9 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Panti Asuhan Dalam Perspektif PLS / PNF Hartini (2005:12) mengatakan bahwa panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak di bidang pelayanan pendidikan non formal atau pendidikan di luas sekolah, sehingga panti asuhan akan berperan aktif untuk melayani anak-anak yang putus sekolah, anak-anak yang tidak mampu aehingga merekan tidak mampu masuk di sekolah formal. Panti asuhan akan memberikan pendidikan atau pengetahuan kepada anak-anak yang putus sekolah ini sesuai dengan potensi yang dimiliki, disamping itu juga panti asuhan memberikan keterampilan-keterampilan kepada anak-anak putus sekolah yang dapat dipergunakan untuk menggapai masa depan. Sehingga Panti asuhan merupakan lembaga pendidikan luar sekolah atau non formal. Oleh karena itu panti asuhan harus berfokus pada pelayanan non formal untuk memberikan kepedulian kepada anak-anak yatim dan anak terlantar, baik berupa bantuan pendidikan tentang agama maupun pendidikan lainnya, seperti melanjutnya pendidikan yang sudah tertinggal ataupun bagi mereka yang sama sekali tidak pernah merasakan pendidikan agar mereka menjadi anak yang baik yang mempunyai ilmu pengetahuan dan ilmu agama untuk diterapkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, serta agama. (Adiwinata. 2005:12). 9
10 2.2 Hakikat Panti Asuhan 2.2.1 Pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2004:826) mendefinisikan panti asuhan sebagai rumahtempat memelihara dan merawat anak yatim piatu dan sebagainya. Departemen Sosial Republik Indonesia (2003:4) menjelaskan bahwa :Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosialyang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar denganmelaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar,memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial padaanak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepatdan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuaidengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi peneruscita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif didalam bidang pembangunan nasional.kesimpulan dari uraian di atas bahwa panti asuhan merupakanlembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan pelayanan penganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dansosial pada anak asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatanyang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuaidengan harapan. Panti Asuhan merupakan sebuah lembaga sosial untuk menampung anakanak yatim, anak terlantar yang hidupnya tidak terurus dan tinggal di jalanan sebagai tempat untuk mengembangkan segala potensi yangdimilikinya, dan supaya mereka terpenuhi kebutuhannya baik fisik, rohani dan sosialnya.dengan demikian, jelaslah di dalam Panti Asuhan tidak hanya melakukan pembinaan dan
11 pengembangan terhadap potensi yang dimiliki oleh anak-anak tersebut, namun yang lebih penting adalah mengumpulkan mereka untuk diberikan hak hidup secara wajar sebagai warga negara yang sudah merdeka. Anak-anak terlantar yang hdiupnya di jalanan adalah rata-rata anak usia dini yang usianya berkisar 6-18 tahun yang menggunakan sebagian besar waktunya di jalanan sebagai pekerja, apakah mereka masih ada kelaurga atau tidak kita tidak ada yang tahu (Depsos RI, 2003: 1).Pada hakekatnya anak yatim dan anak terlantar yang hidup di jalanan adalah sekelompok anak yang menjadi korban sistem pembangunan yang belum berprinsip pada kepentingan terbaik buat anak Panti Asuhan merupakan suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuaidengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi peneru scita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif didalam bidang pembangunan nasional. Kesimpulan dari uraian di atas bahwa panti asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan pelayanan penganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan harapan.
12 2.2.2 Tujuan Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:6) yaitu :1) Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat 2) Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya. Tujuan di dirikannya Panti Asuhan adalah melakukan pemberdayaan anakanak terlantar yang putus sekolah. Dengan mereka berada di Panti Asuhan maka mereka akan diberikan pendidikan non formal sebagai pengganti pendidikan formal yang tidak mereka dapatkan. Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah oleh badan pemerintah ataupun swasta secara teratur dalam waktu relatif singkat dan lebih menekankan kepada kecakapan dan ketrampilan tertentu, tetapi tidak mengikuti peraturan yang ketat dan tetap seperti pada pendidikan formal. Pendidikan non formal harus memiliki beberapa syarat dalam pelaksanaannya, antara lain Pendidikan non formal harus mempunyai tujuan yang jelas, dintinjau dari segi masyarakat, program pendidikan non formal harus menarik baik hasil yang akan dicapai maupun cara-cara melaksanakannya, adanya integrasi antara pendidikan non
13 formal dengan program-program pembangunan dalam masyarakat, organisasi kesenian, kursus-kursus kesenian, penataran pembinaan kesenian dan kegiatankegiatan lain, misalnya pembinaan anak asuh, berdayaan anak di Panti Asuhan ( Joesoef, 2006 : 85 ). Tujuan Panti Asuhan adalah memberikan pelayanan berdasarkan pada profesi pekerjaan sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka kearah perkembangan pribadi yang wajar serta kemampuan ketrampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang hidup layak dan penuh tanggung jawab baik terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan keterampilan kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas. 2.2.3 Sasaran Adapun sasaran umum Panti Asuhan dalam membantu kelangsungan pendidikan untuk anak anak terlantar antara lain : 1. Anak-anak yatim dan anak terlantar yang berusia 6-18 tahun. 2. Laki-laki maupun perempuan. 3. Baik yang sekolah maupun yang putus sekolah. 4..Tinggal bersama keluarga atau tidak, atau anak-anak yang tinggal seorang diri dan hidup berkumpul dengan teman-temannya yang lain. 5. Anak-anak yang mempunyai aktivitas di luar, artinya di sini, anakanak yang bekerja untuk membntu orang tuaguna memenuhi
14 kebutuhan sehari-hari yang serba kekurangan sehingga anak-anak tersebut berinisiatif sendiri untuk terjun bekerja bahkan ada yang sampai putus sekolah.jadi di sinilah peran Panti Asuhan berlangsung dimana tugasnya begitu sulit, persoalan yang dihadapi di sini adalah bagaimana cara menarik perhatian anak-anak tersebut supaya tinggal di panti, supaya bisa mendapatkan penghidupan yang lebih layak dan baik agar mereka terhindar dari kerasnya hidup di luar sana, agar mereka bisa mengenal norma-norma agama, akhlak, dan bisa bersikap yang semestinya, dan yang tak kalah pentingnya supaya mereka bisa melanjutkan sekolahnya atau supaya mereka tidak mengalami putus sekolah. (Abdullah. 2005:23) 2.2.4 Program dan Kegiatan Panti Asuhan Ngalim Purwanto (2005:78) mengatakan bahwa panti asuhan sebagai lembaga sosial di bidang pendidiakan non formal. Secara umum panti asuhan memiliki program-program tertentu misalnya program life skill, pembinaan dan melakukan kegiatan dakwah keagamaan tentang akhlak, moralitas, perilaku dan karakter anak didik, menyantuni anak yatim dan anak-anak terlantar serta anak jalanan, mengasuh dan menyekolahkan anak-anak terlantar. Program-program tersebut diikuti oleh semua anak asuh yang ada di Panti Asuhan. Dan diantara program-program di atas, sudah direalisasikan oleh pihak panti misalnya anak asuh diberi keterampilan life skill (perbengkelan, menjahit, dan kursus komputer), melakukan pembinaan dakwah pada setiap melakukan sholat lima waktu dan semua anak asuh sudah disekolahkan sesuai dengan tingkat
15 sekolah yang mereka dapatkan sebelumnya, bahkan saat ini khususnya anak asuh yang ada di panti asuhan sudah ada yang melajutkan sekolahnya diperguruan tinggi. 2.3 Panti Asuhan Sebagai Wadah Pemberdayaan Pengembangan Potensi Anak Kata pemberdayaan mengesankan arti tangguh atau kuat, menurut Slamet (2009 : 24), praktek yang berbasiskan pemberdayaan adalah suatu aktivitas refleksi, suatu proses yang dapat dinilai dan dipertahankan hanya oleh agen atau subjek yang mencari kekuatan atau penentuan diri sendiri, sementara proses lainnya hanya memberikan iklim, hubungan, sumber-sumber, dan alat-alat yang dapat meningkatkan kehidupan masyarakat. Konsep pemberdayaan anak terlantar merupakan upaya membangun kemampuan anak terlantar. Upaya-upaya anak terlantar diarahkan pada tercapainya kesejahteraan anak terlantar melalui pelayanan sosial seperti pelatihan keterampilan, model untuk kegiatan ekonomi, pendidikan non formal dan lainlain. Sehingga anak dapat mandiri, menjadi baik dan menampilkan sikap dan perilaku yang benarsehingga bisa membawa diri di manapun mereka berada. Strategi pemberdayaan saat ini lebih bersifat mobilitas masyarakat untuk mempertahankan sumber atau bantuan pemerintahan yang tujuannya mempertahankan pertumbuhan ekonomi, dan juga terpeliharanya harkat, martabat, rasa percaya diri dan harga diri serta terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan tidak hanya ditujukan kepada individu, tetapi kepada komunitas secara kolektif, dan semua itu harus menjadi bagian dari aktualisasi eksistensi manusia dan kemanusiaan. Dengan kata lain, manusia dan kemanusiaan
16 yang menjadi tolak ukur normatif, struktural, dan substansial. Dengan demikian konsep pemberdayaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, lokal, regional, nasional, maupun internasional. Dari beberapa pengertian di atas digunakan istilah pemberdayaan yang sering disamakan dengan perolehan kekuasaan dan akses terhadap sumber daya untuk mencari nafkah. Dengan adanya pemberdayaan anak terlantar nantinya mereka dapat memiliki bekal keterampilan dan pendidikan yang berguna dalam kehidupan. Terutama untuk memenuhi keutuhannya sehingga anak terlantar menjadi berdaya tangguh bahkan dapat berguna bagi orang lain. (Jalal. 2005:12) Salah satu sebab adanya anak-anak terlantar yang tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang tinggi adalah Drop Out atau masalah putus sekolah. Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan yang selanjutnya. Masalah putus sekolah ini bisa menimbulkan akses dalam masyarakat, karena itu penanganannya menjadi tugas kita semua. Khususnya melalui strategi dan pemikiran-pemikiran sosiologi pendidikan, sehingga para putus sekolah tidak mengganggu kesejahteraan sosial, sekurang-kurangnya ada 3 langkah yang harus dilakukan yaitu : 1. Langkah preventif, membekali peserta didik dengan ketrampilan-ketrampilan praktis dan bermanfaat sejak dini. Misalnya ketrampilan kerajinan, jasa, perbengkelan, elektronika,
17 2. Langkah pembinaan, memberikan pengetahuan pengetahuan praktis yang mengikuti perkembangan / pembaruan zaman melalui bimbingan dan latihanlatihan dalam lembaga-lembaga sosial /pendidikan luar 3. Langkah tindak lanjut, memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada mereka untuk terus melangkah maju melalui penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang sesuai kemampuan masyarakat tanpa mengada-ada, termasuk membina hasrat pribadi untuk berkehidupan yang lebih baik dalam masyarakat. Misalnya memberikan penghargaan, bonus, keteladanan, kepahlawanan, dan sebagainya.( Gunawan, 2007 : 72 ). Ketiga langkah diatas juga merupakan cara pemberdayaan anak terlantar yang semakin tahun akan semakin meningkat jumlahnya. Ini merupakan tanggung jawab semua masyarakat, termasuk pemerintah, yang akhirnya didirikan tempattempat sosial seperti panti asuhan,yang mana panti asuhan itu bertugas dan berkewajiban memberikan ketrampilan anak didiknya sebagai bekal mereka dalam hidup bermasyarakat nantinya. 2.4 Kontribusi Panti Asuhan Dalam Pembinaan Moral Anak Margono (2005:12) mengemukakan bahwa di panti asuhan ini para anak asuh di ajarkan atau dibimbing banyak hal untuk membentuk moral yang baik. Jadwal kegiatan yang di buat sedemikian rupa secara tidak sadar telah membentuk anak - anak di panti asuhan ini menjadi anak yang mempunyai kedisiplinan dan nilai-nilai moral yang tinggi. Sikap saling menghormati juga sangat terlihat di panti asuhan ini. Sikap dan perilaku bahkan tutur kata mereka terhadap sesama, pengasuh/pembimbing
18 bahkan kepada tamu sangat sopan ramah dan bersahabat. Mereka kelihatan antusias dan bersahabat. Tidak hanya dapat menghormati orang lain mereka juga menghormati diri mereka sendiri. Terlihat dari cara mereka berpakaian dan bertutur kata. Pakaian mereka sopan dan tertutup, cara mereka bertutur sangat lembut dan halus, menggunakan bahasa yang sopan meski tidak mesti formal. Rasa peduli para anak asuh tidak hanya terhadap sesama namun mereka juga peduli terhadap lingkungan sekitar mereka. Kepedulian mereka terhadap lingkungan di wujudkan dalam cara mereka menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan panti asuhan. Seperti telah dijelaskan di atas setiap hari para anak asuh mempunyai tugas piket harian dan juga mengadakan kerja bakti setiap dua bulan sekali. Para anak asuh juga sangat bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri maupun kepada orang lain. Mereka dapat memposisikan diri mereka di mana mereka berada dan dengan siapa mereka berhadapan. Mereka tahu kapan waktu untuk bercanda atau bersantai dan kapan waktu mereka untuk serius atau belajar. Rasa persatuan, kesatuan, kebersamaan, terasa sekali di panti asuhan ini. Kegiatan yang selalu dilakukan bersama menumbuhkan rasa persaudaraan yang erat di antara mereka. Meski mereka mempunyai latar belakang yang berbeda satu sama lain tidak melunturkan rasa persatuan dan kesatuan yang mereka punya tetapi malah menjadikannya semakin kuat. Semangat anak asuh dalam dunia pendidikan sangat tinggi. Keinginan mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sangat besar. Bukan hanya itu usaha yang dilakukan oleh
19 para pengurus untuk membantu mereka agar dapat meneruskan pendidikan mereka juga bisa di ancungi jempol. Para anak asuh dip anti asuhan ini tidak hanya di bekali ilmu exact tetapi juga bekal ilmu agama yang membuat mereka mempunyai kepribadian yang berkarakter. Menurut (Sugeng Hariyadi 2004:89) disamping pendidikan kedisiplinan, panti juga memberikan pendidikan non formal, pendidikan tersebut diantaranya adalah : 1. Pendidikan fisik, mental dan sosial Pelayanan fisik, mental dan sosial merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan yang diikuti dengan kegiatan peningkatan aiman dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Banyak kegiatan lain selain pemberian keterampilan antara pengajian. 2. Pendidikan Keterampilan Pendidikan keterampilan pada dasarnya merupakan suatu kemampuan untuk melakukan yang baik dan cermat dengan keahlian yang dimilikinya. Jadi yang dimaksud dengan pendidikan keterampilan adalah suatu usaha atau kegiatan yang sengaja dilakukan untuk mengembangkan keahlian anak-anak terlantar sehingga mereka dapat mandiri tanpa menggantungkan orang lain. Pola kegiatan pembinaan bagi anak terlantar yang dilaksanakan di Panti Asuhan disesuaikan indicator-indikator yang merupakan acuan dalam melaksanakan semua program-program yang sudah ditentukan atau direncanakan. Indikator-Indikator tersebut adalah :
20 1. Peranan Panti Asuhan yaitu melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengurus Panti Asuhan dalam upaya pemberdayaan anak jalanan, dengan indikator sebagai berikut : a. Pelayanan bimbingan ketrampilan, bimbingan fisik, bimbingan sosial, bimbingan mental dan bimbingan keagamaan. b. Membantu anak untuk menentukan pekerjaan sesuai dengan bakat dan minatnya 2. Strategi atau metode yang dilakukan Panti Asuhan dalam upaya pemberdayaan anak terlantar di Batudaa, dengan indikator sebagai berikut : a. Pendekatan internal anak b. Pendekatan bimbingan ketrampilan, bimbingan fisik, bimbingan sosial, bimbingan mental dan bimbingan keagamaan. Dalam penelitian ini yang dimaksud pola asuh yaitu system, cara atau pola yang digunakan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terhadap anak asuh oleh pengurus Panti Asuhan. Sistem atau cara tersebut meliputi cara mengasuh, mebina, mengarahkan, membimbing dan mempin anak untuk kelangsungan hidupnya.(poerwadarminta, 2005 : 63). Menurut Daroeso (1986:23), moral adalah sebagai keseluruhan norma yang mengatur tingkah laku manusia di masyarakat. Norma moral merupakan penjabaran secara konkrit dari nilai-nilai yang diyakini oleh suatu masyarakat atau bangsa. Jadi moral merupakan ajaran tentang baik buruknya kelakuan manusia dan menjadi pedoman yang konkrit untuk bersikap dan menjadi pedoman yang konkrit dalam sikap dan tingkah laku manusia. Nilai moral adalah sesuatu yang
21 dianggap baik dan digunakan sebagai pedoman yang konkrit untuk bersikap dan mengukur baik buruknya sikap perilaku seseorang. Objek moral adalah tingkah laku manusia, perbuatan manusia, tindakan manusia, baik secara individual maupun secara kelompok yang didorong oleh tiga unsur yaitu: 1) Kehendak, yaitu pendorong pada jiwa manusia yang memberi alasan pada manusia untuk melakukan perbuatan. 2) Perwujudan dari kehendak yang berbentuk cara melakukan perbuatan dalam segala situasi dan kondisi. 3) Perbuatan tersebut dilakukan dengan sadar dan kesadaran inilah yang memberikan corak dan warna perbuatan tersebut (Daroeso, 2005:26).Menurut Wila Huky, yang dikutip oleh Bambang Moral dibatasi sebagai sesuatu yang berkaitan, atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salahnya sesuatu tingkah laku. Selain itu moral juga diartikan adanya kesesuaian dengan ukuran baik buruknya sesuatu tingkah laku atau karakter yang telah diterima oleh sesuatu masyarakat, termasuk didalamnya berbagai tingkah laku spesifik. (Haricahyono, 2005:221).Menurut (Sugeng Hariyadi 2004:88), moral merupakan serangkaian nilai-nilai yang didalamnya memuat kaidah, norma. Tata cara kehidupan, adat istiadat,dan pranata yang standart baik buruknya perilaku individu atau kelompok yang dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial budaya dan religi dari individu atau kelompok masyarakat. Perilaku moral yang baik diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, keharmonisan, dan kesejahteraan. Dari berbagai pengertian moral, dapat dilihat bahwa moral
22 memegang peranan penting dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan baik buruknya terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku ini mendasarkan diri pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Seseorang dikatakan bermoral,bilamana orang tersebut bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang terdapat dalam masyarakat, baik itu norma Agama, norma hukum dan sebagainya. Dengan demikian moral atau kesusilaan adalah keseluruhan norma yang mengatur tingkah laku manusia di masyarakat untuk melaksanakan perbuatan baik dan benar, perlu diingat bahwa baik dan benar menurut seseorang itu tidak pastibaik dan benar bagi orang lain, karena itulah diperlukan adanya prinsip-prinsip. 2.5. Faktor-Faktor Penghambat Pengembangan Panti Asuhan Sebagai Wadah Pembinaan Moral Offset Calhoun, (2005:231) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi upaya Panti Asuhan dalam memberdayakan anak-anak terlantar adalah sebagai berikut : a. Faktor perbedaan jenjang pendidikan anak asuh ( SD s/d SMA) Hal ini yang menyulitkan pihak Panti asuhan khususnya para instruktur Panti yang menyampaikan materi. Karena pendidikan yang berbeda maka tingkat pemikiran mereka pun berbeda, semakin tinggi tingkat pendidikan anak asuh maka akan semakin tinggi pula tingkat pemikirannya. Dan tugas bagi para instruktur di Panti adalah memberikan materi yang mudah dan dapat diterima oleh semua anak-anak asuh tanpa membedakan tingkat pendidikan. b. Kondisi lingkungan sosial dan ekonomi keluarga yang tidak teratur diubah diubah menjadi normatif
23 Selain bimbingan ketrampilan yang diberikan oleh Panti kepada anakanak asuh, Panti juga mengajarkan mereka untuk hidup yang teratur sesuai dengan jadwal yang telah di buat oleh Panti. Namun ada beberapa anak-anak asuh yang sulit untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang normatif. Mereka telah terbiasa dengan hidup yang tidak teratur, dan tugas dari anak-anak panti adalah mereka harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan Panti. c. Kurangnya peran serta Pemerintah dalam membiayai semua kebutuhan yang diperlukan pihak Panti Asuhan termasuk untuk biaya perawatan gedung dan semua alat-alat praktek yang ada di Panti Asuhan Ar-Rahman. Selain itu tersedianya Sarana dan Prasarana, pegawai dan Instruktur Panti Asuhan yang sesuai dengan bidangnya dan anak-anak Asuh Panti yang berkeinginan besar juga sangat mempengaruhi upaya Panti Asuhan dalam memberdayakan anakanak terlantar. Biaya pemeliharaan yang tidak sesuai dengan jumlah gedung, Dengan jumlah gedung yang banyak dan area Panti Asuhan yang sangat luas maka dibutuhkan biaya yang tinggi untuk perawatan gedung-gedung yang ada di Panti Asuhan agar gedung-gedung di Panti Asuhan Ar-Rahman terawat dan dapat digunakan secara maksimal. Namun yang terjadi saat ini adalah biaya yang minim dengan jumlah gedung yang banyak. Jadi ada beberapa gedung yang tidak terawat dan tidak digunakan secara maksimal sebagai mana mestinya. 2.6 Peranan Panti Asuhan Menurut Sudjana (2005 : 268-269) bahwa peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka hal berarti ia menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan dan saling bertentangan
24 satu sama lain. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal tersebut sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat kepadanya. Peranan lebih banyak menekankan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Menurut Sudjana (2005 : 268-269), Dengan demikian peranan menunjukkan keterlibatan diri atau keikutsertaan individu, kelompok yang melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu atas suatu tugas atau bukti yang sudah merupakan kewajiban dan harus dilakukan sesuai dengan kedudukannya. Peranan Panti Asuhan berarti menunjukkan pada keterlibatan para pengasuh Panti Asuhan untuk melakukan pemberdayaan anak terlantar melalui pendidikan non formal. Panti asuhan merupakan sebuah lembaga sosial yang berperan sebagai berikut : a. Operative Institution (menghimpun), ialah lembaga sosial yang berperan untuk menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lemabaga tersebut, b. Regulative institution (mengendalikan), ialah lembaga sosial yang mengawasi adat istiadat dan tata kelakuan lainnya yang tidak menjadi bagian mutal dari lembaga itu sendiri, misalnya lembaga itu sendiri, misalnya lembaga hukum, seperti pengadilan, kejaksaan dan sebaginya ( Gunawan, 2005 : 29 ). Tujuan Panti Asuhan adalah memberikan pelayanan berdasarkan pada profesi pekerjaan sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka kearah perkembangan pribadi yang wajar serta kemampuan
25 keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang hidup layak dan penuh tanggung jawab baik terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat. (Dimyanti, 2006;27) Dalam hal ini peran Panti Asuhan sangat penting sekali, mengingat tujuan dari panti ini adalah memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak asuh dengan cara membantu dan membimbing mereka kearah perkembangan pribadi yang wajar serta kemampuan keterampilan kerja sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab baik terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat.