V. KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis

dokumen-dokumen yang mirip
*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai

seperti Hak Cipta (Copyright), Merek (Trade Mark)maupun Desain

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Sebagaimanatelahdiketahuinyakeabsahan perjanjian jual beli yang

BAB V PENUTUP. terhadap turis asing sebagai konsumen, sehingga perjanjian sewamenyewa. sepeda motor, kepada turis asing sebagai penyewa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil dari penelitian yuridis-normatif berkenaan dengan Analisis Kegiatan

Mata Kuliah: Legal Aspek dalam produk TIK Disusun oleh : Dr. Henny Medyawati, S.Kom, MM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting. Oleh sebab itu banyak pengusaha asing yang berlomba

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat,

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk serba efektif dan efisien dalam pemanfaatan waktu akibat tuntutan

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan ekonomi global dan perkembangan teknologi yang demikian cepat

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian seperti telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dapat

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ASPEK LEGALITAS TINDAKAN HEMODIALISIS RULLY ROESLI BANDUNG

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURABAYA SURABAYA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

AKIBAT HUKUM PENJUALAN TELEPON GENGGAM REPLIKA DALAM KAITANNYA DENGAN KONTRAK JUAL BELI ANTARA PEDAGANG DAN PEMBELI

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 242, Tam

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan Klausula Baku pada Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang pesat. Berbagai informasi telah dapat disajikan dengan canggih

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

SKRIPSI. Disusun Oleh : SEPTIAN DWI SAPUTRA C

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang memegang peranan penting dalam pembangunan. Teknologi. menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (bordeless) dan menyebabkan

Pedoman Pasal 47 Tentang. Tindakan. Administratif

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENERIMA LISENSI PATEN DI INDONESIA. A. Syarat-syarat Perjanjian Lisensi Paten di Indonesia

BAB V PENUTUP. 1. Hubungan hukum antara pihak maskapai penerbangan dengan konsumen. berdasarkan pada Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUHPerdata.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis terhadap Akad bisnis Advertising dengan pendapatan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Sistematika Siaran Radio

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V IZIN PENDAFTARAN MEREK

BAB III PELANGGARAN HAK CIPTA PEMBUAT KOSTUM COSPLAY DAN UPAYA PEMULIHANNYA. pengalihannya. Namun pengalihan Hak bukan satu satu nya cara untuk

Perlindungan Hukum terhadap Franchisee Sehubungan Dengan Tindakan Sepihak Franchisor

SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN DENGAN AKTA JUAL BELI FIKTIF. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten No.50/PDT.G/2012/PN.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

SKRIPSI TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA INTERNET DITINJAU MENURUT UU NOMOR 11 TAHUN 2008 MENGENAI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom.

BAB I PENDAHULUAN. Hak Cipta (UUHC) memberikan perlindungan hukum yang lebih baik bagi

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANAREKSA REPO SAHAM (DARSA)

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan inovasi-inovasi serta kreasi-kreasi yang baru dan dapat berguna bagi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

Pokok Bahasan: pengertian desain industri, objek dan subjek desain industri, perolehan hak desain industri

TERMS & CONDITIONS. Syarat & ketentuan yang ditetapkan di bawah ini mengatur pemakaian jasa yang

KEPPRES 178/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK MALI MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

SYARAT SUBJEKTIF SAHNYA PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (KUH PERDATA) DIKAITKAN DENGAN PERJANJIAN E-COMMERCE

Transkripsi:

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaturan hukum terhadap lisensi creative commons diatur dalam Pasal 45 sampai dengan Pasal 47 UUHC 2002. Lisensi creative commons adalah salah satu bentuk surat perjanjian lisensi yang dimaksud dalam Pasal 45 UUHC 2002 yang telah dibuat dalam bentuk tertulis. Bentuk tertulis dalam lisensi creative commons tidak dituangkan di atas kertas melainkan melalui media elektronik yang dapat diakses dan ditampilkan melalui website Creative Commons. Lisensi creative commons adalah bentuk alternatif perjanjian lisensi hak cipta yang memperjanjikan lain dengan tidak disertai dengan kewajiban pemberian royalti. Dengan menggunakan lisensi creative commons, pencipta dapat memberikan lisensi kepada banyak pihak berdasarkan Pasal 46 UUHC 2002, terutama untuk pengguna internet. Berdasarkan pengaturan pada Pasal 47 UUHC 2002, tidak ada ketentuan dalam lisensi creative commons yang dapat merugikan perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.

94 2. Keabsahan lisensi creative commons sebagai perjanjian lisensi hak cipta di internet telah memenuhi syarat sahnya suatu kontrak elektronik yang terdiri dari: kesepakatan para pihak, subjek hukum yang cakap atau yang berwenang mewakili, terdapat hal tertentu, dan objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan peraturan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Kesepakatan para pihak dalam lisensi creative commons terjadi pada saat penawaran ciptaan yang dikirimkan licensor melalui website miliknya telah disetujui oleh licensee. Persetujuan ditandai dengan tindakan pemakaian ciptaan oleh licensee dalam rangka melaksanakan hak-hak eksklusif atas ciptaan yang tercantum dalam isi perjanjian lisensi creative commons. Sulit untuk menentukan kecakapan para pihak dalam lisensi creative commons karena dilakukan melalui internet, namun lisensi creative commons tetap sah dan mengikat sepanjang para pihak cakap secara hukum. Obyek perjanjian dalam lisensi creative commons adalah pemberian hak eksklusif atas segala jenis ciptaan yang dicantumkan dalam isi perjanjian lisensi creative commons yang juga diatur dalam Pasal 12 UUHC 2002. Tidak ada ketentuan lisensi creative commons yang bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Lisensi creative commons telah memenuhi syarat sebab yang halal karena maksud dan tujuan diadakannya perjanjian lisensi creative commons adalah mengenai pemberian izin oleh pemegang hak cipta dengan persyaratan tertentu kepada pengguna internet agar ciptaan tersebut bemanfaat untuk kepentingan umum. 3. Akibat hukum yang timbul dari pelanggaran ketentuan lisensi creative commons terdiri dari dua akibat hukum. Akibat hukum pertama adalah akibat

95 hukum berupa wanprestasi dan akibat hukum kedua berupa pelanggaran hak cipta (copyright infringement). Akibat hukum berupa wanprestasi timbul dari pengaturan yang terdapat dalam Pasal 7 CC Legal Code dan Pasal 1243 KUH Perdata yang memberikan pilihan kepada pemegang hak cipta untuk menempuh pembatalan perjanjian lisensi creative commons dan dapat disertai dengan tuntutan ganti rugi. Untuk melakukan gugatan ganti rugi berdasarkan wanprestasi maka naskah lisensi creative commons dapat digunakan sebagai alat bukti hukum yang sah. Akibat hukum berupa pelanggaran hak cipta timbul karena ketentuan dalam lisensi creative commons sejatinya juga diatur dalam UUHC 2002, yaitu Pasal 2, Pasal 24, Pasal 25, dan Pasal 55. Sehingga apabila ketentuan lisensi creative commons dilanggar maka akan berakibat pelanggaran hak cipta. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memiliki saran sebagai berikut: 1. Presiden Republik Indonesia harus segera membuat keputusan presiden yang diamanatkan oleh Pasal 47 Ayat (3) UU No. 19 Tahun 2002 untuk melaksanakan proses pencatatan lisensi hak cipta. Apabila tidak kunjung dibuat, maka Direktorat Jenderal HKI setidaknya dapat membuat Peraturan Direktorat Jenderal HKI mengenai pencatatan lisensi hak cipta. Hal ini menjadi penting karena pesatnya perkembangan jumlah penggunaan lisensi creative commons di Internet. Selain itu, negara juga mempunyai kepentingan untuk mengawasi dan mengontrol berbagai perjanjian lisensi hak cipta yang ada di Indonesia, terutama terhadap perjanjian lisensi hak cipta yang bersifat

96 eksklusif karena kemungkinan adanya klausula yang tidak seimbang diantara para pihak sehingga kemungkinan dapat menyebabkan persaingan usaha tidak sehat di Indonesia. Berkaitan dengan lisensi hak cipta yang bersifat non eksklusif seperti lisensi Creative Commons, maka sebaiknya kewajiban pencatatan lisensi sebaiknya tidak wajib dilaksanakan. 2. Organisasi Creative Commons dapat membuat mekanisme yang mampu memastikan kecakapan licensor ketika licensor melisensikannya ciptaannya melalui website Creative Commons. Hal ini penting untuk mencegah pemegang hak cipta yang belum cakap secara hukum untuk melisensikan ciptaannya. 3. Peraturan Pemerintah yang khusus berkenaan dengan pengaturan kontrak elektronik perlu direvisi dan dirumuskan kembali agar dapat mencakup pula terhadap kontrak elektronik yang bersifat non komersial khususnya untuk kontrak elektronik berbentuk perjanjian lisensi hak cipta seperti lisensi creative commons. 4. Direktorat Jenderal HKI sebaiknya melakukan sosialisasi kepada masyarakat khususnya stake holder berkenaan dengan keberadaan lisensi creative commons sebagai alternatif perjanjian lisensi hak cipta di internet. Sosialisasi dapat diarahkan kepada dua pihak utama, yaitu pihak pencipta sebagai penghasil konten ciptaan di internet dan pihak pengguna ciptaan yang akan mengakses konten ciptaan. Sosialisasi tersebut diharapkan mampu mendorong pencipta untuk menggunakan lisensi creative commons atas ciptaannya sehingga masyarakat dapat menggunakan ciptaan yang bebas dan legal tanpa harus melakukan pelanggaran hak cipta. Penggunaan lisensi creative commons

97 dapat meminimalisir pelanggaran hak cipta, terutama yang terjadi di internet. Sosialisasi tersebut juga harus memberikan pengertian yang cukup kepada pengguna ciptaan untuk lebih memperhatikan ketentuan dalam lisensi creative commons yang diterapkan atas suatu jenis ciptaan tertentu dengan memperhatikan keseluruhan pasal dalam lisensi tersebut, serta mengerti hak dan kewajiban pengguna. Pengguna ciptaan harus benar-benar mengerti batas haknya dalam menggunakan ciptaan sesuai dengan ketentuan dalam jenis lisensi creative commons yang digunakan.