Please refer as: Nike Lestari, Suryadi, Bondan T. Sofyan, Pengaruh Kombinasi Penambahan 0.1 wt. % Ti dan Variasi 0.003, 0.018, dan wt.

dokumen-dokumen yang mirip
Scanned by CamScanner

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Scanned by CamScanner

Please refer as: M. Fani Indarto dan Bondan T. Sofyan, Pengaruh Temperatur dan Waktu Tahan Perlakuan Pelarutan Terhadap Pengerasan Penuaan Paduan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Please refer as: Mashudi Darta, Bondan T. Sofyan, Pengaruh Kombinasi Komposisi 0.02 wt. % Sr dan 0.055, 0.078, dan wt.% Ti terhadap Ketahanan

BAB III PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR. Penelitian

PERANAN MODIFIER STRONTIUM TERHADAP FLUIDITAS DAN PERUBAHAN MORFOLOGI STRUKTUR SILIKON PADA MASTER ALLOY Al-7%Si DAN Al-11%Si

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

PENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI AAXXX.X

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Scanned by CamScanner

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Peleburan AC4B GBF. Holding Furnace LPDC. Inject: 0 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam. Chipping Cutting Blasting

Scanned by CamScanner

PEMBENTUKAN FASA INTERMETALIK α-al 8 Fe 2 Si DAN β-al 5 FeSi PADA PADUAN Al-7wt%Si DENGAN PENAMBAHAN UNSUR BESI DAN STRONSIUM SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

HASIL PENGUJIAN KOMPOSISI

Analisa Pengaruh Penambahan Sr atau TiB Terhadap SDAS, Sifat Mekanis dan Fluiditas Pada Paduan Al-6%Si

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

BAB II STUDI LITERATUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN GETARAN MEKANIK VERTIKAL TERHADAP PEMBENTUKAN SEGREGASI MAKRO PADA PADUAN EUTEKTIK Sn Bi

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

BAB II STUDI LITERATUR

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

Perbaikan Sifat Mekanik Paduan Aluminium (A356.0) dengan Menambahkan TiC

ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM HASIL PENGECORAN CETAKAN PASIR

PENGARUH TEKANAN, TEMPERATUR DIE PADA PROSES SQUEEZE CASTING TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PISTON BERBASIS MATERIAL BEKAS

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

PENGARUH PENAMBAHAN Sr ATAU TiB TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN FLUIDITAS PADA PADUAN Al-6%Si-0,7%Fe

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

PENAMBAHAN AlTiB SEBAGAI PENGHALUS BUTIR PADA PROSES RAPID SOLIDIFICATION ALUMINIUM

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP

Pengaruh Tekanan, Temperatur Die Pada Proses Squeeze Casting Terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Pada Material Piston Berbasis Material Piston Bekas

PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR MANGAN PADA PADUAN ALUMINIUM 7wt% SILIKON TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA.319-T6 AKIBAT PENGARUH VARIASI TEMPERATUR AGING PADA PROSES PRECIPITATION HARDENING

2.2 Sistem Penamaan Aluminium dan Paduannya

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

Pengaruh Variasi Komposisi Kimia dan Kecepatan Kemiringan Cetakan Tilt Casting Terhadap Kerentanan Hot Tearing Paduan Al-Si-Cu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK PENGECORAN LOST FOAM PADA BESI COR KELABU DENGAN VARIASI KETEBALAN BENDA

Pengaruh Tekanan dan Temperatur Die Proses Squeeze Casting Terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Pada Material Piston Komersial Lokal

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. BAB 2 DASAR TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN MODIFIER STRONSIUM TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS PADUAN AC8H HIPEREUTEKTIK SKRIPSI

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Kekuatan Tarik Dan Porositas Silinder Al-Mg-Si Hasil Die Casting Dengan Variasi Tekanan

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KETEBALAN BENDA TERHADAP KEKERASAN BESI COR KELABU DENGAN PENGECORAN LOST FOAM

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KETEBALAN BENDA TERHADAP KEKERASAN BESI COR KELABU DENGAN PENGECORAN LOST FOAM

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

ANALISIS HASIL PENGECORAN MATERIAL KUNINGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

ANALISA DESAIN GATING SYSTEM SUDU TURBIN RADIAL INFLOW PADUAN AL-7SI-4MG-0.38CU PADA PROSES INVESTMENT CASTING

PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pengaruh titanium..., Caing, FMIPA UI., 2009.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN TEMPERATUR CETAKAN PADA HIGH PRESSURE DIE CASTING (HPDC) BERBENTUK PISTON PADUAN ALUMINIUM- SILIKON

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Modulus Cor Riser Terhadap Cacat Penyusutan Pada Produk Paduan Al-Si

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

ISSN hal

Scanned by CamScanner

Transkripsi:

Please refer as: Nike Lestari, Suryadi, Bondan T. Sofyan, Pengaruh Kombinasi Penambahan 0.1 wt. % Ti dan Variasi 0.003, 0.018, dan 0.025 wt. % Sr terhadap Karakteristik Paduan AC4B Hasil Low Pressure Die Casting, Prosiding Seminar Nasional Metalurgi dan Material IV, Untirta Cilegon, 1415 Juli 2010, pp. 448 458

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

PENGARUH KOMBINASI PENAMBAHAN 0.1 wt. % Ti DAN VARIASI 0.003, 0.018, DAN 0.025 wt. % Sr TERHADAP KARAKTERISTIK PADUAN AC4B HASIL LOW PRESSURE DIE CASTING Nike Lestari, Suryadi, Bondan T. Sofyan *) Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424 *) corresponding author: bondan@eng.ui.ac.id Abstrak Pengaruh kombinasi penambahan Ti dan Sr sebagai grain refiner dan modifier terhadap karakteristik paduan aluminium AC4B pada pembuatan cylinder head dengan proses Low Pressure Die Casting (LPDC) memberikan efek yang bervariasi dan signifikan. Untuk mengetahuinya dilakukan proses pengecoran dengan menggunakan metode LPDC pada 0.1 wt. % Ti dengan variabel penambahan Sr yaitu 0.003, 0.018, dan 0.025 wt. % Sr untuk menghasilkan komponen cylinder head sebagai sampel uji kekerasan, pengamatan struktur mikro dan SEM. Sampel diambil pada bagian tebal dan tipis untuk mengetahui pengaruh dari kecepatan pembekuan. Pengujian tarik dilakukan dengan metode JIS Z2201, pengujian kekerasan dengan Rockwell B, pengujian fluiditas dengan metode spiral dan pengujian porositas dengan metode vakum. Pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optik dan Scanning Electron Microscopy (SEM)/Energy Dispersive XRay Analysis (EDAX) untuk identifikasi fasa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penambahan Ti dan Sr meningkatkan kekerasan dan kekuatan tarik, nilai fluiditas, menurunkan nilai DAS serta meningkatkan derajat modifikasi. Secara keseluruhan nilai tersebut optimum pada 0.1 wt. % Ti dan 0.0018 wt. % Sr yaitu dengan nilai kekerasan 52.48 HRB pada bagian tipis dan 51.30 HRB pada bagian tebal. Nilai kekuatan tarik optimum pada 251.11 MPa, nilai fluiditas pada 63.4 cm dan DAS pada 13.4 m di bagian tipis dan 27.2 di bagian tebal. Tingkat modifikasi optimum pada kelas E dengan struktur fibrous. Jumlah porositas meningkat linier seiring peningkatan komposisi Sr. Selanjutnya terjadi penurunan sifat mekanis pada 0.025 wt. % Sr karena over modifikasi. Tidak ditemukannya interaksi antara Ti dan Sr dalam penelitian ini. Kata kunci : Penghalusan butir, modifikasi, titanium, stronsium, AC4B, LPDC Pendahuluan Penggunaan logam aluminium semakin meluas dan berkembang dalam berbagai bidang aplikasi, khususnya dalam industri manufaktur, karena berat jenisnya yang sepertiga berat jenis baja dan titik lebur yang rendah yakni 600 C. Paduan AC4B (AlSiCu) merupakan salah satu paduan tuang yang banyak dipakai untuk komponen cylinder head kendaraan bermotor roda dua, yang diproduksi melalui proses produksi Low Pressure Die Casting (LPDC). Masalah yang sering ditemui pada produk LPDC adalah cacat seperti bocor, shrinkage, misrun serta porositas. Sebagai salah satu upaya dalam mengatasi masalah ini adalah dengan penambahan unsur modifikasi (modifier) dan penghalus butir (grain refiner). Proses modifikasi akan merubah struktur silikon yang awalnya berbentuk pelat kasar berubah menjadi struktur fibrous halus sehingga meningkatkan nilai keuletan dan kekuatan (Haque et al, 1988). Sementara penghalus butir, umumnya berbasis AlTi, dipercaya dapat menurunkan ukuran lengan antar dendrit, yang menyebabkan peningkatan kekuatan dan penyeragaman solidifikasi logam cair. Untuk beberapa lama, penghalusan butir diasumsikan karena adanya partikel peritektik Al 3 Ti (I4/mmm, a=0.385 nm, c=0.429 nm) yang menjadi inti nukleasi heterogen (Zhang et al, 2005). Namun kemudian, beberapa peneliti sepakat dengan teorema

Faktor Penghambat Pertumbuhan (Growth Restriction Factor), dimana unsur terlarut tersegregasi pada antarmuka padatancairan, sehingga menghambat pertumbuhan padatan dan menyebabkan penghalusan butir (Spittle et al, 1995; Easton et al, 1999). Penelitian terdahulu umumnya memakai penghalus butir AlTi dalam bentuk paduan (master alloy), sementara di pasaran tersedia penghalus butir dalam bentuk serbuk yang lebih ekonomis. Penelitian ini mempelajari pengaruh penggabungan dari penghalus butir AlTi berbentuk serbuk dan unsur modifikasi AlSr berbentuk paduan, terhadap karakteristik dari paduan AC4B yang diproduksi melalui proses LPDC. Metode Penelitian Peleburan logam aluminium AC4B dilakukan di dapur peleburan reverberatory furnace pada temperatur proses 750800 C, dengan perbandingan ingot dan return scrap adalah 55:45. Setelah proses degassing menggunakan gas argon, logam cair dituangkan kedalam dapur penahan berkapasitas 500 kg. Penghalus butir serbuk (Coveral GR2815 ) dan unsur modifikasi dalam bentuk batangan Al10 Sr dimasukkan secara bersamaan ke dalam dapur penahan pada temperatur 710 + 10 o C. Dilakukan pengadukan selama 20 detik menggunakan tabung peniup argon. Sebagian logam cair diambil untuk sampel pengujian tarik, pengujian komposisi kimia, pengujian porositas dan pengujian fluiditas menggunakan metode spiral. Injeksi dilakukan pada cetakan berbentuk cylinder head dengan temperatur cetakan atas 250 + 75 o C dan cetakan bawah 375 + 75 o C. Sampel pengujian kekerasan dan pengamatan struktur mikro diambil dari komponen cylinder head dari bagian yang tipis dan tebal (lihat Gambar 1). Pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optik dan Scanning Electron Microscope, dengan preparasi standar menggunakan etsa Tucker (45 ml HCl + 15 ml HNO 3 + 15 ml HF (48%) + 25 ml H 2 O). Pengujian kekerasan dilakukan menggunakan metode Rockwell B dengan diameter bola baja 1/16 inchi, beban sebesar 100 kg sesuai dengan ASTM E18, penjejakan dilakukan pada 5 titik berbeda. Perhitungan persentase porositas secara kuantitatif dilakukan berdasarkan ASTM E562 menggunakan grid dua dimensi, sementara pengujian tarik sesuai standar JIS Z2201. Gambar 1. Komponen cylinder head hasil LPDC dan posisi pengambilan sampel. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pengujian Komposisi Kimia AC4B AsCast Table 1 menunjukkan komposisi kimia aktual dari paduan aluminium AC4B ketika berada di dalam tungku tahan (holding furnace) sebelum proses Low Pressure Die Casting (LPDC). Komposisi kimia aktual dari paduan ini secara keseluruhan masih masuk dalam standar JIS yang dipergunakan oleh PT. AHM.

Tabel 1. Komposisi aktual (dalam wt. %) paduan aluminium AC4B pada holding furnace sebelum proses LPDC Unsur Si Cu Mg Zn Fe Mn Ni Ti Pb Sn Cr Sr Al Paduan AC4B + 0.07 wt.% Ti + 0.002 wt.% Sr 7.88 2.33 0.17 0.60 0.92 0.29 0.07 0.123 0.06 0.04 0.03 0.003 Paduan AC4B + 0.07 wt.% Ti + 0.002 wt.% Sr 8.84 2.80 0.26 0.54 0.81 0.32 0.06 0.108 0.07 0.04 0.03 0.018 Paduan AC4B + 0.07 wt.% Ti + 0.002 wt.% Sr 8.85 2.10 0.21 0.55 0.76 0.25 0.09 0.103 0.05 0.02 0.03 0.025 Pengaruh Komposisi 0.1 wt. % Ti dan Variasi Sr Terhadap Kekerasan dan Kekuatan Tarik Paduan Aluminium AC4B Gambar 2 menunjukkan pengaruh penambahan Ti dan Sr pada kekerasan paduan AC4B. Terlihat bahwa pada komposisi Ti yang sama yaitu 0.1 wt. %, penambahan 0.003 wt. % Sr meningkatkan kekerasan sebesar 11.34 % dari 44.35 HRB menjadi 49.38 HRB pada bagian tipis. Sementara pada bagian tebal, besar peningkatan yang terjadi sebesar 11.15 % dari 43.75 HRB menjadi 48.63 HRB. Penambahan 0.018 wt. % Sr meningkatkan kekerasan 6.27 % dari 49.38 HRB menjadi 52.48 HRB pada bagian tipis dibandingkan dengan penambahan 0.003 wt. % Sr. Pada bagian tebal besar peningkatan yang terjadi lebih rendah sebesar 5.49 % dari 48.63 HRB menjadi 51.30 HRB. Selanjutnya, pada komposisi 0.025 wt. % Sr nilai kekerasan menurun sebesar 2.95 % dari 52.48 HRB menjadi 50.93 HRB pada bagian tipis dibandingkan dengan penambahan sebelumnya. Sementara pada bagian tebal, juga terjadi penurunan kekerasan sebesar 4.05 % dari 51.30 HRB menjadi 49.22 HRB. 0 wt. % Ti 0 wt.% Sr (tipis) 0 wt. % Ti 0 wt.% Sr (tebal) Gambar 2. Pengaruh komposisi 0.1 wt. % Ti dan variasi Sr terhadap kekerasan paduan aluminium AC4B dibandingkan dengan kekerasan pada kondisi tanpa penambahan Ti dan Sr. Pengaruh penambahan Ti dan Sr pada kekuatan tarik ditampilkan pada Gambar 3. Pada komposisi 0.1 wt. % Ti, penambahan 0.003 wt. % Sr tidak meningkatkan nilai kekuatan secara signifikan. Namun penambahan 0.018 wt. % Sr memberi peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 11.3 % dari 225.59 MPa menjadi 251.11 MPa, yang kemudian menurun lagi dengan dengan penambahan 0.025 wt. % Sr. Namun secara keseluruhan sampel dengan penambahan Ti dan Sr memiliki kekuatan yang lebih tinggi daripada sampel tanpa penambahan Ti dan Sr.

Gambar 3. Pengaruh komposisi 0.1 wt. % Ti dan variasi Sr terhadap kekuatan tarik paduan aluminium AC4B dibandingkan dengan kekuatan tarik pada kondisi tanpa penambahan Ti dan Sr. Terlihat bahwa pada komposisi 0.1 wt. % Ti, penambahan 0.018 wt. % Sr memberikan efek yang optimum pada kekuatan tarik. Dan apabila komposisi Sr kemudian ditingkatkan, maka kekuatan tariknya menurun. Fenomena ini sejalan dengan perubahan kekerasan yang terjadi seperti telah dijelaskan. Grain refiner yang digunakan membuat butir dari matriks paduan AC4B menjadi halus sehingga batas butirnya banyak. Serta dengan dilakukannya modifikasi, kristal silikon yang awalnya berupa pelat berubah menjadi struktur fibrous yang halus sehingga meningkatkan kekerasan (Asenio et al, 2006). Kedua efek tersebut menghasilkan struktur dengan nilai kekerasan yang lebih besar. Hal tersebut juga berdampak kepada kekuatan tariknya, terlihat bahwa kekuatan tarik meningkat hingga harga optimum pada penambahan 0.018 wt. % Sr kemudian turun pada penambahan 0.025 wt. % Sr. Komposisi ini masuk dalam kisaran efektif (0.010.02 wt. % Sr) penambahan Sr pada literatur (Easton et al, 1999). Selanjutnya apabila kandungan Sr di tingkatkan lagi diluar kisaran efektif maka kekerasannya menurun. Penurunan kekerasan pada kandungan 0.025 wt. % Sr kemungkinan disebabkan oleh berlebihnya kadar Sr yang mengakibatkan tingkat modifikasi meningkat dan efek penghalusan butir berkurang. Pengaruh Komposisi 0.1 wt. % Ti dan Variasi Sr Terhadap Kandungan Porositas Paduan Aluminium AC4B Foto makro yang menunjukkan porositas pada sampel terdapat pada Gambar 4. Pada sampel dengan komposisi 0.1 wt. % Ti dan 0.003 wt. % Sr, porositas yang terjadi terpusat ditengah walaupun sudah lebih tersebar daripada sampel tanpa penambahan. Dengan peningkatan kandungan Sr pada 0.018 wt. % Sr, persebaran porositas lebih menyebar pada seluruh bagian sampel. Sementara pada sampel dengan komposisi 0.1 wt. % Ti dan 0.025 wt. % Sr, porositas yang ada menyebar pada seluruh bagian sampel. Foto makro tersebut kemudian dianalisis secara kuantitatif, yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 2. Terlihat terjadinya peningkatan fraksi volum porositas akibat penambahan modifier Sr.

Gambar 4. Penampang potongan sampel uji porositas; (a) tanpa penambahan, (b) 0.1 wt. % Ti + 0.003 wt. % Sr, (c) 0.1 wt. % Ti + 0.018 wt. % Sr, (d) 0.1 wt. % Ti + 0.025 wt. % Sr. Tabel 2. Hasil penghitungan fraksi volume porositas dengan metode grid (ASTM E562) wt. % Ti wt. % Sr Fraksi volum porositas % 0 0 0.1 0.003 5 0.1 0.018 6.5 0.1 0.025 9 Peningkatan porositas yang terjadi sebanding dengan peningkatan komposisi Sr dimana sampel dengan komposisi 0.025 wt. % Sr memiliki kandungan porositas tertinggi. Pada beberapa penelitian juga menunjukan bahwa dengan penambahan Sr pada paduan aluminium silikon hipoeutektik meningkatkan jumlah porositas makro (meskipun tetap terdispersi merata) (Rao et al, 2005). Penambahan Sr menyebabkan turunnya tegangan permukaan aluminium cair sehingga membuat permukaan lebih encer dan juga terbentuknya lapisan SrO.Al 2 O 3 pada aluminium cair yang tidak bersifat protektif mengakibatkan gas hidrogen mudah masuk ke dalam aluminium cair (Liao et al, 2002).

Gambar 5. Perbandingan morfologi porositas mikro pada sampel fluiditas; (a) tanpa penambahan, (b) 0.1 wt. % Ti + 0.003 wt. % Sr, (c) 0.1 wt. % Ti + 0.018 wt. % Sr, (d) 0.1 wt. % Ti + 0.025 wt. % Sr. Morfologi porositas diobservasi secara rinci dan ditampilkan pada Gambar 5, terlihat adanya perubahan morfologi porositas mikro yang tadinya irregular (tidak beraturan) menjadi bulat dan irregular sebagian. Pada sampel tanpa penambahan mikro porositas yang terjadi berbentuk irregular. Setelah dilakukan kombinasi penambahan 0.1 wt. % Ti dan variasi Sr porositas berubah menjadi campuran dari irregular sebagian dan bulat. Pada paduan aluminium tanpa penambahan Sr porositas muncul pada bagian interdendritik sehingga pertumbuhan porositas dipengaruhi bentuk dendrit dan fasa eutektik. Hal tersebut membuat pertumbuhan sel eutektik memiliki daerah antarmuka solidliquid yang tidak beraturan sehingga porositas yang terbentuk mengikuti permukaan sel eutektik ini menjadi irregular dan bercabang. Sedangkan dengan penambahan Sr pertumbuhan porositas yang berbentuk bulat dimulai sebelum solidifikasi eutektik. Selanjutnya fasa eutektik akan tumbuh bukan pada bagian interdendritik dengan antarmuka solidliquid yang halus. Dengan begitu porositas tumbuh dengan mengikuti permukaan yang halus tersebut. Pengaruh Komposisi 0.1 wt. % Ti dan Variasi Sr Terhadap Karakteristik Fluiditas Paduan Aluminium AC4B Gambar 6 menunjukkan bahwa pada semua variabel penambahan Sr dengan komposisi Ti yang digunakan dalam penelitian ini dan fluiditas terbaik diperlihatkan pada level penambahan 0.018 wt. % Sr. Stronsium berperan menurunkan tegangan permukaan dari aluminium cair yang menghasilkan karakteristik mampu alir yang lebih baik (Easton et al, 1999). Sementara itu, Ti menaikan temperatur nukleasi dan menjadi pembentuk inti pada pembekuan sehingga akan menurunkan karakteristik fluiditasnya. Namun, penelitian ini dilakukan pada komposisi Ti yang sama sehingga yang akan berperan lebih dalam menentukan nilai fluiditas adalah Sr. Seharusnya fluiditas makin meningkat seiring dengan jumlah penambahan Sr sesuai dengan literatur. Tetapi, pada penambahan 0.025 wt. % Sr terjadi penurunan nilai fluiditas jika dibandingkan dengan penambahan 0.018 wt. % Sr dan nilai fluiditasnya lebih rendah daripada penambahan Sr dalam jumlah yang sangat kecil yaitu 0.003 wt. % Sr. Berdasarkan banyak penelitian diketahui bahwa kadar stronsium yang efektif

dalam memodifikasi paduan AlSi adalah antara 0.010.02 wt. % Sr (Easton et al, 1999). Dari hasil penelitian ini ternyata pada komposisi 0.1 wt. % Ti, penambahan Sr diluar kadar tersebut akan mengurangi efektifitas dalam memperbaiki karakteristik fluiditas. Gambar 6. Perubahan komposisi 0.1 wt. % Ti dan variasi Sr terhadap karakteristik fluiditas paduan aluminium AC4B dibandingkan dengan tanpa penambahan Ti dan Sr. Perubahan Struktur Mikro Paduan Aluminium AC4B Setelah Penambahan 0.1 wt. % Ti dan Variasi Sr Gambar 7 menunjukkan perubahan DAS (Dendrite Arm Spacing) akibat penambahan Ti dan Sr. Pada bagian tipis, nilai DAS pada komposisi 0.1 wt. % Ti dengan penambahan 0.003 wt. % Sr menurun dari 26.2 µm menjadi 18.6 µm. Pada penambahan 0.018 wt. % Sr kembali menurunkan nilai DAS menjadi 13.4 µm. Namun, setelah penambahan 0.025 wt. % Sr terjadi peningkatan nilai DAS menjadi 20 µm. Tendensi yang sama terjadi pada bagian yang tebal. Hal ini berkorelasi langsung dengan hasil pengujian tarik dan kekerasan (Gambar 2 dan 3). 0 wt. % Ti 0 wt.% Sr (tebal) 0 wt. % Ti 0 wt.% Sr (tipis) Gambar 7. Perubahan nilai DAS pada paduan aluminium AC4B setelah penambahan 0.1 wt. % Ti dan variasi Sr dibandingkan dengan tanpa penambahan Ti dan Sr

Sampel Tipis Sampel Tebal 0 wt. % Ti, 0 wt. % Sr 0 wt. % Ti, 0 wt. % Sr 0.1 wt.% Ti + 0.003 wt.% Sr 0.1 wt.% Ti + 0.003 wt.% Sr 0.1 wt.% Ti + 0.018 wt.% Sr 0.1 wt.% Ti + 0.018 wt.% Sr 0.1 wt.% Ti + 0.025 wt.% Sr 0.1 wt.% Ti + 0.025 wt.% Sr Gambar 8. Perubahan struktur mikro pada paduan aluminium AC4B setelah ditambahkan Ti dan Sr, (ab) tanpa penambahan, (cd) 0.1 wt. % Ti + 0.003 wt. % Sr, (ef) 0.1 wt. % Ti + 0.018 wt. % Sr, (gh) 0.1 wt. % Ti + 0.025 wt. % Sr yang memperlihatkan perubahan morfologi kristal silikon eutektik.

Gambar 8 memperlihatkan morfologi kristal silikon eutektik paduan aluminium AC4B setelah penambahan Ti dan Sr. Pada keadaan normal derajat modifikasinya adalah kelas A atau tidak termodifikasi. Sedangkan pada komposisi 0.1 wt. % Ti, derajat modifikasi pada penambahan 0.003 wt. % Sr adalah kelas B dengan struktur lamelar. Penambahan 0.0018 wt. % Sr derajat modifikasinya adalah kelas E dengan struktur silikon fibrous.pada 025 wt. % Sr derajat modifikasinya dikategorikan kelas D struktur fibrous bercampur lamelar. Hal disebabkan oleh adanya kristal silikon yang berbentuk lamelar pada beberapa bagian. Seiring dengan penamban kadar Sr maka DAS yang didapat menjadi semakin rendah dan optimum pada level penambahan 0.018 wt. % Sr. Sedangkan penambahan pada level 0.025 wt. % Sr akan kembali menaikan nilai DAS yang artinya efek penghalusan butirnya berkurang. Secara keseluruhan terlihat bahwa nilai DAS menjadi lebih rendah setelah penambahan Ti dan Sr baik pada bagian tipis maupun bagian tebal. Serta dapat terlihat bahwa bagian tipis memiliki nilai DAS yang lebih rendah daripada bagian tebal. Peningkatan nilai DAS ini sesuai studi yang dilakukan A.K Prasada Rao dimana pada padua Al7Si diberikan kombinasi antara penambahan penghalus butir serta modifier (Rao et al, 2005). Dari hasil penelitian tersebut didapat bahwa dengan kombinasi penambahan tersebut nilai DAS yang diperoleh menjadi lebih rendah dibandingkan dengan penambahan penghalus butir saja atau modifikasi saja serta tanpa penambahan apapun. 3 1 5 2 1 3 2 4 4 1 3 2 5 Gambar 10. Struktur mikro (SEM) pada paduan aluminium AC4B setelah ditambahkan Ti dan Sr, (ab) 0.1 wt. % Ti + 0.003 wt. % Sr, (cd) 0.1 wt. % Ti + 0.018 wt. % Sr, (ef) 0.1 wt. % Ti + 0.025 wt. % Sr. Pengamatan Struktur Mikro Dengan SEM dan EDAX Seperti terlihat pada Gambar 10a pada sampel dengan komposisi 0.1 wt. % Ti dan 0.003 wt. % Sr terdapat 3 titik identifikasi dengan EDAX yang hasilnya diperlihatkan Tabel 3 dimana ditemukan kandungan Ti pada titik nomor 1. Penemuan Ti ini penting karena Ti

berperan sebagai pembentuk inti selain berperan sebagai unsur terlarut yang tersegregasi sehingga menghalangi pertumbuhan butir. Melalui analiasa komposisi diketahui bahwa unsur Ti pada titik 1 terdapat pada fasa Al 2 Cu dan fasa kaya Al. Pada titik lainnya ditemukan fasa intermetalik antara lain fasa Al 15 (Fe,Mn) 3 Si 2, Al 2 Cu (Backerud et al, 1996) serta kemungkinan segregasi Si dan Fe (Johnsson, 1993). Namun, tidak ditemukan kandungan Sr pada komposisi ini. Hal ini kemungkinan disebabkan terlalu kecilnya persentase penambahan Sr sehingga Sr larut. Pada komposisi 0.1 wt. % Ti dan 0.018 wt. % Sr ditemukan kandungan Ti pada titik nomor 1 (Gambar 10b). Selain unsur tadi juga diidentifikasi fasa intermetalik yang ada antara lain fasa Al 2 Cu, Al 15 (Fe,Mn) 3 Si 2 (Backerud et al, 1996) dan kemungkinan segregasi Si (Johnsson, 1993). Sr (wt. %) Tabel 3. Hasil analisis komposisi paduan aluminium AC4B pada Gambar 10; (a) komposisi 0.1 wt. % Ti + 0.003 wt. % Sr, (b) komposisi 0.1 wt. % Ti + 0.018 wt. % Sr, (c) komposisi 0.1 wt. % Ti + 0.025 wt. % Sr. No. Foto 0.003 a 1 2 3 0.018 b 1 2 3 4 5 0.025 c 1 2 No. Titik 3 4 5 Unsur (wt. %) Al Si Ti Sr Cu Fe Mn 81.45 37.69 67.72 28.9 88.27 26.17 78.31 45.7 20.48 32.45 25.62 17.27 27.55 1.39 0.63 4.26 9.94 8.99 0.68 1.29 5.78 9.27 5.07 0.42 30.3 1.25 4.36 3.4 0.09 0.02 0.09 0.07 1.06 0.82 0.41 1.87 0.39 9.22 59.61 73.26 70.61 13.1 12.55 29.94 4.64 36.31 33.31 17.45 37.91 22.67 0.24 10.7 0.09 0.06 0.75 5.18 5.9 5.19 0.26 Elemen lain Warna Abuabu Abuabu Abuabu Abuabu Abuabu Abuabu Putih Abuabu Abuabu Putih Abuabu Abuabu Putih Fasa yang mungkin TiAl 3, Al 2 Cu, Al, segregasi Si Al 2 Cu Al 15 (Mn,Fe) 3 Si 2, Al, segregasi Fe TiAl 3, Al 2 Cu, AlSi AlSi Al 2 Cu, segregasi Si Al 2 Cu, Al, segregasi Si Al 15 (Mn,Fe) 3 Si 2 Al 2 Cu, segregasi Ti, Sr, Fe, Al 15 (Mn,Fe) 3 Si 2, Al 2 Cu, segregasi Sr Al 2 Cu, segregasi Ti, Sr, Fe AlSi, segregasi Ti, Sr, Fe Al 2 Cu, segregasi Si, Ti, Sr, Fe, Mn Sementara itu pada komposisi 0.1 wt. % Ti dan 0.025 wt. % Sr hampir pada semua titik ditemukan kandungan Ti dan Sr. Kedua unsur ini ditemukan bersama dengan fasa intermetalik yang mengandung Al 2 Cu atau Al 15 (Fe,Mn) 3 Si 2 serta kemungkinan unsur Fe, Si, Mn yang mengalami segregasi terpisah. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa terjadi penurunan sifat mekanik pada paduan aluminium komposisi ini. Dimana dicurigai terjadinya interaksi antara Ti dan Sr. Bentuk interaksi yang dapat diamati adalah bentuk persenyawaan diantara unsur Ti dan Sr. Namun, apabila merujuk pada diagram fasa SrTi seperti ditunjukan Gambar 11 maka tidak mungkin terjadi persenyawaan antara Ti dan Sr pada kisaran temperatur penelitian ini. Gambar 11 Diagram fasa TiSr

Pada penelitian ini rentang temperatur aluminium cair dijaga pada 710 ± 10 C dan pada temperatur inilah penambahan Ti dan Sr dilakukan. Menurut diagram fasa TiSr kemungkinan terjadinya persenyawaan TiSr adalah pada temperatur diatas 769 C. Sehingga kemungkinan terbesar adalah Sr dan Ti mengalami segregasi terpisah. Ti dapat bersegregasi sendiri sebagai unsur terlarut dan/atau membentuk fasa TiAl 3 sebagai pembentuk inti. Sedangkan Sr dapat berikatan dengan Al dan Si membentuk senyawa Al 4 SrSi atau Al 2 Si 2 Sr yang menandakan terjadinya peristiwa overmodification (Gruzleski et al, 1990). Oleh karena itu dapat disimpulkan tidak ditemukan bentuk interaksi antara Ti dan Sr dalam penelitian ini. Kesimpulan 1) Kombinasi komposisi 0.1 wt. % Ti dan variasi Sr meningkatkan sifat mekanik, porositas, karakteristik fluiditas dan tingkat modifikasi serta menurunkan DAS (dendrite arm spacing). 2) Kekerasan optimum dicapai pada 0.1 wt.% Ti dan 0.018 wt.% Sr yaitu sebesar 52.48 HRB pada bagian tipis dan 51.30 HRB bagian tebal. 3) Nilai kekuatan optimum dicapai pada 0.1 wt.% Ti dan 0.018 wt.% Sr yaitu sebesar 251.1 MPa sedangkan nilai elongasi optimum pada 0.1 wt.% Ti dan 0.025 wt.% Sr sebesar 2.1 %. Namun, nilai elongasi yang didapat dalam penelitian ini dianggap tidak merepresentasikan keuletan paduan aluminium AC4B. 4) Pada komposisi 0.1 wt. % Ti, penambahan 0.003 wt. % Sr meningkatkan nilai fluiditas sebesar 40.1 cm menjadi 59.0 cm. Penambahan Sr pada komposisi 0.018 wt. % Sr meningkatkan nilai fluiditas dari 59.0 cm menjadi 63.4 cm dibandingkan dengan penambahan Sr sebelumnya. Sedangkan penambahan 0.025 wt. % Sr menurunkan nilai fluiditas dari 63.4 cm menjadi 50.2 cm dibandingkan dengan penambahan 0.018 wt. % Sr. 5) Kombinasi penambahan Ti dan Sr meningkatkan kuantitas dan kualitas porositas. Dimana peningkatan ini sebanding dengan peningkatan Sr yang ditambahkan. Selain itu dengan kombinasi penambahan Ti dan Sr, porositas lebih terdistribusi merata pada seluruh bagian benda cor dan memiliki bentuk yang bulat dan irregular sebagian. 6) Nilai DAS terendah dicapai pada komposisi 0.1 wt. % Ti dan 0.018 wt. % Sr yaitu sebesar 13.4 µm pada bagian tipis dan 27.2 µm pada bagian tebal. 7) Pada komposisi 0.1 wt. % Ti, derajat modifikasi pada penambahan 0.003 wt. % Sr adalah kelas B dengan struktur lamelar. Penambahan 0.0018 wt. % Sr derajat modifikasinya adalah kelas E dengan struktur silikon fibrous.pada 025 wt. % Sr derajat modifikasinya dikategorikan kelas D struktur fibrous bercampur lamelar. 8) Penggabungan proses modifikasi dan penghalusan butir akan menghasilkan struktur kristal yang termodifikasi menjadi struktur fibrous dan dendrit yang halus dengan hasil optimum pada 0.1 wt. % Ti dan 0.018 wt. % Sr serta terjadi peristiwa overmodifikasi pada level 0.025 wt. % Sr. Ucapan Terima Kasih Penelitian ini dibiayai melalui skema Hibah Kompetitif Strategis Nasional Universitas Indonesia 2009. Ucapan terima kasih kepada PT. Astra Honda Motor yang telah menyediakan dapur LPDC. Referensi Asenio, Juan. Lozano. Beatriz, Suarez.Pena. Effect of Addition of Refiners and/or Modifiers on the Microstructure of Die Cast Al12Si Alloys. Scripta Materialia 2006, 54, 943 947. Backerud, Lennart et al. 1996. Foundry Alloy Volume 2: Solidification of Aluminum Alloy. Sweden: Department of Structural Chemistry University of Stockholm. Easton, Mark & St. John, David. Grain Refinement of Aluminum Alloys: Part I. The Nucleant and Solute Paradigms A Review of the Literature. Australia: University of Queensland. Met Mat Trans A 1999; 30A: 16131623.

Gruzleski, John E, Closset, Bernard M. 1990. The Treatment of Liquid Aluminum Silicon Alloys. Illinois: American Foundrymen s Society Inc. Haque M.M., Maleque, M.A. Effect of process variables on structure and properties of aluminumsilicon piston alloy. Journal of Material Processing Technology 1988. 77, 12228. Johnsson, M. 1993. Ph.D Thesis, Stockholm: Stockholm University. Liao, H., Y.Sun.Correlation between mechanical properties and amount of dendritic alphaal phase in ascast neareutectic Al1.6% Si alloys modified with stronsium. Journal of Material Science 2002, Vol. 37,pp. 34893495. Rao, A. K. Prasada et al. Improvement in tensile strength and load bearing capacity during dry wear pf Al7Si alloy by combined grain refiner and modification. Journal of Material Science and Engineering 2005 A 395. Spittle, J.A, Sadli, S, Effect of alloy variables on grain refinement of binary aluminumalloys with Al Ti B. Mater Sci Tech 1995; 11: 533537. Zhang, M. X, P.M. Kelly, M.A. Easton, J.A. Taylor. Crystallographic study of grain refinement in aluminum alloys using the edgetoedge matching model. Acta Materialia 2005; 53:1427 1438.