BAB I PENDAHULUAN. disusun dalam suatu sistem pertahanan semesta, tidak agresif dan tidak. besar Indonesia ke dalam jajaran militer terkuat di dunia.

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDONESIA BELUM MERATIFIKASI. This research aims to explain Cluster munition, The Republic of Indonesia

BAB IV ALASAN INDONESIA BELUM MERATIFIKASI KONVENSI BOM CLUSTER. masyarakat sipil yang sedang beraktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL PADA KONDISI PERANG MENGGUNAKAN CLUSTER BOMBS DAN KAITANNYA DENGAN TEORI JUST WAR

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. diperhitungkan baik dalam skala regional maupun global (Ganewati

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

BAB III KONVENSI BOM CLUSTER. masalah dalam negeri masing-masing negara. dunia internasional mengadakan suatu konvensi pelarangan penggunaan Bom

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Otoritas Nasional Senjata Kimia, yang selanjutnya di

Perkiraan korban ranjau/erw yang selamat Tidak diketahui tapi setidaknya 40 orang

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

2016, No Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran Republik Ind

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Polandia, selanjutnya disebut Para Pihak :

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB I PENDAHULUAN. bahaya narkotika, ilegal fishing, dan perusakan lingkungan. Oleh karena itu,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

Dalam dua dekade terakhir, tren jumlah negara yang melakukan eksekusi hukuman mati menurun

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG TERSENDIRI MENGENAI MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT: PERLUKAH? 1

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Sosialis Vietnam (selanjutnya disebut "Para Pihak"),

BAB I PENDAHULUAN. yahudi di tanah yang mereka kuasai saat itu. Hal tersebut membuat Israel selalu

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : Uci Sanusi, SH., MH

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Dalam hubungan industrial di Indonesia, setiap permasalahan yang terjadi di tingkat perusahaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Disampaikan Oleh : Drs. Ali Mochtar Ngabalin, M.Si. Anggota No. A-12. Bismillahorrahmanirrahim, Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sistem pertahanan dan keamanan terbaik. Seperti menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa. Pertahanan negara bagi bangsa Indonesia disusun dalam suatu sistem pertahanan semesta, tidak agresif dan tidak ekspansif dalam rangka melindungi kepentingan nasional. Indonesia mempunyai senjata yang canggih dan kemampuan tentara Indonesia yang diatas rata-rata membuat Indonesia menjadi salah satu negara terkuat di dunia. Dengan kekuatan militer yang dimilikinya ini Indonesia banyak disegani dan ditakuti oleh negara-negara di dunia. Hal ini di buktikan dengan masuknya peringkat 12 besar Indonesia ke dalam jajaran militer terkuat di dunia. Kepemilikan senjata yang canggih dan salah satu senjata yang dimiliki oleh Indonesia adalah Ranjau. Indonesia menyimpan Ranjau sebanyak 4.978 buah Ranjau untuk keperluan pelatihan di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan Departemen Pertahanan RI. Indonesia menyimpan 2.531 Ranjau tipe PMA-1, 1.500 Ranjau tipe PMRS, dan 947 bagian-bagian Ranjau tipe K-440. 1 Indonesia tidak menyediakan keterangan 1 http://www.the-monitor.org/media/1672458/indonesia-indonesian.pdf, diakses pada 15 Desember 2016 1

yang lebih detil dan spesifik mengenai bagaimana ranjau-ranjau tersebut akan digunakan, tetapi Indonesia akan menggunakannya sebagai materi pengajaran atau instruksi untuk meningkatkan kemampuan identifikasi, deteksi, dan pemusnahan Ranjau secara umum, terutama untuk tujuan persiapan partisipasi Indonesia di operasi-operasi pasukan penjaga perdamaian Peserikatan Bangsa Bangsa (PBB). 2 Pejabat Departemen Luar Negeri RI memberikan indikasi bahwa program pelatihan semacam itu masih dalam tahap perencanaan. Selain Ranjau tipe PMA-1, Ranjau tipe PMRS, dan Ranjau tipe K-440. Selain Indonesia memiliki persenjataan seperti Ranjau, Indonesia juga memiliki Bom Cluster jenis CBU MAT-1 dan TAL-1 produksi 1971-1982. 3 Bom Cluster adalah salah satu teknologi pesenjataan yang digunakan beberapa negara dalam perang. Senjata jenis ini mampu mengeluarkan bombom kecil yang menyebar ke wilayah sasaran. Namun, hal yang berbahaya dari senjata ini adalah kegagalan bom-bom kecil yang tidak meledak pada saat bersamaan jatuh di sasaran. Jeda waktu peluncuran dan kegagalan ledakan ini bisa mengenai masyarakat sipil yang beraktivitas di wilayah tersebut sedangkan target serangan sudah bergerak. 4 2 http://www.the-monitor.org/media/1672458/indonesia-indonesian.pdf, diakses pada 15 Desember 2016 3 Departemen Ilmu Hubungan Internasional. (2016, Oktober 03). Menuju Universalisasi Convention on Cluster Munitions. Retrieved Juli 20, 2017, from Fakultas Fisipol HI UGM. 4 Mines Action Canada. (2009). BANNING CLUSTER MUNITIONS Government Policy and Practice. Canada: Printed and bound in Canada. 2

Bom Cluster memang merupakan masalah bagi masyarakat sipil karena bom-bom kecil yang tidak meledak didaratan atau sasaran, sewaktu-waktu akan meledak. Kondisi inilah yang membahayakan masyarakat sipil. Korban tidak dapat dicegah, karena bom tersebut tersebar di area terbuka. Target serangan ini yang disebut sebagai countervalue target, yaitu terdiri dari pabrik, rel kereta api, bandara sipil, dan pembangkit listrik. Meskipun targetnya bukanlah masyarakat, namun menargetkan pengemboman pada countervalue biasanya akan membahayakan masyarakat sipil. 5 Dunia internasional nampaknya perlu untuk mengadakan suatu konvensi pelarangan penggunaan Bom Cluster dalam peperangan. Hal ini kemudian diwujudkan dengan diadakannya Convention on Cluster Munition (CCM). Convention on Cluster Munition (CCM) ditandatangani di Oslo, Norwegia pada 03 Desember 2008. Tujuan dari konvensi ini adalah larangan untuk menggunakan, memproduksi, transfer, dan menyimpan Bom Cluster. Secara jelas konvensi ini mengatur pembersihan lokasi dari bahaya sisasisa Bom Cluster yang tidak meledak. Bahkan secara eksplisit menyebutkan jangka waktu aktivitas pembersihan yaitu selama tidak lebih dari sepuluh tahun sejak bergabungnya negara dengan konvensi ini. 6 5 http://iisip.ac.id/content/cluster-bombs-dan-teori-just-war-perlindungan-sipil- dalamkondisi-perang diakses 15 Desember 2016. 6 https://www.icrc.org/eng/assets/files/other/icrc_002_0961.pdf. Convention on Cluster Munitions artikel 3, diakses 15 Desember 2016 3

Ada beberapa negara yang sudah dan belum meratifikasi Convention on Cluster on Munitions (CCM). sejauh ini sudah ditandatangani oleh 118 negara tapi baru diratifikasi oleh 98 negara, di antaranya Afghanistan, Australia, Inggris, Irak, Jerman, Kanada, dan lain-lain. Sisanya terdapat 20 negara yang sudah menandatangani konvensi, tetapi belum meratifikasi konvensi tersebut seperti negara Angola, Indonesia, Madagascar, Filipina, Nigeria, Kenya, Tanzania, Uganda dan lain-lain. Produsen terpenting Bom Cluster seperti Amerika Serikat, Rusia dan China hingga saat ini belum menandatangani konvensi tersebut. Arab Saudi dan Israel merupakan pengguna Bom Cluster juga menolak kesepakatan tersebut. Indonesia telah bergabung dengan 118 negara dengan menandatangani Konvensi Bom Cluster pada tanggal 3 Desember 2008 untuk melarang penggunaan Bom Cluster dan mengakhiri penderitaan yang ditimbulkan, tetapi sampai dengan sekarang pemerintah Indonesia belum meratifikasi konvensi Bom Cluster. Padahal ratifikasi konvensi Bom Cluster tersebut sangat penting karena Indonesia sebagai negara terpadat keempat di dunia dan dapat mempengaruhi gerakan untuk mendorong dunia yang bebas ranjau. 7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di rumuskan suatu permasalahan: Mengapa Indonesia belum meratifikasi konvensi Bom Cluster? 7 Mines Action Canada. (2009). BANNING CLUSTER MUNITIONS Government Policy and Practice. Canada: Printed and bound in Canada. 4

C. Landasan Teori Teori Pembuatan Keputusan Luar Negeri Menurut William D.Coplin Kebijakan luar negeri suatu negara pada umumnya merupakan hasil dari serangkain keputusan yang berkaitan dengan fenomena antar bangsa. Menurut William D.Coplin sendiri, bahwa kebijakan luar negeri suatu negara merupakan hasil dari tiga konsiderasi yang mempengaruhi para pengambil keputusan luar negeri. Ketiga konsiderasi tersebut yaitu; pertama, kondisi politik domestik, kedua adalah kondisi ekonomi dan militer dan ketiga adalah konteks internasional. Berikut adalah model Teori Pengambilan Keputusan Luar Negeri menurut William D. Coplin. Gambar 1. 1 Model Proses Pengambilan Keputusan Luar Negeri Menurut William D. Coplin. Politik dalam negeri Pengambilan keputusan Tindakan politik luar negeri Konteks internasional (Suatu produk tindakan politik luar negeri seluruh negara pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, yang mungkin atau yang diantisipasi) Kondisi ekonomi dan militer 5

a. Kondisi Politik Domestik Menurut William D.Coplin, politik dalam negeri suatu negara memiliki peranan penting yang berkaitan dengan proses penyusunan politik luar negeri negara tersebut. Coplin menjelaskan lebih jauh terkait politik dalam negeri dengan fokus penjelasan pada adanya peran aktoraktor politik dalam negeri di dalam penyusunan suatu keputusan politik luar negeri suatu negara. Aktor-aktor tersebut dikenal dengan policy influecers (aktor yang mempengaruhi kebijakan). Dalam hal ini, policy influencers bertindak sebagai faktor pendorong penyusunan suatu politik luar negeri. Aktor tersebut ialah birokrasi, partai dan kepentingan massa. 8 Sistem Politik Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk Republik, di mana kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Indonesia menganut Sistem Pemerintahan Presidensil, dimana Presiden berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. 9 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memiliki wewenang dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan 8 Marbun, W. D. (1992). Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis Edisi kedua. Bandung: Sinar Baru. 9 http://www.abc.net.au/ra/federasi/tema1/indon_pol_chart.pdf, diakses pada 20 Januari 2017 6

UU, APBN, kebijakan pemerintah dan menyusun rancangan UU 10. Kementerian pertahanan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang pertahanan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. 11 Presiden, Kemenhan dan DPR RI ketiga aktor tersebut adalah pembuat keputusan luar negeri, namun dalam isu Konvensi Bom Cluster tersebut adanya permasalahan dalam sistem politik Indonesia yakni terjadinya tarik menarik antara peran Presiden, Kemehan dan DPR RI. Hal ini dapat dibuktikan dengan Presiden Joko Widodo yang bukan background dari militer dan pada pemerintahan era Presiden Joko Widodo juga yang berfokus pada permasalahan perekonomian, Presiden Joko Widodo juga tidak pernah membicarakan isu ratifikasi Bom Cluster Selain itu, Kementerian Pertahanan yang beranggapan bahwa Bom Cluster berbahaya karena tidak mampu membedakan target. Tetapi keputusan tetap ada di Presiden dan pada era Presiden Joko Widodo isu tersebut tidak pernah di bicarakan sehingga isu tersebut tidak sampai kepada DPR RI Komisi 1 selaku pembuat kebijakan tentang ratifikasi konvensi Bom Cluster. 12 Sehingga, DPR RI Komisi 1 tidak dapat menghasilkan keputusan atau kebijakan mengenai konvensi 10 http://www.dpr.go.id/tentang/tugas-wewenang, diakses pada 20 Januari 2017 11 https://www.kemhan.go.id/tugas-dan-fungsi, diakses pada 20 Januari 2017 12 H. Ahmad Hanafi Rais, S. M. (2017, Februari 06). ratifikasi konvensi Bom Cluster. (S. Zadidah, Interviewer) 7

Bom Cluster yang dikarenakan belum adanya rancangan mengenai ratifikasi konvensi bom cluster yang diusulkan oleh pemerintah. b. Kondisi Ekonomi dan Militer Dalam proses penyusunan politik luar negeri, Coplin berasumsi bahwa pertimbangan pada aspek kondisi ekonomi dan militer negara menjadi salah satu faktor pendorong para aktor pembuat kebijakan politik luar negeri merumuskan suatu formulasi politik luar negerinya di dunia internasional. Coplin menjelaskan bahwa tingkat kemampuan ekonomi dan militer negara sangat mempengaruhi bentuk politik luar negeri negaranya di tatanan global. 13 Dalam penelitian, pada Era Presiden Joko Widodo kondisi ekonomi Indonesia sedang surut dimana menyusul naiknya kekhawatiran mengenai korupsi, proteksionisme dan telah melambat dalam beberapa bulan terakhir serta defisit yang semakin tinggi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 18 bulan terakhir ini melemah. Kondisi militer di Indonesia pada 3 tahun terakhir berkembang sangat pesat dengan terbuktinya Indonesia masuk dalam peringkat ke-12 ke dalam jajaran militer terkuat di dunia 14. Tidak dapat dipungkiri bahwa kekuatan militer di Indonesia diakui dan ditakuti dunia. Ini kemudian yang mempengerahui Presiden Joko Widodo tidak 13 Marbun, W. D. (1992). Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis Edisi Kedua. Bandung : Sinar Baru. Retrieved juni 20, 2017 14 http://www.indomiliter.com/, diakses pada 21 januari 2017 8

pernah membahas isu ratifikasi Konvensi Bom Cluster sehingga isu tidak sampai kepada pembuat kebijakan dan isu tersebut tenggelam. c. Konteks Internasional Menurut Coplin dalam teorinya, kondisi internasional atau konteks Internasional menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas politik luar negeri suatu negara. Terdapat tiga elemen utama kondisi internasional yang mempengaruhi penyusunan politik luar negeri tersebut yaitu, kondisi geografis, ekonomi dan politik di di pusaran politik internasional. 15 Secara geografis indonesia terletak di antara 2 benua, yaitu benua Australia dan benua Asia, serta terletak di antara 2 samudra, yaitu samudra Hindia dan samudra Pasifik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Indonesia berada pada posisi silang dunia (world cross position). Pada posisi seperti ini, Indonesia menjadi pusat jalur lalu lintas dunia dan dianggap memiliki posisi yang strategis. Terbukti dengan banyak negara yang bekerjasama dengan Indonesia. Amerika Serikat dan China adalah negara-negara yang sudah lama menjalin kerjasama dengan Indonesia. Dalam isu konvensi Bom Cluster, adanya peran dari Amerika Serikat dan China dalam kebijakan politik luar negeri kedua negara tersebut yang menjadi acuan kebijakan politik luar negeri Indonesia. Indonesia dan Amerika serikat dengan backround sistem politik yang sama yaitu 15 Marbun, W. D. (1992). Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis Edisi Kedua. Bandung : Sinar Baru. Retrieved juni 20, 2017 9

demokrasi. Selain itu, Indonesia dan Amerika Serikat memiliki kebijakan politik luar negeri yang sama yaitu bidang keamanan dalam memberantas terrorisme, dengan kebijakan politik luar negeri tersebut Indonesia dan Amerika Serikat bekerjasama untuk memberantas terrorisme di dunia internasional. China memiliki kebijakan politik luar negeri dalam bidang militer dalam bentuk upaya China untuk mewujudkan komitmen sebagai negara militer terkuat. Selain hal tersebut, kerjasama militer merupakan bentuk kesungguhan China dalam turut berpartisipasi mewujudkan stabilitas keamanan global dan mengamankan kepentingan nasionalnya. Terbukti dengan diperkirakannya belanja militer China pada tahun 2020 akan menyamai Amerika Serikat. Fakta tersebut akan menjadi bagian untuk menjelaskan faktor determinan ketiga sebagai consideran yang mempengaruhi pembuat kebijakan politik luar negeri Indonesia terkait faktor yang mempengaruhi Indonesia belum meratifikasi konvensi Bom Cluster. D. Hipotesa Indonesia belum meratifikasi konvensi Bom Cluster karena beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu: 1. Kondisi politik domestik berupa terjadi tarik-menarik antara Presiden, DPR RI, dan TNI dalam proses pembuatan politik dalam negeri Indonesia pada era Presiden Joko Widodo. 10

2. Kondisi ekonomi dan militer berupa orientasi pemerintah Indonesia mengarah pada permasalahan ekonomi, sehingga isu konvensi Bom Cluster kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. 3. Konteks internasional berupa negara-negara yang menjadi acuan politik luar negeri Indonesia seperti Amerika Serikat dan China tidak meratifikasi Konvensi Bom Cluster sehingga Indonesia tidak mertifikasi Konvensi tersebut. E. Jangkauan Penelitian Dalam skripsi ini mengenai faktor yang mempengaruhi Indonesia belum meratifikasi konvensi Bom Cluster, penulis memberikan batasan penelitian dari tahun 2014 2017 Era Presiden Joko Widodo. F. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dalam hal ini dilakukan dengan studi kepustakaan atau library research. Oleh karena itu, data yang akan diolah adalah data sekunder yang berasal dari literatur-literatur, makalah ilmiah, jurnal, internet, dan sumber-sumber lain. Penulis juga menggunakan wawancara. G. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini untuk: 1. Mengetahui tentang alasan Indonesia belum Meratifikasi konvensi Bom Cluster pada era Presiden Joko Widodo. 11

2. Menjelaskan Faktor yang mempengaruhi Indonesia belum meratifikasi konvensi Bom Cluster. 3. Penulisan skripsi ini juga ditujukan untukmemperoleh Predikat Strata I pada program studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. H. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian skripsi ini adalah dapat mengetahui persenjataan yang sangat berbahaya dan cara penggunaan senjata tersebut sehingga tidak merugikan banyak orang. Dalam skripsi ini pemerintah di harapkan lebih peduli dalam menangani kasus persenjataan khususnya tentang pelarangan penggunaan, produksi dan penyimpanan Bom Cluster untuk kesejahteraan masyarakatnya. Penelitian ini juga berguna bagi militer untuk tidak menggunakan Bom Cluster dalam peperangan. I. Sistematika Penulisan BAB I Memaparkan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Landasan Teori, Hipotesa, Jangkauan Penelitian, Metode Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika penulisan. BAB II Mendeskripsikan tentang Persenjataan di Indonesia dan Kebijakan Konvensi Bom Cluster di Indonesia. BAB III 12

Berisi tentang Definisi Bom Cluster, Ancaman Bagi Warga Sipil, Konvensi Bom Cluster, Negara-negara Yang Pernah Menggunakan Bom Cluster, dan Negara-negara Yang Sudah dan Belum Meratifikasi Konvensi Bom Cluster. BAB IV Menjelaskan Faktor yang memperngaruhi Indonesia belum meratifikasi konvensi Bom Cluster. 1. Kondisi politik domestic berupa tarik-menarik antara Presiden, Kemenhan dan DPR RI. 2. Kondisi ekonomi dan militer berupa prioritas program pemerintah pada masalah ekonomi. 3. Konteks internasional kecenderungan persamaan politik luar negeri Indonesia terrhadap Amerika Serikat dan China. BAB V Berisi tentang Kesimpulan, Penutup dan Referensi. 13