BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II LANDASAN TEORI

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PEMBEBANAN BOP

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

Pertemuan 3 Activity Based Costing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya. Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29) mendefinisikan

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Walter T Harrison JR. (2011:03) Mulyadi (2009:5)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB

BAB II BIAYA OVERHEAD PABRIK Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya. Untuk itu suatu perusahaan menyelenggarakan akuntansi, guna memperoleh

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur dalam melakukan produksi memerlukan pengorbanan

BAB II BAHAN RUJUKAN. Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB II LANDASAN TEORI. pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena. kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci.

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Landasan Teori 1. Akuntansi Manajemen Sistem akuntansi manajemen menghasilkan informasi untuk pengguna internal, seperti manajer, eksekutif, dan pekerja. Pada umumnya praktik akuntansi manajemen dikembangkan untuk membantu manajer dalam memaksimumkan laba. Secara tradisional, kinerja ekonomi perusahaan ini menjadi pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Namun, manajer dan akuntan manajemen seharusnya tidak hanya terlalu fokus pada laba sehingga perusahaan dapat membangun suatu keyakinan bahwa satu-satunya tujuan bisnis adalah memaksimumkan kekayaan bersih (net worth). Tujuan memaksimumkan laba harus dibatasi dengan persyaratan bahwa laba dicapai melalui cara-cara yang sah dan etis. Hal ini menjadi asumsi implisit dari akuntansi manajemen, padahal asumsi tersebut seharusnya dibuat secara eksplisit. a. Pengertian Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen menurut Kamaruddin Ahmad (2005 : 5) adalah, Penerapan teknik-teknik dan konsep yang tepat dalam pengolahan data ekonomi historikal dan diproyeksikan dari suatu satuan usaha untuk membantu manajemen dalam penyusunan rencana untuk tujuan-tujuan ekonomi yang rasional dengan suatu pandangan kearah pencapaian tujuan tersebut. Kemudian menurut Bambang Hariadi (2007 : 8) Akuntansi Manajemen adalah Proses identifikasi, pengukuran, pengumpulan, analisis, pencatatan, interpretasi dan pelaporan kejadian-kejadian ekonomi suatu badan usaha yang dimaksudkan agar manajemen dapat menjalankan fungsi perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Ari Purwanti (2009 : 4) mendefinisikan akuntansi manajemen sebagai berikut: 5

6 Akuntansi manajemen adalah merumuskan perencanaan dengan bahasa angka-angka yang berupa anggaran dan merumuskan pengendalian sebagai laporan pelaksanaan dan memberi umpan balik dengan jalan membandingkan prestasi kerja dengan anggaran. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi manajemen merupakan suatu proses dalam mengidentifikasi, mengukur, melaporkan serta menganalisa informasi keuangan dan non keuangan yang digunakan pihak manajer atau pihak internal perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan perusahaan. b. Tujuan Akuntansi Manajemen Menurut Firdaus Ahmad Dunia (2009 : 6) Akuntansi Manajemen memiliki tujuan sebagai berikut: 1) Membantu manajer melakukan strategi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan yang bersifat khusus 2) Membantu dalam pembuatan keputusan bagi manajer untuk perencanaan dan pengendalian operasi rutin 3) Membantu dalam membuat keputusan bagi pihak stakeholders perusahaan. Sedangkan menurut Darsono Prawironegoro (2008 : 4) tujuan Akuntansi Manajemen dikelompokkan menjadi dua : 1) Tujuan primer Akuntansi Manajemen adalah membantu manajemen dalam pembuatan keputusan manajemen. 2) Tujuan sekunder Akuntansi Manajemen adalah sebagai berikut : a) Membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi misalnya : (1) Mengidentifikasi tujuan atau sasaran yang akan dicapai oleh keberadaan organisasi atau perusahaan. (2) Merencanakan pengalokasian sumber-sumber organisasi secara optimal beserta pengukurannya. b) Membantu manajemen dalam menjawab masalah bidang organisasi, meliputi misalnya :

7 (1) Menghubungkan struktur organisasi/ perusahaan dengan tujuan/ sasaran yang dicapai. (2) Membantu dan memelihara sumber komunikasi dan pelaporan yang efektif. (3) Mengukur penggunaan sumber-sumber yang ada oleh bagianbagian dalam organisasi, menemukan prestasi atau penyimpangan dan mengidentifikasi faktor penyebabnya. c) Membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi pengendalian manajemen, meliputi misalnya : (1) Menentukan karakteristik-karakteristik prestasi pelaksaan yang tepat dan signifikan dengan ukuran tujuan/ sasaran organisasi secara keseluruhan. (2) Membantu memotivasi prestasi individu sesuai dengan yang diinginkan melalui komunikasi yang realistis mengenai informasi prestasi yang dihubungkan dengan tujuan organisasi. d) Membantu manajemen dalam melaksanakan sistem kegiatan manajemen, misalnya dihubungkan dengan : fungsi produk, proyek atau segmentasi operasi lainnya. Fungsi ini meliputi, misalnya : (1) Mengukur masukkan (pendapatan) dan keluaran (biaya) yang relevan untuk setiap pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba/ pusat investasi. (2) Mengkomunikasi data yang tepat dan karakteristik ekonomi yang penting untuk para pejabat kunci dalam waktu yang tepat. Berarti tujuan Akuntansi Manajemen dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Membantu manajer melakukan strategi perencanaan dan pengambilan keputusan khusus. 2) Membantu dalam pembuatan keputusan bagi manajer untuk perencaan dan pengendalian operasi rutin. 3) Membantu dalam pembuatan keputusan bagi pihak luar sebagai penanaman modal, petugas pajak dan pihak-pihak lainnya.

8 c. Biaya Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan. Di dalam perencanaan, manajemen dihadapkan pada situasi dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan berbagai macam alternatif. Oleh karena itu manajemen memerlukan data yang bisa dipakai sebagai dasar untuk menentukan pilihan Salah satu data penting yang biasa diperlukan sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan serta penentuan harga pokok produksi adalah biaya. 1). Pengertian Biaya Menurut Armanto Witjaksono (2006 : 6) biaya adalah suatu pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut Ari Purwanti (2009 : 19) biaya atau cost adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan di masa mendatang. Biaya termasuk dalam kategori asset, misalnya suatu perusahaan membeli peralatan bisnis (gedung pabrik, mesin-mesin, peralatan kantor, dsb., maka peralatan bisnis tersebut masuk kategori harta tetap (fixed Asset), dan bila suatu perusahaan menjalankan proses bisnis (menciptakan barang atau jasa), maka barang atau jasa itu masuk dalam kategori harta (asset). Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa biaya mempunyai arti dan maksud berupa pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa yang diukur melalui pengeluaran atas harta yang berfungsi untuk mendapatkan sejumlah pendapatan pada setiap kegiatan usaha. 2). Klasifikasi Biaya Biaya akan selalu berhubungan dengan perusahaan, baik itu perusahaan industri, dagang maupun jasa. Umumnya jenis biaya yang ditimbulkan dan cara biaya ini diklasifikasi tergantung pada jenis perusahaan yang bersangkutan. Penyajian informasi biaya sebagai sarana yang dibutuhkan manajemen dalam mengelola perusahaan, hendaknya selalu memperhatikan konsep

9 different cost for different purpose karena tidak ada satu konsepsi biaya yang dapat memenuhi berbagai tujuan. Oleh karena itulah di dalam Akuntansi Biaya terdapat berbagai macam penggolongan biaya. Klasifikasi biaya diperlukan untuk mengembangkan data yang dapat membantu manajemen dalam mencapai tujuannya. Menurut Firdaus Ahmad Dunia (2009 : 24) klasifikasi biaya yang paling umum adalah Melalui klasifikasi biaya berdasarkan fungsinya, untuk manufaktur dan non manufaktur, maka biaya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : a) Prime Cost, yaitu jumlah dari biaya bahan baku (Direct Material Cost) dan biaya upah langsung (Direct Labor Cost). b) Conversion Cost, yaitu jumlah dari biaya upah langsung (Direct Labor Cost) dan biaya overhead (Overhead Cost). 1) Klasifikasi Biaya dalam Hubungan dengan Produk Adapun proses penggolongan biaya-biaya dapat dimulai dengan mengakibatkan biaya-biaya pada operasi suatu perusahaan. Menurut Bastian Bustami (2010:23) klasifikasi biaya dan pengeluaran dimulai dengan mengelompokkan secara sederhana semua biaya-biaya pabrikasi, biaya operasi total. Biaya operasi total terdiri dari : 1. Biaya pabrik Biaya pabrik biasanya disebut manufacturing cost atau production cost yang terdiri dari : a) Direct Material Direct material adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam perhitungan biaya produksi. b) Direct Labour Direct labour adalah biaya buruh yang dikeluarkan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. c) Factory Overhead Factory overhead adalah biaya dari bahan tidak langsung, buruh tidak langsung, dan semua biaya pabrik yang tidak dapat dibebankan langsung pada produk tertentu.

10 2. Biaya Komersil Biaya komersil terdiri dari : a) Biaya Pemasaran Biaya yang dikeluarkan pada saat proses pabrikasi telah selesai, dan barang yang ada telah siap dijual. mencakup biaya penjualan, pengiriman dan distribusi. b) Biaya Administrasi dan Umum Biaya ini mencakup biaya yang dikeluarkan dalam mengatur dan mengendalikan organisasi. 2) Klasifikasi Biaya dalam Hubungan Volume Produksi Menurut Firdaus Ahmad Dunia (2009 : 26) kategori ini biaya dikelompokkan sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitasnya, terutama untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan keputusan, dan yang termasuk dalam klasifikasi biaya ini adalah : a) Biaya Variabel Biaya variable adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan, dan biaya per unitnya tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. b) Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas suatu tingkat tertentu. Dan biaya per unitnya akan berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan. c) Biaya Semi Variabel Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah, tetapi perubahannya tidak sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Dan sifat perubahannya tidak sebanding dengan biaya per unit, tetapi akan berbanding terbalik apabila dihubungkan dengan perubahan volume yang tidak sebanding. 3) Klasifikasi Biaya dalam Hubungan Departemen Pabrikasi

11 Untuk tujuan administrasi sebuah perusahaan dapat dibagi kedalam departemen-departemen, bagian-bagian, atau berbagai macam fungsi. Pembagian sebuah pabrik ke dalam departemen-departemen serta pusat-pusat biaya atau himpunan biaya, yang juga menjadi dasar untuk menggolongkan dan mengumpulkan biaya-biaya produk serta menetapkan tanggung jawab pengendalian biaya dan ketelitian pembebanan harga pokok. Menurut Bastian Bustami (2010 : 25) untuk biaya-biaya tersebut atas dasar departemen dapat dikelompokkan menjadi : a. Departemen Produksi Departemen Produksi yaitu departemen yang operasionalnya secara manual, ataupun dengan mesin seperti membentuk atau merakit, dan dilaksanakan secara langsung atas produk atau bagian-bagiannya. b. Departemen Jasa Departemen jasa yaitu departemen yang memberikan jasa-jasa yang bermanfaat bagi departemen lainnya. 4) Klasifikasi Biaya dalam Hubungannya dengan Satu Periode Akuntansi Menurut Firdaus Ahmad Dunia (2009 : 28) Untuk menggolongkan biaya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya dibebankan dan penggolongan pengeluaran akan berhubungan dengan pengeluaran. Biaya pengeluaran terdiri dari : a) Pengeluaran Modal (Capital Expenditure) Pengeluaran untuk mendapatkan manfaat dalam periode-periode dimasa depan dan dicatat sebagai harta. b) Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure) pengeluaran yang memberi manfaat dalam periode saat ini dan dicatat sebagai biaya. 3). Unsur-Unsur Biaya Produksi Biaya produksi atau sering juga disebut biaya pabrikasi adalah jumlah dari tiga unsur yaitu biaya bahan, biaya tenaga kerja langsung dan

12 biaya overhead pabrik. Menurut Lutfi Aziz (2011:42) Biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung digabungkan kedalam kelompok biaya utama (price cost), sedangkan biaya overhead pabrik digabungkan ke dalam kelompok biaya konversi (conversion cost), kategorinya sebagai berikut : 1) Biaya Bahan Baku Langsung Sebelum lihat pengertian bahan baku langsung harus melihat terlebih dahulu pengertian baku itu sendiri. Bahan baku adalah bahan utama yang diubah dalam proses produksi untuk membentuk suatu produk. Bahan baku yang merupakan barang yang akan diproses atau diolah menjadi produk jadi. tanpa adanya bahan baku bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi tidak dapat berjalan lancar. Dan untuk memperoleh bahan bahan baku bagi perusahaan industri, dapat diperoleh dengan cara membeli baik lokal, impor atau membuat sendiri. Dalam banyak industri, biaya bahan baku merupakan bagian penting bagi seluruh biaya produksi. Namun pada industri tertentu biaya bahan baku bisa saja tidak material jumlahnya, bahkan bisa jadi tidak memerlukan pengorbanan untuk mendapatkannya, seperti misalnya : industri yang menggunakan bahan baku air, udara bebas dan limbah 2) Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibayarkan kepada karyawan yang melaksanakan kegiatan produksi. Biaya tenaga kerja dikelompokkan kedalam kategori biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Jadi tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang secara langsung melaksanakan seluruh kegiatan produksi barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan baik secara manual maupun dengan menggunakan mesin-mesin produksi. Biaya tenaga kerja langsung ini meliputi gaji dan upah dari seluruh tenaga kerja yang secara praktis dapat diidentifikasikan dengan kegiatan pengolahan bahan menjadi

13 produk jadi. Gaji dan upah operator mesin merupakan contoh biaya tenaga kerja langsung. Kenyataan adanya gaji dan upah tenaga kerja yang ikut membantu terlaksananya kegiatan produksi mungkin saja tidak digolongkan sebagai tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja tidak langsung meliputi semua biaya tenaga kerja selain yang dikelompokkan sebagai biaya tenaga kerja langsung. Gaji dan upah mandor merupakan contoh dari biaya tenaga kerja tidak langsung. 3) Biaya Produksi Tidak Langsung Biaya produksi tidak langsung pada umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung dan beban pabrik tidak secara mudah diidentifikasi atau dibebankan ke pekerjaan atau produk. Definisi biaya tidak langsung menurut Bastian Bustami (2010 : 9) : Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke sasaran biaya atau objek biaya. Biaya produksi tidak langsung meliputi semua biaya produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja yang terdiri dari berbagai macam biaya dan seluruhnya tidak dapat ditelusuri secara langsung ke produk atau aktivitas lainnya dalam upaya perusahaan untuk merealisasikan pendapatan. Menurut Firdaus Ahmad Dunia (2009 : 26) dua sub kelompok biaya produksi tidak langsung adalah : 1. Overhead pabrik variable, yaitu biaya overhead pabrik yang perubahannya mengikuti perubahan output, misalnya adalah biaya listrik, bahan bakar, telepon. Air, perlengkapan dan sebagian biaya tenaga kerja tidak langsung. 2. Overhead pabrik tetap, yaitu biaya overhead pabrik tidak mengikuti perubahan output yang dihasilkan, misalnya biaya penyusutan, biaya sewa, biaya asuransi dan biaya lainnya. Secara umum biaya tidak langsung dapat digolongkan menjadi : 1. Biaya bahan penolong Adalah bahan yang meskipun pada akhirnya merupakan bagian dari produk tapi mempunyai nilai yang sangat kecil.

14 2. Biaya reparasi dan pemeliharaan Adalah biaya reparasi peralatan, pemeliharaan, pemakaian suku cadang dan factory supplies. 3. Biaya tenaga kerja tidak langsung Adalah biaya tenaga kerja yang tidak dapat diidentifikasi secara langsung kepada produk. Misalnya biaya produk untuk quality control, material handling, pemeliharaan maupun biaya administrasi umum. 4. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian aktiva tetap Misalnya, biaya penyusutan mesin, biaya penyusutan kendaraan yang digunakan. 5. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu Contoh : biaya ini adalah biaya asuransi gedung, asuransi mesin, asuransi kecelakaan karyawan. 6. Biaya yang tidak langsung lainnya yang secara langsung memerlukan uang tunai seperti : biaya listrik, biaya keamanan, biaya sumbangan dan lain-lain. Maka dapat disimpulkan Overhead pabrik didefinisikan sebagai biaya dan bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya pabrik lainnya yang tidak disebabkan langsung ke produk tertentu. Atau dengan kata lain, overhead pabrik mencakup semua biaya pabrik kecuali bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya produksi tidak langsung merupakan biaya yang paling sulit untuk ditangani, khusus dalam pembebanan ke produk, ketika sebagian biaya produksi tidak langsung sering kali berubah-ubah dari waktu ke waktu, baik karena hasil produk yang semakin kompleks dan semakin beraneka ragam, perubahan kapasitas produksi maupun faktor-faktor sejenis. Biaya tidak langsung yang timbul umumnya dikonsumsi oleh lebih dari satu departemen produksi, oleh karena itulah diperlukan suatu prosedur distribusi biaya yang akan digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung tersebut kepada tiap departemen yang mengkonsumsi.

15 2. Harga Pokok Produksi a. Pengertian Harga Pokok Produksi Dalam memberikan pengertian terhadap harga pokok produksi, sebelumnya harus dibedakan dahulu apakah perusahaan itu adalah perusahaan dagang atau perusahaan industri. Harga pokok produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan hanya untuk menghasilkan barang, sedangkan biaya penjualan dan administrasi tidak termasuk dalam harga pokok. Harga pokok produksi merupakan dasar dan perhitungan harga yang menentukan tingginya prestasi yang diperoleh produksi sebagai pengorbanan yang dilakukannya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menetapkan barang atau jasa yang ditawarkan di pasar. Don R. Hansen (2009 : 60) mendefinisikan harga pokok produksi sebagai berikut: Harga pokok produksi merupakan kegiatan yang mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan. Total biaya manufaktur yang bertambah selama periode tersebut ditambahkan ke biaya manufaktur pada barang dalam proses awal yang menghasilkan total biaya manufaktur, kemudian biaya pada barang dalam proses akhir dikurangi dari total biaya manufaktur. Sedangkan menurut Bastian Bustami (2010 : 49) Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir. Maka dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi merupakan dasar dan perhitungan harga yang menentukan tingginya prestasi yang diperoleh produksi sebagai pengorbanan yang dilakukannya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menetapkan barang atau jasa yang ditawarkan dipasar.

16 b. Tujuan Harga Pokok Produksi Tujuan utama dari operasi perusahaan menurut Lutfi Aziz (2011:176) adalah untuk menghasilkan laba yang sebesar-besarnya dimana keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya diukur dengan besarnya laba yang diperoleh pada suatu periode tertentu. Untuk mengetahui apakah perusahaan mendapatkan laba atau tidak, dapat dilakukan dengan membandingkan antara total pendapatan dengan total pengeluaran selama suatu periode tertentu. Salah satu unsur pengorbanan ini terwujud dalam perhitungan harga pokok bagi perusahaan. c. Perhitungan Harga Pokok Produksi 1) Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Menurut Darsono Prawironegoro (2008 : 167) dalam menentukan harga pokok produksi, metode untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi dalam perhitungannya terdapat dua pendekatan yang berbeda, yaitu: a) Metode Harga Pokok Penuh (Full Costing) Darsono Prawironegoro (2008 : 168) merupakan metode penentuan harga pokok produk yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produk yang terdiri dari bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dalam akuntansi tradisional, seluruh biaya produksi dimasukkan pada harga pokok suatu produksi untuk tujuan perhitungan harga pokok persediaan dan seluruh biaya yang bukan biaya produksi dikeluarkan. Kekhasan full costing terletak pada dibedakannya antara biaya pabrik dan biaya non pabrik. b) Metode Harga Pokok Langsung (Direct Costing/ Variabel Costing) Merupakan metode penentuan harga pokok produk yang memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam harga pokok produk yang terdiri dari biaya bahan baku,

17 biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Darsono Prawironegoro (2008 : 168). Kekhasan direct costing/variable costing terutama terletak pada dibedakannya antara biaya tetap dengan biaya variabel. Menurut dasar pemikiran metode ini, harga pokok variabel merupakan satusatunya biaya yang secara langsung terjadi dalam pembuatan/ produksi produk. Metode ini biasanya digunakan untuk pihak intern perusahaan. 2.) Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Metode pengumpulan harga pokok produksi tergantung dari sifat pengolahan produk. Menurut Bastian Bustami (2010 : 64) Pada dasarnya sifat pengolahan produk dapat dibedakan kedalam dua golongan, yaitu penggolongan produksi yang didasarkan atas pesanan dan pengolahan produksi yang merupakan produksi massa. Oleh karena itu metode pengumpulan biaya produksi pada dasarnya dapat dibagi dua, yaitu metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses. a) Metode Harga Pokok Pesanan (job order costing) Menurut Bastian Bustami (2010 : 64) Metode harga pokok pesanan ditetapkan untuk perusahaan yang produksinya didasarkan oleh pesanan (order) atau pekerjaan (job) sehingga dalam penentuan harga pokok dimana biaya-biaya produksi diakumulasikan untuk sejumlah produk tertentu atau jasa yang dapat dipisahkan identitasnya yang perlu ditentukan harga pokok secara individu. Produksi barang dan jasa dilaksanakan berdasarkan order dari pembelian. Setiap order biasanya berbeda antara satu dengan yang lain. Untuk setiap order dibuat perhitungan harga pokok produksi tersendiri didalam kartu biaya pesanan (job order sheet). Kartu biaya ini merupakan ringkasan jumlah bahan langsung, upah pekerja langsung, dan biaya overhead pabrik untuk setiap pesanan yang ada. Karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan :

18 (1) Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu talah selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan dan mulai dengan pesanan berikutnya. (2) Produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian pesanan yang satu dapat berbeda dengan pesanan yang lain. (3) Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan di gudang. Untuk menetapkan harga pokok persatuan dilakukan dengan cara membagi total biaya suatu pesanan dengan jumlah satuan produk pesanan yang bersangkutan. b) Metode Harga Pokok Proses Menurut Lutfi Aziz (2011:103) Metode harga pokok proses dirancang oleh perusahaan yang produksinya dilakukan secara massal dan tidak berdasarkan oleh pesanan. Karena proses produksinya berlangsung secara kontinyu, harga pokok produksinya ditentukan secara periodik untuk setiap tahap pengolahan dan merupakan hasil bagi dari total biaya produk dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam periode proses produksi yang bersangkutan. Dengan kata lain harga pokok per unit produk sama dengan jumlah komulatif dari ratarata biaya produksi per unit setiap tahap pengolahan. Karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan massa : (1) Produk yang dihasilkan merupakan produk standar. (2) Produk yang dihasilkan setiap bulan adalah sama. (3) Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu. (4) Produksi ditujukan untuk memenuhi persediaan di gudang. (5) Proses pengolahan produk terjadi secara terus-menerus sehingga kegiatan produksi disebut juga berproduksi massa.

19 3.Sistem Biaya Tradisional (Conventional Costing) a. Definisi Sistem Biaya Tradisional Lutfi Aziz (2011 : 67). menjelaskan: Sistem akuntansi konvensional hanya memusatkan pada ukuran-ukuran output aktivitas yang didasarkan pada volume produksi. Pendekatan tradisional mengasumsikan bahwa semua biaya dapat diklasifikasikan sebagai biaya tetap atau variabel sesuai dengan perubahan unit atau volume produk yang diproduksi. Karena itu, unit produk atau penggesek lainnya yang berkorelasi kuat dengan unit yang diproduksi seperti jam tenaga kerja langsung dan jam mesin adalah hanya aktivitas yang dianggap penting. Sedangkan penjelasan menurut Firdaus Ahmad Dunia (2009 : 322) Sistem tradisional biasanya seluruh biaya langsung akan dikumpulkan dalam satu pengelompokan biaya (cost pool), kemudian seluruh total biaya tersebut dialokasikan dengan satu dasar pengalokasian (cost allocation based) kepada suatu objek biaya. Pemilihan dasar pengalokasian biasanya berdasarkan hubungan sebab akibat yang paling mewakili sebagian besar biaya tidak langsung. Pada dasarnya definisi-definisi mengenai sistem biaya konvensional diatas, memiliki pengertian yang sama, yaitu bahwa sistem biaya konvensional hanya menguntungkan diri pada dasar alokasi yang berhubungan dengan volume produksi dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik. Sistem ini beranggapan bahwa biaya overhead pabrik berbanding lurus dengan volume produksi, seperti jumlah unit produksi, jam kerja langsung, jam kerja mesin, dan pengukuran volume lainnya. Metode pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk dalam sistem ini dikenal dengan volume- besed systems. Bambang Hariadi (2007 : 105) menjelaskan bahwa : Biaya sistem konvensional dapat mengukur secara akurat sumber daya yang dikonsumsi secara proporsional pada jumlah unit yang diproduksi dari masing-masing jenis produk. Sumber daya yang dimaksud adalah bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, jumlah jam mesin, dan

20 energi. Tetapi banyak sumber organisasi yang ada untuk aktivitas dan transaksi yang tidak berhubungan dengan volume fisik dari unit yang diproduksi. Pengeluaran untuk sumber daya itu biasanya dialokasikan pada produk yang menggunakan pengukuran berdasarkan unit, seperti tenaga kerja langsung, pembelian bahan baku langsung, waktu pemrosesan, atau unit yang diproduksi. Konsekuensinya, sistem konvensional tidak dapat secara akurat membebankan konsumsi sumber daya ini pada produk. Biaya produk dengan alokasi seperti ini akan terdistorsi secara proporsional dengan volume poduksi. Hal ini akan menyebabkan perusahaan yang menjalankan produksi, melakukan keputusan kritikal tentang penetapan harga pokok produk, dan strategi pemasaran berdasarkan data biaya yang tidak tetap. Distorsi dalam sistem biaya konvensional biasanya sering terjadi dalam perusahaan manufaktur yang memproduksi banyak jenis produk (diversifikasinya luas) dan mempunyai biaya overhead yang tinggi. Hal ini terjadi karena produk yang berbeda akan mengkonsumsi sumber daya pendukung dalam jumlah yang berbeda dan distorsi akan semakin besar bila biaya sumber daya pendukungnya besar. b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Tradisional Metode tradisional menurut Darsono Prawironegoro (2008:69) memiliki beberapa kelebihan diantaranya : 1) Mudah diterapkan Sistem biaya konvensional tidak banyak menggunakan pemacu biaya dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik, sehingga memudahkan bagi manager untuk melakukan pehitungan. Manager tidak sulit untuk mengadakan penyesuaian terhadap sistem ini. 2) Mudah diaudit Karena jumlah pemicu biaya yang digunakan tidak banyak dan berhubungan dengan volume produksi, maka akan lebih memudahkan auditor dalam melakukan proses audit. Sedangkan menurut Bastian Bustami (2010 : 228) kelemahan kelemahan sistem biaya konvensional adalah :

21 1) Hanya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya ke produk dan jasa. Akuntansi biaya konvensional membebankan biaya overhead pabrik ke produk atas dasar kuantitas produk yang diproduksi, yaitu unit based system. Metode ini menganggap bahwa biaya overhead proporsional dengan unit yang diproduksi. 2) Hanya menggunakan jam tenaga kerja langsung sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya produk dan jasa. 3) Pusat biaya terlalu besar dan berisi mesin yang memiliki struktur biaya overhead yang sangat berbeda. 4) Sistem akuntansi biaya konvensional kurang mampu untuk memberikan informasi yang cocok, tepat waktu, dan terinci mengenai pelaksanaan aktivitas yang diperlukan oleh para manager untuk mengendalikan biaya lebih efisien serta untuk meningkatkan produktivitas. 4. Activity Based Costing System (ABC) Dalam situasi-situasi tertentu, akuntansi aktivitas dapat memberikan wawasan penting dengan cara menghasilkan informasi mengenai biaya produk yang berbeda dan dapat lebih dipercaya dibandingkan dengan informasi yang diberikan oleh akuntansi tradisional. Hal ini adalah fase pertama dari akuntansi aktivitas, dan disebut dengan perhitungan biaya berdasarkan aktivitas. Hampir di semua situasi, akuntansi aktivitas dapat memberikan pengetahuan mengenai bagaimana meningkatkan daya saing dengan mengelola sumber daya secara lebih baik. Hal ini adalah fase kedua dari akuntansi aktivitas, yang disebut dengan manajemen berdasarkan aktivitas dan merupakan alat penting bagi pencapaian perbaikan secara terus-menerus. a. Pengertian Activity Based Costing System Activity Based Costing System merupakan suatu perencanaan biaya yang menelusuri biaya produk menurut aktivitas yang dilakukan atas produk tersebut. Dengan adanya sistem ABC ini diharapkan dapat mengatasi distorsi penentuan harga pokok oleh sistem biaya konvensional.

22 Menurut Horngren (2009:141) mendefinisikan ABC sistem sebagai Pendekatan untuk penetapan biaya yang berfokus pada aktivitas sebagai objek biaya yang fundamental. Pendekatan ini memakai biaya dari setiap aktivitas sebagai dasar untuk menetapkan biaya dari objek lain seperti barang atau jasa. Kemudian Menurut Kamaruddin Ahmad (2005:13) pengertian Activity Based Costing didefinisikan sebagai berikut: Suatu prosedur yang menghitung biaya objek seperti produk, jasa, dan pelanggan, ABC pertama-tama membebankan biaya sumber daya ke aktivitas yang dibentuk oleh organisasi. Kemudian biaya aktivitas dibebankan ke produk, pelanggan, dan jasa yang berguna untuk menciptakan permintaan atas aktivitas. Selanjutnya menurut Darsono Prawironegoro (2008 : 105) ABC adalah Perhitungan biaya produk didasarkan aktivitas nyata pengorbanan input untuk memperoleh output. Setiap produk harus ditelusuri biayanya berdasarkan aktivitas untuk mencipta produk tersebut. Menurut Kamaruddin Ahmad (2007 : 13) Activity Based Costing adalah suatu prosedur yang menghitung biaya objek seperti produk, jasa, dan pelanggan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ABC merupakan sistem perencanaan biaya yang dikembangkan secara lebih akurat dalam kegiatan bisnis mengenai produk, jasa, dan pengguna dibandingkan dengan sistem biaya tradisional. Sistem ABC fokus pada kegiatan perusahaan sebagai elemen penting dalam menganalisa perilaku biaya dengan menghubungkan pengeluaran perusahaan pada sumber daya untuk kegiatan dan proses bisnis yang dilakukan oleh sumber daya tersebut. Pengarah biaya kegiatan dikumpulkan dari sistem informasi perusahaan yang sangat berbeda kemudian mengarahkan biaya kegiatan pada produk, jasa, dan pengguna yang menciptakan permintaan kegiatan perusahaan. Prosedur ini menghasilkan estimasi yang bagus untuk menentukan kuantitas dan biaya per unit dari setiap kegiatan dan sumber daya yang digunakan suatu produk, jasa, dan pengguna.

23 b. Manfaat Activity Based Costing System Menurut Firdaus Ahmad Dunia (2009 : 330), mengatakan bahwa sistem ABC memiliki manfaat sebagai berikut: 1) Mendukung aktivitas pengambilan keputusan pihak manajemen, karena ABC mampu menyediakan informasi biaya yang lebih akurat. Informasi harga pokok produk akan mendukung basis penentuan harga jual produk, keputusan bauran produk, dan analisis profitabilitas lini produk dengan baik. 2) Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan yang terus-menerus terhadap aktivitas perusahaan untuk mengurangi biaya-biaya overhead. Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi proses produksi yang ada, terutama dalam pengelolaan aktivitas yang menyangkut biaya overhead. 3) Memudahkan penentuan biaya-biaya yang relevan guna pengambilan keputusan yang lebih luas bagi manajemen. Menurut Kamaruddin Ahmad (2007 : 18) manfaat dari sistem ABC (Activity Based Costing) adalah: 1) Menyajikan biaya produk lebih akurat dan informatif, yang mengarahkan pengukuran profitabilitas produk lebih akurat terhadap keputusan stratejik, tentang harga jual, lini produk, pasar dan pengeluaran modal. 2) Pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh aktivitas, sehingga membantu manajemen meningkatkan nilai produk (product value) dan nilai proses (process value). 3) Memudahkan memberikan informasi tentang biaya relevan untuk pengambilan keputusan. c. Tingkatan Biaya dan Pemicu Activity Based Costing mengakui aktivitas, biaya aktivitas, dan pemicu aktivitas pada tingkatan agregasi (levels of aggregation) yang berbeda dalam satu lingkungan produksi. Empat tingkat yang umumnya diidentifikasikan adalah unit, batch, produk, dan pabrik. Tingkatan yang berbeda sebenarnya adalah tingkatan agregasi data yang berbeda. Suatu

24 batch adalah jumlah atau agregasi dari unit-unit identik yang menyusunnya. Suatu produk adalah agregasi dari banyak batch dan suatu pabrik dapat dianggap sebagai suatu agregasi dari semua produknya. Menurut Lutfi Aziz (2011:78), biaya-biaya yang terjadi pada berbagai tingkat aktivitas yang berbeda adalah sebagai berikut: 1) Tingkat Unit (Unit Level) a) Aktivitas tingkat unit adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk yang diproduksi. Contohnya pemotongan, perakitan, dan pengepakan. b) Biaya tingkat unit adalah biaya yang meningkat saat satu unit produk diproduksi. Contohnya biaya listrik dan biaya tenaga kerja inspeksi. c) Pemicu tingkat unit (unit level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi dan dijual. Contohnya jam mesin dan jam tenaga kerja langsung. 2) Tingkat Batch (Batch Level) a) Aktivitas tingkat batch adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu batch produk diproduksi. Contohnya penjadwalan dan persiapan. b) Biaya tingkat batch adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contohnya biaya penjadwalan dan biaya penanganan bahan baku. c) Pemicu tingkat batch (batch level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contohnya jam persiapan dan pergerakan bahan baku. 3) Tingkat Produk (Product Level) a) Aktivitas tingkat produk atau aktivitas pendukung produk (product sustaining activity) adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Contohnya pendesainan dan periklanan.

25 b) Biaya tingkat produk adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang dihasilkan. Contohnya biaya desain produk dan biaya iklan. c) Pemicu tingkat produk (product level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan bermacam-macam jumlah produk yang diproduksi dan dijual. Contohnya jam desain dan jumlah komponen berbeda yang diperlukan. 4) Tingkat Pabrik (Plant Level) a) Aktivitas tingkat pabrik atau aktivitas pendukung fasilitas (facility sustaining activity) adalah aktivitas yang mendukung proses pemanufakturan secara umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik dalam memproduksi produk. Contohnya pemanasan, penerangan, pendinginan, dan penyediaan keamanan. b) Biaya tingkat pabrik adalah biaya yang memelihara kapasitas di lokasi produksi. Contohnya penyusutan, asuransi, dan pajak properti. c) Pemicu tingkat pabrik (plant level driver) contohnya seperti luas lantai atau ruang yang ditempati untuk membebankan biaya tingkat pabrik. Menurut Firdaus Ahmad Dunia (2009 : 18), menjelaskan pengertian cost driver yaitu Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan dalam biaya dari suatu aktivitas dan digunakan sebagai basis untuk mengalokasikan biaya-biaya dari aktivitas tersebut kepada produkproduk. Dalam Activity Based Costing System yang sering terjadi, suatu pusat aktivitas terkadang tidak dapat dibebankan secara proporsional dengan satu macam cost driver. Biaya-biaya yang terjadi dalam suatu departemen dapat dikelompokkan dalam beberapa cost pool, sehingga departemen tersebut mempunyai beberapa cost driver.

26 d. Penerapan Activity Based Costing System Untuk dapat meningkatkan income yang ingin dicapai, manajemen harus lebih memperhatikan aktivitas yang terjadi selama proses produksi. Sistem ABC membebankan seluruh sumber daya yang menimbulkan biaya dalam dua tahap. Menurut Darsono Prawironegoro (2008 : 103) untuk mempermudah pembebanan, perusahaan biasanya melakukan beberapa tahapan sebagai berikut: 1) Tahap pertama, yang meliputi kegiatan antara lain: a) Mengidentifikasi aktivitas utama perusahaan. Langkah ini cukup memakan waktu dan membutuhkan pertimbangan yang mendalam untuk menentukan aktivitas utama yang akan dipilih sehingga bisa mengakomodasi semua aktivitas yang ada pada bagian yang bersangkutan. b) Mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas tersebut ke pusat aktivitas. Keputusan yang harus diambil pada tahap ini adalah menentukan banyaknya jumlah aktivitas yang dikelompokkan dan diperlakukan sebagai pusat aktivitas yang berbeda agar dapat merefleksikan semua kegiatan yang terjadi pada bagian yang bersangkutan. c) Mengidentifikasikan biaya yang dikonsumsi oleh masing-masing aktivitas dan menentukan pemicunya. Sebelum biaya dialokasikan kepada masing-masing aktivitas, sebaiknya biaya dialokasikan menurut bagiannya terlebih dahulu untuk lebih mempermudah dalam pengalokasian ke aktivitas yang ada. Kemudian dilanjutkan dengan penentuan pemicu biaya untuk masing-masing biaya. Pemicu biaya inilah yang akan dijadikan sebagai dasar pengalokasian biaya ke masing-masing aktivitas tersebut. d) Mengidentifikasikan pemicu biaya aktivitas dan menghitung tarif untuk setiap aktivitas utama perusahaan. 2) Tahap kedua, yaitu pembebanan biaya aktivitas kepada produk atau jasa dengan cara mengalihkan tarif aktivitas dengan jumlah satuan masing-masing pemicu aktivitasnya. Menurut Wiliam K. Carter (2006

27 : 496), menjelaskan bahwa sistem ABC dimulai dari dua asumsi, yaitu: a) Aktivitas menyebabkan timbulnya biaya. Sistem ABC berawal dari anggapan bahwa aktivitas menyebabkan timbulnya biaya. b) Produk menyebabkan timbul permintaan atas aktivitas. Untuk membuat produk diperlukan berbagai aktivitas dan setiap aktivitas memerlukan sumber daya untuk pelaksanaan aktivitas tersebut. Gambar 2.1 Proses Pembebanan Dua Tahap dengan ABC Resources First Stage Second Stage Activities Output Sumber: Wiliam K. Carter dalam buku Akuntansi Biaya Edisi 13: Terjemahan krista (2006 : 496). Salemba Empat, Jakarta. Dalam mengimpelementasikan sistem ABC dalam suatu organisasi, menurut Hongren (2009:144) ada 7 langkah yang secara umum dapat dilaksanakan, yaitu : 1. Mengidentifikasikan produk yang digunakan sebagai cost object Pada tahap ini perusahaan memilih objek yang akan diukur/ dihitung biayanya, tujuannya adalah untuk menghitung total biaya dan biaya per unit dari perancangan, manufaktur, dan pendistribusian produk tersebut. 2. Mengidentifikasi biaya langsung dari produk Pada tahap ini, perusahaan mengidentifikasikan biaya langsung apa saja yang terkait dengan pembuatan produk tersebut, biasanya meliputi biaya material,

28 biaya tenaga kerja langsung, dan semua biaya langsung lainnya yang dapat ditelusuri langsung ke cost object. 3. Memilih dasar pengalokasian biaya (cost allocation base), yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung dari produk tersebut Setelah mengidentifikasikan aktivitas bernilai tambah (value added activities), mengklasifikasikannya ke dalam kategori hieraki biaya, selanjutnya ditentukan cost allocation base dan kuantitas cost allocation base dari setiap aktivitas yang telah diidentifikasi tersebut. Dalam memilih cost allocation base, harus dipertimbangkan ketersediaan data dan ukuran yang memungkinkan dalam perhitungan biaya. 4. Mengidentifikasikan biaya tidak langsung yang terkait dengan setiap cost allocation base Pada tahap ini, biaya overhead yang terjadi dibebankan pada setiap aktivitas, dengan dasar cause and effect relationship atau benefits received antara cost allocation base dengan biaya aktivitas tersebut. Misalnya antara machine hours dengan aktivitas machine operations. 5. Menghitung rate per unit dari setiap cost allocation base yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung ke produk tersebut. Pada tahap ini, total biaya tidak langsung yang sudah diketahui pada tahap 4 dibagi dengan kuantitas dari cost allocation base untuk mendapatkan rate biaya alokasi overhead dari aktivitas tersebut. 6. Menghitung biaya tidak langsung yang dialokasikan ke produk Pada tahap ini, cost allocation rate yang didapat dari tahap sebelumnya dikali dengan total kuantitas cost allocation base yang digunakan untuk setiap aktivitas dari masing- masing produk. 7. Menghitung total cost dari produk dengan menjumlahkan seluruh biaya langsung dan biaya tidak langsung yang dibebankan pada setiap produk Tahap terakhir yang dilakukan adalah menjumlahkan seluruh biaya langsung (meliputi direct material, direct manufacturing labor, dan lain sebagainya) dengan biaya tidak langsung yang telah

29 dialokasikan ke masing-masing produk dengan menggunakan sistem ABC. e. Kelebihan dan Kekurangan Sistem ABC Sistem biaya tradisional dapat dikatakan telah gagal memberikan informasi biaya yang akurat. Para manajer telah dipaksa menggunakan informasi yang bersifat distorsi sehingga mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Activity Based Costing System mampu mengisi kekurangan yang ada pada sistem biaya tradisional. Menurut Firdaus Ahmad Dunia dalam (2009 : 331) menjelaskan kelebihan dalam Activity Based Costing adalah sebagai berikut: 1. Activity Based Costing System dapat mengatasi distorsi volume dan produk. Oleh karena itu, sistem ABC melaporkan biaya produk dengan lebih akurat dibandingkan sistem biaya tradisional. 2. Activity Based Costing System mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut sehingga hubungan aktivitas dengan biaya overhead dapat lebih dipahami. 3. Activity Based Costing System dapat mengurangi biaya dengan cara mengidentifikasi aktivitas penambahan nilai (value added activities) dan aktivitas bukan penambah nilai (non value added activities). 4. Activity Based Costing System membebankan biaya overhead pabrik berdasarkan aktivitas yang dilakukan dalam proses produksi dan memasarkan produk sehingga dapat menghasilkan harga pokok produk yang lebih akurat. 5. Activity Based Costing System menggunakan lebih dari satu pemicu biaya yaitu jam kerja mesin, unit yang diproduksi, dan kapasitas normal suatu produk. Kekurangan-kekurangan Activity Based Costing System menurut Firdaus Ahmad Dunia (2009 : 331), adalah sebagai berikut : 1. Implementasi Activity Based Costing System ini belum dikenal dengan baik sehingga presentase penolakan terhadap sistem ini cukup besar.

30 2. Banyak kesulitan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam menerapkan Activity Based Costing System. 3. Masalah biaya bersama yang dihadapi oleh sistem biaya tradisional juga tidak dapat teratasi dengan sistem Activity Based Costing System. 4. Activity Based Costing System melaporkan biaya dengan cara pembebanan untuk satu periode penuh dan tidak mempertimbangkan untuk mengamortisasi long term pay back expense. Misalnya adalah dalam penelitian dan pengembangan. Biaya penelitian dan pengembangan yang besar untuk periode waktu yang ditingkatkan akan ditelusuri ke produk sehingga menyebabkan biaya produk terlalu besar. Kelemahan dari ABC menurut Komaruddin Ahmad (2007 : 18) adalah: 1) Alokasi, beberapa biaya dialokasikan secara sembarangan, seperti karena sulitnya menemukan aktivitas biaya tersebut. Contoh pembersihan pabrik dan pengelolaan proses produksi. 2) Mengabaikan biaya, biaya tertentu yang diabaikan dari analisis. Contoh iklan, riset, pengembangan, dan sebagainya. 3) Pengeluaran dan waktu dikonsumsi, disamping memerlukan biaya yang mahal juga memerlukan waktu yang cukup lama. 5. Perbedaan Activity Based Costing System dengan Tradisional System Perusahaan yang menggunakan ABC adalah perusahaan yang memproduksi berbagai jenis barang seperti dalam perusahaan yang menggunakan job order costing. Sistem job oreder costing disebut sistem tradisional (traditional costing system). Beberapa perbedaan system tradisional dan ABC adalah:

31 No Tradisional System Activity Based Costing System 1 Semua produk dibebani biaya produksi, meskipun produk tertentu tidak mengkonsumsi biaya produksi tersebut Tarif BOP ditentukan di depan berdasarkan biaya yang dianggarkan atau tingkatan aktivitas yang diharapkan 2 Biaya non produksi (Nonmanufacturing costs) seperti biaya adsminitrasi dan pemasaran tidak dibebankan ke produk tertentu, meskipun biaya tersebut muncul karena memproduksi produk tertentu tersebut 3 Biaya produksi selain bahan baku dan tenaga kerja langsung dijadikan satu kelompok BOP (biaya overhead pabrik) dengan satu ukuran, umumnya diukur berdasarkan jam kerja tenaga kerja langsung atau jam kerja mesin 4 Tarif BOP ditentukan di depan berdasarkan biaya yang dianggarkan atau tingkatan aktivitas yang diharapkan Beberapa biaya produksi dikeluarkan atau tidak dimasukkan sebagai biaya produksi barang tertentu, jika biaya produksi tersebut muncul bukan karena memproduksi barang tertentu tersebut. Atau dengan kata lain, biaya produksi barang tertentu hanya dibebani biaya yang timbul karena memproduksi barang tersebut. Terdapat lebih dari satu pool atau kelompok biaya yang tidak dapat ditelusur (BOP, Adsminitrasi, Pemasaran), dimana masing-masing kelompok biaya mempunyai ukuran aktivitas tersendiri, sehingga mempunyai tariff tersendiri. Tarif alokasi biaya didasarkan pada tingkat aktivitas sesungguhnya, bukan akktivitas yang dianggarkan ataupun yang diharapkan a). Tahap Menerapkan ABC 1. Mengidentifikasi dan menentukan aktivitas untuk menjual barang tertentu dan menentukan kelompok-kelompok aktivitsas. Misalnya aktivitas produksi, dikelompokkan menjadi kelompok biaya tembahan gaji tenaga kerja langsung, kelompok biaya produksi karena berlalunya waktu, kelompok biaya produksi yang dibebankan berdasarkan cash Basis. Aktivitas pemasaran, dikelompokkan menjadi kelompok biaya gaji, kelompok biaya pengiriman, kelompok biaya iklan. 2. Jika memungkinkan menulusuri semua biaya BOP, biaya administrasi, dan biaya pemasaran ke barang tertentu, jika tidak mungkin ke barang tertentu, maka kelompok aktivitas tertentu. Gaji mandor, total Rp. 160.000, dimana Rp 100.000 khusus terjadi akibat mengerjakan pesanan jaket. 3. Menghitung tarif alokasi untuk setiap kelompok biaya, jika memungkinkan berdasarkan cost driver (ukuran aktivitas penyebab munculnya biaya) untuk setiap biaya.

32 4. Membebankan dan mengalokasikan biaya yang tidak dapat ditelusuri (BOP, administrasi, pemasaran), ke semua barang yang diproduksi dengan menggunakan tarif yang telah dihitung. 5. Menyusun laporan biaya sistem ABC. Berikut contoh untuk perhitungan ABC dan tradisional costing sistem : 1. PT Baju memproduksi 2 produk yaitu produk polos dan produk bercorak. Produk PT Baju yang bercorak diproduksi dalam jumlah yang sama dan biaya yang sama dengan produk polos. Kedua-duanya bervolume tinggi. PT Baju melakukan : a. 40 persiapan untuk setiap produk dan mengeluarkan biaya persiapan sebesar Rp. 900.000 dengan rata-rata sebesar Rp 22.500/persiapan b. 20 perubahan desain untuk setiap produk dan menegluarkan biaya perubahan desain sebesar Rp.700.000 dengan rata-rata sebesar Rp.35.000 c. Menggunakan 160.000 jam tenaga kerja langsung dan mengeluarkan biaya overhead lain-lain sebesar Rp.3.200.000 dengan rata-rata sebesar 20 jam tenaga kerja langsung. Jawab :

33 Data produksi terakhir PT Baju : PT BAJU Ikhtisar dari Produksi Tahun Terakhir Polos Bercorak Total Unit yang diproduksi 100.000 50.000 Biaya bahan baku langsung Per Unit Rp 10 Rp 15 Total Rp 1.000.000 Rp 750.000 Rp 1.750.000 Tenaga Kerja Langsung Jam Per unit 1 2 Total Jam 80.000 80.000 Total Biaya Rp. 1.600.000 Rp 1.600.000 Rp 1.750.000 Persiapan 20 20 Perubahan desain 10 10 Overhead Biaya Tingkat Batch Rp. 900.000 Biaya Tingkat Produk Rp.700.000 Overhead lain-lain Rp. 3.200.000 Total Overhead Rp. 4.800.000 Rp. 9.750.000 Berdasarkan data diatas, direktur PT BAJU meminta manajer akuntansinya untuk menghitung berapa biaya per unit berdasarkan perhitungan system ABC! PERHITUNGAN : PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC)

34 PT BAJU PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS Tarif Overhead: Biaya persiapan tingkat batch Rp. 900.000:40=Rp. 22.500/persiapan Biaya per kali perubahan-tingkat produk Rp. 700.000:20=Rp. 35.000/perubahan Overhead lain-lain Rp. 3.200.000:160.000=Rp. 20/jam TKL Polos Bercorak Total Bahan baku langsung Rp. 1000.000 Rp. 750.000 Rp. 1.750.000 Tenaga Kerja Langsung 1.600.000 1.600.000 3.200.000 Overhead : Persiapan : Rp.22.500x20 450.000 Persiapan: Rp.22.500x20 450.000 900.000 Perubahan desain Rp.35.000x10 350.000 Perubahan desain Rp35.000x10 350.000 700.000 TKL Rp.20x80.000 jam 1.600.000 TKL Rp.20x80.000 jam 1.600.000 3.200.000 Total biaya Rp. 5.000.000 Rp. 4.750.000 Rp. 9.750.000 Unit yang diproduksi 100.000 50.000 Biaya per unit Rp. 50 Rp. 95 2. Pabrik sepatu maya menghasilkan produk, nike dan adidas dan menggunakan sitem penetapan biaya dimana semua biaya tidak langsung dikumpulkan di dalam suatu poll biaya dan dialokasikan berdasarkan pada jam mesin. Manajemen blaine memutuskan untuk menetapkan ABC karena studi tentang biaya mengungkapkan bahwa biaya umum berhubungan dengan aktivitas set up dan aktivitas desain, banyaknya set up dan banyaknya jam mesin desain merupakan pendorong aktivitas untuk kedua biaya tersebut dan jam mesin selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan

35 biaya tidak langsung. Berikut ini informasi operasi tahun sekarang dari pabrik sepatu maya : Nike Adidas Total Unit yang diproduksi 800 17.000 17.800 Biaya bahan langsung Per unit Rp.250 Rp.50 Total Rp.200.000 Rp.850.000 Rp.1.050.000 Biaya upah langsung Rp.80.000 Rp.425.000 Rp.505.000 Jam desain 9.600 4.400 14.000 Setup 120 80 200 Jam mesin 5.000 45.000 50.000 Overhead Desain Rp.350.000 Setup Rp.250.000 Lain-lain Rp.1.200.000 Total overhead Rp.1.450.000 Direktur pabrik sepatu maya meminta kepada bagian akuntansi : Menghitung total biaya dan biaya per unit yang dilaporkan untuk kedua produk dengan sistem perhitungan harga pokok ABC! Perhitungan biaya produksi berdasarkan Sistem ABC Pabrik sepatu ARHAN Biaya produksi dengan sistem ABC Tarif Overhead : Desain : Rp.350.000 : 14.000 jam desain = Rp25/jam Setup : Rp.250.000 : 200 Setup = 1.250 setup Overhead lainnya : Rp.1.200.000 : 58.000 jam mesin = Rp 24 per jam mesin