BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide dan pengalaman semata tidak cukup untuk menghasilkan sebuah karya sastra. Seorang pengarang harus menggunakan daya imajinasi yang dimilikinya dalam sebuah proses kreatif karena karya sastra yang imanjinatif mampu menyentuh pikiran dan perasaan pembaca. Sastra sebagai sebuah karya seni dapat diartikan bahwa karya sastra identik dengan sesuatu hal yang indah. Keindahan karya sastra terdapat pada keindahan isi dan bahasanya. Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa, dan karya seorang pengarang, (Endraswara, 1993: 96). Karya sastra lahir lahir akibat dorongan dalam diri seorang pengarang untuk berekspresi, mengungkap ide dan pengalaman yang bersumber dari realitas di sekitarnya. Maka dari itu karya sastra dapat disebut sebagai cerminan realitas karena bersumber pada kehidupan nyata. Karya sastra memerlukan sebuah media sebagai sarana pengejawantahan ide, yaitu bahasa. Oleh karena itu, bahasa mengandung simbol-simbol psikologis yang kaya makna. Secara garis besar karya sastra dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu puisi, prosa, dan drama. Setiap jenis karya sastra memiliki karakteristik yang membedakan antara jenis satu dengan lainnya, seperti halnya karya sastra prosa yang seringkali disebut juga fiksi. Prosa merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki bahasa yang terurai. Pengertian fiksi menurut Altenbernd dan Lewis (Nurgiyantoro, 1995: 2) dalam hal ini berusaha mengungkap hubungan antar manusia dalam realitas ke dalam cerita rekaan. Manusia sebagai pelaku menjelma sebagai tokoh cerita. Prosa sebagai salah satu jenis karya sastra memuat cerita kehidupan. Ada tokohtokoh yang kemudian melakukan adegan dan menjalin peristiwa yang runtut. Perbedaan karakter yang tampil pada setiap tokoh menyebabkan pergolakan jiwa bagi setiap tokoh. Keadaan itu akhirnya memunculkan konflik seperti yang terjadi 1
2 dalam kehidupan nyata. Konflik yang dialami tokoh bisa terjadi dengan lingkungan di luar tokoh dan dapat pula terjadi di dalam diri tokoh. Konflik yang terjadi di dalam diri tokoh disebut sebagai konflik internal. Dalam sebuah cerita, konflik sangat diperlukan untuk membuat cerita menjadi menarik. Namun tidak semua yang dialami tokoh dalam cerita sama persis dengan kehidupan nyata. Seorang pengarang tentu telah meramu ide dan pengalaman dengan daya imajinasinya untuk menghasilkan karya sastra yang menarik. Tokoh sebagai jelmaan manusia dalam karya sastra memuat aspek-aspek kejiwaan yang sangat kaya sehingga dapat menjadi bahan telaah yang menarik. Endraswara (2008: 87) menyebut bahwa sastra sebagai gejala kejiwaan, di dalamnya terkandung fenomena-fenomena kejiwaan yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya. Tokoh yang dihadirkan seorang pengarang dalam sebuah cerita merupakan wujud eksistensi watak dan perilaku manusia di kehidupan nyata. Maka munculnya tokoh-tokoh dengan watak dan perilaku yang berbeda atau bertentangan dapat menimbulkan konflik cerita. Kajian pada karya sastra bisa melibatkan perwatakan/kepribadian para tokoh rekaan. Konflik batin tokoh-tokoh dalam cerita dapat dikaji dengan pendekatan psikologi sastra. Psikologi sastra merupakan kajian interdisipliner antara sastra dan psikologi. Pendekatan psikologi sastra bertujuan memahami aspek-aspek kejiwaan dalam karya sastra, khususnya yang terjadi pada para tokoh. Dalam ilmu psikologi terdapat teori yang dapat mempelajari gejala-gejala kejiwaan yang dialami tokoh dalam karya sastra, yaitu teori psikoalaisa. Teori tersebut dikemukakan oleh Sigmund Freud, seorang dokter dari Wina. Sigmund Freud menyatakan bahwa sistem kepribadian manusia dikendalikan oleh alam bawah sadar merupakan kesatuan dari id atau es, ego atau ich, dan superego atau uber ich. Horatius (Teeuw, 1984: 8) menyebut karya sastra bersifat utile dan dulce, bermanfaat dan nikmat sebagai tujuan dan fungsi karya sastra. Lebih lanjut, Horatius mengatakan bahwa kedua sifat karya sastra tersebut merupakan tolok ukur sastra bagi banyak pembaca. Jadi sebuah karya sastra merupakan sebuah karya seni yang memiliki unsur keindahan yang menimbulkan kenikmatan bagi pembaca. Selain itu, karya sastra juga mengandung pesan yang disampaikan melalui para
3 tokohnya. Sastra memiliki nilai manfaat ketika pembaca dapat mengambil amanat dari sebuah cerita sehingga dapat memperbaiki kualitas hidupnya. Sastra bersumber dari kehidupan masyarakat sehingga dapat dikatakan bahwa sastra dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Siswa merupakan bagian dari masyarakat, maka karya sastra yang bersifat dulce dan utile dapat dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran sastra dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Siswa dapat belajar untuk memahami perilaku dan konflik yang dialami tokoh cerita. Dengan begitu, siswa dapat memilah hal-hal yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu sesuai dengan pendapat Rahmanto (1988: 15) yang mengungkapkan pentingnya pembelajaran sastra bagi siswa. Menurut Rahmanto, jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit dipecahkan di dalam kehidupan masyarakat. Ada tiga jenis prosa yang hingga kini berkembang dalam khazanah sastra Indonesia, yaitu cerpen, novelet, dan novel. Di dalam pengajaran sastra di sekolah dengan jam pelajaran yang terbatas, guru perlu mempertimbangkan bahan ajar yang akan diberikan kepada siswa. Cerita pendek atau cerpen merupakan salah satu karya sastra berbentuk prosa yang ideal dijadikan sebagai bahan ajar. Karakteristik cerpen yang ringkas, memuat satu peristiwa pokok dan dapat selesai dibaca sekali duduk dapat disesuaikan dengan keterbatasan jam pelajaran di dalam kelas. Meskipun ringkas, cerpen tidak kehilangan unsur pembangunnya yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Cerpen yang dijadikan sebagai bahan ajar juga harus relevan dengan kebutuhan siswa. Lestari (2013: 84) menekankan bahwa pentingnya bahan ajar yang relevan dengan kebutuhan siswa adalah kenyataan bahwa siswa berasal dari suatu kelompok masyarakat yang memiliki keanekaragaman sosial budaya, aspirasi politik, dan kondisi ekonomi tersendiri pula yang akan mewarnai skemata atau struktur mentalnya yang pada gilirannya akan berpengaruh pada proses pembelajaran dan hasil belajar yang ingin dicapai.
4 Kumpulan cerpen Milana adalah kumpulan cerpen tunggal pertama karya Bernard Batubara. Kumpulan cerpen ini diterbitkan tahun 2013 oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Bernard Batubara mulai menulis pada pertengahan 2007. Meskipun tergolong penulis muda, beberapa karyanya, puisi dan cerpen telah dimuat di majalah seni, harian lokal, nasional, serta antologi bersama. Beberapa karya Bernard Batubara yang telah dibukukan antara lain Angsa-Angsa Ketapang tahun 2010, Radio Galau FM: Frekuensi Patah Hati & Cinta yang Kandas tahun 2011, Kata Hati tahun 2012, Cinta tahun 2013, Surat untuk Ruth tahun 2013, Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri tahun 2014, dan Jika Aku Milikmu tahun 2015. Dua karya Bernard Batubara telah diangkat ke layar lebar oleh Rapi Films dengan judul yang sama, yaitu buku Radio Galau FM yang tayang pada 13 September 2012 dan Kata Hati yang tayang pada 14 Februari 2013. Bernard Batubara menuliskan lima belas judul cerita dalam kumpulan cerpen Milana. Cerita yang disajikan mengangkat kehidupan remaja sehari-hari. Tokohtokoh dan konflik yang muncul merupakan cerminan kehidupan remaja. Bernard Batubara juga menyajikan struktur cerita yang beragam salah satunya dari penggunaan sudut pandang. Bernard Batubara mengangkat peristiwa di sekitarnya menjadi sebuah cerita, yaitu berupa pengalaman pribadi maupun mitos. Ceritacerita di dalam kumpulan cerpen Milana menjadi lebih menarik diperkaya dengan diksi yang khas melukiskan sebuah karya sastra. Kumpulan cerpen Milana menjadi bacaan yang memenuhi sifat utile dan dulce yang diungkapkan Horatius. Berdasarkan nilai kenikmatan dan kebermanfaatannya, kumpulan cerpen Milana dapat direlevansikan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran sastra di SMA, khususnya dalam Kurikulum 2013. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI terdapat kompetensi dasar menganalisis teks cerita pendek. Dalam hal ini cerita pendek ini dapat digunakan oleh guru sebagai bahan ajar dalam pebelajaran teks cerita pendek. Oleh karena itu, berdasarkan paparan di atas peneliti terdorong untuk meneliti kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara. Peneliti akan meneliti dari aspek konflik batin yang dialami tokoh utama dari sisi psikologi serta relevansinya sebagai bahan ajar teks cerita pendek dalam pembelajaran sastra di SMA. Judul penelitian ini adalah Konflik Batin Tokoh Utama dalam Kumpulan
5 Cerpen Milana Karya Bernard Batubara dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar Teks Cerita Pendek pada Siswa SMA Kelas XI (Tinjauan Psikologi Sastra) A. Rumusan Masalah 1. Bagaimana penggambaran kepribadian tokoh utama dalam kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara? 2. Bagaimana konflik batin yang dialami tokoh utama dalam kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud? 3. Bagaimana relevansi kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara sebagai bahan ajar teks cerita pendek pada siswa SMA kelas XI berdasarkan kurikulum 2013? B. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan dan menjelaskan kepribadian tokoh utama dalam kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara. 2. Mendeskripsikan dan menjelaskan konflik batin yang dialami tokoh utama dalam kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud. 3. Mendeskripsikan dan menjelaskan relevansi kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara sebagai bahan ajar teks cerita pendek pada siswa SMA kelas XI berdasarkan kurikulum 2013. C. Manfaat penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis a. Menambah khazanah keilmuan dalam penelitian sastra, khususnya dalam bidang analisis konflik batin tokoh utama dalam cerita pendek dengan pendekatan psikologi sastra. b. Menjadi titik tolak untuk memahami dan mendalami karya sastra pada umumnya dan karya sastra cerita pendek.
6 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Bahasa Indonesia Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi guru Bahasa Indonesia bahwa kumpulan cerita pendek Milana karya Bernard Batubara relevan digunakan sebagai bahan bahan ajar dalam pembelajaran teks cerita pendek di sekolah. b. Bagi Siswa Hasil penelitian ini dapat dijadikan contoh bagi siswa dalam menganalisis penokohan dan konflik batin tokoh utama dalam cerita pendek sebagai bentuk apresiasi sastra. c. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sastra dengan permasalahan sejenis.