BABI PENDAHULUAN. Pada hakekatnya manusia diciptakan sebagai makhluk sosia1. Sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BABI PENDAHULUAN. Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang memiliki aka! budi dan

BABI PENDAHULUAN. Manusia adalah rnakhluk sosial sehingga sejak dari lahir sudah terbentuk

BABI PENDAHULUAN. Setiap orangtua ingin memiliki anak yang cerdas. Namun cerdas dalam hal

BABI PENDAHULUAN,, <

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BABI PENDAHULUAN. Kehidupan perkawinan akan terasa lebih lengkap dengan hadirnya anakanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesepian tanpa adanya teman cerita terlebih lagi pada remaja yang cendrung untuk

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BABI PENDAHULUAN. Persahabatan merupakan hal yang bersifat universal yang dapat dirasakan

BABI PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masyarakat dikejutkan dengan persoalan-persoalan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

BABI PENDAHULUAN. Masa rernaja rnerupakan rnasa peralihan dari rnasa kanak-kanak rnenuju

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyar

Tabell.l. Usia Harapan Hidup Lansia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab

Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa remaja. Salzman dan Pikunas (dalam Syamsu, 2001: 71) mengatakan bahwa masa remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan media komunikasi yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BABI PENDAHULUAN. Sebagai manusia, remaja pada dasarnya menginginkan kesempumaan

1.1 Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL

fenomena yang tidak asing lagi di telinga masyarakat luas. Biasanya pekelahian

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. biasa atau persahabatan yang terjalin dengan baik. Kecenderungan ini dialami

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

Dalam era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan akan rasa aman, penerimaan diri serta pengakuan atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (zoon politicon). Sebagai


BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. pula peran ternan sebaya rnenjadi besar. Remaja rnenunjukkan keinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan

BABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak ditemukan berbagai penyakit kelainan darah, salah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan dalam dua bentuk yang berbeda, baik. secara fisik maupun psikis, yang kemudian diberi sebutan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BABI PENDAHULUAN. Seperti yang telah diketahui bahwa rnenjelang abad ke 20, negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak akan bisa tahan untuk hidup sendiri di dunia ini. Hal ini

BABI PENDAHULUAN. Dalam setiap sendi kehidupannya, manusia dibatasi oleh norma, baik itu norma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN

BABI PENDAHULUAN 1.1. LATARBELAKANG MASALAH Pada hakekatnya manusia diciptakan sebagai makhluk sosia1. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa lepas dari kehidupannya bersama orang lain. Manusia keluar dari dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain. Interaksi ini bertuj uan agar manusia dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang dewasa dan matang. Maka, untuk mencapai tujuan tersebut manusia harus punya ketrampilan untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada dasarnya manusia memiliki banyak kebutuhan-kebutuhan. Seperti yang dikemukakan Abraham Maslow, kebutuhan-kebutuhan itu antara lain kebutuhan fisiologis (misalnya: makan, minum, pakaian, dan lain-lain), kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan harga diri, kebutuhan untuk mencapai aktualisasi. Murray juga mengemukakan beberapa kebutuhan manusia antara lain; kebutuhan berprestasi, kebutuhan harga diri, kebutuhan agresi, kebutuhan berafiliasi, kebutuhan untuk bekeijasama, kebutuhan seks, dan Iainlain. Dari sekian banyak kebutuhan yang ada, salah satu kebutuhan yang akan dibahas di sini yaitu kebutuhan untuk berafiliasi. Menurut Murray, salah satu kebutuhan yang dibutuhkan manusia adalah kebutuhan untuk berafiliasi yaitu suatu kebutuhan untuk mendekatkan diri, bekeijasama atau membalas ajakan orang lain yang bersekutu (orang lain yang

2 menyerupai atau yang menyukai subyek). Membuat senang dan mencari afeksi dari objek yang disukai, patuh dan tetap setia kepada seorang kawan. Dalam upaya untuk mencapai kebutuhan berafiliasi dengan orang lain, man usia juga mengalami hambatan-hambatan seperti salah paham karena kurang komunikasi, kurang didengarkan, kurangnya informasi atau pengetahuan, terlalu cepat menarik kesimpulan, terlalu menaruh prasangka, suasana hati yang buruk, dan lain-lain. Hal ini bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menimbulkan depresi mental (Cole, 1997:4). Peran komunikasi dalam berinteraksi dengan orang lain sungguh sangat penting. Jika seseorang tidak pandai dalam berkomunikasi, hal ini dapat menyebabkan seseorang tidak mampu rnenjalin hubungan yang lebih akrab dan akan menyulitkan seseorang dalam rnernenuhi kebutuhan berafiliasi. Studi rnenunjukkan bahwa ketika rnasih bayi tidak di asuh dengan baik, rnereka rnenjadi tidak mampu beijuang dan akan mengalami depresi yang berat (Spitz & Wolf, 1946) (dalarn bukunya Hojat, 1989: 83). Kebutuhan berafiliasi pada remaja yang terutama rnengarah pada kebutuhan untuk berada bersarna dengan keluarganya dan juga berinteraksi dengan ternan sebaya. Dalam sebuah keluarga, orangtua, saudara kandung dan kakek-nenek merniliki peran penting bagi rernaja. Pada rnasa remaja ini akan rnernbentuk kelompok yang merniliki minat dan tujuan yang sarna. Dan kelompok yang rnereka bentuk terbagi rnenjadi dua, kelornpok formal dan kelompok imformal. Contoh kelompok formal yaitu sebagai tim basket, group band, dan rnasih banyak lagi. Dan contoh untuk kelornpok informal adalah kelompok gank

3 atau kelompok bermain yang memiliki minat dan tujuan yang sarna. Dan sebagai anggota keluarga, remaja memiliki keinginan agar orangtuanya mau mengerti setiap kebutuhan yang dibutuhkan oleh remaja tersebut dan juga ingin supaya orangtuanya bisa berperan sebagai seorang sahabat yang memahami keadaan dirinya. Diharapkan kebutuhan berafiliasi pada remaja dapat terpenuhi, dimana remaja secara individu menginginkan hubungan yang akrab dengan orang lain dan berkomunikasi secara terbuka dengan siapapun terutama dengan ternan sebayanya. Remaja secara individu, memiliki keinginan untuk diperhatikan oleh orang lain atas kehadirannya di tengah-tengah teman-temannya dan ingin dihargai ketika ia mengeluarkan pendapat-pendapatnya tentang berbagai topik yang tren pada saat itu. Tapi bila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan berafiliasi, maka orang tersebut akan terisolasi dan merasa dirinya tidak punya teman untuk bercakap-cakap. Ia akan merasa sendirian. Dan pada saat kebutuhan berafiliasi tidak terpenuhi, ini akan membuat seseorang merasa kesepian, kalau seseorang merasa kesepian hal itu karena ia adalah manusia biasa dengan segala kelemahan, naluri, emosi, keinginan, dan aspirasinya. Hal ini jika dibiarkan lama-kelamaan akan membuat seseorang menjadi depresi. Seseorang yang memiliki emosi stabil adalah orang yang afiliasinya tinggi dan penerimaan kontrol (mereka merasa bahwa mereka berharga dihadapan orang lain), merasa bahagia dibanding dengan orang emosinya tidak stabil, mereka yang rendah dalam berafiliasi dan rendah dalam penerimaan kontrol. (De Neve, 1989) (Baron, 2001 :405).

4 Pada kenyataannya, masih ada remaja yang merasa kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain baik dengan anggota keluarganya maupun dengan kelompok sebayanya. Hal ini dikarenakan remaja sering mengalami konflik dengan orangtuanya yang disebabkan perbedaan konsep dan pendapat. Beberapa remaja sering merasa sendiri karena mereka memiliki kebutuhan yang kuat untuk dekat dengan orang lain, tetapi ketrampilan dalam menjalin hubungan dengan orang lain belum berkembang dengan baik sesuai dengan kebutuhan yang mereka miliki. Mereka merasa terisolasi dan beranggapan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat diajak berkomunikasi. (Santrock, 1998:332). Dengan melihat latar belakang di atas maka, peneliti tertarik untuk meneliti masalah tersebut untuk mengetahui hubungan antara pemenuhan kebutuhan berafiliasi dengan tingkat depresi pada remaja. 1.2. BATASAN MASALAH Bagi remaja kebutuhan berafiliasi merupakan kebutuhan yang penting dalam kehidupannya. Dan setiap remaja akan berusaha dalam memenuhi kebutuhannya. Namun, kenyataannya masih ada yang belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut yang disebabkan ketrampilan mereka yang masih kurang. Dan dalam penelitian ini masalah yang diungkap adalah hubungan pemenuhan kebutuhan berafiliasi dengan tingkat depresi pada remaja yang berusia 18-22 Tahun, mahasiswa Unika Widya Mandala, Surabaya.

5 1.3. RUMUSAN MASALAH Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: "Apakah ada hubungan antara pemenuhan kebutuhan berafiliasi dengan tingkat depresi pada remaja?" 1.4. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: Ingin mengetahui apakah ada hubungan antara pemenuhan kebutuhan berafiliasi dengan tingkat depresi pada remaja. 1.5. MANFAAT PENELmAN Dengan temuan yang diperoleh dari penelitian Illl, diharapkan dapat diperoleh Manfaat-manfaat sebagai berikut: Manfaat Teoritis: Jika hasil penelitian ini signifikan, maka diharapkan menjadi bahan masukan atau informasi bagi pengembangan teori psikologi, khususnya Psikologi Klinis mengenai pemenuhan kebutuhan berafiliasi dapat mengurangi tingkat depresi pada remaja. Manfaat Praktis: Jika:- hasil penelitian ini signifikan, maka diharapkan mampu memberikan informasi bagi remaja dan keluarganya bahwa pemenuhan kebutuhan berafiliasi dapat mengurangi tingkat depresi pada remaja.