BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari lingkungan atau benda diluar sistem sensor. Input rangsangan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

BAB III METODE PENELITIAN

Penguat Inverting dan Non Inverting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

BAB III PERANCANGAN ALAT. (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem

KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 PERANCANGAN. Skema sistem lup tertutup dari alat yang dirancang digambarkan pada Gambar 3.1.

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

output dari rangkaian osilator tersebut. Detektor logam dengan metode BFO ini

12-9 Pengaruh dari Kapasitor Pintas Emiter pada Tanggapan Frekuensi-Rendah

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol.

BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog

BAB III PERANCANGAN SISTEM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Telah direalisasikan alat pendeteksi logam yang terbuat dari induktor

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )?

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III METODE PENELITIAN

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

KISI KISI SOAL UKA TEKNIK ELEKTRONIKA (532)

PROPOSAL EC6030 PERANCANGAN SENSOR INFRA RED (IR) UNTUK NAVIGASI ROBOT BERBASIS FPGA DAN up LEON

PERANCANGAN DAN REALISASI PLL(88-108) MHZ DENGAN INDIKATOR LED SAAT DAERAH FREKUENSI LOCK DAN UNLOCK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah

MODUL 5 RANGKAIAN AC

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

BAB III PERANCANGAN PENGUAT KELAS D

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

3.1. Gambaran Sistem Penyuara dan Kotak yang Digunakan

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

2015 RANCANG BANGUN SUMBER MEDAN MAGNET DINAMIK UNTUK IDENTIFIKASI ANOMALI MAGNETIK LAPISAN TANAH

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

Breadboard Breadboard digunakan untuk membuat dan menguji rangkaian-rangkaian elektronik secara cepat, sebelum finalisasi desain rangkaian dilakukan.

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

BAB III KONSEP RANCANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Januari 2015.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

Modul VIII Filter Aktif

BAB III PERANCANGAN SISTEM

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kemampuan berpikir yang terus berkembang. Seiring

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

Karakterisasi Sensor Fluxgate sebagai Detektor Medan Magnetik AC

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN

Transkripsi:

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap karakteristik keluaran sensor seperti sensitivitas, dan daerah kelinieran. Hasil dari eksperimen ini adalah berupa grafik hubungan tegangan terhadap medan magnet (V-B) untuk masing-masing frekuensi medan eksitasi yang berbeda-beda. 3.2. Lokasi Penelitian Penelitian yang meliputi kegiatan perancangan dan pembuatan sistem sensor, rangkaian eksitasi, dan rangkaian pengolah sinyal dilakukan di laboratorium elektronika FPMIPA UPI. Sedangkan pengujian sensor dilakukan di Pusat Pengembangan Elektronika dan Telekomunikasi (PPET) LIPI. 3.3. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 27

a. Sensor magnetik fluxgate b. 1 Set rangkaian pengolah analog sensor c. Kumparan solenoida d. Magnetometer acuan (gauss meter) e. Sumber arus DC f. Multimeter 3.4. Langkah Penelitian 3.4.1. Persiapan Tahap awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah kajian literatur dan teoritis tentang prinsip dasar dari sensor magnetik fluxgate. Kemudian tahap selanjutnya ialah tahap perancangan dan pembuatan sensor dengan teknik (print circuit board) PCB. Pada tahap ini penulis mulai merancang elemen sensor dan membuat rangkaian analog sensor yang meliputi Rangkaian eksitasi dan rangkaian pengolah sinyal. 3.4.2. Pelaksanaan Karakterisasi bertujuan untuk mengetahui respon keluaran sensor terhadap medan magnet. Karakterisasi dilakukan pada sensor dengan cara memberikan medan magnet DC secara monoton melalui pemberian arus DC pada kumparan solenoida. Pelaksanaan karakterisasi dilakukan melalui skema eksperimen sebagai berikut 28

Magnetometer standar Kumparan Solenoida Elemen sensor Fluxgate Sumber arus DC Gambar 3.1 Skema Pengujian Sumber medan magnet berupa kumparan diletakan tegak lurus terhadap permukaan bumi. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir medan magnet bumi. Kemudian untuk tata letak bagian sensor yang berfungsi untuk menangkap medan magnet luar, disesuaikan dengan arah medan yang dihasilkan solenoida. Sehingga sensor dapat menangkap medan magnet yang dihasilkan kumparan. Sebelum dilakukan pengujian sensor fluxgate, mula-mula dilakukan proses inisialisasi sumber medan magnet berupa kumparan solenoida. Inisialisasi bertujuan untuk mengetahui karakteristik medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan terhadap pemberian arus listrik. Inisialisasi dilakukan dengan cara menempatkan magnetometer acuan ditengah kumparan solenoida. Medan magnet yang berada di tengah daerah kumparan solenoida berasal dari pemberian arus listrik DC. Medan magnet ini kemudian diukur oleh magnetometer acuan. 29

Pengujian sensor dilakukan setelah tahapan inisialisasi selesai. Pengujian sensor dilakukan dengan cara menempatkan sensor pada titik / tempat yang sama dengan magnetometer acuan yang diinisialisasi. Hal ini bertujuan agar sensor mendapatkan perlakuan medan magnet yang sama oleh kumparan. Pengujian dilakukan dengan pemberian medan magnet secara bertahap pada sensor untuk setiap frekuensi eksitasi yang berbeda. 3.4.3. Pengujian 1. Inisialisasi Sumber Medan Magnet Sebelum dilakukan pengujian maka terlebih dahulu dilakukan proses inisialisasi terhadap kumparan solenoida dan lingkungan (tempat pengukuran). Inisialisasi dilakukan untuk mengetahui karakteristik medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan solenoida dan yang berasal dari lingkungan. Inisialisasi dilakukan dengan cara memberikan arus listrik pada kumparan solenoida secara bertahap sehingga menghasilkan medan magnet yang bervariasi. Medan magnet ini kemudian diukur oleh magnetometer acuan. Hasil pengujian ini kemudian di-plot ke dalam grafik hubungan antara arus listrik terhadap medan magnet. Hasil inisialisasi ini menghasilkan fungsi transfer / persamaan yang menyatakan hubungan antara arus listrik yang diberikan dengan medan magnet yang terukur B(I). Persamaan ini mepresentasikan akumulasi dari semua faktor yang mempengaruhi medan magnet di titik / tempat tersebut. 30

2. Pengujian Sensor fluxgate Pengujian terhadap sensor fluxgate dilakukan dengan menempatkan sensor fluxgate di tengah kumparan solenoida. Medan magnet diberikan melalui pemberian arus listrik pada kumparan solenoida. Nilai medan magnet yang dihasilkan kumparan solenoida ini dihitung berdasarkan nilai arus listrik yang diberikan dengan menggunakan fungsi transfer yang telah diperoleh sebelumnya (melalui inisialisasi kumparan) dan tegangan keluaran berasal dari sensor fluxgate. Dalam pengujian ini variabel yang diukur secara langsung adalah arus listrik kumparan solenoida dan tegangan keluaran sensor fluxgate. Medan magnet dihitung menggunakan fungsi transfer hubungan B terhadap I. Pengukuran Arus dan tegangan dilakukan secara berulang untuk masing-masing nilai frekuensi yang berbeda. Sedangkan variabel yang diukur secara tidak langsung merupakan parameter karakteristik sensor meliputi sensitivitas, dan daerah kelinieran yang diperoleh dari analisis grafik hubungan antara medan magnet dan tegangan keluaran. 3.5. Diagram Alur Penelitian Diagram Alur penelitian menggambarkan secara keseluruhan tahapantahapan penelitian yang dilakukan. Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini diawali dengan kajian pustaka dan teoritis tentang sensor fluxgate, kemudian dilanjutkan dengan tahapan perancangan elemen sensor dan pembuatan rangkaian elektronik. Setelah ini selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah tahapan 31

pengujian, bertujuan untuk mengamati karakteristik keluaran sistem keseluruhan. Tahap terakhir adalah tahap analisis terhadap hasil pengujian dan menarik kesimpulan. berikut. Adapun diagram alur keseluruhan pada penelitian ini adalah sebagai Mulai Kajian pustaka sensor magnetik fluxgate Perancangan dan pembuatan sensor dan rangkaian analog Inisialisasi Sumber Medan Magnet Karakterisasi sensor Analisis Data Menarik Kesimpulan Selesai Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian 32

3.6. Desain Elemen Sensor Elemen sensor yang dirancang terdiri dari inti feromagnetik dan sistem lilitan kawat. Material inti yang digunakan pada penelitian ini adalah material inti yang dikenal dengan nama dagang kern. Inti ini memiliki massa jenis 6,19 g/, permeabilitas relatif 16, gaya koersif 130 A/m, dan medan saturasi 0,04 T. Selain itu bahan ini mudah didapat dan harganya sangat murah. Inti yang digunakan berbentuk pita yang memiliki konstruksi dan dimensi seperti pada gambar L P Gambar 3.3 Desain Inti a2 a1 Dengan P = 8,15 cm, L = 1,196 cm, a1 =0,277 cm, a2=0,301 cm, dan tebal = 0,0601 cm. Inti feromagnetik dirancang membentuk loop tertutup. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi reduksi aliran medan magnet yang dihasilkan inti keluar sistem rangkaian magnet. Untuk membuat sistem lilitan kawat maka digunakan teknologi PCB. Di mana jalur-jalur (track) pada PCB dirancang untuk menggantikan sistem lilitan kawat konvensional. Teknik ini memiliki kelebihan diantaranya memiliki luas penampang yang besar, ukuran kecil, dan mudah diproduksi secara masal. Pada pembuatan sistem lilitan kawat sensor, digunakan 4 lapis PCB dengan ukuran masing-masing 88,26 22,54 mm. Sepasang lapis PCB untuk 33

membuat konfigurasii lilitan eksitasi dan sepasang lainnya untuk lilitan pick-up. Jumlah lilitan eksitasii dibuat 60 2 lilitan sedangkan lilitan pick-up dibuat 30 2 lilitan. Adapun desain PCB yang dibuat pada sensor ini, tampak seperti pada gambar di bawah a) b) Gambar 3.4 Desain PCB a). Lilitan eksitasi, b). Lilitan pick-up Keempat lapis PCB kemudian ditumpuk. Mula-mula inti diimpit oleh sepasang lapis eksitasi. Pastikan tidak ada lubang yang tertutup, kemudian hubungkan antar lubang dengan kawat. Setelah itu (inti, dan 2 lapis eksitasi) secara bersama-sama, diimpit oleh sepasang lapis pick-up. Kemudian hubungkan lubang pada lapisan pick-up melalui kawat. Sehingga keseluruhan elemen sensor akan tampak seperti pada gambar 3.5 dengan inti berada didalamnya. Gambar 3.5 Desain Elemen Sensor dengan Teknik PCB 34

Sistem tumpuk lapisan PCB ini dilakukan agar Kumparan pick-up dapat menangkap medan magnet homogen yang dihasilkan oleh kumparan eksitasi dan inti secara langsung. Selain itu keuntungan yang diperoleh adalah penampang kumparan pick-up menjadi lebih luas. Sensor yang telah dibuat menggunakan teknik PCB ini memiliki dimensi dan karakteristik listrik, seperti yang tertera pada tabel 3.1 Tabel 3.1 Spesifikasi Sensor Dimensi total Eksitasi Pick up N lilitan 60 30 Panjang (mm) 88,265 2 74,93 2 38,1 Lebar (mm) 22,542 2 5,08 2 7,62 t (mm) 4,5 n (lilitan/m) 800,7473642 787,4015748 R (ohm) 4,4 3,7 Induktansi (mh) 0,017 0,002 kapasitansi (uf) 0,002 1,13 3.7. Pembuatan Rangkaian Elektronik Sensor Elemen sensor dan rangkaian elektronika sensor fluxgate merupakan keseluruhan sistem yang terintegrasi. Rangkaian elektronik sensor fluxgate terdiri dari rangkaian eksitasi dan rangkaian pengolah sinyal. Sensor fluxgate tidak dapat bekerja tanpa adanya rangkaian eksitasi dan sinyal yang dihasilkan oleh sensor, perlu diolah terlebih dahulu melalui rangkaian pengolah sinyal. Rangkaian eksitasi berfungsi sebagai pembangkit gelombang medan eksitasi. Rangkaian ini terdiri dari osilator, pembagi frekuensi, dan buffer. 35

Sedangkan rangkaian pengolah sinyal terdiri dari penguat awal, detektor fasa, integrator dan penguat akhir. Keseluruhan sistem rangkaian ini dapat ditunjukan melalui diagram blok pada gambar 3.6 khz Sensor Buffer Pembagi Frekuens MHz Osilator 2 Penguat Awal Detektor Fasa Integrator Penguat Akhir Gambar 3.6 Sistem Rangkaian Elektronik Sensor Fluxgate Osilator menghasilkan gelombang kotak yang memiliki frekuensi dengan orde MHz. Frekuensi ini kemudian dibagi oleh rangkaian pembagi frekuensi menghasilkan frekuensi dan 2 yang berorde khz. Frekuensi yang terlebih dahulu melalui buffer digunakan untuk membangkitkan sensor. Keluaran sensor yang berupa gelombang sinusoidal kemudian dikuatkan oleh penguat awal. Rangkaian penguat awal terdiri dari pengubah tegangan dan differensiator. Kemudian sinyal diteruskan ke detektor fasa. Detektor fasa berfungsi untuk meneruskan sinyal dengan fasa kelipatan 2. Sehingga keluaran dari rangkaian ini berupa sinyal yang telah disearahkan. Sinyal yang telah disearahkan ini kemudian diratakan oleh rangkaian integrator menjadi sinyal DC. Terakhir sinyal DC ini dikuatkan oleh rangkaian penguat akhir dalam bentuk rangkaian penguat noninverting. 36

3.8. Rangkaian Eksitasi 3.8.1. Osilator dan Pembagi frekuensi Pada rangkaian analog sensor, osilator merupakan rangkaian dasar yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena stabilitas dari frekuensi medan yang dihasilkan tergantung pada stabilitas osilator. Untuk mendapatkan kestabilan maka digunakan kristal. Osilator berfungsi sebagai penghasil sinyal eksitasi yang akan diberikan pada lilitan eksitasi. Kristal yang dirangkai dengan IC CD4060, berfungsi sebagai pembangkit sinyal sekaligus sebagai pembagi frekuensi sinyal kotak. IC ini dapat membagi frekuensi kristal menjadi 2 4, 2 5, 2 6, 2 7, 2 8, 2 9, 2 10, 2 12, 2 13, dan 2 14. Gambar 3.7 Diagram Skematik IC 4060 Frekuensi gelombang eksitasi yang digunakan pada rangkaian eksitasi adalah frekuensi dengan orde khz, sedangkan kristal yang digunakan berorde MHz. Maka frekuensi yang dihasilkan oleh kristal harus dibagi oleh IC 4060 37

sehingga menghasilkan frekuensi 0 yang berorde khz. Selain itu frekuensi ini juga dibagi dengan pembagi D flip-flop sehingga menghasilkan frekuensi 2 0, frekuensi ini nantinya diperlukan pada rangkaian pengolah sinyal. Keseluruhan Rangkaian osilator dan pembagi frekuensi dapat ditunjukan seperti pada gambar 3.8 Gambar 3.8 Osilator dan Pembagi frekuensi 3.8.2. Rangkaian penyangga (buffer) Rangkaian penyangga berfungsi untuk menstabilkan sinyal keluaran yang berasal dari rangkaian sebelumnya agar dapat diteruskan. Rangkaian buffer yang ideal memiliki penguatan satu dengan impedansi masukan yang sangat besar dan impedansi keluaran yang sangat kecil. Pada penelitian ini digunakan MOSFET sebagai rangkaian buffer. Untuk menguatkan arus sebelum sinyal masuk ke dalam MOSFET, terlebih dahulu sinyal dilewatkan pada 6 gerbang NOT dari IC 7404 yang dirangkai secara paralel. Selanjutnya sinyal tersebut dilewatkan pada dua transistor MOSFET yang 38

berbeda tipe, n-mos dan p-mos, di mana dua MOSFET ini berfungsi sebagai CMOS inverter. Gambar 3.9 Rangkaian Buffer Rangkaian di atas menggunakan prinsip logika. Keluaran dari rangkaian buffer berbentuk sinyal kotak. Rangkaian logika ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan TTL karena memiliki daya disipasi yang lebih rendah serta arus keluaran yang lebih tinggi, sehingga rangkaian ini cocok sebagai buffer. 3.8.3. Pembangkit Eksitasi Pembangkit sinyal eksitasi merupakan bagian yang penting dalam rangkaian eksitasi. Sinyal eksitasi harus memiliki tegangan yang cukup untuk menggerakan lilitan eksitasi, ini diperlukan agar sinyal dapat mensaturasi inti. Rangkaian pembangkit sinyal eksitasi ini terdiri dari induktor, kapasitor, dan resistor, seperti pada gambar 3.10 39

Gambar 3.10 Rangkain Eksitasi Selain sebagai pembangkit eksitasi, rangkaian ini juga berfungsi untuk mengubah sinyal masukan yang berbentuk kotak menjadi sinyal sinusoidal. Hal ini terjadi karena pada dasarnya rangkaian ini merupakan rangkaian LR. Kapasitor yang digunakan berfungsi sebagai penghalang arus searah yang mungkin mengalir ke dalam rangkaian eksitasi. Hal ini memungkinkan karena sifat kapasitor yang hanya dapat melewatkan arus bolak-balik. 3.9. Rangkaian Pengolah Sinyal 3.9.1. Penguat Awal Sinyal yang dihasilkan oleh sensor, merupakan sinyal yang merepresentasikan medan magnet yang diukur. Sinyal ini berbentuk gelombang sinusoidal dan masih sangat lemah hingga berode di bawah mv. Oleh karena itu sinyal ini perlu diperkuat terlebih dahulu oleh penguat awal. 40

Sebelum dilewatkan pada rangkaian penguat awal, terlebih dahulu sinyal dilewatkan pada resistor penyangga. Tujuan dari resistor penyangga ini untuk menkonversi arus yang berasal dari lilitan pick-up, menjadi tegangan. Selanjutnya sinyal dilewatkan pada rangkaian penguat awal yang merupakan rangkaian differensiator / tapis lolos tinggi. Rangkaian ini berfungsi sebagai pendiferensial sinyal sekaligus sebagai penguat sinyal berfrekuensi tinggi. Rangkaian ini memiliki frekuensi cut-off = 1 2 (3.1) Karena 0 (frekuensi sinyal), maka rangkaian ini berfungsi sebagai rangkaian pendifferensial. Gambar 3.11 Rangkaian Penguat Awal Penguatan pada rangkaian differensiator ini sesuai dengan persamaan = (3.2) 41

Untuk menjaga kestabilan sinyal yang akan masuk ke rangkaian selanjutnya maka keluaran dari rangkaian differensiator ditambahkan sebuah buffer. 3.9.2. Detektor Fasa Rangkaian detektor fasa berfungsi sebagai penyearah sinyal AC dengan cara meloloskan sinyal yang sefasa atau yang memiliki fasa kelipatan 2 dan seterusnya. Hal ini berarti detektor fasa berfungsi meneruskan sinyal yang mengandung harmonisasi genap menggunakan frekuensi dari osilator 2 0 sebelumnya, sebagai pengendali. Sehingga sinyal yang keluar dari detektor fasa dapat berupa sinyal positif atau negatif Rangkaian detektor fasa terdiri dari sebuah differensiator dan sebuah saklar analog. Saklar analog ini dikendalikan oleh frekuensi 2 0, yang berasal dari osilator. Salah satu IC yang memiliki saklar adalah CD4053. Gambar 3.12 Detektor Fasa 42

Kemudian sinyal yang keluar dari detektor fasa dimasukan ke dalam buffer kembali agar sinyal tidak lemah. Keluaran buffer kemudian dimasukan ke dalam tapis lolos rendah. 3.9.3. Integrator Rangkaian integrator berfungsi sebagai pengintegral sinyal masukan sekaligus sebagai tapis lolos rendah. Jika domain yang digunakan adalah domain frekuensi maka ia berfungsi sebagai tapis, namun jika domain waktu yang digunakan maka rangkaian tersebut berfungsi sebagai integrator. Berdasarkan komponen yang digunakan, ada dua macam integrator, yaitu pasif dan aktif. Integrator pasif menggunakan komponen pasif yaitu kapasitor dan resistor saja. Sedangkan integrator aktif menggunakan penguat operasional di samping menggunakan kapasitor dan resistor. Tapis lolos rendah Sallen Key tipe Butterworth merupakan tapis lolos rendah aktif dan juga pengembangan dari tapis lolos rendah pasif. Penggunaan tapis lolos rendah Sallen Key tipe Butterworth orde dua ini memiliki keunggulan, diantaranya adalah penguatan sinyal pada frekuensi di atas frekuensi kutub adalah -20 db, dan keluarannya yang stabil. Rangkaian tapis lolos rendah Sallen Key orde dua yang buat, tampak seperti pada gambar 3.13 43

Gambar 3.13 Rangkaian Tapis Lolos Rendah Frekuensi kutub yang dibuat sangat kecil bila dibandingkan dengan frekuensi pulsa 0, sehingga rangkaian tapis ini berfungsi sebagai integrator. Maka setelah melalui rangkaian ini, sinyal yang berasal dari detektor fasa akan mengalami proses perubahan menjadi sinyal DC. 3.9.4. Penguat Akhir Tegangan DC yang berasal dari integrator perlu dikuatkan oleh rangkaian penguat akhir. Rangkaian penguat yang digunakan merupakan rangkaian penguat non inverting. Sehingga sinyal keluaran memiliki fasa yang sama dengan sinyal masukan. Rangkaian penguat yang digunakan, tampak seperti pada gambar 3.14 44

Gambar 3.14 Rangkaian Penguat Akhir Berdasarkan gambar, rangkaian tersebut memiliki faktor penguatan G, di mana = + (3.3) Dengan VR merupakan variabel resistor yang dapat diatur. Keseluruhan bagian yang telah dirangkai, bekerja secara analog. Keluaran yang diperoleh dari keseluruhan rangkaian ini berupa tegangan analog yang merepresentasikan besar medan magnet yang dideteksi. 45