I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan perubahan lingkungan ekonomi global, liberalisasi dan laju kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika yang berlangsung sangat dinamis, telah mendorong lahirnya lingkungan telekomunikasi yang jauh berbeda dengan keadaan yang telah berlaku begitu lama sebelumnya. Perubahan yang amat mendasar ini menimbulkan realita baru pada penyelenggaraan telekomunikasi di seluruh dunia. Secara garis besar, wujud perubahan dan realita baru ini berupa : a. Beralihnya fungsi telekomunikasi dari utilitas menjadi komoditi perdagangan. b. Bergesernya fungsi pemerintah dari memiliki, membangun dan menyelenggarakan telekomunikasi ke menentukan kebijakan, mengatur, mengawasi dan mengendalikannya. c. Peningkatan peran swasta sebagai investor prasarana dan penyelenggara jasa telekomunikasi. d. Transformasi struktur pasar telekomunikasi dari monopoli ke persaingan. e. Diakuinya secara umum bahwa di era reformasi, telekomunikasi berperan sebagai salah satu faktor penting dan strategis dalam menunjang dan meningkatkan daya saing ekonomi suatu bangsa. Di Indonesia, reformasi sektor telekomunikasi juga sedang terjadi, yang ditandai oleh pengesahan Undang-undang nomor 36/1999 tentang telekomunikasi yang telah diberlakukan sejak bulan September 2000. Perubahan kondisi lingkungan ini, akan menyebabkan bermunculannya jasa-jasa alternatif dan pemain-pemain baru. Dengan demikian untuk dapat terus tumbuh dan berkembang, para operator telekomunikasi terutama untuk jasa telekomunikasi internasional dihadapkan pada persaingan yang semakin tajam, dan ditantang untuk terus dapat memenuhi permintaan pelanggan akan kualitas dan ragam jasa yang meningkat namun dengan harga yang murah.
Paradigma baru di bisnis telekomunikasi ini sudah barang tentu juga akan berimbas pada kebijakan dan strategi perusahaan itu sendiri. Salah satu hal yang akan menjadi perhatian serius bagi pengambil keputusan di tingkat atas adalah bagaimana perusahaan dapat terus eksis dan mampu berkompetisi di dunia telekomunikasi. Proses transformasi dan penetapan kembali visi dan misi perusahaan merupakan salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Salah satu perubahan yang cukup signifikan, yang diatur dalam undangundang telekomunikasi tahun 2000 adalah perihal dicabutnya hak eksklusivitas yang selama ini dinikmati oleh 2 (dua) perusahaan telekomunikasi di Indonesia, yaitu PT (Persero) Telekomunikasi Indonesia Tbk yang bergerak di bidang penyelenggaraan telekomunikasi lokal dan SLJJ, serta PT (Persero) Indosat Tbk yang bergerak di bidang penyelenggaraan telekomunikasi SLI. Pencabutan hak eksklusivitas ini tentu saja akan mengubah peta kompetisi di bisnis telekomunikasi yang selama ini memang dimonopoli oleh kedua BUMN, meskipun untuk penyelenggaraan telekomunikasi SLI selama ini telah berlaku sistem duopoli (Indosat dengan Satelindo). Dalam undang-undang telekomunikasi sebelumnya, hak eksklusivitas untuk PT Telkom diberikan sampai tahun 2005 untuk telekomunikasi SLJJ, dan tahun 2010 untuk telekomunikasi lokal, sedangkan untuk telekomunikasi SLI PT Indosat diberikan sampai dengan tahun 2004. Kejadian lain yang cukup signifikan berpengaruh pada perubahan lingkungan strategis perusahaan, adalah yang terkait dengan transaksi kepemilikan silang (cross ownership) antara PT (Persero) INDOSAT Tbk. dengan PT (Persero) TELKOM Tbk. Seperti yang disebutkan pada awal pendahuluan ini bahwa sebagai bagian dari program restrukturisasi industri telekomunikasi di Indonesia, Pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang nomor 36 tahun 1999 yang mulai berlaku sejak tanggal 8 September 2000. Undang-undang Telekomunikasi baru tersebut mengatur tentang petunjuk utama bagi restrukturisasi industri telekomunikasi, termasuk liberalisasi industri, ketentuan mengenai pemain baru dan peningkatan struktur industri yang lebih kompetitif. Restrukturisasi berdasarkan UU telekomunikasi menghapus monopoli
pengendalian dengan tujuan untuk menciptakan iklim persaingan yang sehat serta menghapus diskriminasi dan praktek-praktek yang bersifat membatasi pengembangan kegiatan usaha. Pada tahun 2000, Pemerintah dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah menandatangani suatu surat kesepakatan mengenai Program Perbaikan Ekonomi Indonesia. Surat kesepakatan tersebut mengatur, antara lain, bahwa Indosat dan Telkom akan diarahkan untuk berkompetisi dan oleh karenanya Indosat dan Telkom akan menyelesaikan kepemilikan silang (cross ownership) mereka dalam beberapa anak perusahaannya. Terkait dengan kondisi lingkungan strategis di atas, PT (Persero) INDOSAT Tbk. sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang penyelenggaraan jasa telekomunikasi internasional untuk umum, perlu untuk melakukan transformasi dan peninjauan kembali strategi perusahaan, utamanya strategi yang terkait dengan portofolio bisnis perusahaan. Selama tiga tahun terakhir ini, PT (Persero) INDOSAT Tbk telah mengembangkan suatu rencana usaha terpadu untuk memanfaatkan kesempatan yang mungkin muncul dan melakukan transformasi usaha dari sebelumnya yang lebih berfokus pada penyelenggaraan jasa telekomunikasi internasional menjadi penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi yang lengkap, sejalan dengan restrukturisasi industri yang dijalankan oleh Pemerintah. Rencana usaha yang dimaksud tersebut dinamakan dengan strategi 4 in 1. Strategi ini dimaksudkan untuk menjadikan perusahaan sebagai penyelenggara telekomunikasi yang terintegrasi penuh dengan kemampuan untuk melakukan penyelenggaraan jaringan dan jasa telekomunikasi secara lengkap (FNSP) dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Transformasi usaha ini akan membantu perusahaan mencapai tujuan jangka panjangnya untuk menjadi perusahaan komunikasi dan broadband multimedia. Sebagai persiapan untuk pengembangan kegiatan usahanya, perusahaan telah memiliki dasar yang kuat melalui jasa sambungan langsung internasional dan pengembangan jasa seluler. Sejalan dengan pelaksanaan strategi 4 in 1, perusahaan telah mereorganisasi kegiatan usahanya menjadi 4 (empat) kegiatan usaha, yaitu (i) backbone, (ii) telekomunikasi tetap, (iii) telekomunikasi bergerak, dan (iv)
internet dan multimedia. Kegiatan usaha tersebut akan dikembangkan secara bertahap dengan menyediakan jaringan berbasis protokol internet. Terkait dengan rencana strategis di atas, maka perusahaan meyakini bahwa proses penyelesaian transaksi kepemilikan silang antara Indosat dengan Telkom akan sejalan dengan tujuan yang telah digariskan dalam strategi perusahaan. Transaksi yang dilakukan secara efektif akan memberikan peluang yang lebih besar bagi perusahaan dalam menjalankan strategi 4 in 1 nya, yaitu dengan cara mengambil alih pengendalian penyelenggara jaringan dan/atau jasa telekomunikasi pada Satelindo dan Lintasarta. Di bawah ini adalah gambaran komposisi susunan pemegang saham sebelum dan sesudah transaksi penyelesaian kepemilikan silang dilakukan : Pemerintah Publik 35,0% 65,0% INDOSAT Publik 66,2% 33,8% TELKOM Telkomsel Satelindo Lintasarta Indosat : 35,0% Indosat : 7,5% Indosat : 32,6% Telkom : 42,7% Telkom : 22,5% Telkom : 37,7% KPN : 17,3% Bimagraha : 45,0% Lainnya : 29,7% Setdco : 5,0% DeTe Asia : 25,0% Gambar 1. Susunan Pemegang Saham Sebelum Transaksi Kepemilikan Silang Sumber : Prospektus Transaksi Kepemilikan Silang Indosat-Telkom Selain transaksi kepemilikan silang di atas, masih ada tambahan transaksi kepemilikan yaitu pengalihan aset Telkom unit KSO IV Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Namun transaksi ini bersifat conditional, yaitu dengan syarat tambahan yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak. Dalam perjalanannya ternyata transaksi pengalihan aset KSO IV ini batal, sehingga tidak termasuk kedalam transaksi penyelesaian kepemilikan silang.
Publik 35,0% Pemerintah Publik 65,0% 66,2% 33,8% INDOSAT TELKOM Indosat : Bimagraha Satelindo Indosat : 30,0% Bimagraha : 45,0% DeTe Asia : 25,0% Lintasarta Indosat : 70,3% Lainnya : 29,7% Telkomsel Telkom : 77,7% KPN : 17,3% Setdco : 5,0% Gambar 2. Susunan Pemegang Saham Setelah Transaksi Kepemilikan Silang Sumber : Prospektus Transaksi Kepemilikan Silang Indosat-Telkom Pada saat tesis ini disusun, kepemilikan Indosat di Satelindo telah menjadi 100% menyusul pembelian saham DeTe Asia sebesar 25%. Sehingga saat ini anak perusahaan Indosat yang kepemilikannya di atas 50% (consolidated affiliated) adalah PT. Satelindo sebesar 100%, PT. Indosat Multi Media Mobile (IM-3) sebesar 99,5%, PT. Indosat Mega Media (IM-2) sebesar 99.84%, PT. Aplikanusa Lintasarta sebesar 69,5%, PT. IndosatCom sebesar 99,94% dan PT. Sisindosat sebesar 95,64%. Dengan jumlah portofolio bisnis yang cukup besar, PT (Persero) Indosat Tbk. sebagai induk perusahaan menamakan kelompok portofolio bisnisnya dengan nama Indosat Group. Problematika dan permasalahan yang dihadapinya juga akan semakin bertambah, utamanya terkait dengan strategi dan posisi dari setiap perusahaan di dalam Indosat Group tersebut. Hal mendesak yang harus dihadapi oleh Indosat saat ini adalah bagaimana menyusun kembali strategi antara perusahaan induk dengan anak perusahaannya, serta bagaimana pola pengembangan yang akan dilakukan kepada setiap anak perusahaan agar dapat tercapai suatu sinergi yang lebih baik.
1.2. Perumusan Masalah Agar penelitian yang dilakukan lebih fokus pada masalah yang dimaksud di atas, perlu dilakukan perumusan masalah yang meliputi beberapa pertanyaan di bawah ini : a. Bagaimana perusahaan menentukan dan mengetahui posisi masingmasing portofolio bisnisnya. b. Bagaimana perusahaan menentukan prioritas pengembangan dan rencana investasi masing-masing portofolio bisnisnya. c. Bagaimana perusahaan mengukur dan menilai antara strategi perusahaan induk dengan anak perusahaannya. d. Apa yang harus dilakukan perusahaan untuk meningkatkan posisi portofolio bisnis perusahaan dalam menghadapi kompetisi di lingkungan industri yang dihadapinya. e. Apa yang harus dilakukan perusahaan terhadap strategi anak perusahaan yang tidak sesuai dengan strategi perusahaan induk. f. Bagaimana tingkat persaingan yang dihadapi oleh setiap portofolio bisnis perusahaan di lingkungan industri yang dihadapinya. g. Berapa besar kekuatan yang dimiliki oleh setiap portofolio bisnis perusahaan, dan berapa besar potensi pasar yang dihadapinya. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui posisi portofolio bisnis yang dimiliki oleh PT. Indosat, utamanya anak perusahaan yang kepemilikannya di atas 50% (consolidated affiliated). b. Menentukan urutan prioritas pengembangan portofolio bisnis PT. Indosat. c. Menentukan kesesuaian antara strategi PT. Indosat dengan strategi unit bisnis yang dimilikinya. d. Menentukan arah strategi unit bisnis PT. Indosat.