HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, PRODUKSI ASI DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU MENYUSUI BAYI USIA 7-12 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS MELONG ASIH KOTA CIMAHI Rien Suci Putriastini Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung. Email : rien.suci@yahoo.com ABSTRACT An effort to reach growing baby optimally, who / unicef set the global strategy for infant and young child feeding who in indonesia acted upon by the preparation of national strategy provision of food of infants and children, one of them is give breastfeeding exclusive since birth to baby was six months. Things that can affect breastfeeding exclusively one of them is the mother's energy intake and breastfeeding breastmilk production. The purpose of this study was to determine how big the relationship between energy intake, history of breastfeeding production and exclusive breastfeeding mothers breastfeeding babies aged 7-12 months in Melong Asih Community Health Center Cimahi City. The variables studied include independent variables (energy intake), intermediate variables (history of breastfeeding production) and dependent variable (exclusive breastfeeding). The research design used was control case with ratio 1: 1 and implemented in March-April 2012 on 84 breastfeeding mothers in Melong Asih Health Center Cimahi. The data collected is the sample characteristic data obtained through interviews, energy intake data obtained through interview using SFFQ (Semiquantitative Food Frequency Quotionnaire), and production data of milk production obtained through interview using Check List. To determine the relation between energy intake, history of milk production and exclusive breastfeeding was analyzed by odds ratio. The results showed that breastfeeding mothers with less energy intake had 5 times greater risk to produce less milk production than breastfeeding mothers with good energy intake. Breastfeeding mothers whose milk production is less likely to have 36-fold greater risk of exclusive breastfeeding than breast-feeding mothers whose milk production is sufficient. Breastfeeding mothers with less energy intake have a 4-fold greater risk of exclusive breastfeeding than breastfeeding mothers with good energy intake. Based on the results of the study, it is suggested the need for better health promotion on exclusive breastfeeding and nutrition of breastfeeding mothers. In addition, for further research it is necessary to explore the possibility of other risk factors. Keyword : Pemberian ASI ekslusif, Asupan energi, Produksi ASI
1. Pendahuluan Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber gizi utama dan merupakan makanan bergizi seimbang pertama bagi bayi karena mengandung semua zat gizi dan zat untuk kesehatan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Sehingga bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal dengan ASI eksklusif, yaitu ASI tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan lain-lain sampai umur 6 bulan (Ariani, 2009) dan (Khasanah, 2011). Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan minimal selama 4 bulan, tetapi lebih baik lagi jika pemberian dilakukan sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI tetap diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Roesli, 2009). Frekuensi pemberian ASI yang benar adalah sesuka bayi yang dikenal dengan istilah on demand. Hal ini berarti pemberian ASI dilakukan secara tidak terjadwal. Dengan pola pemberian ASI tak terjadwal ini menuntut penyediaan waktu ibu terhadap bayi secara utuh (24 jam). Hal inilah yang membuat penerapan pemberian ASI sesuka bayi susah terpenuhi terutama pada ibu yang bekerja. Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal yang sesuai dengan kebutuhan bayi maka akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Selain itu, bagi ibu yang bekerja, dianjurkan agar lebih sering menyusu pada malam hari sehingga akan memicu produksi ASI (Handayani, 2006-2007). Keadaan ibu yang menyusui bayi tidak eksklusif dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yaitu ASI tidak keluar/terasa kurang, payudara bengkak, kesibukan ibu dalam bekerja, pengetahuan ibu yang kurang dan lainlain. Dari salah satu faktor tersebut, yaitu ASI yang kurang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya kekurangan gizi termasuk kurangnya asupan energi dimana adanya penambahan energi untuk ibu menyusui agar kualitas dan kuantitas ASI tetap terjaga untuk memberikan ASI secara eksklusif. Dengan demikian semakin baik asupan energi ibu maka akan semakin baik pula produksi ASI dan juga keberhasilan ASI eksklusifnya. 2. Metode Penelitian 2.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan adalah Kasus Kontrol yang menggunakan studi retrospektif. Desain kasus kontrol digunakan untuk memperoleh Odds Ratio (OR) yang menggambarkan besarnya risiko antara asupan energi, riwayat produksi ASI dan pemberian ASI eksklusif. 2.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi pada bulan September 2011 - Juni 2012 yang meliputi persiapan, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data beserta perbaikan-perbaikan. Sedangkan untuk pengumpulan data primer telah dilaksanakan dan difokuskan pada bulan Maret - April 2012. Wilayah Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi dipilih sebagai tempat penelitian, karena wilayah tersebut menduduki peringkat ke-3 sekota Cimahi dengan prevalensi bayi eksklusif terbesar dan mudah dijangkau peneliti. 2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui bayi usia 7-12 bulan di Wilayah Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi. 2.3.2. Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling pada sampel yang merupakan bagian dari populasi yang memenuhi syarat penelitian dengan kriteria sebagai berikut: Kasus: a. Ibu menyusui bayi usia 7-12 bulan
b. Memberikan ASI kurang atau selama 0-6 bulan dengan pemberian makanan dan minuman lain c. Bersedia menjadi sampel Kontrol: a. Ibu menyusui bayi usia 7-12 bulan b. Memberikan ASI saja selama 0-6 bulan tanpa pemberian makanan dan minuman lain c. Bersedia menjadi sampel Sampel dihitung dari populasi dengan perhitungan sebagai berikiut (Budiarto, 2004): n = [Z1 α pq + Z1 β pq + p 0q 0 ] (p 1 p 0 ) 2 Keterangan: n = Jumlah sampel Zı-α = Derajat Kepercayaan (95 %) Zı-β = Kekuatan Uji (80%) p 0 = Estimasi Proporsi individu yang memberikan ASI eksklusif di Kota Cimahi (16,71%) (Dinkes Kota Cimahi, 2010) p 1 = Estimasi Proporsi individu dari kasus yang diperkirakan terekspose p 1 = P 0 OR {1+P 0 (OR 1)} p = proporsi rata-rata (p 1+p 0)/2 OR = 2 2.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, yaitu: 2.4.1. Data Primer a. Data pemberian ASI eksklusif, diperoleh dari hasil wawancara pada ibu menyusui. b. Data identitas sampel diperoleh dari hasil wawancara dengan sampel yang meliputi 3. nama, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, 4. 2.5.2. Analisis Data alamat rumah, nama bayi, usia bayi dan jenis kelamin bayi. c. Data asupan energi, diperoleh dengan wawancara menggunakan metoda SFFQ (Semiquantitative Food Frequency Questionnaire) dengan alat bantu kuesioner. d. Data riwayat produksi ASI, diperoleh dari hasil wawancara pada ibu menyusui. 2.4.2. Data Sekunder Data mengenai gambaran umum tempat penelitian, yaitu Puskesmas Melong Asih yang berkaitan dengan gizi, meliputi jumlah posyandu dan data KIA. 2.5. Pengolahan dan Analisa Data 2.5.1. Pengolahan Data a. Data asupan energi didapat dengan menggunakan metode Semiquantitative Food Frequency Questionnaire (SFFQ). Diolah dengan mengkonversi frekuensi penggunaan bahan makanan ke hari, lalu di kalikan dengan energi dalam kalori dari setiap bahan makanan yang dikonsumsi menggunakan program nutrisurvey. Dan hasilnya dijumlahkan sehingga didapat rata-rata asupan energi dalam satuan kalori per hari. Kemudian rata-rata yang didapat dibandingkan dengan kecukupan energi (AKG, 2005), yaitu : 1. Baik, jika asupan energi > 80% dari AKG (1880 kkal). 2. Kurang, jika asupan energi < 80% dari AKG (1880 kkal). b. Data riwayat produksi ASI diperoleh dengan menggunakan metode wawancara dengan alat bantu check list kepada sampel saat bayi usia 0-6 bulan. Dengan hasil dikategorikan, yaitu: 1. Cukup, jika pemberian ASI memenuhi semua tanda bayi mendapat cukup ASI pada usia 0-6 bulan. 2. Kurang, jika pemberian ASI tidak memenuhi semua tanda bayi mendapat cukup ASI pada usia 0-6 bulan. a. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk menyajikan data secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Analisis ini dilakukan terhadap data umum sampel, asupan energi, dan riwayat produksi ASI. b. Analisis Bivariat Untuk menganalisa hubungan variabel independen yaitu asupan energi, riwayat produksi ASI dan variabel dependen yaitu pemberian ASI eksklusif dilakukan analisa Odds Ratio (OR). Analisa odds ratio digunakan untuk mengetahui besar hubungan antara penyakit dan faktor risiko. 5. Hasil Penelitian 3.1 Analisis Univariat 3.1.1. Karakteristik Sampel Pada penelitian ini karekteristik sampel yang meliputi jenis kelamin bayi, usia bayi, pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu menyusui yang menjadi sampel dapat dilihat pada tabel 1. Karakteristik Sampel Jenis Kelamin Bayi - Laki-laki - Perempuan Usia Bayi (bulan) - 7-8 - 9-10 - 11-12 Pendidikan Ibu - Rendah - Tinggi Pekerjaan Ibu - Bekerja - Tidak bekerja n (42) 25 17 14 10 5 5 4 4 30 12 8 34 Kasus % (100,0) 59,5 40,0 33,3 23,8 11,9 11,9 9,5 9,5 71,4 28,6 19,0 81,0 n (42) 19 23 10 6 10 6 2 8 26 16 8 34 Kontrol % (100,0) 45,2 54,8 23,8 14,3 23,8 14,3 4,8 19,0 61,9 38,1 19,0 81,0 Tabel 1. Distribusi frekuensi karekteristik sampel di wilayah kerja puskesmas melong asih kota cimahi tahun 2012. 3.1.2. Pemberian ASI Pada penelitian ini pemberian ASI ibu menyusui meliputi waktu pertama kali menyusui dan cairan yang pertama kali diberikan kepada bayi dapat dilihat pada tabel 2. Identifikasi Pemberian ASI Waktu pertama kali menyusui a. 0-30 menit setelah lahir sebelum bayi dibersihkan b. 30-60 menit setelah kelahiran c. 6 jam setelah kelahiran d. 6-24 jam setelah kelahiran e. > 24 jam setelah kelahiran Tabel 2. Pemberian asi pada sampel di wilayah kerja puskesmas melong asih kota cimahi tahun 2012. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 84 ibu menyusui terdapat 42 orang yang pertama kali menyusui bayi mereka 0-30 menit setelah lahir sebelum bayi dibersihkan sebagai kelompok kontrol dalam penelitian ini. Jumlah terbesar pada kelompok kasus yaitu 18 ibu menyusui yang pertama kali menyusui pada 6-24 jam setelah kelahiran dengan jumlah terbanyak cairan pertama yang diberikan yaitu susu formula, karena penelitian dilakukan di perkotaan yang ketersediaannya terjangkau dan praktis dalam penggunaannya. Pada madu sebagai cairan yang pertama kali diberikan hanya terdapat 3 orang yaitu pada ibu yang pertama kali menyusui 6 jam setelah kelahiran 2 orang dan 6-24 jam setalah melahirkan 1 orang. 3.1.3. Asupan Energi Pada prinsipnya, nutrisi ibu menyusui dan tidak menyusui hampir sama. Namun, selama n 42 8 4 18 12 Jumlah 84 Cairan yang pertama kali diberikan a. Air tajin 0 b. Susu formula 39 c. ASI 42 d. Madu 3 Jumlah 84
menyusui, ibu memerlukan tambahan sekitar 700 kalori untuk produksi ASI dan aktivitas ibu menyusui. Distribusi frekuensi asupan energi ibu menyusui dapat dilihat pada tabel 3 Asupan Kasus Kontrol Energi n % n % Kurang 25 59,5 10 23,8 Baik 17 40,5 32 76,2 Jumlah 42 100,0 42 100,0 Tabel 3. Distribusi frekuensi asupan energi ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas melong asih kota cimahi tahun 2012. Berdasakan tabel 3 dapat diketahui bahwa berdasarkan asupan energi ibu jumlah terbesar pada kelompok kasus 25 orang (59,5%) mempunyai asupan energi yang kurang, sedangkan pada kelompok kontrol 10 orang (23,8%). Untuk ibu yang asupan energinya baik, pada kelompok kasus terdapat 17 orang (40,5%) sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 32 orang (76,2%). Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI yang dihasilkan. Dari hasil wawancara terhadap 42 ibu menyusui dengan produksi ASI yang kurang, paling banyak mengeluhkan buang air kecil bayi yang kurang dari 6x dalam sehari, tidak terdapatnya kenaikan berat badan bayi rata-rata 500 gram per bulan, dan menyusu kurang dari 8x dalam sehari (lebih dari 3 jam sekali). Wanita mampu memproduksi ASI yang cukup bagi bayinya setidaknya untuk 4-6 bulan dan terus berlangsung hingga tahun-tahun berikutnya sambil ditambahkan makanan pendamping ASI pada bayi mereka. Ada sejumlah kecil wanita yang produksi ASI-nya tidak cukup untuk bayi mereka. Namun, demikian, mereka masih tetap bisa menyusui, meskipun tidak secara eksklusif (Newman dan Pitmar, 2008). 3.2 Analisis Bivariat 3.2.1. Hubungan Antara Asupan Energi dan Riwayat Produksi ASI Hubungan antara asupan energi dan riwayat produksi ASI dapat dilihat pada tabel 5. Asupan Energi Kasus Kontrol N % n % OR 95% CI p 3.1.4. Riwayat Produksi ASI Kegagalan menyusui terjadi apabila produksi ASI tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, sehingga produksi ASI yang kurang seringkali dijadikan alasan ibu tidak menyusui eksklusif. Distribusi frekuensi produksi ASI ibu menyusui dapat dilihat pada tabel 4. Riwayat Kasus Kontrol Produksi ASI n % n % Kurang 36 85,7 6 14,3 Cukup 6 14,3 36 85,7 Jumlah 42 100,0 42 100,0 Tabel 4. Distribusi frekuensi riwayat produksi asi ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas melong asih kota cimahi tahun 2012 Kurang 26 61,9 9 21,4 Baik 16 38,1 33 78,6 Jumlah 42 100,0 42 100,0 5,958 2,270-15,638 Tabel 5. Hubungan antara asupan energi dan riwayat produksi asi ibu menyusui bayi usia 7-12 bulan di wilayah puskesmas melong asih kota cimahi tahun 2012. Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa berdasarkan asupan energi ibu jumlah terbesar pada kelompok kasus 26 orang (61,9%) mempunyai asupan energi yang kurang dan asupan energi baik terbesar pada kelompok kontrol 33 orang (78,6%). Hal tersebut karena kecukupaan asupan pada ibu dapat mempengaruhi psikologi ibu. Sehingga dengan energi yang cukup dan makanan bergizi, ibu diharapkan bahagia, relaks dan percaya diri yang akan memperlancar refleks oksitosin untuk memproduksi ASI (Ariani, 2009). 0,001
Dalam penelitian ini terdapat 16 orang (38,1%) ibu menyusui yang asupan energinya baik tetapi produksi ASI-nya kurang. Hal tersebut dikarenakan terdapat faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI yaitu pada saat praktek menyusui seperti pelekatan mulut bayi, isapan bayi dan faktor lainnya. Dan terdapat 9 orang (21,4%) ibu menyusui yang asupan energinya kurang tetapi produksi ASI-nya cukup. Hal tersebut karena terdapatnya cadangan energi dan berbagai zat gizi dalam tubuh yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan untuk produksi ASI bila asupannya tidak mencukupi. Analisis hubungan antara asupan energi ibu menyusui dan produksi ASI yang dihasilkan diperoleh nilai odds ratio untuk sampel yang asupan energinya kurang dari kebutuhan adalah 5,958 (95% CI; 2,270-15,638). Hal ini berarti bahwa ibu menyusui yang mempunyai asupan energi kurang mempunyai risiko 5 kali lebih besar untuk menghasilkan produksi ASI yang kurang dibandingkan ibu menyusui yang asupan energinya baik. Secara statistik hubungan bermakna, karena p=0,001. Isapan bayi pada puting sangat berpengaruh terhadap produksi ASI dibandingkan asupan energi ibu, karena rangsangan berupa isapan bayi akan dikirim ke kelenjar pituitari yang akan menghasilkan hormon prolaktin. Hormon ini akan memerintahkan payudara untuk memproduksi susu. Di samping itu, dengan isapan tersebut juga akan mengeluarkan hormon oksitosin yang akan memeras ASI keluar dari kelenjar susu. Namun, penelitian ini diperkuat dengan suatu penelitian yang menyatakan bahwa asupan energi ibu menyusui yang kurang dari 1500 kalori per hari dapat menurunkan produksi ASI sebesar 15%. Kandungan total lemak pun akan menurun disertai dengan perubahan pola asam lemak yang ada. Kuantitas zat imun dalam ASI (termasuk kolostrum) akan menurun seiring semakin buruknya status gizi ibu menyusui (Badriah, 2011). 3.2.2 Hubungan Antara Riwayat Produksi ASI dan Pemberian ASI Eksklusif Hubungan antara riwayat produksi ASI dan pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel 6. Riwayat Produksi ASI Kasus Kontrol N % n % Kurang 36 85,7 6 14,3 Cukup 6 14,3 36 85,7 Jumlah 42 100, 0 42 100,0 OR 95% CI p 36,00 0 10,604-122,214 Tabel 6. Hubungan antara riwayat produksi asi dan pemberian asi eksklusif ibu menyusui bayi usia 7-12 bulan di wilayah puskesmas melong asih kota cimahi tahun 2012. Berdasakan tabel 6 dapat diketahui bahwa berdasarkan produksi ASI ibu menyusui jumlah terbesar pada kelompok kasus 36 orang (85,7%) mempunyai produksi ASI yang kurang dan jumlah terbesar pada kelompok kontrol 36 orang (85,7%) mempunyai produksi ASI yang cukup. Hal tersebut karena dengan produksi ASI yang kurang seringkali dijadikan alasan untuk ibu tidak menyusui secara eksklusif dan adanya kekhawatiran ibu bahwa gizi bayinya tidak terpenuhi sehingga diberikannya susu formula tanpa mencari tahu lebih lanjut mengapa produksi ASI-nya kurang. Dalam penelitian ini terdapat 6 orang (14,3%) ibu menyusui yang produksi ASI-nya cukup tetapi tidak memberikan ASI secara eksklusif. Hal tersebut karena kurangnya pengetahuan atau kesadaran ibu mengenai pentingnya pemberian ASI secara eksklusif. Selain itu hal tersebut dapat dikarenakan ibu yang bekerja sehingga kurangnya waktu untuk menyusui dan pengetahuan ibu bekerja yang kurang mengenai pemberian ASI eksklusif bagi ibu bekerja. Jumlah yang sama pada ibu menyusui yang produksi ASI-nya kurang tetapi memberikan ASI secara eksklusif 6 orang (14,3%). Hal tersebut karena pengetahuan ibu menyusui yang sudah cukup baik akan pentingnya pemberian ASI eksklusif. Seperti menurut Newman dan Pitmar (2008) bahwa wanita mampu memproduksi ASI yang cukup bagi bayinya setidaknya untuk 4-6 bulan. Analisis hubungan antara produksi ASI dan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai odds ratio untuk sampel yang asupan energinya kurang dari kebutuhan adalah 36,000 (95% CI; 10,604-122,214). Hal ini berarti bahwa ibu 0,00 1
menyusui yang produksi ASI-nya kurang mempunyai risiko 36 kali lebih besar untuk memberi ASI yang tidak eksklusif dibandingkan ibu menyusui yang produksi ASI-nya cukup. Secara statistik hubungan bermakna, karena p=0,001. Dengan produksi ASI yang cukup ditambah pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif yang baik dapat meningkatkan kesadaran ibu untuk memberikan ASI eksklusif terhadap bayinya (Djoko, 2006). Hal ini sejalan dengan pernyataan Khasanah (2011) bahwa kegagalan menyusui terjadi apabila produksi ASI tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, sehingga produksi ASI yang kurang seringkali dijadikan alasan ibu tidak menyusui eksklusif. 3.2.3 Hubungan Antara Asupan Energi dan Pemberian ASI Eksklusif Hubungan antara asupan energi dan pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel 7. Asupan Energi Kasus Kontrol N % n % Kurang 25 59,5 10 23,8 Baik 17 40,5 32 76,2 Jumlah 42 100,0 42 100,0 OR 4,706 95% CI 1,838-12,048 p 0,002 Tabel 7. Hubungan antara asupan energi dan pemberian asi eksklusif ibu menyusui bayi usia 7-12 bulan di wilayah puskesmas melong asih kota cimahi tahun 2012 Berdasakan tabel 7 dapat diketahui bahwa berdasarkan asupan energi ibu jumlah terbesar pada kelompok kasus 25 orang (59,5%) mempunyai asupan energi yang kurang dan jumlah terbesar pada kelompok kontrol 32 orang (76,2%) mempunyai asupan energi yang baik. Hal tersebut karena salah satu faktor dalam perberian ASI eksklusif yaitu produksi ASI, dimana yang menjadi salah satu faktor dalam bekerjanya hormon prolakin dan hormon oksitosin dalam menghasilkan ASI yaitu asupan ibu menyusui yang dapat dilihat dari kecukupan asupan energi ibu untuk menyusui dan beraktivitas. Sehingga asupan energi bukan penyebab langsung pada pemberian ASI eksklusif. Namun, berpengaruh terhadap produksi ASI yang menjadi salah satu faktor penyebab pemberian ASI. Dalam penelitian ini terdapat 17 orang (40,5%) ibu menyusui yang asupan energinya baik tetapi tidak memberikan ASI secara eksklusif dan terdapat 10 orang (23,8%) ibu menyusui yang asupan energinya kurang tetapi memberikan ASI secara eksklusif. Hal tersebut karena faktor pengetahuan ibu mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif dan adanya faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI seperti psikologi ibu dan manajemen laktasi. Analisis hubungan antara asupan energi dan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai odds ratio untuk sampel yang asupan energinya kurang dari kebutuhan adalah 4,706 (95% CI; 1,838-12,048). Hal ini berarti bahwa ibu menyusui yang mempunyai asupan energi kurang mempunyai risiko 4 kali lebih besar untuk memberi ASI yang tidak eksklusif dibandingkan ibu menyusui yang asupan energinya baik. Secara statistik hubungan bermakna, karena p=0,002. Seperti dalam Soekirman (2006) yang menyatakan bahwa status gizi ibu setelah melahirkan berhubungan positif dengan kandungan lemak dan energi ASI. Selain itu, semakin tinggi IMT ibu akan menghasilkan ASI lebih banyak terutama bayi bayi 0-2 bulan. Dimana dengan terpenuhinya kebutuhan energi ibu, IMT ibu akan baik atau tinggi. Ibu menyusui yang kurang mendapat asupan gizi sesuai kebutuhannya dapat mengganggu produksi ASI yang dihasilkan sehingga pemberian ASI eksklusif pun akan terganggu (Khasanah, 2011). 4. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada ibu menyusui bayi usia 7-12 bulan di Wilayah Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Asupan energi yang kurang lebih banyak terdapat pada kelompok kasus yaitu 25 orang (59,5%) dibandingkan pada kelompok kontrol yaitu 10 orang (23,8%).
2. Produksi ASI ibu menyusui yang kurang lebih banyak terdapat pada kelompok kasus yaitu 36 orang (80,0%) dibandingkan pada kelompok kontrol yaitu 6 orang (13,3%). 3. Ibu menyusui yang mempunyai asupan energi kurang mempunyai resiko 5 kali lebih besar untuk menghasilkan produksi ASI yang kurang dibandingkan ibu menyusui yang asupan energinya baik, dan secara statistik hubungan tersebut bermakna (p=0,001). 4. Ibu menyusui yang produksi ASI-nya kurang mempunyai resiko 36 kali lebih besar untuk memberi ASI yang tidak eksklusif dibandingkan ibu menyusui yang produksi ASI-nya cukup, dan secara statistik hubungan tersebut bermakna (p=0,001). 5. Ibu menyusui yang mempunyai asupan energi kurang mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk memberi ASI yang tidak eksklusif dibandingkan ibu menyusui yang asupan energinya baik, dan secara statistik hubungan tersebut bermakna (p=0,002). 5. Saran 1. Perlu promosi kesehatan lebih baik mengenai pemberian ASI eksklusif yang dilakukan jauh hari sebelum persalinan. Dan gizi pada ibu menyusui karena peranannya dalam masa menyusui, terutama dalam meningkatkan produksi ASI. 2. Untuk ibu menyusui perbanyak asupan energi karena perannya dalam meningkatkan produksi ASI dan pada akhirnya dapat memberikan ASI secara eksklusif sebagai makanan terbaik untuk bayi hingga 6 bulan pertama. 3. Untuk penelitian lebih lanjut, asupan energi ibu menyusui sebaiknya dari data kebutuhan individu agar diperoleh kebutuhan energi ibu yang sesuai dengan kondisi fisik ibu menyusui per individu. Dan untuk identifikasi produksi ASI dapat dilakukan data saat ini (bayi usia 0-6 bulan) agar peneliti dapat langsung mengamati secara fisik dalam mengatasi kesulitan yang ada. Daftar Pustaka 1. Ariani. 2009. Ibu, Susui Aku!. Bandung: Khazanah Intelektual. 2. Budiarto, Eko. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 3. Djoko, Sudarmani. 2006. Gizi Seimbang Untuk Ibu Menyusui dalam Hidup Sehat Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta: PT. Primamedia Pustaka. 4. Handayani, Dini Saraswati. 2007. Skripsi. Skripsi pada Program D4 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 5. Khasanah, Nur. 2011. ASI atau Susu Formula Ya? Cetakan I. Yogyakarta: FlashBooks. 6. Newman, Jack dan Teresa Pitmar. 2008. The Ultimate Breastfeeding Book of Answers. Tangerang: Buah Hati. 7. Roesli, Utami. 2009. Mengenal ASI Eksklusif cetakan V. Jakarta: Trubus Agriwidya, anggota IKAPI.