1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, ulet, cakap, kreatif, mandiri, bekerja keras, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan potensi tersebut di atas adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut Chamim (dalam Ine Kusuma, 2010 : 40 ) Pendidikan Kewarganegaraan berarti pendidikan pengetahuan, sikap mental, nilainilai, dan perilaku yang menjunjung tinggi demokrasi, sehingga terwujud
2 warga masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis, sedangkan menurut Mawardi (2009 : 34) pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara yang baik, cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Menurut pasal 37 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan kewarganegaraan menjadi mata pelajaran wajib untuk kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta menjadi mata kuliah wajib untuk kurikulum pendidikan tinggi. Adapun tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah membentuk kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir logis, sistematis, dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang kewarganegaraan maupun kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006 : 49). Namun dewasa ini mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan sering dianggap sebagai mata pelajaran yang terlalu banyak menghafal, banyak membaca, serta kurang menyenangkan sehingga banyak siswa yang merasa jenuh dengan materi pelajaran ini (Winataputra dalam Susanti, 2011 : 2). Untuk mewujudkan tujuan pendidikan kewarganegaraan seperti hal tersebut di atas dan anggapan siswa tersebut maka diperlukan guru PKn
3 yang dapat membimbing proses belajar siswa secara optimal. Guru yang diperlukan ialah guru yang memiliki kompetensi, baik kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial maupun kompetensi profesional (UU No. 14 Tahun 2006 Pasal 8). Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi kemampuan guru dalam menguasai teori dan prinsip-prinsip belajar, pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya serta evaluasi hasil belajar (Rusman, 2012 : 38). Selain memiliki kemampuan yang baik, komunikasi yang baik pada siswa dan orang tua serta kemampuan menguasai bidang studi, guru juga harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa, baik keberhasilan aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik (Trianto, 2009 : 27). Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Nana Sudjana, 2005 : 76). Banyak metode yang dapat digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pendidikan. Akan tetapi sebagai seorang guru harus selektif dalam menerapkan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran. Ketidaktepatan metode yang digunakan dalam pembelajaran akan mempengaruhi pemahaman siswa atau hasil belajar siswa (Tukiran, 2011: 49), karena
4 tidak semua metode dapat diterapkan dalam menyampaikan materi pelajaran. Agar dapat terciptanya suatu pembelajaran yang efektif maka perlu dibutuhkan peran aktif antar guru dan siswa. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi dalam memecahkan masalah (Miftahul Huda, 2011:29). Menurut Slavin (2005 : 62) ada lima metode pembelajaran kooperatif yaitu Student Teams Achievement Division (STAD), Teams Games Tournaments (TGT), Team Assisted Individualazation (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI) di samping itu ada metode-metode kooperatif yang termasuk kategori Structurted Dyadic Methods yaitu metode Think Pair Share (TPS), selain itu ada metodemetode lain yaitu metode diskusi kelompok yang merupakan bagian dari metode kooperatif lainnya, oleh karena itu peneliti ingin membandingkan metode TPS yang merupakan Structurted Dyadic Methods dan metode diskusi kelompok yang merupakan model kooperatif bentuk lain. Metode Think Pair Share (TPS) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa bekerja sama dalam kelompok dengan tahap Thinking (berpikir), yaitu siswa diajak untuk berpikir dan mencari jawaban atas suatu permasalahan secara Pairing (berpasangan), yaitu siswa diajak untuk bekerjasama dan saling
5 membantu dalam kelompok kecil untuk menemukan jawaban dari suatu permasalahan yang diberikan oleh guru, tahap terakhir Sharing (berbagi), yaitu siswa diajak untuk membagi hasil diskusi kelompok kepada temanteman dalam satu kelas (Trianto, 2011: 81). Sedangkan metode diskusi kelompok adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah (Hasibuan dalam Tukiran, 2011 : 23). Kedua metode ini mempunyai tujuan yang sama yaitu agar siswa mampu bekerja sama di dalam kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan atau menjawab pertanyaan sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran karena adanya kerjasama (Trianto 2011 : 81). Walaupun memiliki tujuan yang sama namun prosedur pembelajaran kedua metode tersebut berbeda, di samping itu belum pernah di uji perbedaaan pengaruh kedua metode tersebut terhadap hasil belajar PKn. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka akan dilakukan penelitian mengenai Perbedaan Pengaruh Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Metode Diskusi Kelompok Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Tuntang Semester Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016.
6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Adakah perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan metode diskusi kelompok terhadap hasil belajar PKn siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tuntang Semester Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode diskusi kelompok terhadap hasil belajar PKn siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tuntang Semester Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang diharapkan dapat memberikan : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah menambah hasil kajian yang membuktikan perbedaan pengaruh metode pembelajaran TPS dan diskusi kelompok terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn dan memberikan masukan serta informasi pada mata kuliah metode pembelajaran PKn di progdi PKn. 2. Manfaat Praktis a) Bagi Guru PKn SMP Negeri 2 Tuntang hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi guru PKn, tentang
7 pembelajaran kooperatif metode TPS dan diskusi kelompok yang dapat dipergunakan di dalam proses pembelajaran di kelas. b) Bagi peneliti lain hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan referensi untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode kooperatif yang lain dalam pembelajaran PKn.
8
9
10
11
12
13
14