BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirih merah merupakan salah satu tanaman yang sudah dikenal luas di

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri.

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan perlindungan terhadap adanya invasi zat-zat asing ke dalam tubuh.

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

HASIL DAN PEMBAHASAN

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

HASIL DAN PEMBAHASAN

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

MEKANISME FAGOSITOSIS. oleh: DAVID CHRISTIANTO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperacae,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: /16-calcium-physiology-flash-cards/)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB VI PEMBAHASAN. Pemberian asam lemak trans dosis 5 % dan 10 % selama 8 minggu dapat

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga family

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

BAB I PENDAHULUAN. orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Demikian juga tubuh manusia yang diciptakan dalam keadaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Candida albicans Pada Plat Resin Akrilik telah dilakukan bulan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella Typhimurium Gambar 1. Salmonella Typhimurium 13 Sistem taksonomi dari Salmonella Typhimurium : 14 Kingdom Phylum Class Ordo Familia Genus Species : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales : Enterobacteriaceae : Salmonella : Salmonella enterica Salmonella enterica serovar Typhimurium merupakan bakteri berbentuk batang gram negatif, anaerob fakultatif dan termasuk dalam enterobacteriaceae. Salmonella Typhimurium merupakan patogen fakultatif intraseluler yang biasa mengakibatkan gastroenteritis. Bakteri ini tidak berspora, besar koloni 2-4 mm, 6

7 berukuran 1-3.5 μm x 0.5-0.8 μm dan gerak positif dengan flagel peritrikh. Bakteri ini tumbuh pada suhu 15-41 O C (Suhu optimum 37.5 O C) dan ph 6-8. 2,13,15 Faktor virulensi yang dimiliki oleh Salmonella Typhimurium adalah : 15 1. Fimbria : untuk perlekatan terhadap sel host dan kolonisasi,namun tidak digunakan untuk bertahan hidup didalam sel. 2. Flagella dan flegellin : flagella digunakan dapat meningkatkan aktivitas invasi Salmonella, sementara di saluran cerna flagellin menginduksi inflamasi. 3. Antigen permukaan : kemampuan kuman hidup intraseluler 4. Endotoksin : toksin yang berasal dari bagian integral dari dinding bakteri 5. Enterotoksin : efek toksik pada usus halus yang diduga berasal dari dinding sel/membran luar. Salmonella Typhimurium dapat menyebabkan gastroenteritis pada manusia, namun pada mencit gejalanya lebih seperti demam tiphoid. Gejala yang timbul pertama kali adalah mual dan muntah yang mereda dalam beberapa jam, kemudian diikuti dengan nyeri abdomen dan demam. Diare merupakan gejala yang paling menonjol, pada kasus yang berat dapat berupa diare yang bercampur darah. Penderita sering kali sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1-5 hari, tetapi terkadang dapat menjadi berat dimana terjadi gangguan keseimbangan elektrolit dan dehidrasi. 2

8 2.2 Respon imun Sistem imun adalah suatu sistem pertahanan tubuh yang kompleks dalam memberikan perlindungan terhadap zat-zat asing yang menginvasi tubuh. Salmonella Typhimurium merupakan zat asing yang di respon oleh tubuh. Respons imun terhadap Salmonella Typhimurium meliputi sistem imun spesifik dan sistem imun nonspesifik. Sistem imun non spesifik (natural) merupakan pertahanan terdepan dan memberikan respon langsung. Respon imun nonspesifik dimulai dari barier fisik seperti kulit, selaput lendir, silia pernapasan, pertahanan biokimia lalu dilanjutkan dengan pengenalan komponen bakteri seperti LPS dan DNA, diikuti dengan pengambilan dan penghancuran bakteri oleh sel fagosit yang memfasilitasi proteksi host terhadap infeksi. Peran ini dilakukan oleh makrofag, sel NK dan neutrofil. 16 Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing. Sistem imun spesifik terdiri dari sistem imun humoral dan sistem imun seluler. Sistem imun spesifik humoral terutama diperankan oleh sel B atau Limfosit B, sedangkan sistem imun spesifik seluler diperankan oleh sel T. Seleksi merupakan proses pematangan limfosit. Seleksi pematangan primer terjadi dalam organ limfoid primer. Interaksi dengan molekul MHC dilakukan untuk menyeleksi sel. Limfosit dengan seleksi positif akan masuk ke jaringan limfoid perifer (sekunder) untuk selanjutnya berproliferasi dan menjadi matang. 16 Sel plasma dapat membentuk antibodi karena sel B dirangsang oleh benda asing sehingga sel B berproliferasi, berdiferensiasi dan berkembang. Fungsi

9 utama antibodi adalah sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya. 16 Sel T terdiri dari beberapa sel dengan fungsi yang berlainan, yaitu Th1, Th2, T delayed type hypersensitivity, Cytotoxic T lymphocyte (CTL) atau Tcytotoxic dan Ts (supresor) atau Th3. Th1 dan Tdth berperan dalam reaksi hipersensitivitas lambat. Th2 merangsang sel B untuk meningkatkan produksi antibodi. CTL berfungsi membunuh sel yang terinfeksi. Ts berfungsi menekan aktivitas sel efektor T yang lain dan sel B. Fungsi utama sistem imun spesifik seluler adalah pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan. Sel CD4+ yang mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba dan sel CD8+ yang membunuh sel terinfeksi. 16,17 Sel T diperlukan untuk ekspresi penuh imunitas terhadap bakteri intraseluler. Aktivasi dan diferensiasi sel B dibantu oleh sel T dengan Cluster designation 4 (CD4). Proteksi utama respons imun spesifik terhadap bakteri intraseluler berupa imunitas seluler, yang terdiri atas dua tipe reaksi, yaitu aktivasi makrofag oleh sel CD4+Th1 dan lisis sel terinfeksi oleh CD8+/CTL. Makrofag yang diaktifkan dapat pula menimbulkan kerusakan jaringan berupa granuloma yang terjadi pada DTH terhadap protein mikroba. CD4+ memberikan respons terhadap peptide antigen-mhc-ii yang mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba dalam fagosom sementara CD8+ memberikan respons terhadap peptide-mhc-i yang berasal dari antigen sitosol dan membunuh sel terinfeksi. 16,17

10 Pembelahan limfosit akan terjadi jika terdapat respon dari antigen serta faktor pertumbuhan yang disekresikan oleh limfosit yang teraktivasi dan sel-sel imun lain. Limfosit akan berdiferensiasi menjadi sel efektor dan sel memori. Sel efektor, misalnya sel Th, CTL dan sel B yang mesekresi antibodi. Beberapa dari sel T dan sel B juga membentuk sel memori. 16,17 2.3 Makrofag Makrofag merupakan salah satu sel dalam sistem fagosit mononuklear yang berperan pada sistem imun yang non spesifik maupun yang spesifik. Makrofag diproduksi oleh sumsum tulang belakang dari sel induk meiloid yang mengalami proliferasi dan dilepas ke dalam darah sesudah satu periode melalui fase monoblas, fase promonosit, fase monosit. Monosit yang telah meninggalkan sirkulasi darah akan mengalami perubahan, untuk kemudian menetap di jaringan sebagai makrofag. 11 Makrofag mempunyai masa hidup yang lebih panjang dari sel polimononuklear yaitu dapat mencapai beberapa bulan bahkan tahun sementara sel polimormononuklear (PMN) hanya hidup selama 2-3 hari. Makrofag dapat berperan fungsional dalam fagositosis maupun perannya sebagai antigen presenting cells (APC). Fungsi utama makrofag dalam imunitas nonspesifik adalah memfagosit partikel asing seperti mikroorganisme, makromolekul seperti antigen dan sel atau jaringan yang mengalami kerusakan atau mati. Makrofag sebagai sel fagosit mampu membunuh mikroorganisme melalui dua mekanisme: 6,9,10

11 a. Proses Oksidatif (oxygen dependent mechanisms) Proses ini terjadi karena penggunaan oksigen yang meningkat akan diubah menjadi reactive oxygen intermediates (ROIs) untuk membunuh mikroorganisme. Hal ini diinisisasi oleh ikatan mikroba terhadap reseptor fagositos dan terjadi fusi fagosomes (phagocytic vacuoles) dengan lisosom yang membentuk fagolysosomes sebagai tempat pembunuhan mikroorganisme. Peningkatan produksi hydrogen peroxide (H 2 O 2 ) dan produksi beberapa senyawa seperti superoxide anion, hydroxyl radicals, single oxygen, myeloperoxidase yang dapat saling bereaksi menghasilkan metabolit oksigen yang toksik sehingga bisa digunakan untuk membunuh mikroba. b. Proses non oksidatif (oxygen independent mechanism) Peningkatan reactive oxygen intermediste (ROIs) membuat makrofag menghasilkan reactive nitrogen intermediates dengan bantuan enzyme seperti hydrolitic enzyme, defensins (cationic protein), lysozyme, lactoferrin dan nitric oxide synthase (inos). Nitric oxide synthase merupakan enzim sitosolik yang diaktifkan oleh TLRs yang dikombinasi dengan IFNγ yang terjadi saat mikroba menginvasi tubuh. Nitric oxide synthase menjadi aktif dan dikatalisis oleh arginin untuk memproduksi nitrit oksid bebas. Fagolisosome adalah tempat terjadinya reaksi fagosit oksidase antara nitrit oksid dengan hidrogen peroksida atau superoksida yang menghasilkan radikal peroxynitrit yang sangat reaktif dan bisa membunuh mikroba.

12 Makrofag yang teraktivasi oleh masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh membuat terjadinya peningkatan produksi ROIs, nitric oxide, dan enzim lisosom. Makrofag akan mensekresi mediator inflamasi untuk memperkuat sistem imun dan respon radang akut. IL-8 membantu menarik neutrofil ke tempat infeksi, IL 12 mengaktivasi sel NK dan memicu differensiasi CD4 menjadi Th1. Reaksi inflamasi dengan peningkatan TNF dan IL-1 memicu terjadinya kemotaksis dengan mengundang chemokines IL-12 untuk menstimulasi makrofag ke lokasi inflamasi, mengaktifkan sitokin IFNγ, tipe I IFNs sitokin antivirus dan IL-10 sebagai penghambat makrofag (pengontrol reaksi sistem imun spesifik), sehingga peningkatan aktivitas makrofag sejalan dengan peningkatan sitokin tersebut. Makrofag yang aktif ikut memperbaiki jaringan yang luka dan terinfeksi dengan menghasilkan growth factors untuk sel endotel dan sel fibroblasts. 18,19 Makrofag merupakan Antigen Presenting Cells (APC) yang mampu menelan antigen yang berbentuk partikel maupun yang larut, kemudian memprosesnya dengan cara degradasi, denaturasi atau modifikasi dan selanjutnya menyajikan fragmen-fragmen antigen tersebut pada sel T. Makrofag melepaskan berbagai metabolit oksigen, melekat dan menghancurkan target ekstra selluler dengan perantaraan limfosit T atau limfosit B. 18,19 2.4 Produksi peroksida H 2 O 2 dengan ion oksigen dan radikal bebas termasuk dalam reactive oxygen species (ROS). ROS adalah produk metabolisme oksigen dalam tubuh normal yang bersifat sangat reaktif, yang disebut radikal bebas adalah radikal

13 superoksid (O - 2 ), radikal hidroksil, (OH - ) dan radikal hidroperoksil (HO - 2 ). H 2 O 2 sendiri bukan suatu radikal bebas. Nilai produksi dan pembersihan ROS berada dalam keadaan seimbang pada tubuh yang sehat. Penambahan oksidan eksogen seperti asap rokok, polusi udara, sinar ultraviolet, radiasi, obat seperti cisplatin dan aminoglikosida, atau asupan kalori yang berlebihan, mengakibatkan pembentukan ROS yang lebih banyak. ROS dapat mengakibatkan kerusakan deoxyribonucleic acid (DNA), oksidasi polysaturated fatty acid lemak atau peroksidasi lipid, dan oksidasi asam amino protein yang berujung kematian sel. 20 Sumber utama H 2 O 2 (hidrogen peroksida) adalah mitokondria. Selama proses respirasi seluler di mitokondria, O2 akan berperan dalam pembentukan ATP, namun sebagian O2 akan tereduksi menjadi superoksida. Superoksida akan tereduksi lagi menjadi H 2 O 2 dengan perantaraan enzim superokside dismutase. 20 Pemberian obat tertentu juga seperti Ciprofloxacin dapat merangsang pembentukan H 2 O 2 untuk menyebabkan kerusakan DNA pada bakteri. Hidrogen peroksida atau biasa disingkat peroksida memiliki sifat yang menguntungkan yaitu sebagai bagian dari sitem pertahanan tubuh. 20 Interaksi antara reseptor yang ada di permukaan makrofag dengan ligannya dapat menyebabkan timbulnya lonjakan respirasi. Lonjakan respirasi akan menghasilkan perubahan aktivitas kompleks oksidasi pada membran dan reduksi oksigen menjadi superoksida. Superoksida yang terbentuk secara cepat akan diubah menjadi hidrogen peroksida dan hidroksil radikal yang mempunyai aktivitas mikrobisidal oksidatif baik di dalam fagosom maupun di lingkungan

14 ekstraselular. Anion superoksida, hidrogen peroksida dan hidroksil radikal yang terbentuk ini disebut dengan Reactive Oxygen Intermediates (ROIs). 18 2.5 Sirih merah Sirih merah secara ilmiah dikenal dengan nama Piper crocatum yang termasuk dalam familia Piperaceae. Sistem taksonomi dari sirih merah adalah : Kingdom : Plantae (tumbuhan) Subkingdom : Ttracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) : Magnolidae : Piperales : Piperaceae (suku sirih-sirihan) : Piper : Piper crocatum Ruiz & Pav Gambar 2. Daun sirih merah

15 Sirih merah merupakan tanaman yang merambat dan bisa mencapai 10-15 meter. Batangnya bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Batang sirih berkayu lunak, berjalur, dan beruas dengan jarak buku 5 10 cm di setiap buku bakal akar Daunnya bertangkai membentuk jantung dengan bagian atas meruncing bertepi rata dan permukaan mengkilap dan tidak berbulu. Panjang daunnya bisa mencapai 15 20 cm. Warna daun bagian atas hijau bercorak putih keabu-abuan. Bagian bawah daun berwarna merah hati cerah. Daunnya berlendir, berasa pahit, dan beraroma wangi yang lebih tajam dari sirih hijau. 21 Tanaman sirih merah menyukai tempat teduh, berhawa sejuk dengan sinar matahari 60-75%, dapat tumbuh pada subur dan bagus pada daerah pengunungan. Bila tumbuh pada daerah panas dan sinar matahari langsung, batangnya akan cepat mengering, selain itu warna merah daunnya cepat pudar. 21 Tanaman sirih merah mengandung senyawa fitokimia yakni alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid. Alkaloid merupakan senyawa fitokimia yang paling banyak di produksi sirih merah. Kandungan kimia lainnya yang terdapat di daun sirih merah adalah minyak atsiri, hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, allylprokatekol, karvakrol, eugenol, p-cymene, cineole, caryofelen, kadimen estragol, terpenena, dan fenil propada. 22 Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri 1 4,2%, air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C, yodium, gula dan pati. Minyak atsiri juga mengandung fenol alam yang mempunyai daya antiseptik 5 kali lebih kuat dibandingkan fenol biasa. 21

16 Tanin termasuk senyawa polifenol alami yang mengandung gugus hidroksi fenolik dan karboksil dengan bobot molekul 300 5000 Dalton. Senyawa tanin terdiri dari katekin, leukoantosianin, dan asam hidroksi (asam galat, asam kafeat, dan klorogenat) serta ester dari asam-asam tersebut, yaitu 3-galoilepikatekin, 3- galoilgalokatekin, dan fenil kafeat. Senyawa lainnya, steroid dan triterpenoid, berasal dari biosintesis skualena, kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau asam karbohidrat.tanin mempunyai daya aktivitas antibakteri dengan cara mempresipitasi protein. Efek antibakteri tanin antara lain melalui reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik. 21 Saponin adalah deterjen atau glikosida alami yang mempunyai sifat aktif permukaan yang bersifat amfifilik, mempunyai berat molekul besar dan struktur molekulnya terdiri dari aglikon steroid atau triterpen yang disebut dengan sapogenin dan glikon yang mengandung satu atau lebih rantai gula. Saponin bertindak sebagai pengemulsi dan dapat menstabilisasi antarmuka minyak/air dan juga mempunyai kemampuan untuk melarutkan monogliserida. Aktivitas tersebut membuat saponin mampu mengemulsi lemak. Saponin juga diduga dapat mencegah miselisasi kolesterol selama pencernaan di usus halus, sehingga dapat mengurangi tersedianya kolesterol untuk penyerapan ke enterosit. Saponin diduga menghambat penyerapan kolesterol dari misel dan menghambat penyerapan kembali asam empedu dan sintesis kolesterol Penghambatan penyerapan kembali asam empedu dari usus memacu metabolisme kolesterol pada hati kemudian mengkonversinya menjadi asam empedu. 23

17 Alkaloid merupakan senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, umumnya berupa asam amino. Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanismenya dengan mengganggu komponen penyusun peptodoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. 21,24 Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol yang terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh. Menurut strukturnya, flavonoid mengandung atom karbon dalam inti dasarnya yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. 25 Senyawa flavonoid dapat meningkatkan aktivitas IL-2 dan proliferasi limfosit. Proliferasi limfosit akan mempengaruhi sel CD4+, kemudian menyebabkan sel Th1 teraktivasi. Sel Th1 yang teraktivasi akan mempengaruhi SMAF (Spesific Makrofag Activating Factor) yang dapat mengaktifkan makrofag sehingga makrofag mengalami peningkatan metabolik, motilitas dan aktivitas fagositosis secara cepat dan lebih efisien dalam membunuh mikroorganisme patogen. 7,8

18 2.6 Kerangka teori Ekstrak Daun Sirih Merah Limfosit Flavonoid IL 2 CD4 + Salmonella Typhimurium Th1 Sistem Imun SMAF Makrofag APC Spesifik Non Spesifik Fagositosis Humoral Seluler Sel B Sel T Oksidatif Non Oksidatif Tdth Th 1 Th 3 Th 2 CTL Produksi Peroksida Makrofag Gambar 3. Kerangka teori

19 Sirih merah mengandung senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid dapat meningkatkan aktivitas IL-2 dan proliferasi limfosit. Proliferasi limfosit akan mempengaruhi sel CD4+, kemudian menyebabkan sel Th1 teraktivasi. Sel Th1 yang teraktivasi akan mempengaruhi SMAF (Spesific Makrofag Activating Factor) yang dapat mengaktifkan makrofag sehingga makrofag mengalami peningkatan metabolik, motilitas dan aktivitas fagositosis secara cepat dan lebih efisien dalam membunuh mikroorganisme patogen. Makrofag berperan sebagai APC dan fagositosis. Fagositosis pada makrofag memiliki 2 mekanisme yaitu oksidatif dan non oksidatif. Proses oksidatif nantinya akan menghasilkan peroksida yang mana dalam penelitian ini sebagai variabel tergantung. Bakteri Salmonella Typhimurium juga merangsang sistem imun Sistem imun yang digunakan untuk melawan bakteri Salmonella Typhimurium adalah sistem imun spesifik dan non spesifik. Sistem imun spesifik terdiri atas humoral dan seluler. Humoral dipengaruhi oleh sel B sebagai memori, sedangkan seluler dipengaruhi oleh sel T yang terdiri dari CTL, Tdth, Th1, Th 2, dan Th 3. Sistem imun non spesifik melibatkan makrofag. 2.7 Kerangka konsep Ekstrak sirih merah Produksi peroksida makrofag Gambar 4. Kerangka konsep Penelitian ini menggunakan ekstrak sirih merah untuk melihat ada tidaknya perbedaan produksi peroksida.

20 2.8 Hipotesis 2.8.1 Hipotesis mayor Pemberian ektrak daun sirih merah dosis bertingkat akan memberikan pengaruh dalam meningkatkan produksi peroksida makrofag mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella Typhimurium. 2.8.2 Hipotesis minor a. Produksi peroksida makrofag mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella Typhimurium pada kelompok yang diberi ekstrak daun sirih merah dosis 10 mg/mencit/hari lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi ekstrak daun sirih merah. b. Produksi peroksida makrofag mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella Typhimurium pada kelompok yang diberi ekstrak daun sirih merah dosis 30 mg/mencit/hari lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi ekstrak daun sirih merah. c. Produksi peroksida makrofag mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella Typhimurium kelompok yang diberi ekstrak daun sirih merah dosis 100 mg/mencit/hari lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi ekstrak daun sirih merah. d. Terdapat perbedaan produksi peroksida makrofag mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella Typhimurium antara kelompok yang diberi ekstrak daun sirih merah dengan dosis yang berbeda-beda yaitu 10 mg/mecit/hari, 30 mg/mencit/hari, dan 100 mg/ mencit/hari.