Ringkasan Disertasi MORAL ISLAM DALAM LAKON BIMA SUCI. Oleh: T e guh NIM: /83. Pro motor: Prof. Dr. Marsono Prof. Dr. H. lskandar Zulkarnain

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan bentuk masyarakat Heterogen, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Oleh: Alief Baharrudin G

BAB I PENDAHULUAN. Islam kepada seluruh umat manusia. 1

TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU "KONSEPSI MANUSIA MENURUT ISLAM"

BAB V KESIMPULAN. akan memaparkan beberapa pokok pemikiran penting yang merupakan inti

KONTRUKSI KARAKTER KERJA KERAS DAN RELA BERKORBAN DALAM FILM BIDADARI-BIDADARI SURGA UNTUK KEPERLUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Kajian Semiotik pada Gara-Gara Pagelaran Wayang Kulit Dengan Judul Bima Bungkus Oleh Ki Enthus Susmono

Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Aspek-aspek religiusitas..., Dhanang 1 Pramudito, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB III METODE PENELITIAN

Bab VI Simpulan & Saran

ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL ISLAM DALAM FILM DALAM MIHRAB CINTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB V MENGANALISA PEMIKIRAN REKONSTRUKSI TRADISI PEWAYANGAN. Setelah memperhatkan secara seksama atas data-data yang penulis dapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Dasar mulai mengembangkan keterampilan yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ASPEK MORAL TOKOH ANGEL DALAM NOVEL AYAH MENGAPA AKU BERBEDA? KARYA AGNES DAVONAR: TINJAUAN SEMIOTIK. Skripsi

RJNGKASAN DISERTASI. (Studi Karya-karya Ahmad Tohari) Oleh. Drs. Mob. Rogib,.M.Ag / S3 PRO MOTOR DJSERTASI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi tebalnya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya dan hasil

MAKNA SPIRITUALITAS BEGAWAN CIPTANING DALAM LAKON ARJUNA WIWAHA PADA PELAKU SENI PEDALANGAN

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME MELALUI TOKOH WAYANG BIMA PADA CERITA BRONTOYUDHO DALAM LAKON DURYUDONO GUGUR

BAB VI PENUTUP. Dari berbagai deskripsi dan analisis yang telah penulis lakukan dari bab I

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian Strategi Dakwah Kultural Sunan Kalijaga adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun rohani dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Sistem nilai..., Mastiur Pharmata, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta

MISTISISME MITOS PEWAYANGAN DALAM NOVEL RAHVAYANA KARYA SUJIWO TEJO: Analisis Strukturalisme Claude Lévi-Strauss

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam tradisi Jawa dikenal dengan nama Wali Sanga. Wali Sanga

BAB I PENDAHULUAN. Pagelaran wayang merupakan lambang dari drama kehidupan manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Dearah

Tugas Akhir ~~ PERANCANGAN BUKU VISUAL DEWA RUCI ~~ Mahasiswa / RijalMuttaqin pembimbing / RahmatsyamLakoro,S.Sn,MT.

ASPEK MORAL DALAM NOVEL HIJRAH KARYA MUSTOFA W. HASYIM: TINJAUAN SEMIOTIK

Diajukan Oleh: A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

SILABUS BAHASA JAWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)/MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

PERSETUJUAN ASPEK SUFISTIK DALAM KUMPULAN CERPEN SETANGKAI MELATI DI SAYAP JIBRIL KARYA DANARTO: TINJAUAN SEMIOTIK

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai wacana bentuk analisis yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan

KAJIAN SEMIOTIK PADA POCAPAN GARA-GARA PAGELARAN WAYANG PURWA DENGAN LAKON DURYUDANA GUGUR OLEH KI TIMBUL HADI PRAYITNO

IMPLIKASI KONSEP MANUSIA TERHADAP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI SMAN 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. dianalisis dengan kajian semiotik.semiotika adalah cabang ilmu yang semula berkembang dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deksriptif. Penelitian deskriptif merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. berusaha dengan sekuat tenaga untuk melaksanakan apa yang telah. manusia (Abd. Rosyad Shaleh, 1987: 1)

PEMIKIRAN M. ABDUL MANNAN TENTANG KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspek-aspek laku..., Lulus Listuhayu, FIB UI, Universitas Indonesia

RINGKASAN DISERTASI MARGINALISASI WAYANG KULIT PARWA DI KABUPATEN GIANYAR PADA ERA GLOBALISASI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA LAPORAN PENELITIAN E-LP-

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

PENGEMBANGAN MODEL KEBIJAKAN ENERGI TERBARUKAN BERBASIS HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK INDUSTRI BIOMASA YANG BERKELANJUTAN ERWIN SUSANTO SADIRSAN

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Naskah SDR yang dijadikan objek penelitian tidak mempunyai nomor

DAFTAR ISI ABSTRAK... UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL..

a. Judul Modul Bagian ini berisi nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu. b. Petunjuk Umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

MINAT MASYARAKAT SUNGAI LUENG MENYAKSIKAN OPERA VAN JAVA (STUDI PENGGUNAAN DAN KEPUASAN)

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan dan kesenian tradisionalnya.

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

BAB III METODE PENELITIAN

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KERJASAMA UMAT BERAGAMA DALAM AL-QUR AN Perspektif Hermenutika Farid Esack

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PROGRAM STUDIS1 TEKNIK KOMPUTER SIKAP

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA

KELOMPOK PENGGEMAR KOREAN POP DI SURABAYA DAN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal

DIKSI DAN CITRAAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE: KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA SKRIPSI

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

Transkripsi:

Ringkasan Disertasi MORAL ISLAM DALAM LAKON BIMA SUCI Oleh: T e guh NIM: 993155/83 Pro motor: Prof. Dr. Marsono Prof. Dr. H. lskandar Zulkarnain Diajukan kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk Mcmenuhi Syarat guna Mencapai Gelar Doktor dalam Ilmu Agama Islam YOGYAKARTA MILIK PERPUSTAKAAN u IN SU NAN KALIJAGA r-o-s, I~ 0 1 I

ABSTRAK Penelitian yang berjudul MORAL ISLAM DALAM LAKON BIMA SUCI ini berangkat dari sebuah kegelisahan akademik tentang adanya kecenderungan merosotnya/dekadensi moral yang melanda kepribadian umat manusia, sementara pada sisi yang lain di Nusantara ini banyak terdapat sumber moral, seperti agama dan karya-karya adiluhung bangsa. Dalam konteks inilah lakon-lakon wayang sebagai sebuah karya seni dapat dijadikan sebagai salah satu sumber ajaran moral yang perlu dikaji sehingga dapat dijadikan sebagai sebuah tuntunan bagi kehidupan manusia. Lakon Bima Suci mengandung ajaran tentang pengalaman spiritual puncak dalam kehidupan rohani, yaitu ajaran tentang manunggaling kawula Gusti. Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: l. Mengapa wayang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan moral? 2. Bagaimana hubungan antara moral Islam dengan moral Jawa? 3. Mengapa ajaran monisme menjadi prinsip dalam lakon Bima Suet? Dan 4. Apa saja pesan moral Islam yang terkandung di dalam lakon Bima Suei'l Adapun yang menjadi tujuan <lalam Penelitian ini adalah untuk menemukan jawaban dari masalah yang diangkat, yaitu: mengapa wayang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan moral, bagaimana pola hubungan antara moral Islam dengan moral Jawa, mengapa ajaran monisme menjadi prinsip dalam lakon Bima Suet, dan apa saja pesan moral Islam yang terkandung di dalam lakon Bima Suci. Sesuai dengan bentuk dan sifat penelitian, yaitu suatu tinjauan teoretis yang lebih menfokuskan pada kajian kepustakaan, maka jenis penelitian ini adalah kepustakaan (library research) dengan membaca serat pedhalangan lakon Bima Suci karya Ki Anom Sukatno sebagai data primer dan juga karya lain yang berhubungan dengan masalah sebagai sumber sekunder. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis struktural dan semiotik, 111

sementara pembacaan terhadap teks dilakukan dengan cara heuristik dan hermeneutik. Telaah heuristik untuk mendapatkan kejelasan makna serta alur ceritanya, sedangkan telaah hermeneutik untuk menemukan nilai moral yang terkandung di dalam lakon tersebut. Hasil temuan pertama dari penelitian ini adalah bahwa alasan mengapa wayang digunakan untuk menyampaikan pesanpesan moral: pertama, karena wayang telah membuktikan diri sebagai sebuah karya seni yang banyak digemari olch banyak orang mulai jaman Erlangga hingga saat ini; kedua, karena bentuk dakwah kultural dipa:idang sebagai bentuk dakwah yang paling tepat dibandingkan dengan bentuk dakwah lainnya; ketiga karena sifat lentur dan terbukanya wayang untuk scbuah interpretasi sehingga siapapun dapat memasukkan nilai-nilai moral ke dalamnya. Temuan kedua memperlihatkan bahwa pola hubungan antara moral Islam dan moral Jawa menunjukkan adanya hubungan imperatif atau saling mewamai dan tetap dalam kemandiriannya masing-masing. Temuan ketiga memperlihatkan bahwa monisme dijadikan sebagai prinsip ajaran dalam lakon Bima Suci karena ajaran tersebut merupakan pengalaman spiritual puncak yang menggambarkan adanya manunggaling kawu/a Gusti. Temuan terakhir adalah bahwa pesan-pesan moral Islam yang terkandung di dalam lakon Bima Suci secara garis besar ada empat, yaitu syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat yang dalam konsep Jawa dikenal dengan ajaran sembah raga, sembah cipta, sembahjiwa, dan sembah rasa. Jika keempat ajaran tersebut dapat dilaksanakan, seseorang akan sampai pada derajat insan kamil ' manusia sempurna'. IV I