ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

dokumen-dokumen yang mirip
IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan harga saham di Indonesia relatif mengalami fluktuasi. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Tinjauan Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. dan profesi yang berkaitan dengan efek (Martalena dan Malinda, 2011:3). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. dan krisis moneter terjadi pada tahun yang memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang

1.PENDAHULUAN. bentuk investasi adalah saham. Saham merupakan surat berharga yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

PROSPEK DUNIA USAHA DAN PEMBIAYAANNYA OLEH PERBANKAN SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA TGL. 7 J J U U N N II

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peran perbankan dan

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I PENDAHULUAN. saham akan bereaksi negatif bila terjadi kemelut dalam negeri seperti kerusuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan para pemodal (investor) untuk melakukan diversifikasi

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam berawal dari krisis moneter pada bulan Juli-Agustus Krisis

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Obligasi merupakan salah satu surat utang yang termasuk dalam sekuritas jangka

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. Konsep keuangan berbasis syariah Islam (Islamic finance) dewasa ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market)

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy) mengurangi beban negara (Samsul, 2006: 43).

SURVEI PERSEPSI PASAR

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

OVERVIEW 1/20

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memutarkan kelebihan dana yang dimilikinya. Menurut Ulfah Khaerani

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

I. PENDAHULUAN. harian bank (cash in vaults), dikurangi kewajiban Giro Wajib Minimum (Reserve

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

Transkripsi:

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute Kinerja dunia perbankan dalam menyalurkan dana ke masyarakat dirasakan masih kurang optimal. Pasar modal dapat melengkapi peranan sistem perbankan sebagai alternatif sumber pembiayaan sehingga ikut mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Sampai April 2004, jumlah dana pihak ketiga di perbankan nasional mencapai sekitar Rp 840 triliun. Dari jumlah ini yang disalurkan dalam bentuk pinjaman hanya mencapai Rp 454 triliun. Menurut data dari Bank Indonesia (BI), rasio kredit terhadap deposito (lending to deposit ratio/ldr) hanya mencapai 43,7 persen sampai dengan akhir tahun 2003. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan keadaan di negara-negara tetangga kita. Di Thailand misalnya, LDR mencapai 52,3 persen pada tahun 2003. Lebih jauh lagi, penyaluran dana yang ada di sistem perbankan ke kegiatan investasi perusahaan belum terjadi secara optimal. Walaupun telah terjadi pertumbuhan kredit yang cukup signifikan pada tahun 2004, pertumbuhan ini terutama terjadi pada kredit konsumsi. Akibatnya, sampai dengan bulan April 2004 pangsa dari kredit konsumsi meningkat sampai 33,7 persen dari total kredit rupiah yang disalurkan oleh perbankan. Sedangkan pangsa untuk kredit investasi hanya mencapai 17,9 persen. Sementara itu, usaha BI untuk memberi stimulus moneter dengan menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) belum memberikan dampak yang terlalu signifikan terhadap kegiatan berinvestasi. Hal ini mungkin berhubungan dengan fakta bahwa suku bunga pinjaman tidak turun setajam suku bunga SBI, sehingga insentif kalangan bisnis untuk melakukan kegiatan investasi tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Akibatnya, ada cukup banyak dana masyarakat yang tidak digunakan secara optimal untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Pasar modal membantu adakah cara lain agar dana masyarakat dapat dimanfaatkan dengan lebih optimal? Salah satu solusi alternatif untuk mengoptimalkan penyaluran dana masyarakat adalah dengan menciptakan pasar modal yang likuid. Pasar modal (pasar saham dan obligasi) dapat berlaku sebagai sumber pembiayaan alternatif selain bank. Tersedianya sumber pembiayaan alternatif, bukan saja akan membantu

memuluskan pendanaan perusahaan, tetapi juga mendisiplinkan tingkah laku perbankan dalam memberikan pinjaman. Misalnya, dunia perbankan akan lebih serius dalam menghitung suku bunga pinjaman sehingga suku bunga pinjaman yang diberikan akan lebih merefleksikan risiko kredit dengan lebih akurat. Hal ini disebabkan calon peminjam akan lari ke pasar modal bila suku bunga yang ditawarkan bank terlalu tinggi. Karena pasar modal lebih responsif terhadap perubahan kebijakan suku bunga, kompetisi antara bank dan pasar modal akan dapat membuat suku bunga pinjaman perbankan dapat turun/naik lebih cepat sesuai dengan kebijakan otoritas moneter. Untuk dapat berperan dengan optimal dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, pasar modal haruslah likuid. Pada umumnya investor enggan melakukan komitmen investasi berjangka panjang, dan lebih merasa aman dengan investasi berjangka lebih pendek. Pasar modal yang likuid dapat mengurangi keengganan melakukan investasi dalam proyek berjangka panjang karena investor dapat menjual saham/obligasi yang dimilikinya (karena kebutuhan dana yang mendesak, misalnya) dengan mudah. Di samping itu, pasar modal (saham dan obligasi) yang likuid memberi kemudahan kepada investor untuk melakukan investasi pada instrumen-instrumen dengan risiko dan imbal hasil (return) yang lebih bervariasi. Dengan kata lain, investor dapat melakukan diversifikasi/alokasi aset dengan lebih baik. Sementara itu, dunia usaha dapat memperoleh akses yang permanen ke dana jangka panjang dengan melalui penerbitan saham ataupun obligasi. Dengan demikian, suatu bursa saham yang likuid akan dapat membantu dunia usaha untuk pembiayaan proyek berjangka panjang yang memberikan return lebih tinggi. Kegiatan investasi ini pada akhirnya akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Perkembangan. Bursa saham kita telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dari sisi kapitalisasi pasar, misalnya, kapitalisasi pasar kita pernah mencapai sampai 40,4 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 1996. Namun, krisis ekonomi yang melanda kita telah memberikan dampak negatif terhadap pasar modal. Berbagai perkembangan yang kurang menguntungkan telah menghalangi perkembangan bursa saham pascakrisis. Masalah stabilitas politik, masalah ketidak pastian hukum, masalah otonomi daerah, masalah belum tuntasnya restrukturisasi utang perusahaan-perusahaan di Indonesia, dan masalah dunia perbankan telah

memperburuk iklim investasi di Indonesia. Hal itu juga turut mengurangi daya tarik berinvestasi di pasar saham. Tetapi dalam tiga tahun terakhir ini, terlihat perkembangan yang cukup positif, di mana kapitalisasi pasar mengalami kenaikan yang konsisten. Keadaan makro-ekonomi yang stabil yang terlihat dari laju inflasi yang lebih terkendali, nilai rupiah yang relatif stabil, dan suku bunga yang relatif rendah telah menimbulkan harapan membaiknya kinerja perusahaan. Akibatnya, insentif para investor terhadap saham-saham yang tercatat di bursa kita meningkat sehingga kapitalisasi dan likuiditas dari bursa saham kita terdorong naik. Tahun 2001 kapitalisasi pasar hanya mencapai 14,2 persen dari PDB, tapi angka ini naik menjadi 22,1 persen dari PDB pada akhir tahun 2003 (Tabel 1). Sementara itu, tingkat likuiditas (ekonomi sering menggunakan rasio nilai transaksi terhadap PDB sebagai ukuran likuiditas) menunjukkan sedikit perbaikan. Pada tahun 2001 likuiditas pasar mencapai sekitar 5,8 persen dari PDB. Sedangkan pada tahun 2003, likuiditas pasar naik menjadi 6,0 persen dari PDB. Kecenderungan perbaikan likuiditas ini tampaknya akan berlangsung terus. Ini terlihat dari kenaikan likuiditas yang signifikan dan konsisten sejak Maret 2003 (Grafik 1). Membaiknya likuiditas turut memudahkan program privatisasi yang dilakukan pemerintah akhir-akhir ini, seperti privatisasi Bank Mandiri dan Bank BRI. Hal ini menunjukkan peran penting lain dari bursa saham, yaitu sebagai sumber pembiayaan alternatif bagi pemerintah. Dalam hal ini bursa saham membantu pemerintah dalam menjual aset-asetnya guna menutup defisit anggaran belanja pemerintah juga untuk menciptakan iklim usaha yang lebih kompetitif). Dilihat dari sisi dana yang berhasil disalurkan lewat pasar saham ke dunia usaha (baik melalui primary offering maupun melalui secondary offering) terlihat perkembangan yang cukup positif. Pada tahun 2001 jumlah dana segar yang berhasil dikumpulkan melalui pasar modal mencapai Rp 5,4 triliun dan pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp 14,1 triliun. Hal lain yang patut diperhatikan adalah tampaknya kini investor di bursa saham dapat bereaksi lebih rasional terhadap peristiwa-peristiwa yang mengejutkan. Misalnya, pasar tidak memberikan reaksi yang terlalu berlebihan ketika terjadi ledakan bom Marriott pada bulan Agustus 2003 karena mereka menyadari bahwa dampak ledakan tersebut terhadap fundamental perekonomian tidak terlalu besar. Kapitalisasi dan likuiditas bursa saham yang terus meningkat setelah peristiwa itu menunjukkan reaksi pasar saham lebih rasional. Sementara itu,

pasar obligasi juga memperlihatkan perkembangan yang positif dalam tiga tahun terakhir ini. Pada tahun 2001 total kapitalisasi dari pasar obligasi mencapai 5,6 persen dari PDB, tetapi pada tahun 2003 meningkat menjadi 20,9 persen dari PDB. Dan tingkat likuiditas pun telah mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 3,9 persen dari PDB pada tahun 2001, menjadi 15,7 persen dari PDB pada tahun 2003. Walaupun pasar obligasi didominasi oleh obligasi pemerintah, dana yang disalurkan pasar obligasi kepada dunia usaha di Indonesia tidaklah kecil. Untuk tahun 2003 saja, misalnya, obligasi baru yang diterbitkan oleh korporasi Indonesia mencapai sekitar Rp 24,8 triliun. Data di atas menunjukkan dana yang telah disalurkan melalui pasar modal ke dunia usaha jumlahnya cukup signifikan. Tentunya jumlah dana yang cukup besar ini telah turut memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam mendukung terciptanya pemulihan ekonomi. Catatan Walaupun sudah mengalami peningkatan, likuiditas bursa saham kita baru mencapai 6,0 persen dari PDB pada tahun 2003. Angka ini masih di bawah bursa saham beberapa negara tetangga kita. Likuiditas di bursa saham Thailand misalnya, pada tahun 2003 mencapai 78,6 persen dari PDB-nya, dan di Malaysia mencapai 46,6 persen dari PDB-nya. Hal ini menandakan pasar modal di negara-negara itu telah berperan lebih baik dalam fungsinya sebagai sumber alternatif pembiayaan bagi dunia usaha di negara mereka (ekonom membuktikan indikator yang menunjukkan daya dukung pasar modal terhadap pertumbuhan ekonomi adalah tingkat likuiditas, sementara volatilitas atau indikator lain tak besar pengaruhnya). Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang mendukung terciptanya bursa saham yang lebih likuid dan lebih menarik bagi investor. Pemerintah harus mendorong terciptanya praktik bisnis yang transparan. Misalnya, meningkatkan transparansi dari produk-produk yang dihasilkan perusahaan sekuritas maupun lembaga asuransi. Di samping itu, pemerintah harus juga meningkatkan integritas dari pasar modal. Misalnya, dengan mendorong terciptanya tata kelola perusahaan (good corporate governance) yang baik, memperkuat fungsi pengawasan, mengembangkan infrastruktur yang dapat membantu terciptanya pasar modal yang likuid (termasuk di antaranya meningkatkan kualitas lembaga pemeringkat), menghilangkan peraturan yang tidak jelas, dan menegakkan pelaksanaan peraturan.

Agar pasar modal dapat berperan lebih signifikan sebagai sumber alternatif pembiayaan bagi dunia usaha, perlu dipikirkan usaha-usaha untuk membuat pasar modal kita menjadi lebih likuid dan lebih menarik bagi investor