BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Spears dan Geoch dalam Sardiman AM (2005 : 20) sebagai berikut: berperilaku sebagai hasil dari pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini akan diuraikan beberapa landasan teori tentang perhatian orang

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

1988), 2 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), hlm.364.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

Setelah akhir dari perkuliahan ini, mahasiswa mampu mengembangkan lingkungan pendidikan yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi peserta

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

sehat di dalam kelas. Apabila siswa memiliki nilai yang maksimal maka akan menimbulkan kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi seorang siswa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam

Perkembangan Individu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan di Indonesia ataupun di setiap negara. Indonesia selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

I. PENDAHULUAN. sanggup menghadapi tantangan zaman yang akan datang. Udiono,Tri;2007

BAB I PENDAHULUAN. mereka harus meninggalkan segala hal yang kekanak-kanakan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sebuah harapan, keinginan, tuntutan dan pandangan bersama. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

EFEKTIVITAS METODE KUIS INTERAKTIF DAN EXPLICIT INTRUCTION PADA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STKIP PGRI NGAWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Pacaran Menurut Degenova & Rice (2005, hlm. 112) Pacaran adalah menjalankan suatu hubungan di mana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat mengenal satu sama lain. Istilah pacaran tidak dikenal dalam islam, sementara istilah untuk menjalin hubungan antara laki-laki dan perempuan pranikah, islam hanya mengenal istilah khitbah (meminang). Dapat disimpulkan bahwa berpacaran adalah serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman serta adanya ketertarikan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah. Para ahli mengemukakan ada beberapa alasan mengapa remaja berpacaran di antaranya yaitu: a. Suatu bentuk rekreasi. Menurut Degenova & Rice (2005, hlm. 146) menyebutkan salah satu alasan bagi remaja berpacaran adalah untuk bersantai-santai,menikmati diri mereka sendiri dan memperoleh kesenangan. b. Proses sosialisasi (Padgham & Bliyth dkk dalam Santrock, 2003, hlm. 239), dengan berpacaran akan terjadi interaksi tolong menolong, sebagaimana berteman dengan orang lain. c. Menjalin keakraban dengan lawan jenis, Padgham & Bliyth dkk (Santrock, 2003, hlm. 239) mengemukakan bahwa dengan berpacaran memberikan kesempatan untuk menciptakan hubungan yang unik dengan lawan jenis. Berpacaran juga dapat melatih keterampilan-keterampilan sosial, mengatur waktu, uang dan malatih kemandirian (Degenova & Rice, 2005, hlm. 146). d. Eksperimen dan penggalian hal-hal seksual (Santrock, 2003, hlm 239). Pacaran menjadi lebih berorientasi seksual dengan adanya peningkatan jumlah kaum muda yang semakin tertarik untuk melakukan hubungan intim (Degenova &Rice, 2005, hlm. 146). 8

9 e. Berpacaran dapat menjadi alat untuk memilih dan menyeleksi pasangan dan tetap memainkan fungsi awalnya sebagai masa perkenalan untuk hubungan yang lebih jauh Padgham & Bliyth dkk (Santrock, 2003, hlm. 239). f. Pacaran dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang sikap dan perilaku pasangan satu sama lain, pasangan dapat belajar bagaimana cara mempertahankan hubungan dan bagaimana mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi (Degenova & Rice, 2005, hlm. 146). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alasan remaja berpacaran yaitu sebagai bentuk rekreasi, proses sosialisasi, menjalin keakraban dengan lawan jenis, ekperimen dan penggalian hal-hal seksual, pemilihan teman hidup dan mengembangkan pemahaman sikap. Ada beberapa komponen penting dalam menjalin hubungan pacaran. Komponen-komponen tersebut dalam hubungan akan mempengaruhi kualitas dan kelanggengan hubungan pacaran yang dijalani. Adapun komponen-komponen tersebut antara lain: a. Saling percaya (Trust each other). Menurut Karsner (Sukamadiarti, 2007, hlm. 18), kepercayaan dalam suatu hubungan akan menentukan apakah suatu hubungan akan berlanjut atau akan berhenti. Kepercayaan ini meliputi pemikiran-pemikiran kognitif inidividu tentang apa yang sedang dilakukan oleh pasangannnya. Apabila di dalam hubungan ada ketidakpercayaan, maka didalam hubungan tersebut dapat dikatakan hanya ada cinta, tetapi tidak memiliki keintiman di dalamnya, Sternberg and Barnes dalam (Degenova & Rice, 2005: 145). b. Komunikasi (communication self). Menurut Karsner (Sukamadiarti, 2007, hlm. 18),komunikasi merupakan dasar terbinanya suatu hubungan yang baik di mana situasi merupakan kesempatan seseorang bertukar informasi tentang dirinya dan orang lain. c. Keintiman (keep romance alive). Menurut Karsner (Sukamadiarti, 2007, hlm. 18) keintiman merupakan perasaan terhadap pasangannya. Keintiman tidak hanya terbatas pada kedekatan fisik saja, akan tetapi ada kedekatan secara emosional dan rasa kepemilikan terhadap pasangan. Oleh karena itu, pacaran jarak jauh juga tetap memiliki keintiman yakni dengan adanyakedekatan emosional melalui katakata mesra dan perhatian, cinta yang diberikan melalui sms, surat atau email.

10 d. Meningkatkan komitmen (increase commitment). Menurut Karsner (Sukamadiarti, 2007, hlm. 18), komitmen merupakan tahapan di mana seseorang menjadi terkait dengan sesuatu atau seseorang dan terus bersamanya hingga hubungannya berakhir. Individu yang sedang pacaran, tidak dapat melakukan hubungan spesial dengan pria atau perempuan lain selama ia masih terkait hubungan pacaran dengan seseorang. Adanya keintiman, saling percaya dan perasaan cinta dan berkomitmen, maka hal inilah yang dinamakan cinta seutuhnya, Sternberg and Barnes (Degenova & Rice, 2005, hlm. 145). 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian prestasi belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut. W.J.S. Purwadarminta (dalam Hamdani, 2011, hlm 137) berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (diakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Dengan demikian dapat diketahui bahwa setiap hasil atau output yang diperoleh dari hasil belajar oleh setiap peserta didik merupakan suatu bahan evaluasi bagi guru maupun siswa sebagai tolak ukur kemampuan yang diperoleh siswa dan biasa dikenal dengan prestasi belajar. Hamdani (2011, hlm. 137) mengatakan, Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Prestasi diperoleh dari upaya yang telah dilakukan. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

11 hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2015, hlm. 2). Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, karena itu setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Sardiman dalam Hamdani (2011, hlm 20) menurut pendapat Cronbach, Harold Spears dan Geoch mengungkapkan definisi belajar sebagai berikut: 1) Cronbach memberikan definisi Learning is shown by a change in behavior as a result of experience 2) Harold Spears memberikan batasan Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction 3) Geoch, mengatakan Learning is a change in performance as a result of practice Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Adapun belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Arif Gunarso (dalam Hamdani, 2011, hlm 138) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar dapat diraih oleh siswa setelah melangsungkan proses pembelajaran, kemudian siswa dapat menguasai pengetahuan keterampilan yang dipelajari. Prestasi belajar siswa akan terlihat dari sikap dan keterampilan motoriknya. Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang (Winkel dalam Hamdani, 2011, hlm. 138). Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar dapat diperoleh oleh siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar. Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam

12 bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar ini adalah sebuah komponen terpenting dalam proses pembelajaran karena dapat dijadikan sebagai bahan tolak ukur kemampuan siswa setelah melaksanakan proses belajar. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Hamdani (2011, hlm 139) mengungkapkan Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). a) Faktor Internal Faktor intern adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut: 1) Kecerdasan (intelegensi) Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. 2) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Uzer dan Lilis (dalam Hamdani, 2011, hlm 140) mengatakan bahwa faktor jasmaniah, yaitu pancaindra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya,seperti mengalami sakit,cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar yang membawa kelainan tingkah laku. 3) Sikap Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal,orang, atau benda dengan suka,tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan,kebiasaan, dan keyakinan. Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama siswa atau kepada gurunya. Sikap positif ini akan menggerakkannya untuk belajar.

13 Adapun siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar. 4) Minat Minat menurut ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memerhatikan dan meningat sesuatu secara terus-menerus. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan belajar. Pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan diserap siswa. Minat belajar juga mempengaruhi prestasi belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu, ia akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai. 5) Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. 6) Motivasi Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. b) Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini antara lain: 1) Keadaan keluarga Hasbullah (dalam hamdani, 2011, hlm 143) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. 2) Keadaan sekolah

14 Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan siswa untuk belajar lebih giat. Oleh karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alatalat pelajaran dan kurikulum. 3) Lingkungan Masyarakat Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada. Dari pendapat diatas dijelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi siswa berasal dari dalam siswa itu sendiri dan dapat berasal dari luar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut guru dan orang tua harus dapat memahami dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa agar prestasi belajar yang mereka peroleh dapat optimal. Guru dan orang tua tidak boleh beranggapan bahwa prestasi kurang baik diakibatkan karena siswabodoh, sebagai pendidik dirumah maupun sekolah guru dan orang tua harus mengerti bahwa kemampuan setiap siswa dan lingkungan kehidupan mereka tidaklah sama. 3. Siswa Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian siswa berarti orang, anak yang sedang berguru (belajar, bersekolah). Siswa adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar, siswasebagai pihak yang ingin meraih cita-cita memilikitujuan dankemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswaakan menjadi faktorpenentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 tahun 2013 mengenai sistem pendidikan nasional, dimana siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri merekamelalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

15 Dari pendapat tersebut bisa dijelaskan bahwa siswa adalah anakyang bersekolah untuk mengembangkan diri mereka. Jadi siswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan dunia pendidikan yang diharapkan menjadi calon-calon intelektual untuk menjadi generasi penerus bangsa. 4. Remaja a) Pengertian Remaja Masa remaja bisa disebut sebagai usia kejayaan. Saat kita terlepas dari sebutan anak-anak menuju proses pendewasaan diri. Masa ini akan sangat tepat apabila digunakan untuk menggali potensi diri. Membuka semua pintu kesuksesan sejak dini. Banyak kesempatan terbuka lebar untuk para remaja, mereka dengan senang hati akan membimbing remaja menuju arah positif. Orang tua, guru, atau pihak yang peduli terhadap nasib generasi muda akan membantu pembentukan moral dan spiritual untuk mengembangkan diri dengan bakat dan minat yang ada. Terdapat beberapa perbedaan antara remaja masa orang tua kita dan masa kita seperti yang dikemukakan oleh Sufa (2014, hlm. 149): Perbedaan antara remaja masa orang tua kita dan kita salah satunya terletak pada teknologi. Remaja jaman dahulu akan iri dengan kemudahan teknologi yang ditawarkan saat ini, kita bisa memanfaatkan teknologi itu untuk menunjang prestasi. Peluang untuk maju semakin besar, tantangan juga semakin banyak. Hanya yang terkuat lah yang bisa bertahan menghadapi arus globalisasi ini. Muagman dalam Sarwono (2006, hlm. 75) mendefinisikan remaja berdasarkan definisi konseptual World Health Organization(WHO) yang mendefinisikan remaja berdasarkan 3 (tiga) kriteria, yaitu : biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. 1. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai kematangan seksual 2. Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Setelah membahas mengenai definisi remaja terdapat pula kebutuhan dan tugas perkembangan remaja. Beberapa anjuran telah dikemukakan untuk mempermudah cara-cara belajar formal. Anjuran yang dikemukakan ini sebagian

berasal dari hasil studi tentang remaja sebagai gejala kultural dan biologis yang dikutip dari Hamalik (2010, hlm. 122) antara lain: 1) Belajar para remaja akan dipermudah apabila ada keseimbangan antara pembatasan dan kebebasan. 2) Belajar di sekolah akan dipermudah apabila para remaja diperlakukan sebagai pribadi dan bukan sebagai benda. 3) Balajar akan dipermudah apabila para remaja tahu bahwa suaranya didengar dan pilihannya sungguh-sungguh diperhitungkan. 4) Belajar akan dipermudah apabila sesorang tahu bahwa ia diterima, dikenal atau diakui oleh sekelompoknya dan kehadirannya menimbulkan perbedaan tertentu. 5) Belajar akan dipermudah apabila kapasitas para pemuda untuk mempercayai dirinya diterima dan mereka diberi semangat. 6) Belajar akan dipermudah serta perkembangan kepribadian yang seimbang akan meningkat apabila personel sekolah mengenal berbagai intelegensi dan gaya belajar. 7) Mempelajari konsep-konsep yang terpilih dan konsep diri yang sehat akan dipermudah apabila para remaja memahami dirinya sendiri dan kebudayaan remaja. 8) Belajar akan dipermudah apabila angka-angka dihilangkan. 9) Lingkungan belajar mengajar bagi para remaja akan menjadi baik bila guru-guru mengetahui dan menerima beban dan tantangan terhadap dirinya sebagai pusat perhatian remaja sebagai model. Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa, tugas perkembangan pada masa dewasa menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak, akibatnya, hanya sedikit anak lak-laki yang mampu dan hanya anak perempuanlah yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apa lagi mereka yang matangnya terlambat. Menurut Havigrust dalam Willis (2005, hlm. 8-14) ada sembilan tugas perkembangan remaja yang harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya, antara lain: 1) Memperoleh sejumlah norma-norma dan nilai-nilai. Tujuan dari tugas ini adalah membentuk seperangkat nilai yang mungkin dapat direalisasikan, mengembangkan kesadaran untuk merealisasikan nilainilai tersebut, memahami gambaran hidup dan nilai-nilai yang dimilikinya sehingga dapat hidup secara selaras dengan orang lain. 2) Belajar memiliki peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin masingmasing. Hakikat dari tugas tersebut adalah remaja dapat menerima dan 16

17 belajar peran sosial sebagai pria dan sebagai wanita. Misalnya, melakukan tugas-tugas yang dilakukan oleh pria dewasa, seperti bekerja mencari nafkah untuk keluarga. 3) Menerima kenyataan jasmaniah serta dapat menggunakannya secara efektif dan merasa puas terhadap keadaan tersebut. Tugas ini bertujuan agar remaja merasa bangga atau bersikap toleran terhadap fisiknya, menggunakan dan memelihara fisiknya secara efektif dan merasa puas dengan fisiknya tersebut. 4) Mencapai kebebasan dari kebergantungan terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya. Hakikat dari tugas ini adalah membebaskan diri dari sikap dan perilaku yang bergantung pada orang tua, mengembangkan sikap respek terhada orang dewasa lainnya tanpa bergantung kepadanya. 5) Mencapai kebebasan ekonomi. Tujuan dari tugas perkembangan ini adalah agar remaja merasa mampu menciptakan suatu kehidupan (mata pencaharian). Tugas ini sangat penting dan mendasar bagi remaja pria. 6) Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kesanggupnya. Tujuan tugas ini adalah memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya serta mempersiapkan diri dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki atau terjun dalam pekerjaan tersebut. 7) Memperoleh informasi tentang perkawinan dan mempersiapkannya. Tujuan dari tugas ini adalah mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak serta memperoleh pengetahuan yang tepat tantang pengelolaan keluarga dan pemeliharaan anak. 8) Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep tentang kehidupan bermasyarakat. Tugas perkembangan bertujuan untuk mengembangkan konsep-konsep hokum, pemerintahan, ekonomi, politik, dan lembaga-lembaga sosial yang cocok dengan dunia modern, serta melatih dan mengembangkan keterampilan berbicara

18 dan berpikir yang penting bagi upaya memecahkan masalah-masalah secara efektif. 9) Memiliki konsep-konsep tingkah laku sosial yang diperlukan bagi kehidupan bermasyarakat. Tujuan tugas ini adalah berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab sebagai masyarakat dan memperhitungkan nilai-nilai sosial dalam tingkah laku dirinya. Jika tugas-tugas perkembangan remaja berjalan dengan lancar melalui bimbingan orang tua, sekolah dan masyarakat, maka dapat diharapkan remaja tersebut akan menjadi orang dewasa yang berkembang optimal potensi positif dalam dirinya dan menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap Tuhan, diri, keluarga, masyarakat dan bangsanya. Akan tetapi jika tugas-tugas perkembangan remaja itu terhambat atau gagal dilaksanakan, maka remaja tersebut akan memperoleh banyak problem di dalam hidupnya. b) Ciri-ciri Karakteristik Remaja Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2007, hlm. 56) antara lain: 1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. 2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya. 3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan. 4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat. 5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut. 6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kaca mata berwarna merah jambu, melihat

dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita. 7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan di dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan di dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalamperilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan. Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab. 19 B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Nama Peneliti/Tahun Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Yesy Verdinaningsih/2008 Pengaruh Playstation Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII Di MTs Al-Azhar Carangrejo Sampung Metode Pendekatan Kuantitatif Devia Nur Pengaruh Metode Fitriana/2011 Lingkungan Pendekatan Teman Sebaya Kuantitatif dan Motivasi Belajar Terhadap Nilai rata-rata rapot siswa yang bermain Persamaan terdapat playstation yakni dalam 68,72 dengan yang indikator tidak bermain variabel Y playstation yakni 73, yang 69. Jadi semakin digunakan sering diantara siswa itu bermain playstation maka prestasi belajarnya menurun. Hasil ini Persamaan menunjukkan bahwa terdapat terdapat pengaruh dalam yang positif dan indikator signifikan antara variabel Y lingkungan teman yang Perbedaan terdapat dalam objek sekolah dari variabel X yang digunakan Perbedaan terdapat dalam objek sekolah dari variabel X yang

20 Prestasi sebaya terhadap digunakan digunakan Belajar prestasi belajar Akuntansi akuntansi. Ini berarti Siswa Kelas X lingkungan teman Program sebaya dan motivasi Keahlian belajar cukup Akuntansi berpengaruh SMK YPKK 2 terhadap prestasi Sleman belajar siswa. C. Kerangka Pemikiran Bagi remaja (siswa) pacaran merupakan sesuatu yang sudah biasa dilihat atau juga dilakukan oleh para remaja (siswa), secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka menjadi menurun atau semakin giat belajar. Menurut Degenova & Rice (2005, hlm. 112) Pacaran adalah menjalankan suatu hubungan di mana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat mengenal satu sama lain. Remaja memiliki beragam alasan kenapa mereka berpacaran diantaranya pacaran bisa meningkatkan semangat belajar, pacaran diakui mampu menghilangkan kejenuhan atau membuat hidup lebih hidup, pacaran untuk mengetahui pribadi pasangan yang dicintainya agar kalau menikah tidak perlu ragu-ragu lagi, pacaran pun diyakini bisa membawa rezeki, menjadikan lebih dewasa, bahkan ada yang mengaku sekadar iseng serta pacaran untuk menemukan cinta sejati. Tujuan berpacaran antara lain, menemukan pasangan yang sepadan dengan kita, bisa menemukan orang yang dapat menghadapi kelemahan kita dan sebaliknya, Bisa menemukan orang yang dapat mendorong, menguatkan, dan menyemangati kita, begitu juga sebaliknya dan membuat komitmen dan rencana untuk masa depan. Berpacaran dapat membuat prestasi belajar seorang siswa menurun misalnya, ketika belajar seorang siswa yang berpacaran pasti akan terganggu

21 konsentrasinya untuk belajar karena pasanganya selalu mengirim pesan kepadanya dan siswa tersebut pasti hanya fokus untuk membalas pesan pasangan dan melupakan waktu belajarnya, kemudian siswa yang berpacaran juga dapat membuat malas untuk masuk sekolah di saat bertengkar dengan pasangan atau berpisah dengan pasangan karena malas bertemu denganya di sekolah, mungkin beberapa contoh tadi dapat mewakili dampak negative yang ditimbulkan berpacaran pada saat usia remaja. Berpacaran dapat pula membuat prestasi belajar seorang remaja (siswa) meningkat dan semakin giat belajar misalnya, pada saat seorang siswa yang sedang berpacaran mereka dapat merasa tidak ingin kalah dari pasanganya dalam hal apapun karena di saat dia kalah dari pasanganya maka dia akan merasa malu dan ingin melebihi apa yang di raih pasanganya itu terutama dalam hal pelajaran terkadang mereka membuat suatu permainan kecil dimana apabila salah satu seorang pasangan mendapat nilai yang jelek dari pasanganya maka pasangan yang menang dia dapat meminta apa saja pada pasanganya tetapi dalam batas kewajaran seperti dibelikan coklat, dll. Hal tersebut juga dapat membuat mereka menjadi giat belajar, siswa yang sedang berpacaran akan selalu ingin masuk sekolah setiap hari karena ingin bertemu pasanganya, hal ini juga dapat mempengaruhi absensi siswa dapat juga menjadi dorongan semangat untuk lebih giat belajar. Dari berbagai teori dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar ini adalah sebuah komponen terpenting dalam proses pembelajaran karena dapat dijadikan sebagai bahan tolak ukur kemampuan siswa setelah melaksanakan proses belajar. Dari uraian diatas maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

22 Kerangka Pemikiran Kecerdasan (intelegensi) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis Faktor Internal Sikap Minat Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Bakat Motivasi (Pacaran) Prestasi Belajar Keadaan Keluarga Faktor Eksternal Keadaan Sekolah Lingkungan Masyarakat Keterangan : prestasi belajar siswa Garis yang menunjukkan faktor yang tidak diteliti Garis yang menunjukkan faktor yang diteliti Garis yang menunjukkan pengaruh berpacaran terhadap

23 D. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi Menurut kamus besar bahasa Indonesia, asumsi merupakan dugaan yang dijadikan dasar atau landasan berpikir berdasarkan sebuah dugaan yang dianggap benar. Winarno Surakhmad (dalam Suharsimi Arikunto, 2013, hlm 104) mengemukakan bahwa anggapan dasar merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Jadi dapat disimpulkan bahwa asumsi adalah titik tolak pemikiran yang harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh peneliti. Penelitian perlu merumuskan asumsi, karena asumsi berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti. Dari penjelasan tersebut, maka penulis menetapkan asumsi sebagai berikut: a. Jika pacaran siswa dalam hal positif, maka prestasi belajar siswa kelas XI di SMKN 15 Bandung naik. b. Jika pacaran siswa dalam hal negatif, maka prestasi belajar siswa kelas XI di SMKN 15 Bandung turun. 2. Hipotesis Sugiyono (2015, hlm. 64) mengatakan, Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Jadi hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara, yang sifatnya juga benar atau salah. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Besar pengaruhnya berpacaran terhadap prestasi belajar siswa kelas XI SMKN 15 Bandung