BAB II LANDASAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

ANALISIS PEMBEBANAN BESMEN TAHAN GEMPA

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

PEMODELAN DINDING GESER BIDANG SEBAGAI ELEMEN KOLOM EKIVALEN PADA MODEL GEDUNG TIDAK BERATURAN BERTINGKAT RENDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN STRUKTUR SHEARWALL PADA BANGUNAN GARDU INDUK TINJAUAN TERHADAP PERATURAN GEMPA SNI

ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

BAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS. Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang

T I N J A U A N P U S T A K A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN BANGUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE CORE WALL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TINGGI MENGGUNAKAN SOFTWARE ETABS, SAP2000 DAN SAFE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

BAB III METODE PENELITIAN

3.4.5 Beban Geser Dasar Nominal Statik Ekuivalen (V) Beban Geser Dasar Akibat Gempa Sepanjang Tinggi Gedung (F i )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perhitungan Struktur Bab IV

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia tidak dapat lepas dari

STUDI PERBANDINGAN DISTRIBUSI GAYA GESER PADA STRUKTUR DINDING GESER AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN BERBAGAI METODE ANALISIS ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building)

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan

Contoh Perhitungan Beban Gempa Statik Ekuivalen pada Bangunan Gedung

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Denah Lantai Dua Existing Arsitektur II-3. Tegangan dan Gaya pada Balok dengan Tulangan Tarik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...

ANALISIS DAN DESAIN DINDING GESER GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

PENGARUH DINDING GESER TERHADAP PERENCANAAN KOLOM DAN BALOK BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA

PENGARUH PENINGKATAN KAPASITAS AIR TERHADAP KEKUATAN STRUKTUR BAK SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. kestabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan padanya,

KAJIAN PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL TERHADAP STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMODELAN PERLETAKAN PADA RESPON SEISMIK BANGUNAN TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kombinasi dari beton dan baja dimana baja tulangan memberikan kuat tarik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DAN DESAIN PADA STRUKTUR BAJA DENGAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIK BIASA (SRBKB) DAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIK KHUSUS (SRBKK)

STUDI EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH UKURAN BATA MERAH SEBAGAI DINDING PENGISI TERHADAP KETAHANAN LATERAL STRUKTUR BETON BERTULANG

ANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG KOLOM PIPIH PADA GEDUNG BERTINGKAT

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG DUAL SYSTEM 22 LANTAI DENGAN OPTIMASI KETINGGIAN SHEAR WALL

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

ASESMEN DAN PERKUATAN STRUKTUR GEDUNG TERHADAP GEMPA PADA BANGUNAN RUSUNAWA I UNIVERSITAS SEBELAS MARET MAKALAH TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aman secara konstruksi maka struktur tersebut haruslah memenuhi persyaratan

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

STUDI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TUNED MASS DAMPER UNTUK MENGURANGI PENGARUH BEBAN GEMPA PADA STRUKTUR BANGUNAN TINGGI DENGAN LAYOUT BANGUNAN BERBENTUK U

PENGARUH PASANGAN DINDING BATA PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG AKIBAT BEBAN GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendekatan. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kekangan yang diberikan sengkang

Keywords: structural systems, earthquake, frame, shear wall.

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Metode Analisis Gaya Gempa Gaya gempa pada struktur merupakan gaya yang disebabkan oleh pergerakan tanah yang memiliki percepatan. Gerakan tanah tersebut merambat dari pusat gempa hingga akhirnya mengenai struktur bangunan dan menimbulkan pergoyangan pada struktur. Pada umumnya, gaya gempa pada struktur diasumsikan sebagai gaya horizontal dan vertikal yang membebani struktur secara lateral dan aksial. Dalam melakukan analisis gaya gempa, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu statik ekivalen, spektrum respons, dan riwayat waktu. Ketiga metode tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing. Untuk mengurangi tingkat kesalahan dalam analisis, maka di dalam peraturan gempa SNI 1726:2012 ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan metode analisis tersebut. Metode statik ekivalen atau gaya gempa lateral ekivalen merupakan metode yang cukup umum dan sederhana. Tanpa bantuan program, metode ini dapat dilakukan oleh perencana untuk memperkirakan gaya gempa yang terjadi pada struktur. Namun, karena metode ini merupakan metode yang sederhana, tidak semua struktur dapat dianalisis dengan metode ini. 5

Spektrum respons merupakan metode analisis gaya gempa yang didasarkan gerak maksimum tanah pada daerah tersebut. Pada saat ini sudah hampir seluruh analisis gedung bertingkat menggunakan metode spektrum respons. Namun, dengan demikian metode statik ekivalen belum ditinggalkan sepenuhya. Karena, dalam persyaratan analisis struktur pada SNI 1726:2012, hasil perhitungan gaya geser dasar menggunakan spektrum respons minimal harus sama dengan atau lebih besar dari 85% gaya geser dasar yang menggunakan statik ekivalen. 2.2. Sistem Struktur Saat Menerima Gaya Gempa Berdasarkan posisinya terhadap tanah, struktur bangunan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu struktur atas dan struktur bawah. Struktur atas adalah struktur yang terletak diatas permukaan tanah, sedangan struktur bawah adalah struktur yang terletak dibawah permukaan tanah. Pada gedung yang dilengkapi dengan basement, gedung tersebut memiliki 2 tipe struktur didalam sistem strukturnya. 6

Gambar 2.1 Bagian struktur berdasarkan posisinya terhadap level tanah Dalam melakukan analisis struktur terhadap gedung yang memiliki basement, banyak pendekatan-pendekatan yang dapat dipergunakan. Pada pendekatan konvensional, struktur dianggap memiliki taraf penjepitan lateral pada permukaan tanah, sehingga analisisnya menyerupai gedung yang tidak memiliki basement. Sedangkan struktur bawahnya dianalisis secara terpisah dengan asumsi hanya menerima gaya aksial dan lateral dari beban diatasnya. Dalam menerima beban gempa, gedung tanpa basement memiliki perilaku yang berbeda dengan gedung yang memiliki basement. Maka dari itu, pendekatan secara konvensional kurang tepat jika dilakukan untuk analisis struktur saat ini. Namun, konsep dari pendekatan ini masih dipergunakan dalam analisis struktur untuk mengetahui periode getar fundamental struktur bangunan. 7

Untuk ikut memperhitungkan struktur basement dalam analisis struktur, saat ini di Jakarta terdapat sebuah ketentuan yang berlaku. Ketentuan tersebut diatur dalam draft Konsensus TABG Jakarta. Didalam peraturan tersebut dikatakan bahwa analisis struktur atas dan bawah tetap dilakukan terpisah, dimana struktur atas dianalisis dengan metode gempa lateral ekivalen yang kemudian reaksi dari perletakkannya dikalikan faktor 1,5 yang kemudian membebani struktur basement. Saat melakukan analisis struktur atas, taraf penjepitan lateral struktur tersebut diasumsikan terjadi pada permukaan tanah, sedangkan pada melakukan analisis struktur basement, taraf penjepitan lateral diasumsikan terjadi pada dasar basement. Gambar 2.2 Analisis gaya gempa pada bangunan dengan basement menurut draft TABG Jakarta 2015 Sedangkan SNI 1726:2012 dalam analisis struktur digunakan sebagai referensi dalam melakukan analisis gaya gempa baik secara lateral maupun spektrum respons. Didalam SNI 1726:2012 juga terdapat batasan dan persyaratan yang harus dipenuhi struktur dalam menerima beban gempa. 2.3. Interaksi Struktur Bawah dengan Tanah 8

Struktur basement merupakan struktur yang berinteraksi langsung dengan tanah. Tanah merupakan material yang memiliki massa, sehingga memiliki gaya berat yang searah dengan arah gravitasi. Akan tetapi, selain memiliki gaya berat, tanah juga memiliki tekanan lateral. Sehingga, tanah yang berada disekitar dinding basement secara langsung membebani dinding basement secara lateral. Keadaan tersebut menyebabkan keberadaan tanah di sekitar basement memberikan kekangan pada struktur, sehingga dapat mereduksi gerakan lateral maupun rotasi struktur saat menerima beban gempa. Stewart J.P. dan Tileylioglu S. (2007) dari Civil & Environmental Engineering Department, UCLA telah melakukan penelitian terkait interaksi tanah pada struktur yang tertanam pada tanah. Menurut Stewart, dalam praktek rekayasa gempa bangunan dengan elemen yang tertanam di tanah (basement), sebagian besar gagal untuk menperhitungkan reduksi dari gerakan translasi, rotasi, dan efek dari interaksi tanah dan pondasi disekeliling dinding basement dan dibawah pelat basement. Dalam penelitiannya, Stewart dan Tileylioglu mencoba untuk menggunakan pendekatan fungsi transfer untuk gerakan translasi dan rotasi gerak bebas pada beberapa bangunan yang sudah ada untuk di analisis perilakunya. Setelah diteliti, ternyata pendekatan ini memang dapat memberikan reduksi terhadap gerakan translasi dan rotasi struktur, namun pendekatan ini hanya dapat digunakan pada struktur yang memiliki bagian tertanam cukup dalam dan rigid. 9

Menurut Lee D.-G. & Kim H.S. (2001) dalam papernya yang berjudul Efficient Seismic Analysis of High-Rise Buildings Considering the Basement, membandingkan 4 pemodelan struktur, yaitu struktur yang memiliki core wall dan tidak dengan masing-masing dimodelkan dengan dan tanpa basement. Dari hasil analisis perbandingan deformasi lateral, struktur dengan basement memiliki deformasi yang lebih besar dibandingkan dengan struktur tanpa basement. Kemudian dibandingkan juga perioda getar struktur. Ternyata, semakin dalam pemodelan basement struktur, perioda getar struktur menjadi semakin panjang. Hal tersebut dapat mempengaruhi percepatan desain gempa, semakin besar perioda getar, maka semakin kecil percepatan gempa desain dan mengakibatkan gaya gempa pada struktur mengecil. Dapat Disimpulkan bahwa struktur bangunan tinggi yang mengabaikan struktur basement dalam analisis akan menghasilkan desain yang berlebihan. Hal ini disebabkan struktur dengan basement memiliki sifat yang lebih fleksibel, sehingga kekakuan lateralnya akan berkurang, dan distribusi gaya lateralnya berbeda dengan struktur tanpa basement. Chandaran N. J., Rajan A., dan Syed S. (2014) dalam jurnalnya yang berjudul Seismic Analysis of Building with Underground Stories Considering Soil Structure Interaction membahas perbandingan perilaku struktur rangka pemikul momen 8 lantai dengan 4 lantai basement yang dimodelkan secara berbeda-beda dalam interaksinya dengan tanah. Dalam pemodelan pertama, digunakan metode dengan penjepitan pada dasar basement. Pada model kedua, bagian struktur mulai dari permukaan tanah sampai ke dasar pondasi dimodelkan 10

berinteraksi dengan tanah menggunakan metode elemen hingga, lalu pada penumpunya tidak diasumsikan terjepit, melainkan diasumsikan tertumpu diatas tanah. Pada model ketiga, digunakan metode winkler, yaitu mengasumsikan interaksi tanah dengan struktur sebagai elemen pegas yang bekerja disekitar dinding basement dan dibawah dasar basement. Dari hasil perbandingan gaya geser dan momen guling struktur, model konvensional memiliki nilai yang paling besar, kemudian winkler, dan yang terkecil adalah metode elemen hingga. Kemudian, dari segi perioda getar, pemodelan dengan winkler meningkatkan periode getar sebesar 2%, sedangkan pemodelan elemen hingga sebesar 15%. Dari segi perpindahan horisontal, pada bagian atap model konvensional terjadi pergeseran sebesar 0,244 m, pada model winkler 0,2457 m, dan pada model elemen hingga 0,345 m. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur dengan pemodelan interaksi tanah memiliki fleksibilitas yang lebih besar, sehingga memiliki gaya gempa yang lebih kecil dibandingkan dengan struktur yang tidak memperhitungkan interaksi tanah. Garcia J. A. (2008) dalam jurnalnya yang berjudul Soil Structure Interaction in the Analysis and Seismic Design of Reinforced Concrete Frame Buildings membahas tentang perilaku struktur gedung dan implikasinya akibat interaksi struktur dengan tanah. Sistem struktur bangunan yang dianalisis adalah bangunan perkantoran yang dilengkapi basement dengan sistem rangka pemikul momen beton bertulang. Dengan data properti yang sama, kedua struktur ini dianalisis dengan 2 metode, yaitu memperhitungkan interaksi tanah dan dengan 11

penjepitan pada dasar struktur. Pada model yang memperhitungkan interaksi tanah, bagian basement dimodelkan dengan penambahan pegas di arah x, y, dan z untuk menunjukkan adanya interaksi tanah pada tumpuan dan pada dinding sekitar basement. Dari aspek analisis modal, frekuensi getar struktur dengan interaksi tanah memiliki frekuensi yang lebih kecil. Hal ini menunjukkan struktur ini memiliki fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan dengan model tanpa interaksi tanah. Jika hasil tersebut dibandingkan ke dalam grafik spektrum respons, struktur dengan interaksi tanah memiliki periode yang lebih besar, sehingga percepatan desain gempa yang dimiliki struktur tersebut menjadi lebih kecil dibanding dengan struktur yang mengabaikan interaksi tanah. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa struktur dengan memperhitungkan interaksi tanah memiliki desain yang lebih ekonomis dibandingkan struktur yang terjepit pada dasarnya. Dalam International Journal of Research in Engineering and Applied Sciences yang ditulis oleh Vidya V, B.K.Raghusprasad, dan Amarnath K. (2015) yang berjudul Seismic Response of High Rise Structure due to the Interaction Between Soil And Structure, dibahas sebuah bangunan 14 tingkat, yang didalamnya termasuk 4 tingkat basement. Tujuan dari tesis tersebut adalah mengetahui respons struktur yang terjadi akibat adanya interaksi antara struktur dengan tanah. Pemodelan struktur dibuat melalui program ETABS. Ada 4 pemodelan yang dibuat. Model pertama adalah struktur yang terjepit pada dasarnya tanpa memperhitungkan interaksi tanah. Model kedua adalah model 12

yang terjepit pada dasarnya, namun memperhitungkan interaksi tanah disekitar dinding basement. Pada model ketiga, struktur dimodelkan bersama pile cap serta pondasi tiangnya tanpa memperhatikan interaksi tanah, kemudian pada bagian ujung pondasi diasumsikan terjepit. Di model keempat, dilakukan pemodelan yang sama dengan model ketiga, namun memperhitungkan interaksi tanah. Dari ke empat model tersebut, dilakukan analisis terhadap periode getar, gaya geser dasar, perpindahan horisontal maksimum, dan simpangan antar lantai maksimum. Hasil dari analisisnya adalah periode getar bangunan memanjang saat memperhitungkan interaksi tanah dalam analisis. Gaya geser dasar, perpindahan horisontal, dan simpangan antar lantai juga meningkat saat interaksi tanah diperhitungkan. Kemudian kedalaman dari pondasi juga memperbesar perioda getar, gaya geser dasar, maksimum perpindahan horisontal, dan simpangan antar lantai karena adanya pembesaran area kontak antara struktur dengan tanah. Maka dari itu, untuk memberikan hasil analisis yang lebih optimal, sebaiknya dalam analisis struktur interaksi tanah ikut diperhitungkan. Dari seluruh paper tersebut, dapat disimpulkan bahwa struktur yang memiliki basement memiliki perilaku yang berbeda dengan struktur tanpa basement. Struktur yang memiliki basement memiliki gaya gempa yang lebih kecil, hal ini disebabkan oleh adanya sumbangan kekakuan dari tanah di sekeliling basement. Disamping itu, struktur dengan basement juga memiliki fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan struktur tanpa basement. Sehingga, perioda getar bangunan menjadi lebih besar, dan berimbas pada C S yang lebih kecil pada grafik 13

spektrum respons. C S yang kecil menyebabkan gaya gempa yang bekerja pada struktur menjadi lebih kecil. Namun, perbandingan gaya gempa dan deformasi lateral tidak berbanding lurus, karena struktur yang lebih fleksibel menyebabkan deformasi lateral yang lebih besar. Bentuk interaksi tanah dengan struktur dibedakan menjadi dua jenis, yaitu interaksi kinematik dan inersia. Saat tanah mengalami pergerakan dan memiliki percepatan mengenai bangunan, maka bangunan akan mengalami pergerakan horisontal dan menghasilkam percepatan yang bervariasi sepanjang tinggi struktur. Pergerakan ini disebut dengan interaksi kinematik. Sedangkan respon struktur terhadap tanah akan menyebabkan tanah berdeformasi dan mempengaruhi kembali gerakan pada dasar struktur disebut sebagai interaksi inersia. Gambar 2.3 Interaksi tanah dan struktur saat tanah mengalami percepatan Keadaan tanah disekitar basement dapat diasumsikan sebagai elemen pegas yang berada pada dinding basement yang memiliki kekakuan. Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai konstanta pegas dari tanah. Ada beberapa data yang umumnya diperlukan dari pendekatan tersebut, 14

yaitu modulus geser tanah (G), angka poisson (υ), dan modulus tegangan regangan (E). Tabel 2.1 N.M. Newmark dan E. Rosenblueth, Fundamental of Earthquake Engineering untuk Pondasi Silinder Pejal Modulus geser umumnya dipakai pada masalah getaran untuk memperkirakan amplitudo perpindahan dan frekuensi pondasi. Modulus geser didefinisikan sebagai perbandingan tegangan geser terhadap regangan geser, dimana memiliki hubungan dengan E dan υ. Angka poisson tanah digunakan untuk mengkaji penurunan dan getaran, dimana besarannya ditentukan sebagai rasio kompresi porous terhadap regangan pemuaian lateral. Modulus tegangan regangan merupakan perbandingan antar perubahan tegangan terhadap perubahan regangan. Untuk mengetahui besarannya, dapat dilakukan tes di laboratorium dengan metode kompresi tak terbatas dan kompresi triaksial. 15