BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di masa modern ini, alkohol merupakan minuman yang sangat tidak asing lagi dikalangan masyarakat umum. Kebiasaan masyarakat mengkonsumsi alkohol dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi seseorang, namun alkohol dapat menimbulkan dampak buruk bagi si peminum (Darmono, 2000). Latar belakang seseorang mengkonsumsi alkohol adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap perbuatan tersebut tidak melanggar norma (permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Menurut riset yang dilakukan di Inggris oleh Alphin dan Jorst pada tahun 2004 mengenai konsumsi alkohol dikalangan alkoholik, ditemukan pada setiap kalangan alkoholik, pria mengkonsumsi lebih banyak alkohol perbulannya dari pada wanita. Alkohol merupakan senyawa kimia yang terdiri dari atom karbon, hidrogen, dan oksigen, dengan atom oksigen dalam bentuk OH -. Berdasarkan rumus kimianya, alkohol dibedakan atas etanol (etil alkohol), metanol (metil alkohol), dan propanol (propil alkohol). Bentuk alkohol yang paling umum digunakan dalam industri adalah metanol dan etanol. Substansi alkohol yang biasa diminum adalah golongan etanol atau etil alkohol dengan rumus kimia CH3CH2OH (Sutarni, 2007). Molekul alkohol sangat kecil dan dapat dengan mudah larut dalam lipid dan air. Oleh karena sifat ini, alkohol memasuki aliran darah dengan mudah dan juga dapat melewati sawar darah otak (blood brain barrier) dengan bebas (Halim et al., 2006). Etanol adalah bahan cairan yang telah lama digunakan sebagai obat dan merupakan bentuk alkohol yang terdapat dalam minuman keras seperti bir, anggur, wiskey maupun minuman lainnya. Etanol merupakan cairan yang jernih tidak berwarna dan mudah sekali larut dalam air sehingga sangat potensial menghambat sistem saraf pusat terutama dalam aktifitas sistem retikular. (Anneahira, 2009). 1
Metanol bersifat ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, beracun dan berbau khas. Metanol digunakan sebagai bahan penambah bensin, bahan pemanas ruangan, pelarut industry, serta terdapat pada larutan fotokopi. Keracunan metanol dapat menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Metanol paling banyak dijumpai dalam rumah tangga dalam bentuk canned heat atau cairan pembersih kaca mobil (Zakhari, 2006). Kadar alkohol dalam minuman keras harus memenuhi persyaratan yang dicantumkan dalam peraturan perundang-undangan Menteri Kesehatan RI Nomor 151/A/SK/V/81 dan Nomor 86/Menkes/Per/IV/77. Kandungan alkohol pada setiap minuman bervariasi yaitu pada bir umumnya mengandung alkohol 3,5% sampai 5 %, wine mengandung alkohol 10%-14%, fortified wine mengandung alkohol 14-20 % sedangkan whisky, vodka mengandung 40 % alkohol. Sedangkan untuk kandungan etanolnya digolongkan menjadi tiga bagian yaitu: golongan A (Bir, 1-5%), golongan B (Wine/anggur, 15-20%), golongan C (whisky, brandy, genever, arak, gin, rum, dan vodka, 20-55%) (Anneahira, 2009). Peminum alkohol dapat digolongkan ke dalam 3 kelompok, yaitu kelompok peminum ringan (light drinker) mereka yang mengkonsumsi alkohol dari 0,28 sampai 5,9 gram atau ekuivalen dengan minum 1 botol beer atau kurang. Kelompok peminum menengah (moderate drinker) mengkonsumsi alkohol dari 6,2 sampai 27,7 gram alkohol atau setara dengan 1 sampai 4 botol beer per hari. Kelompok peminum berat (heavy drinker) yang mengkonsumsi lebih dari 28 gram per hari atau lebih dari 4 botol per hari (Anneahira, 2009). Konsumsi minuman beralkohol secara berlebih dapat menimbulkan banyak masalah, baik masalah sosial maupun masalah kesehatan. Masalah sosial yang diakibatkan oleh alkohol antara lain ketergantungan dan juga penggunaan untuk mabuk-mabukan yang mendorong perbuatan kriminal (Leavell, 1958). Alkohol yang terdapat di dalam minuman jika dikonsumsi dalam jangka pendek secara berlebihan akan menimbulkan keracunan yang menyebabkan terjadinya penurunaan daya reaksi, kemampuan menduga jarak dalam hal mengemudi sehingga cenderung menimbulkan kecelakaan lalu lintas di jalan. Penurunan kemampuan mengontrol diri dan hilangnya kapasitas berpikir kritis akan 2
menimbulkan tindakan yang melanggar hukum seperti pemerrkosaan, penganiayaan, kejahatan lain ataupun tindakan bunuh diri (Sutarni, 2007 dalam Suaniti, 2010). Konsumsi alkohol dalam jangka panjang juga akan menimbulkan penyakit diantaranya, gagal ginjal, kanker hati, gangguan pencernaan atau terjadinya pendarahan pada saluran pencernaan seperti di usus, gangguan sistem kardiovaskular, menekan fungsi otak, merusak pankreas dan sistem saraf tanpa disertai rasa sakit, melahirkan bayi autis atau abnormal bagi wanita hamil, dan meracuni janin. Selain itu, alkohol dapat mempengaruhi kerja tubuh dan pikiran, mengganggu pertumbuhan tubuh, dan memperlambat aktivitas. (Lordbroken, 2011). Selain memiliki sisi negatif alkohol juga memiliki sisi positif, tetapi jika dikonsumsi dengan dosis yang tepat, misalnya minuman bir yang memiliki kadar alkohol 3,5% sampai 5 %, dapat mengurangi resiko penyakit jantung, dan sebagai anti kanker bila diminum secara teratur, satu setengah gelas bir per hari dapat meningkatkan sensitivitas insulin, mengurangi resiko diabetes dan batu ginjal. Selain itu protein di dalam bir mampu melindungi otak atau ancaman Alzheimer dan serangan kanker payudara pada wanita (Alit, 2012). Banyak yang menduga bahwa alkohol tidak memiliki efek pada sistem reproduksi, karena alkohol cenderung lebih berpengaruh pada hati dan ginjal (Zakhari, 2006). Di dalam tubuh alkohol masuk ke dalam lambung dan diserap di usus kecil, alkohol yang telah masuk hanya 5-15% saja yang dapat disekresikan kembali secara langsung melalui keringat, paru-paru dan urin. Alkohol akan dimetabolisme di dalam ginjal, paru-paru, dan otot (Panjaitan, 2003). Jika seorang pria mengkonsumsi alkohol secara berlebih dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan menurunnya produksi hormon testosteron sehingga mengganggu produksi sperma dan spermatogenesis. Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2007) mengenai pengaruh alkohol terhadap jumlah lapisan sel spermatogenik dan berat vesikula seminalis pada mencit yang diberikan perlakuan alkohol secara oral dengan konsentrasi 0,1mL, 0,2mL, dan 0,3mL, menunjukan bahwa terdapat penurunan jumlah lapisan sel spermatogenik dan penurunan berat 3
vesikula seminalis akibat kegagalan metabolisme di dalam tubuh. Menurut Wright (1991) alkohol menyebabkan kegagalan sintesis retinol di dalam testis. Kegagalan sintesis retinol ini akan menyebabkan gangguan spermatogenesis, karena retinol merupakan senyawa yang esensial untuk berlangsungnya spermatogenesis. Alkohol juga mengganggu fungsi hipotalamus, kelenjar hipofisis anterior, dan testis (Fahrial, 2009). Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus, proses ini mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan membentuk sperma fungsional (Sugiri, 1988). Spermatogenesis pada manusia memerlukan waktu selama 64 hari atau setelah empat daur epitel tubulus seminiferus, sedangkan spermatogenesis tikus memerlukan waktu 48 hari atau setelah empat daur epitel tubulus seminiferus. Lama satu daur epitel tubulus seminiferus pada manusia adalah 16 hari, sedangkan pada tikus adalah 12 hari (Bloom dan Fawcett, 1975). Spermatogenesis pada tikus berlangsung melalui 3 tahapan meliputi: spermatositogenesis, meosis, dan spermiogenesis. Pada tahap spermatositogenesis spermatogonia mengalami mitosis berkali-kali dan membentuk spermatosit primer. Tahap meosis terdiri dari dua fase yaitu meosis I dan meosis II. Miosis I akan membentuk spermatosit sekunder. Fase meiosis II spermatosit sekunder mengalami reduksi di bagian kromosom membentuk spermatid yang haploid. Proses ini terjadi saat spermatosit primer menjauhi lamina basalis, dan sitoplasma semakin banyak. Tahapan Spermiogenesis terdiri dari 4 fase yaitu fase golgi, fase cap (fase tutup), fase akrosom dan fase pematangan atau maturasi, yang dibagi menjadi 19 tahapan. (Clermont, 1968 dan Leblond, 1952). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suaniti et al. (2011) dan Suaniti et al. (2012) tikus yang diberikan alkohol selama 1minggu dengan dosis 5% secara akut tidak menunjukan adanya kerusakan pada hati, tetapi tikus yang diberikan alkohol 20% dengan dosis kronis menunjukan adanya kerusakan yang meluas pada sel hati. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian mengenai pengaruh alkohol 20% terhadap spermatogenesis pada tubulus seminiferus testis tikus putih (Rattus sp). 4
1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimana pengaruh pemberian alkohol 20% selama 48 hari terhadap penurunan jumlah sel-sel spermatogenik pada tikus putih (Rattus sp).? 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan jumlah sel-sel spermatogenik pada tikus putih (Rattus sp) setelah diberikan alkohol 20% selama 48 hari. 1.4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai spermatogenesis setelah pemberian alkohol secara kronis selama 48 hari sehingga masyarakat diharapkan dapat mengurangi konsumsi alkohol yang berlebih. Selain itu penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya akan dampak konsumsi alkohol terhadap fungsi reproduksi. 5