PENGARUH PERMAINAN BONEKA DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERKADAP KOMPETENSI MORAL SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK ADLERIAN DALAM MENINGKATKAN PENALARAN MORAL SISWA KELAS IV SDN 07 PAGI UJUNG MENTENG

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE BERMAIN TERHADAP PERILAKU RENDAH HATI SISWA KELAS II

PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN ADLERIAN TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN DIRI SISWA KELAS 5 SDN 01 UJUNG MENTENG

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (experimental

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENGEMBANGKAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH TEKNIK BIBLIOTERAPI UNTUK MENGUBAH KONSEP DIRI SISWA (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Tangerang)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH TEKNIK JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KELOMPOK IPS DI PERGURUAN TINGGI

Pengaruh Permainan Futsal Modifikasi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 4-5 Tahun

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

BAB III METODE PENELITIAN. (quasi experimental design). Penelitian eksperimental ini meniru kondisi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH BIMBINGAN KLASIKAL TEKNIK CINEMA THERAPY TERHADAP ETIKA PERGAULAN PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 KOTA GORONTALO

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro pada

Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Adlerian Terhadap... di Jakarta Timur

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu. Menurut

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di SMPN 6 Banjarmasin. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

Citra Passa Hartadi 1 Syarifuddin Dahlan 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 7

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal

PENGARUH METODE MIND MAP TERHADAP PEMAHAMAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 104 JAKARTA

PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING METODE TSTS TERHADAP PEMAHAMAN MENGENAI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Tabel 3.1 Populasi Penelitian No Kelas Jumlah Siswa 1 VIII A 29 siswa 2 VIII B 28 Siswa 3 VIII C 28 Siswa 4 VIII D 28 Siswa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Gorontalo. Penelitian ini adalah eksperimen semu yang menggunakan one group

BAB III METODELOGI PENELITIAN. menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Eksperimen semu

Pengaruh Media Menara Angka Terhadap Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Kelompok A

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengetahui tujuan penelitian tercapai atau tidak, maka dipergunakan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI Esya Anesty Mashudi, 2012

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif khususnya pada metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaan sebuah penelitian. Penggunaan sebuah metode dalam penelitian

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

BAB III METODE PENELITIAN. diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen. Eksperimen ini dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH METODE STAD TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI CARA MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Tamansiswa

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen berfungsi untuk mengetahui pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. membaca, menulis, dan berhitung pada warga belajar keaksaraan dasar.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

R O 1 X O 2 R O 3 O 4

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan cara yang ditempuh dalam suatu penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. kelompok eksperimen adalah siswa yang diberikan perlakuan (treatment) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GRAFIK... ix

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KARIR TERHADAP PILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PRINGKUKU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan model

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

PENERAPAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SURYAKANCANA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Al-azhar 3

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pengembangan Multimedia Pembelajaran

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DI SD MUHAMMADIYAH PAHANDUT PALANGKARAYA.

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GROGOL TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMA

JURNAL EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI SISWA

Transkripsi:

92 Pengaruh Permainan Boneka Dalam Layanan Bimbingan Kelompok Terkadap Kompetensi Moral Siswa PENGARUH PERMAINAN BONEKA DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERKADAP KOMPETENSI MORAL SISWA (Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas II di SDSN 01 Ujung Menteng Pagi) Putri Larasati 1 Dra. Endang Setyowati 2 Dr. Awaluddin Tjalla 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik permainan boneka terhadap kompetensi moral siswa kelas II SD. Kompetensi moral ini memiliki dimensi kompetensi diri, kompetensi mitra, dan kompetensi dalam situasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SDSN 01 Ujungmenteng Pagi sebanyak 56 orang dan Sampel sebanyak 16 orang. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Metodelogi penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Nonequivalent Control Group. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket kompetensi moral yang memiliki reliabilitas 0,888 dengan kategori reliabel. Hasil uji hipotesis dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistic Product and Service Solution) 16.0 for windows menggunakan Mann Whitney U Test yang menunjukkan bahwa kompetensi moral memiliki Sig 0,001 hasil tersebut menunjukkan bahwa Sig < 0,05. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa perbandingan skor kompetensi moral peserta didik yang mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan boneka lebih tinggi dibandingkan peserta didik yang tidak mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan permainan boneka. Kata Kunci: kompetensi moral, bimbingan kelompok, permainan boneka. Pendahuluan Pada kurikulum tahun 2013, pendidikan karakter sangat diperhitungkan guna mengembangkan siswa tidak hanya dalam bidang akademis namun juga dalam bidang emosi dan perilaku. Salah satu aspek yang perlu dikembangkan dalam meningkatkan karakter siswa adalah aspek kompetensi moral, dimana siswa diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan mengenai baik dan buruk kedalam tindakan yang lebih efektif dalam kehidupan seharihari. Pengembangan kompetensi moral lebih baik dilakukan mulai usia anak, karena apabila sejak dini anak sudah terbiasa ditanamkan nilai moral maka kebiasaan tersebut terbawa hingga mereka dewasa. Karena itu, pengetahuan mengenai kompetensi moral penting diberikan mulai usia sekolah dasar. 1 Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, putrilarasati28@gmail.com 2 Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, esetiyowati63@yahoo.com 3 Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, awaluddin.tjalla@yahoo.com

Pengaruh Permainan Boneka Dalam Layanan Bimbingan Kelompok Terkadap Kompetensi Moral Siswa 93 Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada kelas 2 SDSN 01 Ujung Menteng tahun ajaran 2014-2015 dengan angket karakter diketahui bahwa terdapat 20 siswa dari 56 siswa memiliki nilai rendah pada aspek kompetensi moral. Hasil angket ini juga didukung oleh hasil wawancara dengan wali kelas yang mengatakan bahwa pada anak kelas 2 SD memang sebagian sudah mulai mampu mengembangkan kompetensi moral, tetapi memang masih perlu bimbingan yang intensif dan metode yang menarik untuk lebih mengembangkan aspek ini. Dalam bimbingan konseling layanan yang dapat digunakan oleh siswa sekolah dasar dalam pengembangan kompetensi moral adalah bimbingan kelompok. Sesuai dengan tugas perkembangan sosial menurut Hurlock anak berubah menjadi pribadi sosial (Hurlock, 2000: 264). Anak menjadi anggota dari kelompok teman sebaya yang secara bertahap menggantikan keluarga dalam mempengaruhi perilaku. Hal tersebut membuat layanan bimbingan kelompok cukup tepat diberikan pada peserta didik kelas II Sekolah Dasar. Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok sangat penting. Salah satu teknik permainan yang dapat dilakukan secara langsung oleh peserta didik adalah permainan boneka. Permainan boneka, adalah salah satu permainan yang menghibur karena menggunakan alat peraga boneka sehingga mampu menarik perhatian siswa sekolah dasar terutama siswa SD kelas rendah. Oleh sebab itu, penggunaan permainan boneka dalam bimbingan kelompok menjadi isu penting terhadap peningkatan kompetensi moral peserta didik kelas II SDSN 01 Ujung Menteng. Kajian Teori Kompetensi Moral Dalam teori Kohlberg mengenai kerangka perkembangan moral kompetensi moral disajikan sebagai struktur kognitif tertentu, yaitu keterampilan untuk berdebat tentang isu-isu moral, untuk memberikan alasan sendiri dari pilihan moral dan menjelaskan situasi yang mengandung dilema mo-ral. Kompetensi moral adalah kapasitas untuk membuat keputusan dan penilaian tentang moral (yaitu, berdasarkan prinsip-prinsip internal) dan untuk bertindak sesuai penilaian (Oleg Podolskiy, 2007:49). Sedangkan, menurut Sakadova kompetensi moral adalah norma-norma, nilai-nilai, tujuan, niat, minat, motif, perasaan dan lain-lain dari pemahaman situasi moral yang didefinisikan berdasarkan kompetensi diri, kompetensi, dalam mitra, dan kompetensi dalam situasi (Oleg Podolskiy, 2007:49). Oleh karena itu dapat disimpulkan kompetensi moral adalah kemampuan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan dan perasaan terhadap nilai moral yang berkembang dalam lingkungan masyarakat. Di dalam Permendiknas No. 23 tahun 2006 dirumuskan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi, maka kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah Standar Kompetensi Kemandirian (SKK) untuk mewujudkan diri (self actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity development) yang dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan. Salah satu standar kompetensi kemandirian siswa Sekolah Dasar yang harus dipenuhi dan berhubungan dengan kompetensi moral adalah aspek perkembangan etis. Pada aspek ini siswa diharapkan mampu mencapai perkembangan etis secara bertahap mulai dari tingkat pengenalan di mana siswa mampu mengenal patokan baikburuk atau benar-salah dalam berperilaku, selanjutnya tahap akomodasi di mana siswa mampu menghargai aturan-aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari, dan yang terakhir tingkat mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungannya. Pengukuran kompetensi moral dilakukan menggunakan konsep kompetensi moral yang dikembangkan oleh Sakadova yang terdiri dari tiga komponen yaitu kompetensi diri, kompetensi mitra, dan kompetensi dalam situasi (Oleg Podolskiy, 2007:49). Tiga komponen ini adalah pengembangan dari tiga aspek psikologi yang saling berhubungan dengan pengembangan kompetensi moral yaitu psikologi komunikasi, psikologi pemahaman, dan perasaan. Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat (Prayitno, 2004:309). Prayitno sen-

94 Pengaruh Permainan Boneka Dalam Layanan Bimbingan Kelompok Terkadap Kompetensi Moral Siswa diri mengemukakan bahwa Bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok (Prayitno, 1995:65). Hal ini dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu ke-giatan informasi yang memanfaatkan dinamika kelompok untuk membantu anggota kelompok menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Pada siswa sekolah dasar bimbingan dirasa perlu dilakukan karena pada usia tersebut siswa sudah mulai berinteraksi dengan dunia luar salah satunya dengan teman sebaya. Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok pada siswa Sekolah Dasar, terdapat hal-hal yang harus diperhatikan oleh konselor yaitu ada-nya kesinambungan antara persepsi konselor dan dunia anak-anak, hubungan yang eksklusif, hubung-an autentik, hubungan yang menimbulkan adanya rasa percaya diri pada anak, hubungan non-intrusif, dan hubungan yang bertujuan (Geldrad & Geldrad, 2008:41). Apabila hal-hal tersebut dapat dipenuhi, maka konselor dapat melindungi hak-hak anak saat memperoleh bimbingan kelompok. Permainan Boneka Permainan adalah kegiatan yang mengandung unsur kompetisi dan melibatkan aturan-aturan yang dapat menimbulkan kreativitas pemain terutama anak-anak sehingga mereka dapat mengambil pelajaran dari kegiatan yang dilakukan serta mampu mengembangkan kemampuan mereka. Sedangkan menurut Lisa Bean boneka adalah benda mati yang bergerak secara dramatis oleh seorang manusia (Bean, 2002:2). Jadi, permainan boneka adalah permainan manipulasi kehidupan secara dramatik yang dilakukan menggunakan boneka menyerupai manusia, hewan dan benda lainnya dan digerakkan oleh manusia. Terdapat beberapa jenis permainan boneka salah satunya adalah permainan boneka jenis wayang yang dapat dilakukan dengan menggunakan bayangan atau dapat disederhanakan dengan alat-alat yang lebih sederhana. Permainan boneka ini sangat cocok digunakan dalam bimbingan kelompok dengan anggota siswa Sekolah Dasar karena pada usia tersebut siswa bermain dengan menggunakan imajinasinya dan mulai menggunakan objek-objek pengganti salah satunya adalah boneka. Permainan boneka dalam bimbingan kelompok memiliki tiga tahapan yang harus dilalui yaitu experience, identify, analyze, dan generalize. Tiga tahapan ini dilakukan secara keseluruhan pada setiap pertemuan. Metode Penelitian Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan boneka dalam layanan bimbingan kelompok terhadap kompetensi moral peserta didik kelas II di SDSN 01 Ujung Menteng Pagi. Penelitian ini dilakukan di SDSN 01 Ujung Menteng Pagi, sejak bulan Juli hingga bulan November 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen pretest-posttest nonequivalent group design. Oleh sebab itu, penelitian ini akan melibatkan kelompok eksperimen sebagai kelompok yang akan mendapatkan perlakuan dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan. Kedua kelompok akan mendapatkan pretest dan posttest yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel dependen (X) yang tercermin dalam perbedaan variabel dependen khususnya O 2 dan O 4. Penelitian dilakukan sebanyak sembilan kali pertemuan dengan dua kali pertemuan untuk tes dan tujuh kali pertemuan untuk pelaksanaan eksperimen. Selama pelaksanaan eksperimen peneliti menggunakan permainan boneka. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas II di SDSN 01 Ujung Menteng Pagi yang berjumlah 56 orang. Sementara itu, teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purpossive sampling dengan sampel berjumlah 16 orang, yaitu 8 orang peserta didik pada kelompok eksperimen dan 8 orang peserta didik pada kelompok kontrol. Pada penelitian ini, pengukuran kompetensi moral dilakukan dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan dari komponen kompetensi moral yang dikempangkan Sakadova pada tahun 2001. Komponen kompetensi moral terdiri dari kompetensi diri, kompetensi mitra, dan kompetensi dalam situasi. Kualitas skor peningkatan kematangan karir pada sampel penelitian diketahui melalui pengujian gain menggunakan Mann Whitney U-Test dengan bantuan aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for Windows. Mann Whitney U- Test digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal (Sugiyono, 2006: 275). Uji Mann Whitney ti-

Pengaruh Permainan Boneka Dalam Layanan Bimbingan Kelompok Terkadap Kompetensi Moral Siswa 95 dak memerlukan asumsi populasi berdistribusi normal, namun hanya mengasumsikan bahwa populasi tersebut mempunyai bentuk yang sama. Dalam penelitian ini, hasil pre-test akan dibandingkan dengan hasil post-test untuk mengukur pengaruh perlakuan dan menarik kesimpulan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengolahan data, pada hasil pretest kompetensi moral kelompok eksperimen sebanyak lima orang pada kategori rendah dan tiga orang pada kategori sangat rendah. Hasil pretest kompetensi moral kelompok kontrol menunjukkan bahwa sebanyak delapan orang pada kategori rendah. Selanjutnya, setelah pelaksanaan eksperimen maka dilakukan posttest. Hasil posttest komptensi moral kelompok eksperimen menunjukkan bahwa sebanyak satu orang berkategorisasi tinggi dan tujuh orang berkategorisasi sedang. Hasil posttest kompetensi moral kelompok kontrol menunjukkan lima orang berkategorisasi sedang dan tiga orang berkategorisasi rendah. Selanjutnya, gambaran kompetensi moral dapat dilihat melalui grafik berikut ini: Grafik 1. Gambaran Kategorisasi Kompetensi Moral Pretest dan Posttest pada Kelompok Treatment Selanjutnya, dilakukan perhitungan gain score untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan ke tingkat yang lebih baik atau tidak bahkan tetap pada kompetensi moral peserta didik melalui perbandingan skor kompetensi moral ketika sebelum dan sesudah pelaksanaan eksperimen. Grafik 2. Gambaran Kategorisasi Kompetensi Moral Pretest dan Posttest pada Kelompok Kontrol Hasil perhitungan rata-rata gain score adalah sebagai berikut: Tabel 1. Rata-rata Skor Gain Kompetensi Moral Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor gain kompetensi moral kelompok eksperimen sebesar 13,39 sedangkan, pada kelompok kontrol sebesar 5,75. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata skor pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan pada kelompok kontrol. Selanjutnya, dilakukakan perhitungan dengan menggunakan Mann Whitney U Test yang dilakukan dengan bantuan aplikasi Statistic Product and Service Solution 16.0 for Windows, menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada kompetensi moral adalah 0,001. Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi moral Sig < 0,05. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kompetensi moral peserta didik yang mendapatkan permainan boneka dalam layanan bimbingan kelompok lebih tinggi dibandingkan peningkatan kompetensi moral peserta didik yang tidak mendapatkan permainan boneka dalam layanan bimbingan kelompok. Pembahasan Berdasarkan deskripsi data sebelum dan sesudah pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik permainan boneka didapatkan hasil bahwa secara keseluruhan kompetensi moral siswa meningkat dibanding ketika peserta didik belum mendapat-

96 Pengaruh Permainan Boneka Dalam Layanan Bimbingan Kelompok Terkadap Kompetensi Moral Siswa kan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan boneka. Hal ini tampak dari sebaran data kompetensi moral setelah pelaksanaan treatment pada peserta didik yang berpusat pada kategori tinggi dan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik sudah mulai mengembangkan pengetahuan moral, perasaan moral yang ditunjukkan melalui perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Pengujian hipotesis kompratif lalu dilakukan dengan perhitungan menggunakan Mann Whitney U Test pada data gain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh hasil yaitu nilai signifikansi pada kompetensi moral adalah 0,001. Melalui hasil perhitungan tersebut maka diperoleh kesimpulan bahwa pada kompetensi moral Sig < 0,05, artinya peningkatan kompetensi moral kelompok treatment lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Oleh sebab itu, secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa kelompok treatment mengalami pengaruh yang lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan treatment memberikan efek yang signifikan untuk mempengaruhi kompetensi moral kelompok treatment yang lebih tinggi dibandingkan mempengaruhi kelompok kontrol yang tidak mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan boneka. Pencapaian ini juga didukung dengan kemampuan kognitif anak antara lain anggota kelompok dalam memahami instruksi dari peneliti, kemudian anggota kelompok dapat mengungkapkan gagasan dirinya, serta menerima pendapat sesama anggota kelompok lainnya. Hal ini juga terlihat dari perbedaan skor yang didapat anggota kelompok, anggota kelompok yang aktif dalam kegiatan mendapatkan peningkatan skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor anggota lainnya. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Piaget mengenai perkembangan moral anak, di mana adanya pergeseran alami dalam pekembangan moral setelah peralihan kognitif. Anak berumur sekitar tujuh tahun akan mulai menyadari maksudnya sendiri serta memanfaatkan informasi yang diterima dalam mengadakan pertimbangan nilai moral terutama yang menyangkut dengan lingkungan sekitar (Liebert, 2001:291). Maka apabila anak menerima informasi-informasi yang diberikan dengan baik capaian skor yang didapat akan mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan sebelum diberi perlakuan. Saat ini, pengembangan moral pada diri ini sangat penting terutama untuk mengembangkan karakter baik dalam diri terutama anak-anak. Seperti yang dikemukakan oleh Thomas Lickona bahwa salah satu aspek pengembangan karakter baik dalam diri seseorang adalah kompetensi moral. Selain itu, Kohlberg juga mejelaskan bahwa seseorang yang memiliki kompetensi moral dapat membuat keputusan dan penilaian tentang moral sehingga seseorang mampu bertidak sesuai dengan nilai yang berlaku. Penanaman kompetensi moral pada usia dini dapat memudahkan seseorang mengembangkan karakter baik dalam dirinya sehingga terhindar untuk melakukan penyimpangan moral saat mereka dewasa kelak. Salah satu karakteristik anak adalah senang bermain, untuk itu sebagai pendidik sebaiknya memberikan teknik yang menarik perhatian peserta didik usia sekolah tersebut dengan metode permainan yang mendidik. Karena hal ini, permainan boneka dalam bimbingan kelompok dapat diterapkan karena merupakan salah satu permainan yang dianggap efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral pada diri anak. Materi yang diberikan dalam permainan boneka berisi tentang dasar pengetahuan dan perasaan moral sesuai dengan teori perkembang-an kompetensi moral anak dan standar kompetensi kemandirian siswa dalam bimbingan konseling yang harus dicapai siswa sekolah dasar. Pengembangan kompetensi moral pada siswa sekolah dasar ini sejalan dengan pengembangan standar kompetensi kemandirian siswa aspek landasan etis, di mana dalam pengembangan aspek tersebut terdapat tiga dimensi tujuan yang harus dicapai yaitu pengetahuan, akomodasi dan tindakan. Apabila peserta didik ingin mencapai dimensi paling tinggi yaitu tindakan, maka peserta didik harus menguasai pengetahuan kompetensi moral dan bisa mengakomodasikan kompetensi moral pada kehidupan sehari-hari. Pada dimensi pengetahuan, setelah pelaksanaan bimbingan kelompok ini siswa telah mengenal patokan baik-buruk benar dan salah dalam berperilaku. Pada dimensi akomodasi, pada proses pelaksanaan bimbingan kelompok peneliti merepresentasikan materi yang diberikan ke dalam ke-

Pengaruh Permainan Boneka Dalam Layanan Bimbingan Kelompok Terkadap Kompetensi Moral Siswa 97 hidupan sehari-hari salah satunya mengenai aturanaturan yang ada dalam lingkungan sekitar mereka. Berdasarkan hasil post-test dan observasi dapat diketahui bahwa siswa mengerti dan mulai menghargai aturan-aturan yang berlaku di lingkungan sekitarnya terutama lingkungan sekolah. Namun, pada dikarenakan keterbatasan waktu sulit untuk melihat perubahan pada dimensi ini dalam lingkungan luar sekolah. Pada dimensi tindakan, berdasarkan hasil post-test dan observasi siswa sudah mulai mengikuti aturan yang berlaku dalam kehidupan seharihari, namun dikarenakan keterbatasan waktu peneliti belum mampu menilai perubahan tindakan moral siswa secara keseluruhan. Karena itu, peserta didik dapat mengembangkan diri mereka untuk mencapai kompetensi moral secara optimal karena mereka telah mengalami perkembangan dalam dimensi pengetahuan secara optimal sehingga peserta didik akan lebih mudah mengakomodasikan pengetahuan yang mereka miliki dengan nilai moral yang ada dalam masyarakat, serta mengaplikasikannya melalui tindakan yang lebih efektif dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pembahasan tersebut, bimbingan kelompok dengan metode permainan boneka dapat diterapkan untuk meningkatkan kompetensi moral siswa kelas II SD namun, hasil yang dicapai peserta didik berkembangan secara optimal pada dimensi pengetahuan sehingga perlu usaha yang lebih dalam mengembangkan kompetensi moral pada dimensi akomodasi dan tindakan. Hal ini, perlu diperhatikan oleh pihak sekolah dan orang tua. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil pengujian hipotesis komparatif pada penelitian ini, diperoleh hasil bahwa la-yanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan panggung boneka berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi moral siswa kelas 2 SD. Hasil tersebut tampak dari perhitungan menggunakan Mann Whitney U Test pada kelompok siswa yang mendapatkan layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik permainan panggung boneka dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan la-yanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan panggung boneka. Melalui hasil perhitungan diperoleh kesimpulan bahwa nilai Sig < 0,005 pada kompetensi moral. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan Bagi guru kelas, hendaknya mampu menanamkan nilai moral pada saat jam pelajaran di kelas dan menggunakan metode yang menyenangkan diantaranya permainan boneka untuk penanaman nilai moral siswa. Bagi Kepala Sekolah, hendaknya mempertimbangkan penyusunan program sekolah dengan memasukkan nilai-nilai moral pada mata pelajaran yang diberikan, sehingga siswa tidak hanya memiliki pengetahuan moral yang baik namun juga mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini juga perlu adanya kerjasama antara kepala sekolah, guru, dan orang tua siswa dalam mengembangkan nilai moral pada kehidupan sehari-hari. Referensi Hurlock, Elizabeth.(2000). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Podolskiy, Oleg. (2007). Moral Competence of Contemporary Adolescents: Technology-based Ways of Measurement.Dissertation: Universitas Freiburg. Depdiknas RI. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemem Pendidikan Nasional. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta. Ditjen PMPTK. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Prayitno & Erman. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta. Prayitno. (1995). Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok (Dasar Dan Profil). Padang: Balai Aksara. Bean, Lisa. (2002). Puppetry Tips. Folkmanis: California. Sugiyono. (2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Liebert. (2000). Cognitive And Emotional Component Of Test Anxiety: A Distinction And Some Initial Data. Journal Of Psychological Vol. 20.