BAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kimia SMA Surya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan sains memiliki potensi dan peranan strategis dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

I PENDAHULUAN. Kimia yang merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran reciprocal teaching pertama kali diterapkan oleh Brown

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PAD A TOPIK SEL ELEKTROLISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki milenium ketiga, lembaga pendidikan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan, fakta, hukum, prinsip, dan teori, juga kimia sebagai proses kerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi kimia di

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi siswa dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik (Amase, dkk, 2014: 2). Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan keterampilan proses serta menumbuhkan berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN. siswa, oleh karena itu pembelajaran fisika harus dibuat lebih menarik dan mudah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilannya mengantarkan siswa mencapai prestasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

I. PENDAHULUAN. tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Rusman, 2011). Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. panduan penyusunankurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah siswa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini berkembang sangat cepat,

BAB I PENDAHULUAN. banyak dituntut untuk mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kajian kuikulum pada pelajaran IPA, materi kelistrikan

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan metode dan kerja ilmiah (Rustaman, dkk., 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indra Lesmana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. keliru, karena untuk mencapai suatu pola pikir yang baik membutuhkan proses

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) merupakan institusi

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, terakhir kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang dipandang sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk

I PENDAHULUAN. Kimia yang merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, sangat erat kaitannya

I. PENDAHULUAN. siswa kelas XI IPA adalah mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan. larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu ilmu dalam rumpun IPA (sains) yang mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sejak dahulu. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai. maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Permendikbud nomor 58 tahun 2014 matematika merupakan

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelajaran yang sulit dan tidak disukai, diketahui dari rata-rata nilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat luas, terlebih di dalam dunia pendidikan serta merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan kenyataan di sekolah, masih banyak permasalahan yang ditemukan di dalam proses belajar mengajar tersebut. Beberapa masalah pokok dalam pembelajaran yang dapat terindentifikasi, pada pendidikan formal saat ini adalah: (1) kondisi pembelajaran yang kurang menyentuh ranah dimensi siswa, seperti dominasi guru yang kurang memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikir serta memotivasi diri sendiri (Trianto, 2007), (2) materi pelajaran kimia sering tidak dikaitkan dengan kehidupan nyata, padahal siswa dituntut untuk dapat menghubungkan antara pengalaman belajar mereka dengan kehidupan nyata agar diperoleh pembelajaran bermakna yang utuh, dan (3) guru lebih berperan sebagai pemberi pengetahuan kepada siswa, sehingga siswa tidak terlatih menemukan pengetahuan dan membangun konsep sendiri (Sanjaya, 2009). Menurut Gallagher (2007), seharusnya pembelajaran sains memberikan pengalaman nyata agar siswa dapat menggunakan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Pada pembelajaran sains diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi, tetapi kenyataannya aspek pola pikir sains 1

2 ini jarang sekali diperhatikan oleh guru. Belajar sains sering diartikan sebagai suatu kegiatan sepenting menghafal suatu konsep atau melakukan operasi hitung. Hal ini terlihat dari cara guru membelajarkan materi sains di sekolah dengan memfokuskan pembelajaran pada pelatihan rumus-rumus, pelatihan hitungan, dan menghafal konsep (Sunyono, 2009). Selain itu, Liliasari (2007) mengungkapkan, bahwa dalam pembelajaran sains di Indonesia umumnya masih menggunakan pendekatan tradisional, yaitu siswa dituntut lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip secara verbalistis. Mengingat pentingnya proses pembelajaran, maka dalam mengembangkan kompetensi siswa perlu diperhatikan keterampilan dasar siswa, selain siswa harus memiliki kemampuan dalam pemahaman konsep, mereka juga harus mampu mengintegrasikan keterampilan dasar yang dimilikinya dengan pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup siswa di berbagai situasi hidupnya (Sunyono, 2009). Berdasarkan kurikulum, tujuan yang harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi yang merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Seorang siswa yang telah memiliki kompetensi di bidang tertentu, bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari. Kurikulum dengan kompetensi bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kecakapan (skill), nilai, sikap dan minat siswa agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran disertai rasa tanggung jawab. Tujuan yang

3 ingin dicapai dalam kompetensi bukan sekedar pemahaman akan materi pelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat mempengaruhi cara bertindak dan berperilaku dalam kehidupan seharihari (Sanjaya, 2009). Demikian pula yang tertuang dalam Peraturan Mendiknas Nomor 22 tahun 2007 mengenai latar belakang standar kompetensi dan kompetensi dasar kimia SMA, bahwa mata pelajaran kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus, yaitu membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Berdasarkan beberapa hal tersebut, maka pembelajaran sains seharusnya berdampak pada kompetensi yang lebih mendasar, diantaranya kompetensi dalam mengembangkan keterampilan generik sains (KGS) yang perlu dimiliki oleh siswa untuk dapat membantu siswa dalam menguasai konsep dan memperoleh sikap ilmiah serta kecakapan hidup. Sebagaimana Brotosiswoyo (2001) yang mengungkapkan, bahwa keterampilan generik sains (KGS) merupakan kemampuan berpikir dan bertindak siswa berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya dan diperoleh dari hasil belajar sains. Setiap kompetensi generik sains mengandung cara berpikir dan berbuat Sesuai berkembang pesatnya pengetahuan sains, maka pertambahan konsep-konsep sains yang perlu dipelajari siswa juga meningkat dan dirasakan penting untuk kehidupan siswa serta dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam memperoleh bekal KGS yang

4 memadai (Sunyono, 2009). Berdasarkan alasan tersebut, guru juga sebaiknya memahami karakteristik materi ajar, peserta didik, dan metodologi dalam proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan pemilihan model pembelajaran (Trianto, 2007). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia adalah melalui pemilihan desain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan teori konstruktivis, satu prinsip paling penting dalam pembelajaran adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswanya ke pemahaman lebih tinggi, dengan syarat siswa itu sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 1998). Salah satu desain pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan siswa adalah pembelajaran inkuiri. Pada pembelajaran inkuiri terdapat suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan rasa percaya diri (Trianto, 2007). National Research Council (1999), menyatakan inkuiri sebagai penggunaan dan pengembangan higher order thinking pada kegiatan kerja ilmiah. Inkuiri juga merupakan aktivitas eksperimental untuk menguji suatu hipotesis (Joyce et al., 2000). Berdasarkan National Research Council (NRC, 2000), inkuiri terbimbing dapat memfasilitasi pembelajaran dengan mengembangkan

5 konsep ilmiah selama siswa fokus terhadap konten yang dipandu oleh guru hingga mereka dapat menemukan proses berpikir ilmiah dan mendapatkan pengalaman. Menurut Hofstein, et al (2005) telah dikemukakan, bahwa inkuiri laboratorium merupakan pusat dalam pembelajaran sains, karena siswa terlibat dalam proses memahami masalah, merancang hipotesis, mendesain eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data serta menggambarkan kesimpulan terhadap masalah ilmiah atau fenomena sains. Pembelajaran inkuiri ini disarankan untuk diintegrasikan dengan pengembangan konsep ilmiah, keterampilan ilmiah dan pengalaman. Pembelajaran inkuiri merupakan pusat dalam pembelajaran sains, karena siswa dilibatkan dalam proses memahami masalah, merancang hipotesis, mendesain eksperimen, mengamati, menganalisis data dan memberikan kesimpulan mengenai masalah sains atau fenomena sains. Kemampuan inkuiri dalam aktivitasnya dapat berperan dalam pengembangan konsep sains, keterampilan berpikir dan pengalaman. Melalui inkuiri, siswa dapat melakukan penyelidikan dalam penemuan konsep kimia dan pengembangannya, serta menjelaskan konsep dan data. Pengembangan dan peningkatan kemampuan dasar siswa bergantung pada pengalamannya. Proses pembelajaran melalui pengalaman belajar dapat diperoleh melalui inkuiri laboratorium dengan harapan siswa dapat menguasai konsep, menyelesaikan masalah, dan kegiatan ilmiah lainnya, serta mampu belajar mandiri dengan efektif dan efisien (Hofstein, 2005).

6 Pembelajaran inkuiri berbasis laboratorium terbimbing yang diimplementasikan dalam penelitian ini disesuaikan dengan materi ajar yang dibutuhkan. Pokok bahasan yang dipilih dalam penelitian ini adalah kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). Berdasarkan karakteristiknya, pokok bahasan ini memiliki jenis konsep abstrak dengan contoh konkret dan konsep berdasarkan prinsip. Materi ini sangat penting untuk dipelajari dan dipahami oleh siswa, karena dapat dijumpai dalam fenomena alam, selain itu juga berkaitan dan berguna bagi kehidupan nyata. Pada pokok bahasan ini juga tidak menutup kemungkinan adanya kesulitan dalam penguasaan konsep oleh siswa. Kesulitan penguasaan konsep dapat dilihat pada saat proses pembelajaran atau pada hasil evaluasi pembelajaran (Rumansyah, 2002). Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti menganggap perlu dilakukan suatu penelitian mengenai model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains siswa melalui pengalaman belajar. Siswa diharapkan terbiasa mempertanyakan sesuatu, membentuk pengetahuan, berargumentasi, memecahkan masalah, dan membuat kesimpulan. Selain itu juga, siswa diharapkan dapat mengembangkan penguasaan KGS, yang meliputi pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, pemahaman tentang skala, konsistensi logis, kerangka logika taat- asas, inferensi logika, hukum sebab akibat, pemodelan matematika, bahasa simbolik, membangun konsep dan abstraksi. Sesuai dengan materi dalam penelitian ini, aspek KGS yang akan dikembangkan adalah pengamatan langsung, pemahaman tentang

7 skala, bahasa simbolik, pemodelan matematika, konsistensi logis, kerangka logika taat asas, inferensi logika, hukum sebab akibat dan abstraksi. Melalui kegiatan inkuiri laboratorium terbimbing, siswa akan lebih termotivasi, karena siswa terlibat langsung dalam penemuan konsep dan prinsip (Mulyasa, 2009). Bertitik tolak dari latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah apakah model pembelajaran inkuiri laboratorium terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep dan KGS siswa dalam materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?. B. Rumusan Masalah Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana model pembelajaran inkuiri laboratorium terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains siswa SMA pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kelarutan? Selanjutnya untuk menentukan langkah-langkah penelitian, permasalahan tersebut diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana implementasi model pembelajaran inkuiri laboratorium terbimbing pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kelarutan? 2. Bagaimana model pembelajaran inkuiri laboratorium terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan? 3. Bagaimana model pembelajaran inkuiri laboratorium terbimbing dapat meningkatkan keterampilan generik sains (KGS) siswa pada pokok

8 bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan? 4. Bagaimana tanggapan siswa dan guru mengenai penggunaan model pembelajaran inkuiri laboratorium terbimbing pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kelarutan? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran inkuiri laboratorium terbimbing pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan, serta untuk menghasilkan informasi tentang pengaruh penerapan model pembelajaran tersebut terhadap penguasaan konsep dan keterampilan generik sains siswa. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Memberikan kontribusi pemikiran terhadap guru sebagai tenaga pendidik dalam memperbaiki proses belajar mengajar. 2. Memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi siswa dalam proses pembelajaran kimia 3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti lain untuk dijadikan acuan dalam melakukan penelitian sejenis maupun pengembangannya.

9 E. Penjelasan Istilah Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan, maka akan dijelaskan beberapa istilah yang dianggap perlu pada penelitian. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut. 1. Model pembelajaran inkuiri laboratorium terbimbing Model pembelajaran inkuiri laboratorium terbimbing merupakan model pembelajaran dengan melibatkan siswa secara langsung dalam proses memahami masalah dan pertanyaan ilmiah, hipotesis, desain eksperimen, pengumpulan dan analisis data, serta memberikan kesimpulan berdasarkan permasalahan atau fenomena, tetapi guru membimbing siswa dalam membangun konsep (Hofstein et al, 2005). Model pembelajaran inkuiri laboratorium terbimbing yang diimplementasikan menggunakan rangkaian kegiatan belajar dengan melibatkan seluruh kemampuan siswa melalui lima tahapan pembelajaran, yaitu orientasi, eksplorasi, penemuan konsep, aplikasi dan penutup. Eksplorasi, penemuan konsep dan aplikasi berproses dalam bentuk learning cycle (Straumanis A, 2010). 2. Penguasaan konsep Penguasaan konsep merupakan ukuran kemampuan siswa dalam mengenal dan memaknai suatu konsep yang dipengaruhi oleh kemampuan berpikir. Pada penelitian ini penguasaan konsep diindikasikan oleh dimensi proses kognitif: memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), dan mengevaluasi (C5) (Anderson and Krathwohl, 2001).

10 3. Keterampilan generik sains (KGS) Keterampilan generik sains adalah kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan kemampuan sains yang dimilikinya. Pada penelitian ini keterampilan generik sains yang diukur mencakup indikator-indikator pengamatan langsung, pemahaman tentang skala, bahasa simbolik, kerangka logika taat-asas, konsistensi logis, hukum sebab akibat, pemodelan matematika, inferensi logika dan abstraksi (Brotosiswoyo dan Moerwani, 2001).