BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dunia dan akhirat sebagai wahyu ilahi, di dalam Alqur an banyak berisi

BAB I PENDAHULUAN. dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan medium atau substrat tempat hidup bagi komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Primak et al, tahun 1998 bahwa Indonesia merupakan daerah yang

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008).

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

ABSTRAK DIVERSITAS SERANGGA HUTAN TANAH GAMBUT DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Ilmu Ekologi dikenal dengan istilah habitat. jenis yang membentuk suatu komunitas. Habitat suatu organisme untuk

Lampiran I. Data Jumlah dan Jenis Cacing Tanah yang Didapatkan pada Dua Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dan hewan yang sangat tinggi (mega biodiversity). Indonesia terletak di

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesiamemiliki hutan mangrove terluas di dunia dan juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega-biodiversity dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa lokasi penelitian di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri adalah sebagai

I. TOLAK PIKIR PERLINDUNGAN TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah (Marlinda, 2008). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman jenis serangga yang berasosiasi pada setiap fase tanaman

BAB I PENDAHULUAN. golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. banyak ditemukan pada 0 sampai 10 cm (Kuhnelt et al, 1976). Kelompok hewan

Analisis Keanekaragaman..I Wayan Karmana 1

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di

Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara makluk hidup dan lingkungannya. Kata ekologi pertama diusulkan

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan

EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA. Nini Rahmawati

Sistem Populasi Hama. Sistem Kehidupan (Life System)

Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia,

EKOLOGI & AZAS-AZAS LINGKUNGAN. Oleh : Amalia, S.T., M.T.

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran besar ataupun kecil (Arief : 11). yang tersusun atas berbagai komponen yang saling ketergantungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan habitat yang kompleks untuk organisme. Dibandingkan dengan media kultur murni di laboratorium, tanah sangat berbeda karena dua hal utama yaitu pada kondisi alami, tanah merupakan media fase padat, cair dan gas dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara berbagai macam organisme untuk memperoleh nutrisi, ruang, dan kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan yang tersedia mampu membentuk berbagai jenis habitat (Handayanto,dkk., 2009). Al-Qur an banyak memberikan isyarat tentang fenomena hewan. Hal ini merupakan bukti konkret betapa pentingnya mempelajari dan mendalami fenomena hewan. Misalnya, Al-Qur an menyatakan: Artinya : Dan pada penciptakan dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini (Qs. al-jaatsiyah/45: 04). Ayat diatas, merupakan stimulus untuk mempelajari tentang fenomena hewan yang bertebaran di muka bumi. Karena fenomena tersebut jika direnungkan dapat menyingkap tanda-tanda kekuasaan Allah SWT., serta dapat memperkokoh keimanan bagi orang yang meyakininya. Hewan yang jumlahnya lebih dari satu juta spesies merupakan fenomena alam yang tak akan pernah habis dikaji 1

2 sepanjang masa. Dari sekian jumlah itu, sekitar 800.000 terdiri dari serangga, 21.000 ikan, 86.000 burung, 4000 mamalia dan yang lainnya (Rossidy, 2008). Dari data tersebut dapat dikatakan bahwasannya serangga (termasuk filum Arthropoda) merupakan jenis hewan yang paling banyak ditemukan dan berhasil di identifikasi. Keanekaragaman hayati yang ada pada ekosistem pertanian seperti persawahan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, yaitu dalam sistem perputaran nutrisi, perubahan iklim mikro, dan detoksifikasi senyawa kimia (Altieri, 1999). Faktor yang menentukan kesuburan tanah salah satunya adalah ph tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan arthropoda permukaan tanah. Arthropoda permukaan tanah memiliki peranan yang penting dalam ekosistem pertanian. Arthropoda permukaan tanah berperan dalam jaring makanan yaitu sebagai herbivor, karnivor, dan detrivor. Selain berperan dalam jaring makanan, Arthropoda permukaan tanah juga berperan dalam proses dekomposisi tanah. Arthropoda permukaan tanah akan mengahancurkan substansi yang ukurannya lebih besar menjadi ukuran yang lebih kecil sehingga proses dekomposisi dapat dilanjutkan oleh fauna tanah yang lain (Aritalitha, 2011). Arthropoda permukaan tanah sebagai komponen biotik pada ekosistem tanah sangat tergantung pada faktor lingkungan (Nurhadi, 2009). Faktor abiotik meliputi tanah, air, suhu, cahaya, dan atmosfir. Sedangkan faktor biotik meliputi tumbuhan dan hewan yang ada di lingkungan.

3 Keanekaragaman arthropoda permukaan tanah di setiap tempat berbeda beda, sebagaimana disebutkan oleh Resosoedarmo dkk. (1984), keanekaragaman rendah terdapat pada komunitas dengan lingkungan yang ekstrim, misalnya daerah kering, tanah miskin, dan pegunungan tinggi. Sedangkan keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan komunitas lingkungan optimum, misalnya daerah subur, tanah kaya, dan daerah pegunungan. Sedangkan menurut Odum (1996), keanekaragaman jenis cenderung akan rendah dalam ekosistem yang secara fisik terkendali yaitu yang memiliki faktor pembatas fisika kimia yang kuat dan akan tinggi dalam ekosistem yang diatur secara alami. Luas kawasan hutan pada tahun 2007 adalah 120.35 juta ha dengan komposisi hutan produksi 48%, hutan konservasi 17%, hutan lindung 28%, hutan produksi konversi 7%, dan dari luasan tersebut 53.9 juta ha diantaranya terdegradasi dengan berbagai tingkatan yang tersebar pada hutan konservasi 11.4 juta ha, hutan lindung 17.9 juta ha, dan hutan produksi 24.6 juta ha (Barchia, 2009). Perbedaan ekositem antara ekosistem hutan yang termasuk ekosistem alami (proses terjadinya tanpa adanya campur tangan manusia) dan ekosistem perkebunan yang termasuk ekosistem buatan (proses terjadinya dengan adanya campur tangan manusia) menjadikan landasan dalam penelitian, yang mana keanekaragaman arthropoda permukaan tanah dalam ekosistem yang berbeda tersebut sangatlah penting untuk diketahui. Penelitian yang dilakukan oleh Aritalitha (2011) tentang Keanekaragaman Arthropoda Permukaan Tanah pada Lahan Pertanian Wortel sebagai Indikator Lingkungan menyatakan bahwa arthropoda yang ditemukan

4 pada lahan pertanian wortel adalah 17 spesies dan Indeks keanekaragamannya tergolong rendah berkisar antara 0,68-1,57 dan dinyatakan termasuk dalam lingkungan yang tidak stabil sampai dengan sedang. Lokasi penelitian tentang keanekaragaman arthropoda permukaan tanah berada di Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Adanya Arthropoda permukaan tanah pada lokasi penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai musuh alami agar mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan, yaitu dengan memanfaatkan Arthropoda permukaan tanah yang berperan sebagai predator untuk memangsa hama pertanian sekaligus menambah inventarisasi jenis arthropoda permukaan tanah pada lokasi penelitian khususnya pada Cagar Alam Manggis Gadungan. Selain itu, diharapkan dengan diketahuinya keanekaragaman arthropoda permukaan tanah pada suatu ekosistem dapat digunakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan kestabilan suatu ekosistem. Sampai saat ini masih sedikit upaya untuk meningkatkan kelestarian dan daya manfaat dari arthropoda permukaan tanah pada lahan pertanian. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, diangkat judul Keanekaragaman Arthropoda Permukaan Tanah pada Cagar Alam Manggis Gadungan dan Perkebunan Kopi Mangli di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

5 1. Jenis-jenis arthropoda permukaan tanah apa saja yang terdapat pada Cagar Alam Manggis Gadungan dan perkebunan kopi Mangli di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri? 2. Bagaimana indeks keanekaragaman dan indeks dominansi arthropoda permukaan tanah pada Cagar Alam Manggis Gadungan dan perkebunan kopi Mangli Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri? 1.3 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui jenis-jenis arthropoda permukaan tanah pada Cagar Alam Manggis Gadungan dan perkebunan kopi Mangli di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. 2. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman dan indeks dominansi arthropoda permukaan tanah pada Cagar Alam Manggis Gadungan dan perkebunan kopi Mangli di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberi informasi tentang keanekaragaman dan jenis apa saja arthropoda permukaan tanah pada Cagar Alam Manggis Gadungan dan perkebunan kopi Mangli di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. 2. Memberi wawasan khususnya kepada para petani yang ada di sekitar lokasi penelitian tentang nilai lebih arthropoda permukaan tanah.

6 1.5 Batasan Masalah 1. Pengambilan sampel dilakukan pada beberapa lokasi, yaitu pada Cagar Alam Manggis Gadungan (CAMG), perkebunan kopi (PK), dan perkebunan kopi tumpang sari (PTS) di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. 2. Penelitian ini hanya terbatas pada arthropoda permukaan tanah yang diamati secara langsung dan yang berhasil dijebak dengan pitfall trap. 3. Identifikasi dibatasi sampai tingkat famili. 4. Arthropoda permukaan tanah yang diamati adalah semua spesies arthropoda yang aktivitasnya dan atau tempat hidupnya berada di permukaan tanah yang terdapat pada beberapa tempat penelitian. 5. Identifikasi arthropoda permukaan tanah dilakukan dengan pengamatan mikroskop komputer, kemudian dicocokkan morfologinya dengan pustaka yang sesuai. 6. Analisis data menggunakan indeks keanekaragaman dan indeks dominansi.