PERANCANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN INDUSTRI KREATIF DI DAERAH PARIWISATA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

1. Pendahuluan ABSTRAK:

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah akan menarik sektor lain untuk

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PENGELOLAAN KOMPOS DI TPA BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1)

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

III. METODOLOGI PENELITIAN

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

Profil Orgic's Home Generasi Muda Peduli Sampah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DENGAN TEKNOLOGI DRY ANAEROBIC CONVERTION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENANGANAN SAMPAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK SAMPAH DI KOTA SURAKARTA

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BUPATI POLEWALI MANDAR

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Populasi dunia meningkat dan dengan perkiraan terbaru akan

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

STRATEGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN DAERAH KEBERSIHAN KOTA BANDUNG UNTUK MEWUJUDKAN BANDUNG BERSIH dan HIJAU SECARA BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

Kategori : Mengembangkan Pengolahan Sampah Terpadu

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

Uji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI

KERJA SAMA BISNIS PENDIRIAN BANK SAMPAH MODEL BARU

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

TRANSFORMASI PARADIGMA PENANGANAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Konsep penanganan sampah dengan sistem koperasi. Oleh Kelompok 9

MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH KATA PENGANTAR

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

Transkripsi:

PERANCANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN INDUSTRI KREATIF DI DAERAH PARIWISATA Rany Puspita Dewi 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tidar Jl Kapten Suparman 39 Magelang 56116 - Telp. (0293) 364113 E-mail: ranypuspita@untidar.ac.id ABSTRAK Pariwisata menjadi sektor yang menjanjikan sebagai salah satu sumber pendapatan bagi negara. Banyak potensi daerah wisata di Indonesia yang masih belum dikembangkan secara optimal dengan industri-industri kreatif pendukungnya. Jumlah wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara daerah tujuan wisata setiap tahun semakin meningkat. Hal ini secara otomatis meningkatkan jumlah sampah yang dihasilkan oleh para wisatawan. Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak pencemaran lingkungan yang dapat mempengaruhi kebersihan, keindahan, dan kenyamanan daerah tujuan wisata. Tujuan kajian ini adalah untuk merancang sistem pengelolaan sampah di daerah wisata yang dapat mendukung keberadaan industri-industri kreatif di sekitar lokasi. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dan pengumpulan data sekunder untuk mendukung perancangan sistem. Hasil kajian ini adalah perancangan sistem pengelolaan sampah yang dapat diaplikasikan di setiap tujuan wisata di Indonesia untuk mendukung peningkatan omzet industri-industri kreatif sekitar. Kata Kunci: sampah, pariwisata, industri 1. PENDAHULUAN Prospek pariwisata di Indonesia yang makin menjanjikan menuntut adanya usaha-usaha signifikan yang dapat meningkatkan daya saing wisata dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya bagi para pelaku industri kreatif di sekitar lokasi wisata. Jumlah wisatawan mancanegara meningkat sebanyak 10,4 juta dan wisatawan nusantara sebanyak 255,20 juta pada tahun 2015 (Kementerian Pariwisata, 2015). Jumlah wisatawan yang meningkat setiap tahun menunjukkan bahwa potensi wisata di Indonesia telah dikembangkan dengan baik. Jumlah wisatawan yang meningkat akan berkontribusi dalam peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan. Indonesia menjadi penghasil sampah plastik ke laut kedua setelah China yaitu 187,2 juta ton. Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak pencemaran lingkungan dan mempengaruhi kebersihan dan kenyamanan daerah wisata. Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak pencemaran lingkungan dan mempengaruhi kebersihan dan kenyamanan daerah wisata. Sistem pengelolaan sampah di daerah wisata sangat diperlukan untuk mengatur pengelolaan sampah yang dihasilkan di sekitar lokasi wisata. Pengelolaan sampah meliputi pengelolaan sampah organik dan sampah anorganik. Pengelolaan sampah organik dapat dilakukan melalui pembuatan kompos untuk pohon-pohon di sekitar daerah wisata dan pemanfaatan sampah sebagai biogas bagi penggerak industri-industri kreatif. Pengelolaan sampah anorganik dapat dilakukan melalui daur ulang sampah menjadi produk dengan nilai yang lebh tinggi, misalnya kerajinan atau produk lain sejenis. Industri-industri kreatif memiliki potensi yang besar untuk menopang ekonomi nasional pada umumnya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi wisata pada khususnya. Industri kreatif memerlukan energi penggerak untuk dapat beroperasi secara optimal. Melalui sistem pengelolaan sampah di daerah wisata ini diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan optimasi operasional industri-industri kreatif dan mengurangi biaya operasional para pelaku industri kreatif. 2. KAJIAN PUSTAKA Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari bahan organik dan atau anorganik, baik benda logam maupun bukan non logam yang dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar. Sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang dapat terurai oelh bakteri secara alami, misalnya dedaunan, sisa makanan dan ranting pohon. Sampah anorganik merupakan sampah yang tidak dapat terurai oleh bakteri secara alami dan akan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam penguraiannya, misalnya sampah plastik, kaleng, dan besi (Rizal, 2011). Data statistik menunjukkan bahwa 217

sampah yang dihasilkan di Indonesia secara keseluruhan mencapai 175.000 ton/hari atau 0,7 kg per orang dengan menduduki negara penghasil sampah plastik terbesar kedua setelah China. Model manajemen sampah terpadu yang berkelanjutan memerlukan peran penting berbagai pemangku kepentingan baik dari pemda, pihak swasta, LSM dan pengguna jasa. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan antara lain aspek teknis, keuangan, lingkungan, sosial budaya, dan kelembagaan. Model manajemen sampah terpadu meliputi beberapa elemen yaitu pengeluaran dan pemisahan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, perlakuan dan pembuangan, pengurangan, digunakan kembali, daur ulang, dan pemulihan (Dirjen EBTKE, 2015). Sistem pengelolaan sampah melalui penggunaan teknologi tepat guna dapat berkontribusi dalam menggerakkan perekonomian lokal, dan pemberdayaan masyarakat yang memberikan dampak positif bagi daerah terkait (Sari, 2013). Pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat melibatkan pihak eksternal dan internal dan memberikan manfaat dalam bentuk kebersihan dan kelestarian lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal, serta interaksi-interaksi sosial yang mendukung pembelajaran lokal (Handayani, 2008). Pemanfaatan sampah terpadu bertujuan untuk mengurangi sampah sebanyak-banyaknya dengan cara memanfaatkan kembali sampah melalui pengomposan dan daur ulang yang ditempatkan dalam satu lokasi mendekati sumber sampah (Sianipar, 1999). Pemanfaatan sampah organik dapat dilakukan melalui teknologi dry anaerobic digestion. Proses ini memerlukan waktu selama 30 hari. Penggunaan prime mover dengan mesin diesel sebagai penggerak alternator didapatkan potensi energi sampah yang terkandung di dalamnya dapat membangkitkan daya sebesar 572.910 kwh dengan nilai konversi nilai volume gas methan yang terbentuk 88.140 m 3 (Santoso, 2011). Volume produksi biogas dari sampah organik padat adalah sebesar 56,22% dan sampah organik cair adalah 43,45% dari total produksi methan campuran sampah padat dan cair (Fairus, 2011). Teknologi pengomposan menjadi salah satu cara untuk mengatasi keberadaaan sampah organik. Kompos merupakan hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan organik yang dipercepat oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi yang hangat, lembab, aerobik atau anaerobik. Pengomposan merupakan proses penguraian secara biologis oleh mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Teknologi pengomposan memiliki beberapa manfaat diantaranya mengurangi volume sampah dan menambah nilai jual daripada bahan asalnya (Sudiana, 2017). Pemanfaatan sampah anorganik dapat dilakukan dengan menerapakan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) pada sistem pengelolaan sampah. Studi kasus di Kota Magelang menunjukkan bahwa kuantitas sampah anorganik yang sebelumnya sebesar 1880,625 kg/hari dapat dioptimasi jumlahnya menjadi 6245,28 kg/hari. Selain itu dengan menerapkan konsep 3R di Kota Magelang dapat mengurangi biaya operasional sebesar 14,27% (Nugraha, 2007). Reduce merupakan kegiatan mengurangi volume sampah. Reuse merupakan kegiatan menggunakan barang kembali yang telah dipakai tanpa melalui proses pengubahan. Recycle amerupakan kegiatan mendaur ulang barang yang tidak terpakai dengan melalui suatu proses (Skripsianti, 2008). 3. METODE Metode yang digunakan dalam kajian perancangan sistem pengelolaan sampah meliputi beberapa tahap antara lain: a. Studi pustaka dan pengumpulan data sekunder 1) Studi pustaka Studi pustaka dilakukan dengan melakukan kajian pustaka kondisi pengelolaan sampah tujuan wisata di Indonesia 2) Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder meliputi data sampah beberapa contoh destinasi wisata dan data pengelolaan sampah yang telah dilakukan keterkaitannya dengan industri kreatif. b. Perancangan sistem pengelolaan sampah Perancangan sistem pengelolaan sampah dilakukan untuk pengelolaan sampah organik dan sampah anorganik. Pemanfaatan sampah organik dilakukan melalui teknologi biogas dan pengomposan. Pemanfaatan sampah anorganik dilakukan melalui proses daur ulang untuk menghasilkan produk dengan nilai jual yang lebih tinggi. Sistem pengelolaan sampah di daerah wisata bermuara pada perwujudan kebersihan, keindahan, dan kenyamanan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Metode yang digunakan dalam kajian sistem pengelolaan sampah ini dapat dilihat pada Gambar 1. 218

Mulai Studi pustaka Pengumpulan data sekunder Perancangan sistem pengelolaan sampah Sampah organik Sampah anorganik Biogas Pengomposan Daur ulang Incinerator Keindahan, kebersihan, kenyamanan Kesejahteraan masyarakat Selesai 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Diagram alir perancangan sistem pengelolaan sampah Sistem pengelolaan sampah merupakan salah satu langkah pendukung pengembangan industri kreatif di Indonesia. Sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi dan didukung oleh berbagai pihak terkait dapat menjadi penggerak bagi industri kreatif yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Industri kreatif memiliki peran penting dan perlu dikembangkan di Indonesia. Industri kreatif berperan dalam membangun citra dan identitas bangsa, terlebih pada industri yang berbasis kepada sumber daya terbarukan. Pengembangan industri kreatif juga memiliki dampak sosial pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Upaya pengelolaan sampah pada daerah tujuan wisata meliputi pembentukan unit teknis pengolahan sampah di sekitar lokasi wisata dan penanganan sampah yang komprehensif. Sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi harus mencakup proses pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahannya. Penciptaan kawasan wisata bebas sampah dapat dilakukan melalui pengolahan sampah menjadi biogas sebagai penggerak industri kreatif, pembuatan kompos dan daur ulang. Timbulan sampah dapat berupa sampah organik dan sampah anorganik yang memerlukan penanganan pengolahan yang berbeda. Daerah tujuan wisata pantai di Yogyakarta yaitu wisata pantai selatan menghasilkan timbulan sampah ratarata per hari tujuh meter kubik dan angka ini akan meningkat pada akhir pekan dan hari libur nasional. Sampah ini harus melalui jarak puluhan kilometer untuk sampai menuju TPS (Tempat Pembuangan Sementara) 219

Wukirsari. Daerah tujuan wisata pantai lain misalnya di Kepulauan Seribu, timbulan sampah dapat berupa sampah organik yang berupa potongan kayu dan daun sedangkan sampah anorganik yang berupa botol kemasan air minum, kantong plastik, bekas kemasan makanan, dan sampah plastik lainnya. Pengelolaan sampah dapat dilakukan pada tempat terpisah, yaitu di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) atau dapat juga dilakukan pada sekitar lokasi tujuan wisata. Melalui pengemasan yang baik, sistem pengelolaan sampah pada setiap lokasi tujuan wisata dapat memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk melihat setiap proses pengolahan sampah tersebut hingga menjadi produk yang dapat dimanfaatkan. Selain dapat memberikan pengetahuan baru, hal ini juga dapat menjadi salah satu cara promosi tujuan wisata untuk menarik para wisatawan. Pengolahan sampah anorganik melalui proses daur ulang dapat dilakukan untuk menghasilkan berbagai produk baru yang lebih kreatif. Sumber bahan baku dapat diperoleh dari botol kemasan air minum, bekas kemasan makanan, kantong plastik dan sampah plastik yang lainnya. Sampah ini apabila didaur ulang akan menghasilkan produk kreatif berupa sampah tas, dompet, keset, lampu hias, bingkai foto, dan berbagai produk kerajinan yang lain. Pembuatan produk dimulai dengan pencucian bekas kemasan, pengeringan, pembuatan pola, dan penjahitan. Produk hasil kerajinan ini dapat dijual sebagai souvenir di setiap tujuan wisata dan apabila dijual pada kisaran Rp.10.000 Rp. 30.000 dapat menambah penghasilan bagi masyarakat sekitar 600.000 dengan ratarata 20 produk terjual setiap bulannya. Produk yang terjual lebih banyak, maka penghasilan bagi masyarakat juga bertambah. Beberapa produk daur ulang sampah plastik dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Produk daur ulang plastik (http://proposaldaurulangplastik.blogspot.co.id) Pengolahan sampah organik menjadi kompos sebisa mungkin dilakukan dengan cara yang sederhana dan dapat diterapkan dengan mudah. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengomposan diantaranya kelembaban, ph, C/N ratio, temperatur, homogenitas campuran, dan ukuran partikel Metode pengomposan dengan teknologi yang paling sederhana dan biaya operasional paling murah adalah metode windrow composting. Sebelum dilakukan proses pengomposan, bahan organik dipilah untuk dipisahkan dengan bahan yang lain dan dicacah. Bahan organik ditumpuk memanjang dengan tinggi tumpukan ± 0,6, m - 1 m dan diaduk atau dibolak-balik secara berkala. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan aerasi. Metode ini cocok untuk pengomposan dalam skala besar dengan lama pengomposan berkisar antara 4 hingga 6 minggu. Produk kompos ini berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah serta meningkatkan daya serap tanah terhadap air. Produk kompos yang dihasilkan dapat digunakan untuk pemupukan tanaman di sekitar lokasi wisata atau bahkan mungkin dapat dijual. Pengolahan sampah organik lain menjadi biogas melalui pembuatan biodigester diharapkan dapat menjadi sumber energi penggerak bagi industri kreatif di sekitar lokasi wisata. Sisa sampah organik dan anorganik yang tidak terolah dapat diproses lebih lanjut menggunakan incinerator. Teknologi incinerator merupakan salah satu metode mereduksi volume sampah dengan pembakaran pada suhu tinggi dan aman bagi lingkungan. Keuntungan teknologi incinerator diantaranya tidak diperlukan lahan besar, pengoperasiannya mudah, gas yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan, dan praktis. Setiap lokasi yang menghasilkan timbulan sampah 100 ton dengan komposisi 70 ton sampah organik dan 30 ton sampah anorganik dapat menghasilkan kompos sekitar 17 ton dan bahan daur ulang sekitar 21 ton. Potensi sampah ini apabila dimanfaatkan secara optimal sebagai sumberdaya dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat, selain dapat mengurangi pencemaran dan meningkatkan kebersihan lingkungan. 220

5. SIMPULAN Perancangan sistem pengelolaan sampah di daerah wisata diharapkan dapat digunakan sebagai acuan awal dalam pengembangan setiap tujuan wisata untuk menyusun rumusan-rumusan lebih detail yang dapat mendukung keberadaan industri kreatif pada umumnya dan meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat pada khususnya. Kebersihan merupakan salah satu faktor daya tarik tujuan wisata dan sampah menjadi sumberdaya tak ternilai bagi penggerak industri kreatif. Setiap proses ini tidak lepas dari peran aktif instansi pemerintah terkait dan masyarakat yang saling bersinergi. PUSTAKA Dirjen EBTKE, Kementerian ESDM. (2015). Buku Panduan Sampah Menjadi Energi. http://ebtke.esdm.go.id/post/2016/05/08/1221/buku.panduan.sampah.menjadi.energi (Diakses tanggal 27 April 2017). Fairus, S. (2011). Pemanfaatan Sampah Organik Secara Padu Menjadi Alternatif Energi : Biogas dan Precursor Briket. Institut Teknologi Nasional. Handayani, R.D. (2008). Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Perkotaan Berbasis Masyarakat di Banjarsari Kalimantan Selatan. Institut Teknologi Bandung. Jambeck. (2015). Plastic Waste Inputs From Land Into The Ocean : https://www.iswa.org/fileadmin/user_upload/calendar_2011_03_americana/science-2015-jambeck- 768-71 2_.pdf Diakses pada 7 Juni 2017. Kementerian Pariwisata. Laporan Akhir Kinerja 2015: http://www.kemenpar.go.id/userfiles/file/test/lakip- KEMENPAR%202015.pdf Diakses tanggal 7 Juni 2017. Nugraha, W.D. (2007). Studi Potensi Pemanfaatan Nilai Ekonomi Sampah Anorganik Melalui Konsep Daur Ulang dalam Rangka Optimalisasi Pengelolaan Sampah. TEKNIK Vol. 28 No.1 Tahun 2007. Nugroho, P.S. (2008). Analisis Perkembangan Industri Kreatif di Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surakarta. Rizal, M. (2011). Analisis Pengelolaan Persampahan Perkotaan. Jurnal Smartek, Vo. 9 No.2. Mei 2011: 155-172. Sari, A. P. (2013). Kebijakan Pengelolaan Sampah Sebagai Sumber Energi Alternatif dalam Kerangka Ketahanan Daerah. Pascasarjana Universitas Indonesia. Santoso, D.E. (2011). Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah dengan Teknologi Dry Anaerobic Convertion. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Islam Sultan Agung. Sianipar, P. (1999). Kajian Pemanfaatan Sampah Terpadu dalam Penanganan Sampah di Surabaya. Institut Teknologi Bandung. Skripsianti, A. (2008). Aspek Inovasi Dalam Implemetasi 3R Sampah : Kajian Dalam Perspektif Institusional. Institut Teknologi Bandung. Sudiana, E. (2017). Cara Pembuatan Kompos. Universitas Jenderal Soedirman. 221