BAB I PENDAHULUAN. jawab guna memasuki kehidupan yang sangat kompetitif ini. Persaingan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat (Muchtar, 2005:

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah sedang giat menggalakkan pembangunan disegala bidang ilmu

DINAMIKA PESANTREN MENUJU LINGKUNGAN BELAJAR YANG KONDUSIF SKRIPSI. Oleh TAMRIN FATHONI NIM :

BAB V PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perencanaan Bimbingan Konseling dalam Membentuk Karakter

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi nilai-nilai agama, moral, dan budaya luhur bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pendidikan agama dari guru Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya pendidikan tersebut, lebih lanjut diuraikan dalam Undang- Undang Pendidikan Nomor 20 tahun 2003, Pasal 5 yang berbunyi:

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penderitanya yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata (IQ di

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setelah berlangsung beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Tindakan,

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa sekarang Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. bertanggungjawab dan mampu mewujudkan masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun dan mengembangkan karakter manusia yang seutuhnya.

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dientaskan diantaranya adalah karena rendahnya kemampuan. adalah dengan didirikannya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup tidak bisa lepas dari pendidikan karena manusia diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai tujuan tertentu sesuai dengan coraknya masing - masing, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi SMKN Wonorejo di lingkungan pesantren yang merupakan. lembaga sekolah kejuruan yang bernuansa pesantren, siswa SMKN Wonorejo

BAB I PENDAHULUAN. Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah,

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia karena mendapatkan pendidikan, Tanpa pendidikan Manusia. mulia dengan pendidikan termasuk di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, ia berkenalan terlebih dahulu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

PERAN GURU PENDIDIKAN JASMANI DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA PADA MTs SE-BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan tidak hanya menyiapkan anak didik untuk meningkatkan kemamapuan individu dalam memahami masyarakat dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat dunia, tapi juga dirancang untuk menyiapkan anak didik dengan memilki kemampuan intelektual dan tanggung jawab guna memasuki kehidupan yang sangat kompetitif ini. Persaingan yang diciptakan oleh dunia global telah banyak menenggelamkan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat yang baik. Demikian hal ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi dunia pendidikan untuk menyadarkan masyarakat kita tentang nilai-nilai yang selalu berubah di masyarakat global kaitannya dengan proses pendidikan yang berlangsung disekolah. Pendidikan adalah sebuah proses kegiatan yang khas dilakukan oleh manusia. Pendidikan merupakan produk kebudayaan manusia. Kegiatan pendidikan dilakukan dalam upaya mempertahankan dan melanjutkan hidup dan kehidupan manusia. Selain itu pendidikan secara filosofis dalam rangka perkembangan manusia. Karena pendidikan dimaksudkan untuk manusia, maka dalam rangka memahami pendidikan seharusnya dilihat dari hakikat dan tujuan hidup manusia. Untuk memenuhi kepentingan tersebut, maka dituntut adanya keterampilan para personil pendidikan agar dapat mengelola kegiatan 1

2 pembelajaran secara lebih efektif dan efisien. Akan tetapi dalam prakteknya guru-guru sering menghadapi kesulitan-kesulitan dalam mengelola proses belajar mengajar yang diselenggarakan. Seorang guru yang mempunyai dua fungsi dalam pendidikan tidak semudah apa yang dibayangkan. Sebenarnya dalam Al-Qur an seruan untuk memberikan pendidikan dan bimbingan dalam keluarga serta orang lain agar tidak terjerumus ke dalam kenistaan ini sudah ditegaskan, namun sulit untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-Tahrim; 6 yang berbunyi:... äοu $yfïtø:$#uρ â $ Ζ9$# $yδßšθè%uρ #Y $tρ ö/ä3 Î= δr&uρ ö/ä3 à Ρr& (#þθè% (#θãζtβ#u t Ï%!$# $pκš r' tƒ (6 : ) Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;... (QS. At-Tahrim, 6) (Haramain, 1990: 951) Ayat di atas menjelaskan bahwa betapa pentingnya memberikan pelajaran atau bimbingan kepada keluarga dan saudara-saudara yang seiman dalam rangka memupuk perbuatan yang baik dalam diri pribadi khususnya, dan peserta didik pada umunya. Guru sebagai tenaga profesional dibidang kependidikan, disamping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, harus juga mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini terutama kegiatan mengelola interaksi belajar mengajar. Oleh karenanya guru harus mempunyai kecakapan yang esensial disamping

3 mempunyai kemampuan-kemampuan dasar sehubungan dengan tugasnya sebagai seorang pendidik. Melihat realitas dilapangan sebagai observasi awal, ternyata banyak problem-problem pendidikan yang ada pada bangsa kita saat ini, salah satunya bangsa ini masih minim sekali guru-guru yang provesional, kenyataan di lapangan masih banyak tenaga pendidik yang tidak mendidik pada faknya atau tidak sesuai dengan jurusan yang sebenarnya, yang ujung-ujungnya akan berdampak pada siswa. Contoh yang kedua, terjadi kesalahan paradikma seorang guru di lapangan, ada perbedaan antara mengajar dengan mendidik, jika mengajar arah tujuan tersebut akan lebih ke arah prakmatis atau vinansial, berbeda sekali dengan medidik, arah penekanan guru akan lebih membimbing dan mencerdaskan siswa agar siswa tersebut lebih mempunyai karakter dan menjadi manusia pribadi seutuhnya serta terwujudlah apa yang menjadi citacita bangsa. Hal ini merupakan salah satu contoh problem pendidikan bangsa kita yang sampai saat ini belum bisa terpecahkan. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan lainnya pendidikan prajabatan.

4 Disebutkan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa, Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakam proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Di samping itu akan lebih efektif dalam mengatasi pesoalan yang timbul pada peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, ketika lembaga pendidikan juga memperhatikan lembaga konseling yang di dalamnya di tempatkan tenaga-tenaga khusus yang profesioanal dan terstruktur dalam dunia pendidikan. Karena lembaga bimbingan itu adalah suatu kesatuan yang integral dari seluruh program dan kebijakan yang diambil dalam lembaga tersebut. Dengan demikian tenaga konselor akan dengan mudah mengidentifikasi persoalan yang menghambat dalam memotivasi dan proses belajarnya, kemudian konselor memberikan jalan keluar tehadap permasalahan yang dihadapi, di samping itu konselor dapat menumbuhkan kepribadian siswa serta mewujudkan apa yang menjadi cita-cita bangsa dalam menumbuhkan karakter bangsa seutuhnya terhadap siswa. Di MTs Mambaul Hasan ini ada salah satu kelebihan dan keunikan menurut peneliti dalam penerapan bimbingan konseling pada siswa terutama dalam hal pengelolaan bimbingan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi bimbingan konseling.

5 Yang menarik pada hal tersebut di MTs Mambaul Hasan Sumberrejo Paiton Probolinggo ini nilai-nilai pembentukan karakter sangat diterapkan dan yang paling berperan aktiv dilapangan adalah petugas BK yang sangat menjunjung tinggi guna untuk memberikan stimulus kepada siswa, contoh kecilnya setiap hampir akan dimulai pelajaran kelas dan setelah upacara bendera selesai, ada semacam yel-yel yang maknanya tertuju pada kedisiplinan, jujur, kerja keras yang salah satunya ada pada tujuan pembangunan karakter bangsa Indonesia, dan kelebihan MTs Mambaul Hasan Sumberrejo Paiton Probolinggo ini dari tahun 2013 kemarin sudah menerapkan Sistem Point Pelanggaran terhadap siswa, yang tujuannya untuk melatih mereka bagaimana cara bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut dan juga melatih kedisiplinan terhadap peserta didik, jadi melihat fenomena diatas sangatlah menarik jika di teliti lebih lanjut, maka dalam hal ini peneliti mengangkat Implementasi Bimbingan Konseling Dalam Membentuk Karakter Bangsa di MTs Mambaul Hasan Sumberrejo Paiton Probolinggo Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan analisis di atas, di MTs Mambaul Hasan Sumberrejo Paiton Probolinggo masih terdapat beberapa problem terkait dengan penyelenggaraan bimbingan konseling, sehingga menarik analisa kritis peneliti untuk mengamati lebih dalam dan membantu mengatasi problem tersebut. Perencanaan, pelaksanaan dan sistem evalusi bimbingan konseling di MTs Mambaul Hasan Sumberrejo Paiton Probolinggo dalam membentuk karakter bangsa disana masih tedapat beberapa kekurangan baik dalam aspek

6 perencanaan, pelaksanaan dan sistem evaluasi bimbingan konseling tersebut. Problem inilah yang melatar belakangi peneliti untuk mengadakan penelitian di lembaga MTs Mambaul Hasan Sumberrejo Paiton Probolinggo. B. FOKUS PENELITIAN Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua rumusan masalah yang akan dicari jawabannya melalui proses penelitian. Perumusan masalah harus disusun secara singkat, jelas, tegas, operasional yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Masalah merupakan bagian kebutuhan seseorang yang harus dipecahkan, karena orang ingin melakukan penelitian yang jelas berhasrat mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, perumusan masalah merupakan sesuatu yang sangat penting yang diharapkan mampu membantu dalam sistematisasi isi dari seluruh proses penilaian karya ilmiah ini. Berdasarkan uraian diatas, maka fokus penelitian ini adalah Implementasi Bimbingan Konseling Dalam Membentuk Karakter Bangsa Di MTs Mambaul Hasan Sumberrejo Paiton Probolinggo Tahun Pelajaran 2013/2014. Sedangkan adanya implementasi bimbingan konseling tersebut terdapat beberapa apsek yang menjadi penunjang pelaksanaan bimbingan konseling yang oleh peneliti di jadikan sebagai sub fokus penelitian ini di antaranya sebagai berikut :

7 1. Bagaimana Perencanaan Bimbingan konseling dalam membentuk Karakter Bangsa di MTs Mambaul Hasan Sumberrejo Paiton Probolinggo Tahun Pelajaran 2013/2014. 2. Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan konseling dalam membentuk Karakter Bangsa di MTs Mambaul Hasan Sumberrejo Paiton Probolinggo Tahun Pelajaran 2013/2014. 3. Bagaimana Sistem Evaluasi Program Bimbingan konseling dalam membentuk Karakter Bangsa di MTs Mambaul Hasan Sumberrejo Paiton Probolinggo Tahun Pelajaran 2013/2014. C. TUJUAN PENELITIAN Bertitik tolak pada sub fokus yang telah di rumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan Bagaimana Perancanaan Bimbingan konseling dalam membentuk Karakter Bangsa di MTs Mambaul Hasan Sumberrejo Paiton Probolinggo Tahun Pelajaran 2013/2014. 2. Mendeskripsikan Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan konseling dalam membentuk Karakter Bangsa di MTs Mambaul Hasan Sumberrejo Paiton Probolinggo Tahun Pelajaran 2013/2014. 3. Mendeskripsikan Bagaimana Sistem Evaluasi Program Bimbingan konseling dalam membentuk Karakter Bangsa di MTs Mambaul Hasan Sumberrejo Paiton Probolinggo Tahun Pelajaran 2013/2014.

8 D. MANFAAT PENELITIAN Sesuai dengan tujuan penelitian, maka secara akademik penelitian tentang Implikasi Bimbingan Konseling dalam Membentuk Pembangunan Karakter Bangsa Terhadap Siswa di MTs Mambaul Hasan Sumberrejo Paiton Probolinggo Tahun pelajaran 2013/2014 ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis. 1. Bagi Peneliti a. Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang penulisan karya ilmiah sebagai bekal awal untuk penelitian lain di masa mendatang. b. Memberikan kontribusi pemikiran baru seputar pengetahuan tentang implementasi bimbingan konseling dalam pembangunan karakter siswa di lembaga pendidikan formal dalam mewujudkan cita-cita bangsa. c. Untuk menambah cakrawala informasi yang berharga bagi calon guru bimbingan dan konseling yang berkeinginan untuk mendalami tentang penanganan dan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. 2. Bagi Lembaga yang Diteliti a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan pertimbangan sebagai landasan dalam menerapkan pembangunan karakter, lebih khusus bagi petugas bimbingan konseling yang sekaligus berfungsi sebagai konselor dalam membantu siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

9 b. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menggugah semangat bagi para guru bimbingan dan konseling di sekolah SMA Sunan kalijaga dan selalu berfikir strategis mengenai apa yang perlu dipersiapkan dan dipenuhinya sehubungan dengan sasaran keahlian dan keterampilannya dalam menghadapi permasalahan peserta didiknya. 3. Bagi STAIN Jember a. Penelitian ini diupayakan dapat memberikan kontribusi dan sumbangsih nuansa ilmiah terhadap STAIN Jember. b. Dapat menjadi tambahan pengembangan keilmuan khususnya dalam pelaksanaan implementasi bimbingan konseling. E. DEFINISI ISTILAH 1. Implementasi Bimbingan dan Konseling Pada prinsipnya bimbingan merupakan pemberian pertolongan atau bantuan dan bantuan atau pertolongan itu merupakan hal yang pokok dalam bimbingan. Tetapi sekalipun bimbingan merupakan pertolongan, namun tidak semua pertolongan dapat disebut bimbingan, orang dapat memberikan pertolongan terhadap anak yang jatuh agar bangkit, tapi ini merupakan bukan bimbingan, pertolongan mempunyai sifat-sifat lain yang harus dipenuhi, bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun. Konseling sebagai terjemahan dari Counseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik

10 Konseling (Counseling) merupakan bagian integral dari bimbingan, konseling merupakan suatu teknik dalam bimbingan, konseling merupakan inti dalam bimbingan, ada yang menyatakan bahwa konseling merupakan jantungnya bimbingan. Dapat disimpulkan disini bahwa implementasi bimbingan dan konseling adalah bagaimana penerapan para petugas bimbimbingan atau konselor dalam pemberian pertolongan mengenai layanan-layanan dan teknik yang di berikan terhadap klien atau siswa. 2. Karakter Bangsa Menurut Simon Philips dalam Buku Refleksi Karakter Bangsa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan, yang mengartikan karakter bangsa sebagai kondisi watak yang merupakan identitas bangsa. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Bangsa disini secara umum dapat diartikan sebagai Kesatuan orang-orang yang sama asal keturunan, adat, agama, dan historisnya.

11 Bangsa adalah sekelompok besar manusia yang memiliki cita-cita moral dan hukun yang terikat menjadi satu karena keinginan dan pengalaman sejarah di masa lalu serta mendiami wilayah suatu Negara. Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa karakter bangsa disini adalah proses pembentukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan apa yang dicita-citakan bangsa sehingga bangsa itu mempunyai identias yang tidak sama dengan bangsa lain. F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini tersusun sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, fokus masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah serta sistematika pembahasan. BAB II: Pada berikut ini akan di paparkan kajian kepustakaan serta literatur yang berhubungan dengan skripsi. Dilanjudkan dengan kajian teori yang memuat pandangan tentang Implementasi Bimbingan Konseling Dalam Membentuk Karakter Bangsa disertai sub-sub pembahasan yang terkait. BAB III : Bab ini memuat metode dan prosedur penelitian yang di dalamnya pendekatan penelitian dan jenis penelitian, lokasi penelitian dengan pertimbangannya, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, keabsahan data. BAB IV: Bab ini memuat laporan hasil penelitian dari judul Implementasi Bimbingan Konseling Dalam Membentuk Karakter Bangsa Di

12 MTs Mambaul Hasan Sumberrejo Paiton Probolinggo Tahun Pelajaran 2013/2014. yang meliputi Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Bimbingan Konseling Dalam Membentuk Karakter Bangsa. BAB V: Bab ini merupakan bab terakhir yang memaparkan tentang kesimpulan dari penelitian yang dilengkapi dengan saran-saran dari penulis dan diakhiri dengan penutup.