ini akan menyebabkan material lebih lunak karena jarak antar partikel lebih besar. Penggunaan material bekas yang berkualitas seperti piston bekas dapat meningkatkan sifat mekanis bahan, bahan yang dipergunakan bermacam-macam Cu, Zn, Pb, Sn, Mo dan sebagainya. Akan tetapi hal ini terkadang tidak dapat dilaksanakan karena mahalnya harga unsur tersebut. Proses penambahan unsur ini dilakukan pada saat terjadinya pencairan logam, pada saat pembekuan terjadi proses intersisi atau substitusi atom (Jastrzebski, 1976). Pembekuan coran dimulai dari bagian yang bersentuhan dengan cetakan, kemudian inti-inti kristal tumbuh, ukuran dari butiran pada daerah ini relatif lebih kecil dan disebut dengan chill zone. Bagian dalam dari coran lebih lambat mendingin dari pada bagian luarnya, sehingga kristal yang tumbuh dari inti asal mengarah ke bagian dalam coran dan butir-butir kristal tersebut memanjang seperti kolom (Columnar Zone). Struktur ini muncul dengan jelas apabila gradient temperature yang besar terjadi pada permukaan coran dengan ukuran besar. Bagian tengah (Central Zone) mempunyai gradient temperature kecil sehingga ukuran butir relatif lebih besar dibandingkan Chill Zone dan daerah ini merupakan susunan dari butir-butir kristal segi banyak dengan orientasi sembarang. Proses mamadukan atau memasukan atom larut sebagai larutan padat dalam kisi atom pelarut selalu menghasilkan paduan yang lebih kuat dari logam murni. Jika atom terlarut dan atom pelarut memiliki ukuran yang sama besar, atom larut akan menempati tempat kisi (lattice point) dalam kisi kristal atom pelarut. Proses ini disebut larutan padat subtitusi. Kalau ukuran atom larut jauh lebih kecil dari pada atom pelarut, maka atom larut menduduki posisi sisipan dalam kisi pelarut, dan proses ini disebut larutan padat intersisi atau sisipan (Interstitial Solid Solution) (Smith, 1993). Atom karbon, nitrogen, oksigen dan boron biasanya sering digunakan sebagai atom laut. Keuletan paduan aluminium pada temperatur kamar dapat diperbaiki dengan menambahkan unsur paduan dengan sifat yang lebih ulet ke dalam struktur mikro material. Unsur tersebut dapat berupa tembaga, seng, besi, magnesium dan silikon. Komposisi material sangat berpengaruh terhadap sifat mekanis dan sifat fisis suatu material. Proses pengujian komposisi terhadap material uji dalam penelitian ini dilakukan terhadap paduan almunium produk pengecoran industri kecil. Material yang dihasilkan berasal dari bahan-bahan bekas yang didaur ulang. Pengujian komposisi bahan menggunakan peralatan Poertaspec X-Ray Spectrograph Model 501 (Non Destruktif Test). Dari proses pengujian didapat data komposisi almunium adalah sebagai berikut: Suparjo 7

Spesimen Tabel 1. Komposisi bahan paduan aluminium hasil pengecoran industri kecil (bahan daur ulang bukan Piston) Komposisi Unsur ( % ) Al Si Fe Cu Mn Zn Sn Pb Ti Lain 1. 91.83 0.09 3.07.6 0.6.15 0.04 0.10 0.06 0.13. 9.11 0.07.95.3 0.16.11 0.07 0.09 0 0.1 3. 91.09 0.10.57 1.9 0. 3.73 0.03 0.19 0.13 0.0 4. 91.41 0.08.47 1.87 0.15 3.67 0.07 0.17 0 0.11 5. 91.41 0.08.47 1.87 0.15 3.67 0.07 0.17 0 0.11 Rata 91.57 0.08.71.05 0.19 3.07 0.06 0.14 0.04 0.10 Unsur Fe yang tinggi pada produk industri kecil berpengaruh pada sifat ketahanan korosi produk. Tingginya unsur Fe disebabkan karena bahan daur ulang tercampur dengan unsur Fe karena bahan yang digunakan merupakan material dari hasil proses pembubutan. Sedangkan komposisi material cor dari bahan piston bekas, seperti pada tabel berikut: Spesimen Tabel. Komposisi unsur paduan Alumunium daur ulang Piston Komposisi Unsur ( % ) Al Si Fe Cu Mn Zn Sn Pb Ti Lain 1. 84,19 10,7 1.07.6 0.6.15 0.04 0.10 0.07 0.13. 83,89 11, 0.95.3 0.16.11 0.07 0.09 0 0.1 Rata 84.04 10.95 10.01.9 0.1.13 0.06 0.10 0.04 0.13 Perbandingan yang nyata pada hasil pengecoran material dari bahan alumunium daur ulang biasa dengan limbah piston dapat dilihat pada komposisi material Al, Si dan Fe, unsur Al pada tabel 1, yaitu lebih tinggi jika dibandingkan dari tabel. Hal ini disebabkan karena alumunium yang digunakan pada tabel 1 tingkat kemurniannya lebih tinggi karena material yang digunakan dalam daur ulang ini berupa kaleng minuman dan perabot rumah tangga. Sedangkan pada tabel menggunakan bahan daur ulang piston bekas. Unsur Si pada tabel lebih tinggi karena berasal dari bahan daur ulang, demikian juga unsur Fe pada tabel 1 yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena proses daur ulang alumunium pada saat proses pengecoran tercampur dengan beram (besi scrap) hasil pembubutan. Tinggi kadar Fe ini dapat menyebabkan korosi pada paduan. Hasil uji kekerasan permukaan bahan pada paduan hasil daur ulang non-piston dengan cetakan produk daur ulang yang menggunakan bahan dasar piston terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Kekerasan permukaan paduan almunium dari bahan bukan piston seperti pada tabel 3, sedangkan paduan dari bahan daur ulang piston pada tabel 4. Tabel 3. Kekeran permukaan paduan alumunium daur ulang Material Uji Spesimen 1 3 4 5 Rata Kekerasan (HBN) (kg/mm ) 46,74 60,7 60,7 48,4 60,7 59,194 Tabel 4. Kekeran permukaan paduan alumunium daur ulang piston bekas Material Uji Spesimen 1 3 4 5 Rata Kekerasan (HBN) (kg/mm ) 13,97 117,95 17,38 17,38 1,48 15,76 Tingginya kekerasan permukaan material daur ulang dari paduan alumunium pada tabel 3 disebabkan paduan ini memiliki komposisi yang merata jika dibandingkan dengan paduan pada tabel 4. Pengaruh komposisi material sangat besar selain itu faktor penyebaran unsur pada permukaan logam juga berpengaruh. Selain itu kekerasan permukaan juga dipengaruhi oleh teknik pengecoran dan pembentukan material (pencetakan). Sistim cetak yang mengunakan cetakan pasir dengan menggandalkan gaya gravitasi sangat besar pengaruhnya terhadap sifat mekanik bahan. Dari hasil pengujian kekerasan permukaan paduan aluminium kekerasan permukaan paduan disebabkan juga karena tidak terjadi pengaturan kembali atom akibat dari proses pendinginan sehingga struktur permukaan alumunium lebih beragam. Hasil pengujian metalografi pada logam hasil pengecoran industri kecil yang menggunakan cetakan logam terlihat konsentrasi atom Al dan Si yang tersebar tidak merata terutama pada gambar 1 (paduan daur ulang alumunium non piston). Hal ini berpengaruh pada kekerasan permukaan logam, dan ini disebabkan karena proses pengecoran yang tidak Suparjo 8

begitu sempurna karena tungku yang digunakan masih sangat tradisional (lihat lampiran). Pada proses pengecoran benda uji, terdapat beberapa kelompok atom yang penyebarannya tidak merata karena kemungkinan pada saat proses peleburan ada atom yang belum mengalami proses pencairan seperti atom Fe. Keadaan uni dapat dibuktikan dengan beragamnya tingkat kekerasan permukaan benda uji. Pada gambar 1, unsur Si berkumpul sehingga terlihat seperti alur besar dan tidak merata. Sedangkan pada gambar unsur Si lebih merata dan tersebar pada semua permukaan logam, dan pengaruh penyebaran ini menyebabkan kekerasan permukaan logam lebih tinggi. Pada gambar 1 paduan alumunium yang dipergunakan mempunyai kadar Al lebih besar (lihat tabel komposisi) sedang kadar unsur Si lebih kecil jika dibandingkan pada gambar. Si Al Gambar 1. Struktur mikro paduan alumunium non piston Si Al Gambar. Struktur mikro paduan aluminium daur ulang piston KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Paduan Alumunium daur ulang piston yang dihasilkan oleh industri kecil memiliki komposisi Al 84,76%, Si 1,04%, Fe 1.04%, Cu,173%, Mn 0,4%, Zn 3,53%, Sn 0,066%, Pb 0,18%, Ti 0,06 %, dan lain-lain 0,14%., Angka kekerasan Brinell setelah mendapat proses perlakuan panas 15,76. Komposisi unsur paduan alumunium akan menaikkan dan meningkatkan sifat mekanik bahan paduan hasil pengecoran industri kecil. Tingkat penyebaran unsur yang lebih merata juga menyebabkan keseragaman dan kekerasan permukaan akan lebih baik Saran Dalam melakukan penelitian ini sebagian masih menggunakan peralatan manual bukan peralatan digital yang dikontrol oleh komputer, baik proses pembuatan spesimen maupun pada proses pengambilan data, sehingga tingkat keakuratan data kurang maksimal. Selain itu penelitian ini tidak meninjau faktor retak akibat proses pengecoran dan pengaruh beban oleh karena keterbatasan dana dan peralatan, dan penelitian mengenai hal ini akan dilanjutkan dengan dana lain. DAFTAR PUSTAKA. 1990. ASME Standard, American Society for Testing and Materials. Hatch, John E. 1995. Aluminum: Properties and Physical Metallurgy, American Society for Metals. Suparjo 9

Jastrzebski, Zbigniew D. 1976. The Nature and Properties of Engineering Materials, New York: John Willey & Sons Inc. Smith, William F. 1993. Structure and Propertise of Engineering Alloys, McGraw-Hill Inc. Tata Surdia dan Saito, S. 199. Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta: Penerbit PT. Pradnya Paramita. Tata Surdia. 1995. Teknik Pengecoran Logam, Edisi 8, Jakarta: Penerbit PT. Pradnya Paramita Suparjo 30