BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada 60 pasien geriatri di Poliklinik Geriatri dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 6 PEMBAHASAN. disebabkan proses degenerasi akibat bertambahnya usia. Faktor-faktor risiko

BAB I PENDAHULUAN. lansia, menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. control untuk menganalisis hipertensi dengan kejadian presbiakusis yang

BAB 4 METODE PENELITIAN. risiko : 1) usia, 2) hipertensi 3) diabetes melitus 4) hiperkolesterol 5) merokok

BAB 1 PENDAHULUAN. pendengaran yang bersifat progresif lambat ini terbanyak pada usia 70 80

ABSTRAK. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, Audiometri

ANALISIS FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL PADA PEKERJA PT. X SEMARANG

PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP AMBANG PENDENGARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

The Effect of Hypertension on The Incidence of Presbycusis in Elderly at PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

POLA GANGGUAN PENDENGARAN DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER (THT-KL) RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH BERDASARKAN AUDIOMETRI

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Poliklin ik Saraf RSUD Dr. Moewardi pada

BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB IV METODE PENELITIAN

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 5 PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada 40 pasien epilepsi yang menjalani monoterapi

PENGARUH PERUBAHAN KETINGGIAN TERHADAP NILAI AMBANG PENDENGARAN PADA PERJALANAN WISATA DARI GIANYAR MENUJU KINTAMANI

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

ABSTRAK. Hubungan Gangguan Pendengaran Sensorineural Pada Kelompok Lanjut Usia Dengan Diabetes Melitus Di Puskesmas Denpasar Barat II, Denpasar

Efektiitas Terapi Musik Klasik Untuk Mengurangi Kecemasan Pada Ibu Bersalin Seksio Sesarea Di RSUD dr.pirngadi Medan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Telinga

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan audiometri nada murni (Hall dan Lewis, 2003; Zhang, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

12/3/2010 YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR

Skrining dan Edukasi Gangguan Pendengaran pada Anak Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB III METODE PENELITIAN

KEJADIAN KURANG PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN MESIN KERETA API PADA PEMUKIM PINGGIR REL DI KELURAHAN GEBANG KABUPATEN JEMBER

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang

Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian presbikusis di rumah sakit Dr Kariadi Semarang

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam.

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB III METODE PENELITIAN. obeservasional analitik dengan pendekatan cross sectional. ( ) ( ) ( )

PENGARUH PAPARAN BISING TERHADAP AMBANG PENDENGARAN SISWA SMK NEGERI 2 MANADO JURUSAN TEKNIK KONSTRUKSI BATU BETON

commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian tentang hubungan serangan asma dengan

Pemeriksaan Pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN AUDIOMETRI PADA OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK BENIGNA DAN MALIGNA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

BAB 1 PENDAHULUAN. praktik kedokteran keluarga (Yew, 2014). Tinnitus merupakan persepsi bunyi

Hubungan Antara Lama Kerja dengan Terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL) pada Masinis DAOP-IV Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan rancangan cross sectional untuk mempelajari dinamika. pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

Transkripsi:

60 BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada 60 pasien geriatri di Poliklinik Geriatri dan Poliklinik Telinga Hidung Tenggorok dan Bedah Kepala Leher (THT-KL) RSUD dr. Moewardi Surakarta untuk dilakukan pemeriksaan telinga, hidung, tenggorok yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni dengan timpanometri. Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus 2013 sampai dengan Oktober 2013. Jenis penelitian dengan desain observational analitik dengan metode cross sectional untuk menganalisis hipertensi stage I-II dengan kejadian presbikusis yang dilakukan di RSUD dr.moewardi Surakarta. Pada kelompok umur < 65 tahun presbikusis (+) sebanyak 1 orang (1,7%) dan presbikusis(-) sebesar 13 orang (21,7%), se presbikusis(+) sebesar 21 orang (35%) dan presbikusis(-) sebesar 25 orang (41,7%). Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kelompok secara keseluruhan mempunyai kejadian presbikusis(+) sebesar 22 orang (36,70%), dan hubungan antara kelompok umur dengan kejadian presbikusis bermakna secara statistik, tahun mempunyai risiko kejadian presbikusis sebesar 10,92 kali (OR = 10,92; CI 95%=1,31-90,52; p = 0,021 ).

61 Pada penelitian Marchiori et al, (2002) melakukan penelitian tentang frekuensi dan profil audiometri pada pasien hipertensi, terdapat 552 pasien yang dilakukan penilaian audiometri. Dari 552 pasien, 137 berasal dari pasien dengan hipertensi arteri dari kedua jenis kelamin, dengan usia bervariasi antara 64 sampai dengan 84 tahun (88,32%). Menurut penelitian Rey et al, (2002) pada 59 pasien dengan usia rata-rata 75 tahun dan terdapat penurunan pendengaran yang signifikan dengan hipertensi. Pada kelompok jenis kelamin perempuan presbikusis(+) sebanyak 7 orang (11,7%) dan presbikusis(-) sebesar 13 orang (21,7%), sedangkan kelompok laki-laki yang presbikusis(+) sebesar 15 orang (25%) dan yang presbikusis(-) sebesar 25 orang (41,7%). Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kelompok secara keseluruhan mempunyai kejadian presbikusis(+) sebesar 22 orang (36,6%), dan hubungan antara kelompok jenis kelamin dengan kejadian presbikusis tidak bermakna secara statistik, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan mempunyai risiko kejadian presbikusis sebesar 1,11 kali ( OR = 1,11; CI 95%=0,36-3,41; p = 1,0). Menurut penelitian Fernanda (2009) hubungan presbikusis dengan jenis kelamin, tidak ada perbedaan signifikan secara statistik. Didapatkan kejadian presbikusis pada laki-laki sebanyak 191 orang dan perempuan sebanyak 201 orang. Penelitian di Qatar mengatakan frekuensi laki-laki lebih banyak 52,6% dibanding perempuan 49,5%. Berdasarkan penelitian di South Carolina USA, ditemukan frekuensi laki-laki 52,1% lebih banyak dari perempuan 48,4%. Hasil ini

62 sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan, laki-laki mempunyai frekuensi lebih banyak daripada perempuan mengingat bahwa riwayat bising dapat mempengaruhi terjadinya presbikusis yang dihubungkan bahwa laki-laki lebih banyak bekerja dan mendapat paparan suara bising baik didalam maupun diluar dilingkungan kerja (Lee et al.,2005; Mondeli dan Lopez.,2009). Johnson (1998) menuliskan bahwa pada usia 70 tahun, kurang pendengaran belum begitu terasa sedangkan pada usia old kurang pendengaran lebih nyata. Hasil penelitian Johnson menemukan adanya perbedaan yang signifikan pada penurunan nilai ambang dengar subyek berusia 75 tahun dibanding subyek berusia 70 tahun.sesuai dengan teori bahwa dengan bertambahnya usia maka kemungkinan terjadinya degenerasi semakin tinggi termasuk pada organ pendengaran sehingga fungsinya akan menurun. Menurut penelitian Gates (2003) membenarkan bahwa gangguan pendengaran sensorineural yang terjadi dengan penuaan berhubungan dengan insufisiensi mikrosirkulasi yang terjadi akibat oklusi pembuluh darah yang disebabkan oleh emboli, perdarahan atau vasospasme, dan ini terjadi karena sindrom hiperviskositas atau mikroangiopati yang disebabkan oleh diabetes atau hipertensi, dan yang terakhir bisa, melalui mekanisme histopatologis menyebabkan gangguan pendengaran sensori neural.

63 Pada kelompok pasien lama sakit < 5 tahun presbikusis(+) sebanyak 5 orang (8,3%) dan presbikusis(-) sebesar 20 orang (33,3%), sedangkan kelompok pasien ng presbikusis(+) sebesar 21 orang (35%) dan yang presbikusis(-) sebesar 14 orang (23,3%). Tabel 4.3 menunjukkan bahwa lama sakit secara keseluruhan mempunyai kejadian presbikusis sebesar 26 orang (43,4%), dan hubungan antara lama sakit dengan kejadian presbikusis bermakna secara statistik, mempunyai risiko kejadian presbikusis sebesar 6,0 kali (OR = 6,0; CI 95%=1,82-19,73; p = 0,002). Hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronik (dalam jangka waktu lama). Suatu penelitian longitudinal di Baltimora mengenai insiden penurunan pendengaran akibat faktor risiko yang dievaluasi selama 5 tahun kedepan terdapat penurunan sebesar 5 db pada frekuensi bicara. Mengingat bahwa presbikusis merupakan kelainan kurang pendengaran yang berjalan progresif lambat, sehingga disini pembagian lama waktu sakit hipertensi dengan batasan > 5 tahun. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, berdasarkan uji Chi square menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan p>0,05 (Bluestones, 2009). Menurut penelitian Machiori (2003) pada 223 pasien hipertensi dengan usia 60-84 tahun mengalami penurunan pendengaran sebanyak 43,6% terjadi sensori neural hearing loss derajat sedang.

64 Hasil uji Chi Square pada kejadian presbiskusis dengan hipertensi pada tabel 4.4 didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik, dimana kelompok hipertensi stage II akan meningkatkan risiko kejadian presbikusis sebesar 5,2 kali dari pada hipertensi stage I (OR = 5,2 ; CI 95%=1,698-15,921; p = 0,003). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tuli yang bersifat sensori neural menghasilkan ketidakmampuan sirkulasi pembuluh darah kecil sehingga menyebabkan emboli, perdarahan dan vasospasme,beberapa dapat disebabkan oleh kejadian hipertensi, hiperviskositas, atau sindrom mikroangiopati, dengan pencegahan hipertensi seperti beberapa faktor risiko yang harus dihindari sehingga mengurangi kejadian penurunan pendengaran (Acta, 2006). Tabel 4.5 hasil analisis regresi logistik multivariat, usia berpengaruh signifikan terhadap kejadian presbikusis kejadian presbikusis sebesar 12.2 kali ( OR = 12,2; CI= 1,18-125,95; p = 0,036). Lama sakit berpengaruh signifikan terhadap kejadian presbikusis, semakin lama sakit mempunyai risiko kejadian presbikusis sebesar 5,55 kali (OR=5,55; CI 95%=1,38-22,32; p=0,016). dan hipertensi bermakna secara statistik terhadap presbikusis (OR=6,7; CI 95%=1,35-32,66; p=0,019).

65 Hubungan antara hipertensi dengan penurunan pendengaran pada populasi dewasa memberikan motivasi untuk melakukan penelitian melalui riwayat penyakit yang kronik dapat disebabkan karena masalah faktor genetik, gaya hidup, lingkungan dan usia berawal dari masalah kesehatan masing-masing individu terjadi setelah usia 65 tahun keatas, hal ini mempunyai tujuan untuk menurunkan angka kejadian hipertensi untuk kesehatan individu dan digunakan untuk mempertahankan kondisi fisik dan fungsi dari mental dengan perhatian khusus pada sistem penyakit terutama hipertensi (Teixeira, et al, 2008). A. Keterbatasan Penelitian Dilakukan penelitian lebih lanjut seperti penggunaan obat-obatan hipertensi serta dosis penggunaan yang dapat menyebabkan kejadian presbikusis serta faktorfaktor yang lain seperti faktor genetik berpengaruh terhadap kejadian presbikusis, namun pada penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan genetik selain itu aspek lingkungan sehari-hari atau riwayat pekerjaan dapat berperan terhadap kejadian presbikusis namun pada penelitian ini tidak dilakukan analisis.