BABI PENDAHULUAN. Dalam masa kehidupan, manusia melalui proses perkembangan yang terbagi

dokumen-dokumen yang mirip
Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BABI. Kehidupan modem saat ini belum memungkinkan orangtua. sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada anak. Kebutuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tentunya menginginkan kehidupan yang bahagia. Kehidupan bahagia

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB 1 PENDAHULUAN. berguna kelak di kemudian hari.sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

Setiap anak perlu untuk berkembang secara optimal dalam kehidupannya. Perkembangan optimal tersebut adalah dambaan semua orang tua, karena anak pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

Pengasuhan Orangtua dan Motif Afiliasi Siswa SMP Negeri Kota Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak. Masa

Dalam era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Johnson (dalam Mastuti,2001) menyatakan bahwa manusia diciptakan bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

-.- BABI PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. terkait fisik tetapi juga masalah kesehatan jiwa masyarakat. Sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang kuat, permasalahan yang terjadi pada anak di Indonesia

BABI PENDAHULUAN. Sepanjang rentang kehidupan, setiap individu melewati beberapa fase

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

II. TINJAUAN PUSTAKA. peranan adalah untuk mengatur perilaku seseorang pada batas-batas tertentu.

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA EFEKTIFITAS PELATIHAN EMOTIONAL LEARNING DALAM MENINGKATKAN EMOTIONAL LITERACYPADA REMAJA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

GAMBARAN KONSEP DIRI ORANG TUA DENGAN ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB NEGERI WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. oleh individu yang bersangkutan (Chaplin, 2011). Konsep diri sebagai gambaran

BAB II LANDASAN TEORI. mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam melaksanakan proses

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pikiran mengamati dan menggali pengalaman, termasuk emosi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa kehidupan, manusia melalui proses perkembangan yang terbagi ke dalam beberapa tahapan perkembangan, yaitu tahap bayi, kanak-kanak, rema.la, dewasa dan tua. Setiap tahap perkembangan mempunyai sejumlah karakteristik tertentu yang membedakannya dengan tahap lainnya, misalnya hingga usia dua tahun perkembangan anak terutama untuk mencapai kontrol terhadap tubuhnya (misalnya, untuk tidak mengompol), untuk belajar bicara dan mengenal dunia sekelilingnya. Di samping itu, selama proses perkembangan itu ada tahap yang menunjukkan ciri equilibrium (keseimbangan) & ciri disequilibrium (ketidak seimbangan). Dalam tahap equilibrium, anak-anak mudah menyesuaikan diri dan tidak menimbulkan banyak kesulitan. Sebaliknya, pada tahap disequilibrzum banyak terjadi ketegangan dan problem tingkah laku yang lain. Salah satu tahap perkembangan yang menunjukkan ciri disequilibrium adalah masa remaja. Membahas masa remaja dan permasalahannya adalah sangat menarik, karena pada masa remaja timbul banyak perubahan, dan oleh banyak ahli disebut sebagai masa peralihan, yaitu suatu masa yang ditandai dengan belum adanya kestabilan emosi, yang menyebabkan remaja sering merasa gelisah dan terlibat dalam pertentangan di dalam diri sendiri, dengan orangtua, keluarga dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Pada masa remaja perkembangan fisik demikian cepatnya, sehingga pada umumnya ukuran tubuh remaja hampir menyamai ukuran tubuh orang dewasa.

Namun tidak seperti perkembangan fisiknya, perkembangan psikis remaja tidak berkembang sedemikian pesatnya, seperti misalnya dalam kemampuan berpikir kntis, menenma tanggungjawab, maupun dalam kestabilan emosi. Masa remaja menurut Erickson (dalam Berk,1989:16) sebenamya merupakan masa pembentukan identitas dan konsep diri, yang kerap kali menimbulkan kesulitan baik di pihak remaja itu sendiri maupun di pihak orangtua. Banyak hal yang oleh orangtua ditafsirkan sebagai lkut campur tangan yang tidak dlkehendaki, sehingga mudah sekali timbul salah pengertian dalam hubungan anak dan orangtua. Hal ini disebabkan status remaja yang bersifat ambigu, karena remaja di sat sisi tidak ingin diperlakukan seperti anak-anak, namun di sisi lain belum dapat disebut dewasa. RemaJa masih tergantung secara ekonomis dan psikologis dengan orangtua, walaupun pengaruh ternan sebaya tidak dapat diabaikan begitu saja. Orangtua tetap berperan dalam menentukan keputusan-keputusan yang dibuat oleh remaja. Hal im menyebabkan pembentukan konsep dlri pada remaja masih dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan orangtua. Menurut Pudjijogyanti (1985:8) konsep diri bukanlah merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan merupakan faktor yang dipelajari dan terbentuk dalam pengalaman mdividu dalam hubungannya dengan individu lain. Begitu pula pendapat Mead (dalam Rakhmat,2002:103) bahwa konsep diri terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai peniiaian orang lain terhadap dirinya. Jika individu diterima orang lain, dihormati dan disenangi orang lain karena keadaan dirinya, maka ia akan cenderung bersikap menghonnati dan

menenma dinnya, seballknya bl1a orang lain meremehkan, menyalahkan dan menolak djrinya, maka la akan cenderung tldak menyukal dlrinya. Konsep diri menurut Burn (dalam PudjijogyantJ, 1985:2) adalah merupakan hubungan antara sikap dan layaknya tentang diri kita sendin, mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik kepribadiannya, motivasinya, kelemahannya, kepandaian, kegagalannya dan sebagainya Konsep difi itu merupakan suatu pengamatan seseorang men genal dirinya. Dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadl pada masa ini, maka masalah konsep diri perlu mendapat perhatian. Apabila pada mas a ini orangtua kurang memberikan perhatian serta pengarahan yang dibutuhkan oleh para remaja, maka akan menyebabkan timbulnya perasaan-perasaan rendah dir!, yang semua itu mengarah kepada terbentuknya konsep diri yang tidak sehat (Rais, dalam Gunarsa,1986.247). Sebagai seorang anak yang di dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan uluran tangan orang dewasa, maka blmbmgan dan nasehat orang dewasa sangatlah diharapkan untuk mengantar mereka memasuki masa dewasa yaitu saat seseorang melepaskan diri dar! ketergantungannya pada orangtua atau orang dewasa lainnya. Di sini akan terlihat pentingnya peranan orangtua dalam membimbing anak remajanya, sehingga terbentuk konsep diri yang sehat. Memiliki konsep dlri yang sehat berarti anak mengetahui kekuatan-kekuatannya dan memaklumi kelemahan-kelemahannya. Pengetahuan ini akan sangat berguna bagi individu untuk menyesuaikan diri di Iingkungan sekitarnya. Dalam keadaan sehan-hari, apabila seorang anak selalu

dikatakan bodoh, atau tolol, maka lama-kelamaan SI anak akan malas be1<l:lar dan memlltkl konsep bahwa dmnya benar-benar bodoh. Hal yang demlklan dapat ter.ladi karena anak be1<l:jar dari iingkungan mengenai apa yang diperbuat iingkungan terhadap dirinya. Oieh karena itu, diharapkan orangtua memberikan bimbingan dan pengawasan pada anaknya, agar mereka dapat mengetahul ide-ide, tmdakan-tmdakan dan rulaj-mlal yang sesuaj dengan usia mereka pada saat ItU. Pembentukan konsep din pada masa remaja merupakan masaiah yang penting mendapat perhatian, karena masa remaja merupakan masa peraiihan dari masa kanak-kanak ke mas a dewasa yang menimbulkan berbagal masalah balk bagl remaja sendm maupun bagl masyarakat. Konsep dm dlpelajan melalul mteraksi antar manusia, khususnya dengan mereka yang menjadl andaian yaitu urangluanya. Sedangkan salah satu faktor yang mempengaruhl terbentuknya konsep dm yaltu pola asuh orangtua. Pola asuh orang tua turnt menjadl taktor slgmtlkan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orang tua yang terbaca oieh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta slkap menghargai din sendm. Slkap negatlf orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak, dan merumbulkan asumsi bahwa dmnya tjdak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargaj; dan semua nu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang (Rini,2002.epSlkologl, para. b). Ulmana fungsl keluarga yaitu meiindungi, memellhara dan merawat, mengembangkan rasa sostallsasl pada anak dan membenkan suasana

kehangatan dan kemesraan bagi anggotanya sehingga mampu dalam mengendalikan diri dan berjiwa sosial (Vembiarto, 1987:38). Keluarga merupakan tempat pertama indlvldu untuk membentuk konsep diri, dalam arti bahwa di dalam keluarga, orangtua meletakkan dasar kepribadian kepada anak-anak mereka. Karena keluarga merupakan lingkungan hidup yang utama bagi setiap anak, dalam hal ini anak mendapat rangsangan atau pengaruh yang pertama dalam pertumbuhan dan perkembangannya, baik perkembangan biologis maupun perkembangan psikologisnya. Dengan hubungan antar anggota sangat erat dan karib, individu merasa aman, diterima apa adanya dirinya dan dicintai, sehingga dapat membentuk konsep diri yang positif. Apabila seorang anak terlantar karena salah satu atau kedua orangtuanya meninggal ataupun kedua orangtuanya tidak mampu, maka anak tersebut tinggal di suatu lembaga sebagai pengganti keluarga. Lembaga tersebut adalah panti asuhan. Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang (mempunyat taraf bertanggung Jawab untuk) memberi pelayanan sosial kepada anak-anak terlantar serta melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar. Selain itu memberi pelayanan perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh. (Notodirjo, 1976: 21) Anak yang tmggal dl Imgkungan keluarga menerima pola asuh tertentu, sedangkan di panti asuhan, anak berpisah dengan orangtuanya, berhubungan dengan orang-orang yang belum dikenal dan diasuh dengan pola asuh tertentu pula. Mungkin mereka terdiri dari berbagai suku, tingkat usia, tingkat pendidikan, tingkah laku dan budaya yang berbeda-beda. Selain ltu mereka cenderung bergaul

6 hanya pada kelompok yang sama-sama tinggal di lingkungan panti asuhan, Jauh dari keluarga, teman sepermainan yang lain dan hams tunduk pada peraturan yang telah dltetapkan panti asuhan tersebut. Sedangkan anak yang tmggal di lingkungan keluarga, mereka dapat lebih bebas berinteraksi dengan teman-temannya, dengan keluarganya, dengan masyarakat yang lebih luas. Dengan peraturan yang diterapkan oleh pihak panti asuhan, diharapkan suasana di panti asuhan dapat memberikan rasa aman pada anak sehingga mereka kelak mampu mengadakan penyesualan s05ml secara baik. Anak-anak yang ditampung di panti asuhan pada umumnya termasuk dalam kelompok children al risk (Mussen, 1988:75) sehingga kemungkinan mereka mengalami kelainan, baik di bldang emosi, mtelektual, sosial maupun tmgkah laku. Mereka dihadapkan dengan persoalan besar yaitu tentang ibunya atau orangtuanya yang berpisah dalam waktu yang cukup lama, selain itu adanya persoalan dengan lingkungan bam, timbul hubungan dengan orang yang pada mulanya belum dlkenal sama sekah sampai akhirnya dapat ten kat secara kelompok dan perasaan kurangnya bimbingan serta perhatian yang cukup banyak dari pengasuh. Tidak selalu remaja yang tinggal dengan asuhan secara berkelompok itu Jelek, menumt Mussen, dkk (1989:130) asuhan secara berkelompok dapat membangun suatu kondisi bagi perkembangan yang sehat seperti di lingkungan di mmah biasa asalkan adanya pola asuh yang konsisten dan Iebih individual, interaksi yang terjadi antara pengasuh dan anak asuh lebih bersifat emosional,

7 adanya kesempatan untuk bereksplorasi dan keterbukaan dan perhatian yang tepat anak dengan orang dewasa. Dari uraian di atas, dlmana tidak semua anak yang tinggal bersama keluarga dapat membentuk konsep diri yang sehat, begitu pula sebaiiknya, bahwa tidak selalu seseorang yang tinggal di panti asuhan mempunyai kepribadian yang tidak sehat. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan konsep diri antara remaja yang tinggal bersama keluarga dengan remaja yang tmggal di panti asuhan. 1.2 Batasan Masalah Sehubungan dengan permasalahan yang telah diuralkan di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah guna mempei]elas permasalahan yang diajukan dan agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih terarah. Hal-hal yang berkaitan dengan pembatasan yang dilakukan adalah sebagai berikut: I. Pengertian konsep dm dlbatasi pada konsep dan penilamn indlvidu terhadap dirinya, yang termasuk di dajamnya nilai-nilai, kemampuan, tujuan dan penghargaan diri. 2. Banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri seorang remaja, akan tetapi dalam penelihan ini hanya mgin meneliti fak10r status tempat tinggal yaitu tinggal di panti asuhan dan tinggal bersama keluarga yang diperkirakan dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. 3. Untuk dapat mengetahui pengaruh status tempat tinggal terhadap konsep diri, dilakukan suatu penelitian yang bersifilt komparati( yaitu

penelitian untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan konsep diri ditinjau dad status tempat tinggal remaja. 4. Penelitian ini merupakan penelitian perkembangan yang bersifat "Cross Sectional" yaitu penelitian yang mengungkapkan perkembangan pada satu saat tertentu saja tanpa mengikuti seluruh proses perkembangan tersebut. 5. Agar wilayah peneiitian menjadi Jelas, maka yang dljadikan subyek penelitian ini adalah remllc.ia USIa 13-18 tahun. Subyek penelitiannya tinggal di panti asuhan "Sumber Kasih" dan remaja yang tinggal bersama keluarga di Kel urah an Kutisari. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang dan batasan masalah, maka masalah yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada perbedaan konsep din antara remaja yang tinggal di panti asuhan dengan remaja yang tinggal bersama keluarga? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah ingin mengetahui ada hdaknya perbedaan konsep din antara remaja yang tmggal di panti asuhan dengan remaja yang tinggal bersama keluarga.

1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang akan diperoleh, diharapkan memberikan manfaat sebagm benkut: I. Manfaat teoritik HasH penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pengembangan teori psikologi perkembangan, khususnya teori mengenal konsep dlfi pada remaja. 2. Manfaat praktls a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempeijelas bahwa status tempat tinggal dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri Dengan demikian, hasil penelitian dapat memberikan sumbangan ide bagi peneliti yang lain yang ingin melakukan penelitian serupa atau yang ingin menindak lanjuti penelitian ini. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran kepada orangtua dan pengasuh panti asuhan, bila menemui masalah mengenai konsep diri remaja.