BAHAN PANITIA KERJA (PANJA) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA NO RUU APARATUR SIPIL NEGARA PENJELASAN PASAL

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

Draf RUU 17 Juli 2013

RUU RI TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

BAHAN RAPAT KERJA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI RI, MENTERI DALAM NEGERI RI, DAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI DENGAN

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

BAHAN RAPAT KERJA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI RI, MENTERI DALAM NEGERI RI DAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI DENGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

No pemberhentian dan pensiun, yang merupakan bagian yang terintegrasi dengan Sistem Informasi ASN. Manajemen PNS dalam Peraturan Pemerintah in

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

Ragenda prioritas pembangunan

Bahan Tayang KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA APARATUR

tentang - Dr.Sihabudin,SH.,MH - Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan,

M A N A J E M E N A S N

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta

Diatur mengenai Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik Dan Dan Kode

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang.

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah pengelolaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013

RPP MANAJEMEN PPPK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

BAHAN PANJA RUU Aparatur Sipil Negara, 29 FEBRUARI 2012 (Berdasarkan hasil rapat antar Instansi Tanggal 24 Februari 2012)

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangka

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

2016, No Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 4.

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEPEGAWAIAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SUBSTANSI DAN KONTEN NILAI DASAR, KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN

NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 536 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tam

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

URGENSI DIKELUARKANNYA PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PPPK.

PENDAHULUAN... 1 PENGERTIAN DAN JABATAN APARATUR SIPIL NEGARA A. Pengertian Aparatur Sipil Negara B. Jabatan Aparatur Sipil Negara...

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangk

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

MASA DEPAN DIKLATPIM TINGKAT III DAN IV PASCA DISAHKANNYA UU APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.604, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Pengangkatan. Pemberhentian. Asisten Ombudsman. Prosedur.

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1974 (8/1974) Tanggal: 6 NOPEMBER 1974 (JAKARTA)

ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SDM APARATUR DI INDONESIA

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.

Transkripsi:

BAHAN PANITIA KERJA (PANJA) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA Hasil Penserasian Rumusan Tim Teknis Pemerintah Tanggal 27 Januari 2012 NO RUU APARATUR SIPIL NEGARA PENJELASAN PASAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA 1. 2. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Sependapat : Meskipun dalam prolegnas ditetapkan untuk menyusun RUU Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 8 T ahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian tetapi setelah dilakukan pembahasan secara mendalam terhadap RUU inisiatif DPR ini, pemerintah sependapat dengan judul RUU tentang Aparatur Sipil Negara. Hal ini juga akan mendorong budaya kerja dan cetak pikir baru bagi Aparatur Sipil Negara. Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia T ahun 1945, perlu dibangun Aparatur Sipil Negara yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T ahun 1945; Perubahan redaksi : 1. T ambahan frasa dan mewujudkan tujuan negara, agar sesuai dengan rumusan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. 2. Sesudah kata profesional dan sebelum kata bebas ditambahkan kata netral dan kata dan untuk memperkuat ASN memberikan pelayanan publik dengan tidak berpihak kepada partai politik dan golongan, kelompok masyarakat, dan individu. Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T ahun 1945, perlu dibangun Aparatur Sipil Negara yang profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T ahun 1945; RANCANGAN PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA I. PENJELASAN UMUM Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T ahun 1945 (UUD 1945), diperlukan Aparatur Sipil Negara yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. T ujuan Nasional seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan pegawai Aparatur Sipil Negara. Pegawai Aparatur Sipil Negara diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan dan tugas pembangunan tertentu. T ugas pelayanan publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan 1

3. 4. 5. 6. b. bahwa pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara belum berdasarkan pada perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki calon dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi pada jabatan sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik; Perubahan redaksi : Penambahan kata profesi, untuk memperkuat bahwa ASN adalah suatu tugas/pekerjaan yang perlu didasarkan pada akuntabilitas kinerja berdasar keahlian/keterampilan. b. bahwa untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki kewenangan mengelola dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen aparatur sipil Negara; c. bahwa Undang-Undang Nomor 8 T ahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 T ahun 1999 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 8 T ahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sudah tidak sesuai dengan penyelenggaraan kepegawaian sehingga perlu diganti; Perubahan redaksi : Frasa penyelenggaraan kepegawaian diganti dengan frasa tuntutan nasional dan tantangan global untuk memperkuat alasan perlunya penggantian UU Nomor 8 T ahun 1974 c. bahwa Undang-Undang Nomor 8 T ahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 T ahun 1999 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 8 T ahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sudah tidak sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara; Mengingat : Pasal 20 ayat (1), ayat (2), dan Pasal 21 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia T ahun 1945; pegawai Aparatur Sipil Negara.Adapun tugas pemerintahan dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan yang meliputi pendayagunaan kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Sedangkan dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan tertentu dilakukan melalui pembangunan bangsa (cultural and political development) serta melalu pembangunan ekonomi dan sosial (economic and social development) yang diarahkan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh masyarakat. Untuk dapat menjalankan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu, pegawai Aparatur Sipil Negara harus memiliki profesi dan manajemen Aparatur Sipil Negara yang berdasarkan pada asas merit atau perbandingan antara kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh calon dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi pada jabatan sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Manajemen Aparatur Sipil Negara perlu diatur secara menyeluruh, dengan menerapkan norma, standar, dan prosedur yang seragam meliputi penetapan kebutuhan dan pengendalian jumlah, pengadaan, jabatan, pola karier, penggajian, tunjangan, kesejahteraan, dan penghargaan, sanksi dan pemberhentian, pensiun, dan perlindungan. Dengan adanya keseragaman, diharapkan akan tercipta penyelenggaraan manajemen Aparatur Sipil Negara yang memenuhi standar kualifikasi yang sama di seluruh Indonesia. Dalam upaya menjaga netralitas Aparatur Sipil Negara dari pengaruh partai politik, dan untuk menjamin keutuhan, kekompakan, dan persatuan Aparatur Sipil Negara, serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran, dan tenaga pada tugas yang dibebankan, Aparatur Sipil Negara dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Untuk meningkatkan produktivitas dan menjamin kesejahteraan Aparatur Sipil Negara, dalam Undang-Undang ini ditegaskan bahwa Aparatur Sipil Negara berhak memperoleh gaji yang adil dan layak 2

Perubahan substansi : Sesuai dengan UU No. 12/2011, dasar hukum pembentukkan UU yang berasal dari DPR adalah Pasal 20 dan Pasal 21 UUD Negara RI T ahun 1945 tanpa mencantumkan ayat. 7. 8. Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T ahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 9. 1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawabnya. Selain itu, Aparatur Sipil Negara berhak memperoleh jaminan sosial. Pemberian gaji maupun jaminan sosial diselenggarakan oleh Pemerintah. Dalam rangka penetapan kebijakan manajemen Aparatur Sipil Negara, dibentuk Komisi Aparatur Sipil Negara yang mandiri dan bebas dari intervensi politik. Pembentukan Komisi Aparatur Sipil Negara ini untuk merumuskan peraturan tentang pelaksanaan standar, norma, prosedur, dan kebijakan mengenai Aparatur Sipil Negara. Komisi Aparatur Sipil Negara beranggotakan 7 (tujuh) orang yang terdiri dari seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan 5 (lima) orang anggota yang berasal dari unsur pemerintah, akademisi, tokoh masyarakat, dan wakil daerah. Ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Aparatur Sipil Negara ditetapkan dan diangkat oleh Presiden sebagai Kepala Negara untuk masa jabatan selama 5 (lima) tahun, dan hanya dapat diperpanjang untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Bagi pegawai Aparatur Sipil Negara dan anggota Komisi Aparatur Sipil Negara yang melanggar ketentuan dalam Undang- Undang ini dikenai sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana. Sanksi administrasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan sanksi pidana berupa pidana penjara dan/atau pidana denda. Untuk membentuk Aparatur Sipil Negara yang mampu menyelenggarakan pelayanan publik dan menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu mengganti Undang-Undang Nomor 8 T ahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 43 T ahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 T ahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. PASAL DEMI PASAL 3 II. Pasal 1

profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai tidak tetap pemerintah yang bekerja pada instansi dan perwakilan. Perubahan redaksi : 1. Ditambahkan frasa Republik Indonesia untuk menegaskan satu kesatuan PNS dalam wilayah NKRI, tidak ada PNS Pusat maupun Daerah. 2. Frasa pegawai tidak tetap pemerintah diusulkan diganti menjadi pegawai pemerintah nonpermanen, karena istilah Pegawai Tidak T etap sudah digunakan untuk jenis kepegawaian yang lain. 3. T idak menggunakan kata perwakilan mengingat perwakilan tersebut sudah merupakan bagian (otoritas) dari Kementerian Luar Negeri (instansi pusat) dan diganti dengan kata pemerintah. 10. 1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia dan Pegawai Pemerintah Nonpermanen Republik Indonesia yang bekerja pada instansi pemerintah dan pemerintah daerah. 2. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai tidak tetap pemerintah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang. Perubahan redaksi : 1. T ambahan frasa Republik Indonesia pada kata PNS, frasa pegawai tidak tetap diganti dengan pegawai pemerintah nonpermanen dengan dengan alasan seperti yang tersebut pada DIM angka 1. 2. T ambahan frasa persyaratan dan integritas dst, untuk memperkuat bahwa pegawai ASN selain diangkat oleh pejabat yang berwenang karena memenuhi syarat yang ditentukan. 2. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil Republik Indonesia dan pegawai pemerintah nonpermanen Republik Indonesia yang diangkat oleh pejabat yang berwenang dan memenuhi persyaratan integritas, kualifikasi, kompetensi dan lainnya yang dipersyaratkan untuk jabatan. DIM 9. Pengertian ASN a. Tambahan kata RI untuk menunjukkan bahwa pegawai pemerintah nonpermanent tidak dibedakan pemerintah pusat dan daerah. b. Tambahan kata pada instansi pemerintah daerah untuk mempertegas bahwa pegawai pemerintah nonpermanent merupakan suatu kesatuan. c. Perumusan menggunakan pola pengertian PNS menjadi PNS RI. Konsisten dengan DIM 9 11. 3. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS, adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang. Perubahan redaksi dan substansi : Ditambahkan kalimat yang diberi tugas penyelenggaraan 4

pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan masyarakat untuk memperjelas tujuan daripada pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan. 12. 3. Pegawai negeri sipil Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara indonesia yang memenuhi persyaratan integritas, kualifikasi, kompetensi dan lainnya yang dipersyaratkan untuk jabatan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang pada suatu jabatan tertentu yang diberi tugas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan masyarakat. 4. Pegawai Tidak Tetap Pemerintah adalah warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang sebagai Pegawai ASN. Perubahan redaksi dan substansi : Frasa Pegawai Tidak Tetap Pemerintah diusulkan diganti menjadi frasa Pegawai Pemerintah Nonpermanen, karena frasa Pegawai Tidak Tetap sudah digunakan untuk jenis kepegawaian yang lain. 13. 14. 15. 16. 4. Pegawai Pemerintah Nonpermanen adalah warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan integritas, kualifikasi, kompetensi dan lainnya dan diangkat oleh pejabat yang berwenang sebagai pegawai ASN pada suatu jabatan tertentu. 5. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai-nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. 6. Sistem Informasi Aparatur Sipil Negara adalah rangkaian informasi dan data mengenai pegawai Aparatur Sipil Negara yang disusun secara sistematis, menyeluruh, dan terintegrasi dengan berbasis teknologi. 7. Jabatan Eksekutif Senior adalah sekelompok jabatan tertinggi pada instansi dan perwakilan. Perubahan redaksi : T idak menggunakan istilah perwakilan dan diganti dengan kata pemerintah (alasan lihat DIM No. 9) 7. Jabatan Eksekutif adalah sekelompok jabatan tertinggi struktural eselon I, jabatan fungsional jenjang utama pada instansi pemerintah dan instansi pemerintah daerah provinsi, dan jabatan Eselon II.a pada instansi pemerintah, instansi pemerintah daerah provinsi, dan instansi pemerintah daerah kabupaten/kota, serta jabatan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah pada instansi pemerintah. 8. Aparatur Eksekutif Senior adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Eksekutif Senior melalui seleksi secara nasional yang Konsisten dengan DIM 66 5

dilakukan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara dan diangkat oleh Presiden. 17. 18. 19. Usulan Perubahan: 8. Aparatur Eksekutif Senior adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Eksekutif Senior melalui seleksi secara nasional yang dilakukan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara dan disampaikan kepada Tim Penilai Akhir untuk diangkat ditetapkan oleh Presiden. 9. Jabatan Administrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi tugas pokok dan fungsi berkaitan dengan pelayanan administrasi, manajemen kebijakan pemerintahan, dan pembangunan. 10. Pegawai Jabatan Administrasi adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Administrasi pada instansi dan perwakilan. 11. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi tugas pokok dan fungsi berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. 12. Pegawai Jabatan Fungsional adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Fungsional pada instansi dan perwakilan. Konsisten dengan DIM 78 20. 21. 22. Perubahan redaksi dan substansi : T idak menggunakan istilah perwakilan dan diganti dengan kata pemerintah. (alasan lihat DIM No. 9) 12. Pegawai Jabatan Fungsional adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Fungsional pada instansi pemerintah. 13. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat karier tertinggi pada instansi dan perwakilan. Perubahan redaksi dan substansi : T idak menggunakan istilah perwakilan dan diganti dengan kata pemerintah. (alasan lihat DIM No. 9) 13. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat karier tertinggi pada instansi pemerintah dan pemerintah daerah. Konsisten dengan DIM 9 14. Instansi adalah instansi pusat dan instansi daerah. Perubahan redaksi : Sesuai dengan istilah dalam UU Pemerintahan Daerah. 14. Instansi adalah instansi pemerintah dan instansi pemerintah daerah. 6

15. Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan lembaga non-struktural. 23. 24. 25. 26. Perubahan redaksi : Konsisten dengan DIM No. 22 15. Instansi Pemerintah adalah kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan lembaga non-struktural. 16. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan perangkat daerah kabupaten/kota yang meliputi sekretariat daerah, sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah. Perubahan substansi : Penambahan inspektorat daerah sebagai bagian dari perangkat daerah, agar sesuai dengan fungsi pengawasan yang ada pada pemerintah daerah. 16. Instansi pemerintah daerah adalah pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota. perangkat daerah provinsi dan perangkat daerah kabupaten/kota yang meliputi sekretariat daerah, inspektorat daerah, sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dinas daerah, badan dan lembaga teknis daerah. 17. Perwakilan adalah perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang meliputi Kedutaan Besar Republik Indonesia, Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Konsulat Republik Indonesia, Perutusan Tetap Republik Indonesia pada Perserikatan Bangsa- Bangsa, dan Perwakilan Republik Indonesia yang bersifat sementara. DIHAPUS : Dalam RUU ini tidak diperlukan definisi/ketentuan umum mengenai perwakilan mengingat perwakilan merupakan bagian (otoritas) dari Kementerian Luar Negeri (instansi Pemerintah). 18. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pendayagunaan aparatur negara. Perubahan redaksi : Disesuaikan dengan Perpres 47 T ahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. Penyesuaian angka 18 menjadi angka 17 karena ada penghapusan angka 17 17. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara. 27. 19. Komisi Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat KASN Konsisten dengan DIM 9 dan DIM 23 Konsistensi dengan rumusan instansi pusat yang disebutkan lembaganya, bukan perangkatnya. 7

adalah lembaga negara yang mandiri, bebas dari intervensi politik, dan diberi kewenangan untuk menetapkan regulasi mengenai profesi ASN, mengawasi Instansi dan Perwakilan dalam melaksanakan regulasi, dan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 28. Perubahan substansi : Disesuaikan dengan UU No. 39 T ahun 2008 tentang Kementerian Negara, mengenai pembagian kewenangan antara menteri dengan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), dimana komisi bertugas melaksanakan kebijakan dan bukan perumusan. Penyesuaian angka 19 menjadi angka 18 karena ada penghapusan angka 17 18. Komisi Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat KASN adalah lembaga negara yang mandiri, bebas dari intervensi politik, dan diberi kewenangan untuk melaksanakan regulasi mengenai profesi jabatan eksekutif. 20. Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disingkat LAN adalah lembaga yang diberi kewenangan berdasarkan Undang- Undang ini. Penyesuaian angka 20 menjadi angka 19 karena ada penghapusan angka 17 Kata melaksanakan regulasi sebagai payung dalam perumusan DIM KASN. 29. 19. Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disingkat LAN adalah lembaga yang diberi kewenangan berdasarkan Undang- Undang ini. 21. Badan Kepegawaian Negara yang selanjutnya disingkat BKN adalah badan yang diberi kewenangan berdasarkan Undang- Undang ini. Penyesuaian angka 21 menjadi angka 20 karena ada penghapusan angka 17 20. Badan Kepegawaian Negara yang selanjutnya disingkat BKN adalah badan yang diberi kewenangan berdasarkan Undang- Undang ini. BAB II ASAS, PRINSIP, NILAI-NILAI DASAR, DAN KODE ETIK 30. Perubahan redaksi : Perubahan dan penghapusan redaksi yaitu frasa kode etik dalam judul Bab, karena kode etik lebih bersifat norma teknis bukan norma dasar (Asas, Prinsip, Nilai-Nilai Dasar). Kode etik dijadikan pasal pada bab tersendiri. BAB II ASAS, PRINSIP, DAN NILAI-NILAI DASAR 8

31. Pasal 2 Penyelenggaraan manajemen ASN dilakukan berdasarkan asas: a. kepastian hukum; b. profesionalitas; c. proporsionalitas; d. keterpaduan; e. delegasi; f. netralitas; g. akuntabilitas; h. efektif dan efisien; i. keterbukaan j. non-diskriminasi k. persatuan dan kesatuan; l. keadilan dan kesetaraan; dan m. kesejahteraan. Pasal 2 Huruf a Yang dimaksud dengan asas kepastian hukum adalah dalam setiap kebijakan penyelenggaraan ASN, mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan. Huruf b Yang dimaksud dengan asas profesionalitas adalah mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundangundangan. Huruf c Yang dimaksud dengan asas proporsionalitas adalah mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Pegawai ASN. Huruf d Yang dimaksud dengan asas keterpaduan adalah pengelolaan Pegawai ASN didasarkan pada satu sistem pengelolaan yang terpadu secara nasional. Huruf e Yang dimaksud dengan asas delegasi adalah bahwa sebagian kewenangan pengelolaan ASN dapat didelegasikan pelaksanaannya kepada kementerian, Lembaga Pemerintah Nonkementerian, dan pemerintah daerah. Huruf f Yang dimaksud dengan asas netralitas adalah bahwa setiap Pegawai ASN tidak berpihak dari segala bentuk pengaruh manapun dan tidak memihak kepada kepentingan siapapun. Huruf g Yang dimaksud dengan asas akuntabilitas adalah bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan ASN harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Huruf h Yang dimaksud dengan asas efektif dan efisien adalah bahwa dalam menyelenggarakan manajemen ASN sesuai dengan target atau tujuan dengan tepat waktu sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan. 9

32. Pasal 3 Aparatur Sipil Negara sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut: a. nilai dasar; b. kode etik; c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. kualifikasi akademik; f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan g. profesionalitas jabatan. Perubahan redaksi : Menghapus huruf b. Kode etik (Alasan Lihat DIM No 30) Pasal 3 Aparatur Sipil Negara sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut: a. nilai dasar; b. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; c. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; d. kualifikasi akademik; Huruf i Yang dimaksud dengan asas keterbukaan adalah bahwa dalam penyelenggaraan manajemen ASN bersifat terbuka untuk publik. Huruf j Yang dimaksud dengan asas non diskriminasi adalah bahwadalam penyelenggaraan manajemen ASN, KASN tidak membedakan perlakuan berdasarkan gender, suku, agama, ras dan golongan. Huruf k Yang dimaksud dengan asas persatuan dan kesatuan adalah bahwa Pegawai ASN sebagai perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Huruf l Yang dimaksud dengan asas keadilan dan kesetaraan adalah bahwa pengaturan penyelenggaraan ASN harus mencerminkan rasa keadilan dan kesamaan untuk memperoleh kesempatan akan fungsi dan peran sebagai Pegawai ASN. Huruf m Yang dimaksud dengan asas kesejahteraan adalah bahwa penyelenggaraan ASN diarahkan untuk mewujudkan peningkatan kualitas hidup Pegawai ASN. Pasal 3 10

e. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan f. profesionalitas jabatan. 33. 34. 35. 36. Pasal 4 Nilai dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a meliputi: a. memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi negara Pancasila; b. setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaT ahun 1945; c. menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak; d. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian; e. menciptakan lingkungan kerja yang non-diskriminatif; f. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur; g. mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik; h. memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program Pemerintah; i. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun; j. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi; k. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama; l. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai; m. mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan n. meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karir. Penambahan Bab baru yaitu : Bab III Kode Etik dan Disiplin BAB III KODE ETIK DAN DISIPLIN Pasal 5 (1) Kode etik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. (2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perubahan redaksi : Memindahkan Pasal 5 dari Bab II menjadi Pasal 5 pada Bab III Mengenai Kode Etik sebaiknya diatur dalam bab tersendiri dan tidak menjadi satu BAB atau pasal dan tidak dalam BAB II yang menunjukkan kesetaraan dengan Norma Dasar dengan Asas, Prinsip, Nilai-Nilai Dasar. Pasal 5 (1) Kode etik untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. (2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tambahan pasal mengenai disiplin : Pasal 6 Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundangundangan pidana maka untuk menjamin tata tertib dan kelancaran Pasal 4 Pasal 5 11

pelaksanaan tugas, diadakan Peraturan Disiplin Aparatur Sipil Negara Usulan Perubahan (1) Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundangundangan pidana maka untuk menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, diadakan Peraturan Disiplin Aparatur Sipil Negara (2) Pegawai ASN yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin dikenakan sanksi. (3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari hukuman disiplin ringan, sedang, dan berat. 37. 38. 39. 40. Tambahan pasal mengenai tindak lanjut pengaturan kode etik dan disiplin : Pasal 7 Ketentuan lebih lanjut mengenai kode etik dan disiplin diatur dengan Peraturan Pemerintah BAB III JENIS, STATUS, DAN KEDUDUKAN Karena adanya penambahan Bab Kode Etik dan Disiplin sehingga Bab III menjadi Bab IV BAB IV JENIS, STATUS, DAN KEDUDUKAN Bagian Kesatu Jenis Pasal 6 Pegawai ASN terdiri dari: a. PNS; dan b. Pegawai Tidak Tetap Pemerintah. Perubahan redaksi : Penyesuaian Pasal 6 menjadi Pasal 8, T ambahan frasa Republik Indonesia. (alasan lihat DIM No. 9), Frasa Pegawai Tidak Tetap Pemerintah diusulkan diganti menjadi Pegawai Pemerintah Nonpermanen. (alasan lihat DIM No. 9) Pasal 8 Pegawai ASN terdiri dari: a. PNS Republik Indonesia; dan b. Pegawai Pemerintah Nonpermanen Republik Indonesia. 41. Bagian Kedua Pasal 6 Yang dimaksud dengan Pegawai Tidak Tetap Pemerintah antara lain tenaga ahli, dokter, perawat, guru, dan dosen yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja. Konsisten dengan DIM 9 12

Status Pasal 7 (1) PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a merupakan pegawai yang berstatus pegawai tetap dan memiliki Nomor Induk Pegawai. Pasal 7 42. 43. 44. 45. Penyesuaian Pasal 7 menjadi Pasal 9 Pasal 9 (1) PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a merupakan pegawai yang berstatus pegawai tetap dan memiliki Nomor Induk Pegawai. (2) Pegawai Tidak Tetap Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b merupakan pegawai yang diangkat dengan perjanjian kerja dalam jangka waktu paling singkat 12 (dua belas) bulan pada Instansi dan Perwakilan. Perubahan Redaksi : Sesuai dengan DIM No. 40 (2) Pegawai Pemerintah Nonpermanen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b merupakan pegawai yang diangkat dengan perjanjian kerja dalam jangka waktu paling singkat 12 (dua belas) bulan pada Instansi pemerintah. Bagian Ketiga Kedudukan Pasal 8 (1) Pegawai ASN berkedudukan di pusat, daerah, dan perwakilan luar negeri. Perubahan substansi : Penyesuaian Pasal 8 menjadi Pasal 10, Pemerintah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kedudukan adalah kedudukan hukum (legal standing) aparatur negara bukan kedudukan tempat (locus). Pasal 10 (1) Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara meyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Pasal 8 46. (2) Pegawai ASN yang bekerja pada Instansi Pusat, Instansi Daerah, dan Perwakilan merupakan satu kesatuan ASN. Perubahan Substansi : 13

Kata di pusat, daerah, perwakilan dihapuskan agar pegawai ASN dapat bertugas di lembaga lain karena menyelenggarakan tugas negara. (2) Pegawai ASN yang bekerja pada Instansi pemerintah dan instansi pemerintah daerah merupakan satu kesatuan ASN. Konsisten dengan DIM 9 Pasal 9 (1) Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh Pimpinan Instansi dan Perwakilan. Pasal 9 47. Perubahan substansi : Penyesuaian Pasal 9 menjadi Pasal 11 T idak menggunakan istilah perwakilan (alasan lihat DIM No. 9). 48. 49. 50. 51. Pasal 11 (1) Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh Pimpinan Instansi. (2) Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. BAB IV FUNGSI, TUGAS, DAN PERAN Karena adanya penambahan Bab Kode Etik dan Disiplin, sehingga Bab IV menjadi Bab V BAB V FUNGSI, TUGAS, DAN PERAN Bagian Kesatu Fungsi Pegawai ASN berfungsi sebagai: a. pelaksana kebijakan publik; b. pelayan publik; dan c. perekat bangsa. Pasal 10 Penyesuaian Pasal 10 menjadi Pasal 12 Pegawai ASN berfungsi sebagai: a. pelaksana kebijakan publik; b. pelayan publik; dan c. perekat bangsa. Pasal 12 Pasal 10 14

52. Bagian Kedua Tugas Pokok 53. 54. 55. 56. 57. Pasal 11 Pegawai ASN bertugas: a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Negara; b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penyesuaian Pasal 11 menjadi Pasal 13 Pasal 13 Pegawai ASN bertugas: a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Negara; b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagian Ketiga Peran Pasal 12 Pegawai ASN berperan mewujudkan tujuan pembangunan nasional melalui pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, dan bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Penyesuaian Pasal 12 menjadi Pasal 14 Pasal 14 Pegawai ASN berperan mewujudkan tujuan pembangunan nasional melalui pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, dan bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. BAB V JABATAN ASN Karena adanya penambahan Bab Kode Etik dan Disiplin sehingga Bab V menjadi Bab VI BAB VI JABATAN ASN Bagian Kesatu Umum Pasal 11 Pasal 12 15

58. 59. 60. 61. Jabatan ASN terdiri dari: a. Jabatan Administrasi; b. Jabatan Fungsional; dan c. Jabatan Eksekutif Senior. Pasal 13 Penyesuaian Pasal 13 menjadi Pasal 15 Jabatan ASN terdiri dari: a. Jabatan Administrasi; b. Jabatan Fungsional; dan c. Jabatan Eksekutif Senior. Pasal 15 Bagian Kedua Jabatan Administrasi Pasal 14 (1) Jabatan Administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a terdiri dari: a. jabatan pelaksana; b. jabatan pengawas; dan c. jabatan administrator. (2) Ketentuan mengenai klasifikasi Jabatan Administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Penyesuaian Pasal 14 menjadi Pasal 16 Pasal 16 (1) Jabatan Administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a terdiri dari: a. jabatan pelaksana; b. jabatan pengawas; dan c. jabatan administrator. (2) Ketentuan mengenai klasifikasi Jabatan Administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 15 (1) Jabatan pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pelayanan publik, administrasi pemerintahan, dan pembangunan. (2) Jabatan pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana. (3) Jabatan administrator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf c bertanggung jawab memimpin pelaksanaan seluruh Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 16

kegiatan pelayanan publik, administrasi pemerintahan, dan pembangunan. Penyesuaian Pasal 15 menjadi Pasal 17 Pasal 17 (1) Jabatan pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pelayanan publik, administrasi pemerintahan, dan pembangunan. (2) Jabatan pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana. (3) Jabatan administrator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c bertanggung jawab memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik, administrasi pemerintahan, dan pembangunan. 62. 63. Pasal 16 (1) Setiap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) ditetapkan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. (2) Penetapan kompetensi yang dibutuhkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Penyesuaian Pasal 16 menjadi Pasal 18 Pasal 18 (1) Setiap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) ditetapkan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. (2) Penetapan kompetensi yang dibutuhkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Ketiga Jabatan Fungsional Pasal 16 64. Pasal 17 (1) Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri dari jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. (2) Jabatan fungsional keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Ahli pertama; b. Ahli muda; c. Ahli madya; dan d. Ahli utama. (3) Jabatan fungsional keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Pemula b. T erampil; dan c. Mahir. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jabatan fungsional keahlian dan Pasal 17 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Jabatan Fungsional antara lain: jaksa, guru, dosen, peneliti, perancang peraturan perundang-undangan, dan auditor. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) 17

jabatan fungsional keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri. 65. 66. Penyesuaian Pasal 17 menjadi Pasal 19 Pasal 19 (1) Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri dari jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. (2) Jabatan fungsional keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Ahli pertama; b. Ahli muda; c. Ahli madya; dan d. Ahli utama. (3) Jabatan fungsional keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Pemula b. T erampil; dan c. Mahir. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Keempat Jabatan Eksekutif Senior Pasal 18 (1) Jabatan Eksekutif Senior terdiri dari pejabat struktural tertinggi, staf ahli, analis kebijakan, dan pejabat lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Perubahan substansi : Penyesuaian Pasal 18 menjadi Pasal 20 Pasal 20 (1) Jabatan Eksekutif Senior terdiri dari jabatan struktural eselon I, jabatan fungsional jenjang utama pada instansi pemerintah dan instansi pemerintah daerah provinsi, dan jabatan Eselon II.a pada instansi pemerintah, instansi pemerintah daerah provinsi, dan instansi pemerintah daerah kabupaten/kota, serta jabatan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Catatan Jabatan Eksekutif Senior terdiri dari jabatan tinggi di lingkungan instansi pemerintah dan instansi pemerintah daerah provinsi, dan instansi pemerintah daerah kabupaten/kota, serta jabatan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah 67. (2) Jabatan Eksekutif Senior sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Ayat (2) Pasal 18 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pejabat struktural tertinggi antara lain Wakil Menteri, Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Inspektur Jenderal, Sekretaris Daerah, dan Kepala Lembaga Pemerintah non Kementerian. Yang dimaksud dengan staf ahli antara lain Staf Ahli Presiden, Staf Ahli Pimpinan Lembaga Negara, dan Staf Ahli Menteri. Yang dimaksud dengan analis kebijakan adalah pejabat fungsional yang memiliki pangkat dan golongan tertinggi dalam jabatannya. Yang dimaksud dengan pejabat lainnya adalah jabatan-jabatan selain yang disebutkan dan diatur berdasarkan undang-undang. 1. Perlu dirumuskan pengertian jabatan tinggi dalam ketentuan umum. 2. Jabatan tinggi adalah jabatan-jabatan yang ada saat ini seperti setingkat eselon I dan atau yang setingkat dan eselon II sebagaimana dikenal selama ini. 18

berfungsi memimpin dan mendorong setiap Pegawai ASN pada Instansi dan Perwakilan melalui: a. Kepeloporan dalam bidang: 1. Keahlian profesional; 2. Analisis dan rekomendasi kebijakan; dan 3. Kepemimpinan manajemen. b. Mengembangkan kerjasama dengan Instansi lain; dan c. Keteladanan dalam mengamalkan nilai-nilai dasar ASN dan melaksanakan kode etik ASN. 68. 69. 70. (3) Setiap Jabatan Eksekutif Senior ditetapkan kompetensi, kualifikasi, integritas, dan persyaratan lain yang dibutuhkan. (4) Penetapan kompetensi, kualifikasi, integritas, dan persyaratan lain yang dibutuhkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. (5) Pejabat yang menduduki Jabatan Eksekutif Senior sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak atas gaji, tunjangan, dan jaminan sosial. Usulan Perubahan (5) Pejabat Pegawai yang menduduki Jabatan Eksekutif Senior sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak atas gaji, tunjangan, dan jaminan sosial. Ayat (3) Yang dimaksud dengan persyaratan lain antara lain bersedia ditempatkan di seluruh instansi dan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ayat (4) Ayat (5) Skala gaji Pejabat Eksekutif Senior berdasarkan perbandingan dengan rata-rata gaji eksekutif Badan Usaha Milik Negara dan perusahaan swasta. 71. 72. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai, gaji, tunjangan dan jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri. Perubahan substansi : (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai, gaji, tunjangan dan jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Presiden. Pasal 19 (1) Pengisian Jabatan Eksekutif Senior pada jabatan struktural tertinggi kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga pemerintah non kementerian, staf ahli, dan analis kebijakan dilakukan melalui promosi dari PNS yang berasal dari seluruh Instansi dan Perwakilan. Perubahan substansi : Penyesuaian Pasal 19 menjadi Pasal 21 Pasal 21 Ayat (6) Pasal 19 19

(1) Pengisian Jabatan Eksekutif Senior pada jabatan struktural eselon I, jabatan fungsional jenjang utama pada instansi pemerintah dan instansi pemerintah daerah provinsi, dan jabatan Eselon II.a pada Instansi Pemerintah, instansi pemerintah daerah provinsi, dan instansi pemerintah daerah Kabupaten/Kota, serta jabatan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, dilakukan melalui promosi dari PNS yang berasal dari seluruh Instansi. Konsisten dengan DIM 66 (2) Pengisian Jabatan Eksekutif Senior, khusus pada jabatan struktural tertinggi lembaga pemerintah non kementerian, staf ahli, dan analis kebijakan dapat berasal dari Non PNS yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. 73. 74. Perubahan substansi : (2) Pengisian Jabatan Eksekutif Senior, untuk jabatan struktural eselon I dan jabatan fungsional jenjang utama sebagaimana dimaksud pada pasal 21 (DIM 72) pada instansi pemerintah dan instansi pemerintah daerah provinsi dapat berasal dari Non PNS dengan kriteria sebagai berikut. yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. a. Kompentensi yang dimaksud tidak ada di lingkungan PNS b. Jabatan sebagaimana dimaksud ayat (2) sangat diperlukan. c. Dikukuhkan dengan Keputusan Presiden. (3) Pengisian Pejabat Eksekutif Senior sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh KASN Perubahan substansi : (3) Pengisian Pejabat Eksekutif Senior untuk Jabatan struktural Eselon I (I.a dan I.b) dan jabatan fungsional jenjang utama pada Instansi Pemerintah dan instansi pemerintah daerah provinsi dilakukan penilaiannya oleh KASN. Konsisten dengan DIM 66 Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan ini diatur dengan Peraturan Pemerintah Konsisten dengan DIM 66 75. Penambahan Substansi : Penambahan ayat (4) (4) Pengisian Jabatan Eksekutif Senior Eselon II.a pada instansi pemerintah, instansi pemerintah daerah provinsi, dan instansi pemerintah daerah kabupaten/kota dilakukan penilaiannya oleh im Pemerintah yang terdiri dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Menteri pengusul dan Badan Kepegawaian Negara, untuk selanjutnya disampaikan kepada Baperjakat masing-masing untuk ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. Khusus untuk Sekda Kabupaten/Kota disampaikan kepada Baperjakat Provinsi. (4) Pejabat yang berwenang atau pimpinan Instansi dan Perwakilan mengajukan permintaan pengisian jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan mengajukan kompetensi dan kualifikasi serta jabatan yang lowong kepada KASN. Konsisten dengan DIM 9 20

76. penyesuaian ayat (4) menjadi ayat (5) (5) Pejabat yang berwenang atau pimpinan Instansi mengajukan permintaan pengisian jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan mengajukan kompetensi dan kualifikasi serta jabatan yang lowong kepada KASN. (5) KASN mengumumkan lowongan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ke seluruh Instansi dan Perwakilan disertai dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan lain yang dibutuhkan Penyesuaian ayat (5) menjadi ayat (6) (6) KASN mengumumkan lowongan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ke seluruh Instansi disertai dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan lain yang dibutuhkan (6) Calon Pejabat Eksekutif Senior yang memenuhi kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan lain yang dibutuhkan berhak mengajukan lamaran kepada KASN 77. 78. 79. Penyesuaian ayat (6) menjadi ayat (7) (7) Calon Pejabat Eksekutif Senior yang memenuhi kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan lain yang dibutuhkan berhak mengajukan lamaran kepada KASN (7) KASN melakukan seleksi untuk memilih 1 (satu) orang calon Pejabat Eksekutif Senior sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Perubahan substansi : Penyesuaian ayat (7) menjadi ayat (8) (8) KASN melakukan seleksi untuk memilih 3 (tiga) orang calon Pejabat Eksekutif Senior sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan disampaikan kepada Tim Penilai Akhir untuk selanjutnya ditetapkan oleh Presiden. (8) Sebelum menduduki jabatannya, calon Pejabat Eksekutif Senior sebagaimana dimaksud pada ayat (7) mengucapkan sumpah/janji di hadapan pimpinan Instansi atau Perwakilan. Penyesuaian ayat (8) menjadi ayat (9) (9) Sebelum menduduki jabatannya, calon Pejabat Eksekutif Senior sebagaimana dimaksud pada ayat (8) mengucapkan sumpah/janji di hadapan pimpinan Instansi. 21

Penambahan substansi ayat (10) 80. 81. 82. 83. 84. (10) Ketentuan lebih lanjut mengenai KASN diatur dengan Peraturan Pemerintah. BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN Karena adanya penambahan Bab Kode Etik dan Disiplin sehingga Bab VI menjadi Bab VII BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu Hak Paragraf 1 Pegawai Negeri Sipil Pasal 20 Pegawai Negeri Sipil berhak memperoleh: a. gaji, tunjangan, dan kesejahteraan yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya; b. cuti; c. pengembangan kompetensi; d. biaya perawatan; e. tunjangan bagi yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dan sebagai akibat menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun; f. uang duka; dan g. pensiun bagi yang telah mengabdi kepada negara dan memenuhi persyaratan yang ditentukan. Penyesuaian Pasal 20 menjadi Pasal 22 Pasal 22 Pegawai Negeri Sipil berhak memperoleh: a. gaji, tunjangan, dan kesejahteraan yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya; b. cuti; c. pengembangan kompetensi; d. biaya perawatan; e. tunjangan bagi yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dan sebagai akibat menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun; f. uang duka; dan g. pensiun bagi yang telah mengabdi kepada negara dan memenuhi Pasal 20 Huruf a Yang dimaksud dengan adil dan layak adalah bahwa gaji, tunjangan, dan kesejahteraan PNS harus mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga PNS yang bersangkutan dapat memusatkan perhatian, pikiran, dan tenaganya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Huruf b Huruf c Huruf d Yang dimaksud dengan biaya perawatan adalah biaya bagi PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan sebagai akibat menjalankan tugas kewajibannya. Huruf e Huruf f Yang dimaksud dengan uang duka adalah uang yang diberikan oleh pemerintah kepada keluarga dari PNS yang meninggal dunia. Huruf g 22

persyaratan yang ditentukan. 85. 86. 87. 88. 89. Paragraf 2 Pegawai Tidak Tetap Pemerintah Perubahan redaksi : Paragraf 2 Pegawai Pemerintah Non Permanen Pasal 21 (1) Pegawai Tidak Tetap Pemerintah berhak memperoleh: a. Honorarium yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya; b. T unjangan; c. Cuti; d. Pengembangan kompetensi; e. Biaya kesehatan; dan f. Uang duka. Perubahan redaksi dengan substansi tetap Penyesuaian Pasal 21 menjadi Pasal 23 Pasal 23 (1) Pegawai Pemerintah Nonpermanen berhak memperoleh: a. Honorarium yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya; b. T unjangan; c. Cuti; d. Pengembangan kompetensi; e. Biaya kesehatan; dan f. Uang duka. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak Pegawai Tidak Tetap Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan menteri Perubahan redaksi (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak Pegawai Pemerintah Nonpermanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan menteri. Bagian Kedua Kewajiban Pasal 22 Pegawai ASN wajib: a. setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T ahun 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; Pasal 21 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan adil dan layak adalah bahwa honorarium yang diterima oleh Pegawai Tidak Tetap Pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsi yang menjadi tanggungjawab Pegawai Tidak Tetap Pemerintah. Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Yang dimaksud dengan uang duka adalah uang yang diberikan oleh pemerintah kepada keluarga dari Pegawai Tidak Tetap Pemerintah yang meninggal dunia. Ayat (2) Pasal 22 23

b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; c. menaati semua ketentuan peraturan perundang-undangan; d. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab; e. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, tindakan, dan ucapan kepada setiap orang baik di dalam maupun di luar kedinasan; dan f. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 90. 91. 92. Penyesuaian Pasal 22 menjadi Pasal 24 Pasal 24 Pegawai ASN wajib: a. setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T ahun 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; c. menaati semua ketentuan peraturan perundang-undangan; d. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab; e. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, tindakan, dan ucapan kepada setiap orang baik di dalam maupun di luar kedinasan; dan f. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB VII KELEMBAGAAN Karena adanya penambahan Bab Kode Etik dan Disiplin sehingga Bab VII menjadi Bab VIII BAB VIII KELEMBAGAAN Bagian Kesatu Umum Pasal 23 (1) Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan dan manajemen ASN. Penyesuaian Pasal 23 menjadi Pasal 25 Pasal 23 24

Pasal 25 93. 94. 95. 96. 97. (1) Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan dan manajemen ASN. (2) Untuk melakukan pembinaan profesi dan pegawai ASN, Presiden mendelegasikan sebagian kekuasaan pembinaan dan manajemen ASN kepada: a. Menteri, berkaitan dengan kewenangan perumusan kebijakan umum pendayagunaan Pegawai ASN; b. KASN, berkaitan dengan kewenangan perumusan kebijakan pembinaan profesi ASN dan pengawasan pelaksanaannya pada Instansi dan Perwakilan; Perubahan substansi : Pembagian tugas antara lembaga disesuaikan dengan UU No. 39/2008 tentang Kementerian Negara (alasan lihat DIM No. 27) b. KASN, berkaitan dengan kewenangan pelaksanaan kebijakan pembinaan profesi JES untuk jabatan struktural eselon I, jabatan fungsional jenjang utama pada instansi pemerintah dan instansi pemerintah daerah provinsi, dan pengawasan pelaksanaannya monitoring dan evaluasi implementasinya pada Instansi; c. LAN, berkaitan dengan kewenangan penelitian dan pengembangan administrasi pemerintahan negara, pembinaan pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan untuk penjenjangan Aparatur Sipil Negara; dan d. BKN, berkaitan dengan kewenangan pembinaan manajemen Pegawai ASN, penyusunan materi seleksi umum calon Pegawai ASN, pembinaan Pusat Penilaian Kinerja Pegawai ASN, pemeliharaan dan pengembangan Sistem Informasi Pegawai ASN, dan pembinaan pendidikan fungsional analis kepegawaian. Perubahan substansi : Pembagian tugas antara lembaga disesuaikan dengan UU No. 39/2008 tentang Kementerian Negara. d. BKN, berkaitan dengan kewenangan pelaksanaan manajemen Pegawai ASN, penyusunan materi seleksi umum calon Pegawai ASN, pembinaan Pusat Penilaian Kinerja Pegawai ASN, pemeliharaan dan pengembangan Sistem Informasi Pegawai ASN, dan pembinaan jabatan fungsional di bidang kepegawaian pendidikan fungsional analis kepegawaian. Konsisten dengan DIM 27, 66, DIM 72 dan DIM 74 Sesuai dengan fungsi KASN sebagai pelaksana kebijakan pembinaan profesi JES sehingga pengawasan diubah menjadi monitoring dan evaluasi. 25