BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut CAPM. Model ini memberikan prediksi yang tepat tentang bagaimana hubungan antara risiko dan imbal hasil yang diharapkan. Hubungan ini mempunyai dua fungsi penting, pertama menyediakan tolak ukur tingkat imbal hasil untuk mengevaluasi alternatif investasi yang mungkin. Jika kita menganalisa beberapa sekuritas tentunya kita mengharapkan imbal hasil yang kita prediksi akan lebih tinggi dari nilai wajarnya. Kedua, model ini akan membantu membuat dugaan mengenai imbal hasil yang diharapkan atas asset yang belum diperdagangkan di pasar. Model penetapan harga asset merupakan sebuah alat untuk memprediksi keseimbangan imbal hasil yang diharapkan dari suatu asset berisiko. Harry Markowitz meletakan fondasi manajemen portofolio modern pada tahun 1952. Dua belas tahun kemudian CAPM dikembangkan dalam artikel William Sharpe, John Lintner, dan Jan Mossin. Asumsi-asumsi penyederhanaan untuk mengarahkan pada versi dasar CAPM, dimana pokok dari asumsi-asumsi ini adalah kita mencoba untuk memastikan bahwa individu adalah mirip satu sama lain, kecuali dalam hal besarnya kekayaan awal dan sikap penghindaran terhadap risiko. Adapun asumsiasumsinya antara lain : 1
a. Terdapat banyak investor, masing-masing dengan jumlah kekayaan yang sangat kecil dibandingkan total kekayaan seluruh investor. Para investor adalah penerima harga, yang berarti mereka akan bertindak sekalipun harga pasar tidak akan dipengaruhi oleh perdagangan yang mereka lakukan. Ini merupakan asumsi yang digunakan dalam pasar persaingan sempurna pada ilmu ekonomi mikro. b. Seluruh investor merencanakan untuk satu periode investasi yang identik. Perilaku ini merupakan pandangan jangka pendek karena mengabaikan apa yang akan terjadi setelah akhir periode waktu tunggal tersebut. Perilaku dari pandangan jangka pendek ini jelas tidak optimal. c. Investor dibatasi hanya pada asset keuangan yang diperdagangkan secara umum seperti saham dan obligasi, dan pada kesepakatan pinjaman dan pemberian pinjaman yang bebas risiko. Asumsi ini mengeluarkan investasi pada asset yang tidak diperdagangkan seperti pendidikan, perusahaan perseorangan, dan asset-asset yang didanai pemerintah seperti lapangan udara. Juga diasumsikan bahwa investor dapat meminjam dan meminjamkan dalam jumlah berapapun pada tingkat bunga yang tetap dan bebas risiko. d. Investor tidak membayar pajak atas imbal hasil dan juga tidak terdapat biaya transaksi (komisi atau beban lainnya) atas perdagangan sekuritas. Kenyataannnya, kita tahu bahwa investor menghadapi tarif pajak yang berbeda dan ini dapat mengarahkan jenis sekuritas dimana ia berinvestasi. Contohnya, implikasi pajak mungkin berbeda tergantung pada apakah pendapatan itu berasal dari bunga, deviden atau keuntungan modal. Selain itu, 2
tentu saja perdagangan sesungguhnya menimbulkan biaya transaksi, dimana komisi atau biaya jasa yang dikeluarkan tergantung pada besarnya perdagangan dan posisi investor individu masing-masing. e. Seluruh investor berusaha mengoptimalkan imbal hasil risiko yang rasional, yang berarti mereka semua akan menggunakan model pemilihan portofolio Markowitz. f. Seluruh investor menganalisis sekuritas dengan cara yang sama dan mempunyai pandangan ekonomi yang sama tentang dunia yang dihadapi. Hasilnya adalah estimasi distribusi probabilitas arus kas yang sama dimasa yang akan datang atas investasi pada suatu sekuritas. Dengan kata lain, untuk setiap perangkat harga sekuritas, mereka mendapatkan daftar input yang sama untuk menggunakan model Markowitz. Dengan harga sekuritas dan tingkat bunga bebas risiko tertentu, seluruh investor akan menggunakan matriks imbal hasil yang diharapkan dan kovarians yang sama dari imbal hasil sekuritas untuk menghasilkan batasan yang efisien serta portofolio asset berisiko yang optimal. Asumsi ini sering disebut sebagai keyakinan atau ekspektasi homogen homogenous expectation. Berbagai pengujian awal terhadap CAPM telah dilakukan, cara paling baik untuk mengukur risiko sebuah sekuritas dalam portofolio adalah dengan mengukur beta (ß) dari sekuritas tersebut. Dalam keadaan equilibrium, tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh investor untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut. Risiko tersebut adalah risiko sistematis yang tidak 3
dapat dihilangkan atau disebut risiko pasar. Sedang lainnya adalah risiko yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi atau disebut risiko tidak sistematis. Beta (ß) dari suatu sekuritas merupakan ukuran risiko yang tepat karena beta adalah proporsional terhadap risiko yang disumbangkan sekuritas tersebut didalam portofolio aset yang berisiko yang optimal. Formula beta (ß) adalah sebagai berikut : Cov( Ri. R i 2 ( R ) m m ) Dalam kesempatan ini penulis hanya akan membahas mengenai berlaku atau tidaknya model CAPM pada indeks LQ45 di BEI tahun 2004 sampai dengan tahun 2009. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengujian Empiris Model Penetapan Harga Asset (CAPM) Dengan Metode John Lintner Di Bursa Efek Indonesia 1.2 Rumusan Masalah Perumusan masalah dari penelitian ini adalah : Apakah risiko sistematis beta berhubungan secara positif dengan imbal hasil? 4
1.3 Batasan Masalah Penetapan harga asset (CAPM) merupakan model yang dibentuk untuk menjelaskan hubungan antara risiko dan imbal hasil yang diharapkan. Pembentukan harga dari sekuritas-sekuritas dan merupakan perluasan dari teori portofolio untuk menjelaskan bagaimana harga dari sekuritas-sekuritas ditentukan. Model ini menerangkan risk premium dikurangi expected return sebagai kelebihan dari riskfree asset yang merupakan reward dari diambilnya risiko. Dengan demikian semakin tinggi expected return semakin tinggi pula risiko yang dihadapi. Dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan saham-saham yang masuk dalam indeks LQ45 periode akhir minggu desember tahun 2004 sampai dengan akhir minggu desember tahun 2009. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan pemaparan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini untuk : Menguji secara empiris Capital Asset Pricing Model (CAPM) di Bursa Efek Indonesia 5
1.5 Kegunaan Hasil Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : a. Bagi penulis, penelitian ini berguna sebagai bentuk implementasi dari teori-teori yang diterima selama di bangku kuliah dan menambah pengetahuan khususnya mengenai pasar modal. sekaligus melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana di bidang Ekonomi pada Universitas Mercu Buana Jakarta b. Bagi instansi pendidikan, sebagai bahan referensi bagi mahasiswa mahasiswi yang akan melakukan penelitian mengenai pengujian CAPM. c. Sebagai gambaran bagi pihak-pihak yang ingin melakukan investasi. d. Menambah perbendaharaan pustaka dikampus Universitas Mercubuana Jakarta. 6