Penentuan Titik Rawan Kecelakaan (Black spot) Berdasarkan Angka Ekuivalen Kecelakaan pada Ruas Jalan PH. H Mustofa - AH. Nasution Di Kota Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Jalan adalah sarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk

ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALU LINTAS (STUDI KASUS RUAS JALAN TIMOR RAYA KOTA KUPANG)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

BAB III LANDASAN TEORI

TREND KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA ( ) 12/8/2014. Pertemuan Kesebelas. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KARAKTERISTIK KECELAKAAN DAN AUDIT KESELAMATAN JALAN PADA RUAS AHMAD YANI SURABAYA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. tahun dan saat ini sudah menjadi permasalahan global dan bukan semata-mata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Persyaratan Teknis jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

STUDI KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS Studi Kasus : Jalan Nasional (Jalan Lintas Sumatera) Kabupaten Serdang Bedagai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

III. METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau

IDENTIFIKASI KECELAKAAN LALU LINTAS (Study Kasus Jalan Dalu-Dalu sampai Pasir Pengaraian)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

STUDI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN SOEKARNO HATTA BANDUNG

BAB I BAB I PENDAHULUAN

EVALUASI LOKASI BLACKSPOT DAN TINGKAT RISIKO TERJADINYA KECELAKAAN PADA JALAN ARTERI DAAN MOGOT, JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia dalam menciptakan situasi keamanan dan

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

Aspek Keselamatan Jalan dalam Pembangunan Jalan. BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI KONDISI LALULINTAS TERHADAP TINGKAT KECELAKAAN DI RUAS JALAN SOLO- KARANGANYAR SEGMEN PALUR-PAPAHAN DAN ALTERNATIF PENANGANANNYA TESIS

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal dunia setiap tahun nya dan lebih dari 50 jt jiwa mengalami luka luka

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini menyebabkan kepadatan arus Lalu Lintas yang terjadi pada jam jam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan. lintas melalui rekayasa dan upaya lain adalah keselamatan berlalu lintas. Konsep

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

PENGARUH USAHA PREVENTIF UNTUK MENGURANGI RESIKO LAKALANTAS DITINJAU DARI PEMAHAMAN PELAJAR SMP DAN SMA DI KABUPATEN NGAWI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Kecelakaan. 1. Jumlah kecelakaan dan jumlah korban kecelakaan

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Pejalan kaki yang tertabrak kendaraan pada kecepatan 60 km/jam hampir

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, Laju pertumbuhan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Lokasi kejadian kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Yogya-Magelang

BAB II TIXJAUAX PUSTAKA. Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

IMPLEMENTASI METODE CUSUM (CUMMULATIVE SUMMARY) UNTUK MENENTUKAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN BERBASIS WEB DI KOTA LHOKSEUMAWE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kota Denpasar merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Bali.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN PADA LOKASI RAWAN KECELAKAAN JALURPROBOLINGGO-LUMAJANG (KM SBY KM SBY 118)

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN (BLACKSPOT) DI KOTA PALEMBANG

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

BAB I. A. Latar Belakang

Transkripsi:

Jumlah Kecelaaan 8th Industrial Research Workshop and National Seminar Penentuan Titik Rawan Kecelakaan (Black spot) Berdasarkan Angka Ekuivalen Kecelakaan pada Ruas Jalan PH. H Mustofa - AH. Nasution Di Kota Bandung Risna Rismiana Sari 1, Muhammad Amarullah 2, Novia Kristiyanti 2 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Bandung 412 Email: risnars@polban.ac.id 2 Mahasiswa Program Studi DIV-Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds.Ciwaruga Kotak pos 1234 Bdg 412 Email: mhmmdamrllh@gmail.com, novstiyan@gmail.com ABSTRAK Jalan merupakan prasarana dalam mendukung laju perokonomian serta berperan besar dalam kemajuan dan perkembangan suatu daerah. Kualitas jalan yang kurang baik akan menimbulkan banyak kerugian yang dapat dirasakan oleh pengguna secara langsung termasuk terjadinya kecelakaan lalu lintas. Ruas Jalan PH. H Mustofa-AH. Nasution merupakan ruas jalan arteri primer di Kota Bandung yang memiliki tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang penentuan titik lokasi rawan kecelakaan sebagai tindakan preventif maupun saran penanggulangannya. Penentuan titik rawan kecelakaan dilakukan dengan metode pembobotan dengan menggunakan 3 (tiga) parameter yaitu parameter Angka Ekuivalen Kecelakaan (AEK), Batas Kontrol Atas (BKA) dan Upper Control Limit (UCL). Identifikasi lokasi kecelakaan yang digunakan berdasarkan data laka lantas tahun 214 sampai dengan tahun 216. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapatkan bahwa titik-titik rawan kecelakaan pada Ruas Jalan PH. H Mustofa-AH. Nasution adalah pada daerah Cikadut - PT. Indosco, PT. Indosco - BJB Sukamiskin, Mutiara Kitchen - Ujung Berung Indah, Ujung Berung Indah - Bank BCA Ujung Berung dengan nilai AEK berturut-turut sebsar 144, 128, 137 dan 177. Dengan ditentukannya titik-titik rawan kecelakaan diharapkan dapat menjadikan informasi dalam peningkatan kualitas jalan untuk menunjang keselamatan jalan dalam aspek prasarana jalan. Kata Kunci Keselamatan Jalan, Kecelakaan, Black Spot, Pembobotan 1. PENDAHULUAN Berdasarkan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan 211 sampai dengan 235, keselamatan merupakan salah satu prinsip dasar penyelenggaraan transportasi. Di Indonesia, prinsip ini seringkali tidak sejalan dengan apa yang terjadi di lapangan. Hal ini dapat diindikasikan dengan semakin meningkatnya jumlah dan fatalitas korban kecelakaan. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Kepolisian Republik Indonesia, pada tahun 21 jumlah kematian akibat kecelakaan di Indonesia telah mencapai 31.234 jiwa, yang artinya dalam setiap 1 jam terdapat 3-4 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas jalan. Secara Nasional, kerugian akibat kecelakaan lalu lintas jalan diperkirakan mencapai 2,9-3,1 % dari total PDB Indonesia. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki frekuensi kecelakaan cukup tinggi. Berdasarkan data laka lantas dari SATLANTAS Kota Bandung jumlah kecelakaan yang terjadi pada tahun 216 sebesar 654 kejadian dengan rata rata setiap bulan terjadi 55 kecelakaan. Frekuensi kecelakaan Kota Bandung tahun 212-216 dapat dilihat pada Gambar 1. Jumlah Kecelakaan Kota Bandung Tahun 212-216 1 5 212 213 214 215 216 Tahun Gambar 1. Frekuensi kecelakaan Kota Bandung Kota Bandung memiliki ruas jalan arteri serta kolektor yang berperan penting dalam pergerakan dan perpindahan masyarakat kota itu sendiri. Ruas jalan arteri dan kolektor tersebut adalah Ruas jalan PH. H Mustofa-AH. Nasution. Tingginya pergerakan di Ruas Jalan PH. H Mustofa-AH. Nasution dapat meningkatkan angka kecelakaan yang terjadi di ruas jalan itu, sehingga ruas jalan tersebut memiliki angka kecelakaan yang cukup tinggi dibandingkan ruas jalan lain di Kota Bandung. Berdasarkan data yang didapatkan dari SATLANTAS Kota Bandung. Tahun 216 tercatat 74 kejadian kecelakaan pada ruas ini. Kejadian kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan PH. H 36

Mustofa-AH. Nasution ini disebabkan oleh 3 faktor, yaitu pengendara, kendaraan, dan jalan termasuk lingkungan dengan jumlah korban mati pada tahun 216 sebanyak 24 kejadian. Gambar 2 berikut ini menunjukkan persentase frekuensi kejadian kecelakaan yang terjadi pada Ruas Jalan PH. H Mustofa- AH.Nasution dengan ruas jalan lain di Kota Bandung. Gambar 2. Presentase Frekuensi Kecelakaan Ruas Jalan AH. Nasution-PH. H Mustofa Lokasi yang dijadikan sebagai objek pengamatan untuk Penelitian ini terletak pada wilayah Bandung Timur pada ruas Jalan PH. H. Mustofa-AH. Nasution seperti terlihat pada Gambar 3. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan Jalan Gambar 3. Lokasi Penelitian Dalam Undang Undang Nomor 22 Tahun 29 Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 31 disebutkan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan. Keselamatan lalu lintas merupakan bagian dari konsep transportasi yang aman, nyaman, efisien (cepat), bersih (mengurangi polusi) dan dapat diakses oleh semua orang dan kalangan, baik oleh para penyandang cacat, anak-anak, ibu-ibu maupun lanjut usia (Soejachmoen, 24). Tujuan keselamatan lalu lintas adalah untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia (Soejachmoen, 24). Dengan rendahnya angka kecelakaan lalu lintas maka kesejahteraan dan keselamatan bagi mereka (pengguna jalan) semakin terjamin (Soejachmoen, 24). Fungsi dari keselamatan lalu lintas untuk menciptakan ketertiban lalu lintas agar setiap orang yang melakukan kegiatan atau aktivitas di jalan raya dapat berjalan dengan aman (Soejachmoen, 24). Prinsip dasar untuk meningkatkan keselamatan jalan adalah dengan biaya rendah dan manfaat tinggi. Berikut ini adalah beberapa akar permasalahan terkait keselamatan jalan: - Kemampuan terbatas dalam menyediakan infrastruktur tepat waktunya - Pemanfaatan bagian jalan yang tidak sebagaimana mestinya - Tantangan pemanfaatan badan jalan dengan beban melebihi (overloading) - Jalan arteri dapat diakses langsung dari jalan lingkungan / lokal - Ruas jalan masih banyak yang tanpa marka dan rambu - Bangunan permanen terlalu dekat di sisi jalan - Simpang sebidang dengan titik konflik terlalu banyak dan terbuka - Alinyemen jalan masih banyak yang sub-standar - Bahu jalan beda tinggi dengan badan jalan - Kejadian iklim yang ekstrim seperti banjir yang lama, panas yang tinggi - Budaya berkendaraan yang tidak mematuhi aturan 2.2 Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan UU nomor 22 tahun 29 disebutkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Terjadinya suatu kecelakaan selalu mengandung unsur ketidaksengajaan dan tidak disangka sangka serta akan menimbulkan perasaan terkejut, heran, dan trauma bagi orang yang mengalami kecelakaan tersebut. Pasal 29 berisi tentang penggolongan kecelakaan lalu lintas yaitu: - Kecelakaan lalu lintas ringan merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang. - Kecelakaan lalu lintas sedang merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang. - Kecelakaan lalu lintas berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat. - Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan oleh kelalaian Pengguna Jalan, ketidaklaikan Kendaraan, serta ketidaklaikan Jalan dan/atau lingkungan. Aspek kesalahan manusia (pengemudi) menjadi penyebab terbesar kecelakaan di jalan raya. Sekitar 8-9% disebabkan oleh faktor manusia. Faktor lainnya adalah prasarana kendaraan yang tidak layak sekitar 1-15% serta sarana jalan sekitar 5-1% berdasarkan Direktur Keselamatan Transportasi Darat Kementrian Perhubungan. 2.3 Prasarana Jalan Berdasarkan UU nomor 38 tahun 24 pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan 37

tanah, dibawah tanah atau air di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 26 tentang Jalan disebutkan bahwa: a. Badan jalan merupakan bagian jalan yang mencakup seluruh jalur lalu lintas, median, serta bahu jalan. b. Jumlah maksimum kendaraan yang dapat melewati suatu penampang tertentu pada suatu ruas jalan, satuan waktu, keadaan jalan, dan lalu lintas tertentu disebut Kapasitas Jalan. c. Kecepatan kendaraan merupakan jarak yang ditempuh per satuan waktu yang dinyatakan dalam satuan km/jam atau m/detik. d. Jalan masuk adalah fasilitas akses lalu lintas untuk memasuki ruas jalan. e. Bangunan pelengkap jalan antara lain jembatan, terowongan, pohon, lintas atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong gorong, tembok penahan, lampu penerangan jalan, pagar pengaman, dan saluran tepi jalan dibangun sesuai dengan persyaratan teknis. f. Perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan adalah bangunan atau alat yang dimaksudkan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas serta kemudahan bagi pengguna jalan dalam berlalu lintas. Contoh perlengkapan jalan tersebut antara lain rambu rambu (termasuk nomor rute jalan), marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali dan alat pengamanan pengguna jalan, serta fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar jalan seperti tempat parkir dan halte bus. g. Perlengkapan jalan yang berkaitan tidak langsung dengan pengguna jalan adalah bangunan yang dimaksudkan untuk keselamatan pengguna jalan, pengamanan aset jalan, dan informasi pengguna jalan. Contoh perlengkapan jalan tersebut antara lain patok patok pengarah, pagar pengaman, patok kilometer, patok hektometer, patok ruang milik jalan, batas seksi, pagar jalan fasilitas yang mempunyai sebagai sarana untuk keperluan memberikan perlengkapan dan pengamanan jalan, dan tempat istirahat. h. Perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan wajib meliputi: - Aturan perintah dan larangan yang dinyatakan dengan APILL (alat pemberi isyarat lalu lintas), rambu, dan marka - Petunjuk dan peringatan yang dinyatakan dengan rambu dan tanda tanda lain - Fasilitas pejalan kaki di jalan yang telah ditentukan pembobotan berdasarkan nilai kecelakaan (Pedoman Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas, 24). Dalam metode pembobotan lokasi rawan kecelakaan menggunakan tiga metode yaitu metode AEK, BKA, dan UCL. Semakin tinggi nilai bobot lokasi kecelakaan, maka semakin parah luka korban dan semakin besar kerugian materi akibat dari kecelakaan lalu lintas. Perhitungan nilai AEK dapat menggunakan persamanaan berikut: Sedangkan untuk perhitungan BKA dapat menggunakan persamaaan berikut. BKA = C + 3 Dimana : C = Rata rata angka kecelakaan AEK Perhitungan UCL dapat menggunakan persamaan berikut. *( m ) (( 8 9 m ) ( m))+ Dimana : ata-rata angka kecelakaan AEK Ψ Faktor probabilitas 576 m = Angka kecelakaan ruas yang ditinjau (AEK) 3. METODE PENELITIAN Secara keseluruhan, tahapan penelitian yang dilaksanakan dapat dilihat pada bagan alir pada Gambar 4 sebagai berikut. 2.4 Pembobotan Titik Rawan Kecelakaan Pembobotan tingkat kecelakaan menggunakan konversi biaya kecelakaan berdasarkan Pd T 9 Tahun 24 B. Semakin parah luka yang dialami oleh pengguna jalan, maka semakin tinggi angka ekivalen kecelakaan. Meninggal dunia memiliki angka ekivalen kecelakaan tertinggi yaitu 12 karena merenggut nyama dari pengguna jalan. Teknik pembobotan lokasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan tingkat kecelakaan dan statistik nilai kendali mutu (quality control statistic), atau 38

START 6. Setelah selesai melakukan perhitungan, maka didapatkan titik rawan kecelakan (black spot) pada ruas jalan yang ditinjau. KEBUTUHAN 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Tipe Kecelakaan PRIMER Pd T-9-24-B NO KELENGKAPAN YES VALIDASI YES REKAPITULASI PEMERINGKATAN LOKASI RAWAN SEKUNDER Analisa tipe kecelakaan ini menjelaskan tentang tipe kecelakaan apa saja yang terjadi pada lokasi rawan kecelakaan. Disajikan dalam bentuk tabel dan disertai dengan grafik. Analisis tipe tabrakan bertujuan untuk menemukan dan mengenali tipe tabrakan yang dominan di suatu lokasi kecelakaan berdasarkan Pd. T 9 Tahun 24 B. Tipe kecelakaan yang akan dikenali adalah sebagai berikut: Tabrak depan-depan (><) Tabrak depan-belakang (>>) Tabrak orang (>o) Tabrak depan-samping (>[) Tabrak tunggal (>) Tabrak samping-samping (][) Dari hasil pendekatan analisa tipe kecelakaan didapatkan bahwa tipe kecelakaan yang memiliki frekuensi tertinggi adalah tipe kecelakaan tabrak depan-samping sebesar 38 kejadian dan tipe kecelakaan yang mempunyai frekuensi terendah adalah tipe kecelakaan tabrakan tunggal sebesar 6 kejadian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik pada Gambar 5 dan Gambar 6 dibawah ini. TITIK RAWAN PADA RUAS JUMLAH BERDASARKAN TIPE 4 PENENTUAN BLACK SPOT 3 2 FINISH 1 Gambar 4. Bagan Alir Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang dibutuhkan adalah: Data Primer, berupa kondisi eksisting lokasi tinjauan. Data Sekunder, berupa dokumen data kecelakaan tahun 214-216. 2. Mengecek kelengkapan data yang didapatkan. 3. Melakukan validasi data, apakah data dapat digunakan untuk penelitian atau tidak. 4. Setelah data valid dan dapat digunakan, selanjutnya dilakukan tahap rekapitulasi data. 5. Tahap selanjutnya ada perhitungan menggunakan metode pembobotan dengan parameter AEK, BKA, dan UCL. >< >> >o >[ > ][ Gambar 5. Jumlah Kecelakaan berdasarkan Tipe Kecelakaan PERSENTASE TIPE ][ >< 14% 19% > 4% >[ 26% >> 14% >o 23% >< >> >o >[ > ][ Gambar 6. Persentase Tipe Kecelakaan 39

JUMLAH KORBAN 8th Industrial Research Workshop and National Seminar 4.2. Analisa Kendaraan Terlibat Kecelakaan Analisa kendaraan terlibat kecelakaan ini menjelaskan tentang kendaraan apa saja yang terlibat pada saat kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada lokasi rawan kecelakaan. Keterlibatan pengguna jalan didalam kecelakaan dikelompokkan sesuai dengan tipe pengguna jalan atau tipe kendaraan. Berdasarkan analisa penulis, pengguna jalan yang paling sering mengalami kecelakaan lalu lintas adalah roda dua dengan jumlah 199 kendaraan dan pengguna jalan dengan frekuensi terendah terlibat kecelakaan lalu lintas adalah kendaraan tidak bermotor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8 dibawah ini. 3 2 1 199 JUMLAH SETIAP TIPE KENDARAAN TERLIBAT 6 Gambar 7. Jumlah Tipe Kendaraan yang Terlibat Gambar 8 Presentase Tipe Kendaraan yang Terlibat Kecelakaan 4.3. Analisa Korban Kecelakaan 14 31 R2 R4 R6 PJK UM JUMLAH SETIAP TIPE KENDARAAN TERLIBAT PERSENTASE TIPE KENDARAAN TERLIBAT R4 2% PJK R6 1% 5% UM % R2 65% R2 R4 R6 PJK UM Analisa korban kecelakaan ini menjelaskan tentang akibat apa yang terjadi pada korban kecelakaan. Analisa korban kecelakaan ini dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu meninggal dunia (MD), luka berat (LB), luka ringan (LR), dan kerugian materi (K). Berdasarkan analisa penulis, dari 145 kejadian kecelakaan lalu di ruas jalan PH. H Mustofa- AH. Nasution melibatkan 221 korban manusia. Luka ringan menjadi akibat dari kecelakaan tertinggi dari 145 kejadian kecelakaan dalam 11 lokasi rawan kecelakaan dengan jumlah korban 181 orang. Kerugian materi dalam 11 lokasi rawan kecelakaan dengan 145 kejadian kecelakaan lalu 1 lintas sebesar Rp. 187.5., jumlah tersebut dapat dibilang besar. Gambar 9 dan Gambar 1. menunjukkan jumlah serta presentase korban kecelakaan yang terjadi di sepanjang lokasi penelitian. 2 15 1 5 Gambar 9. Jumlah Korban Kecelakaan Berdasarkan Tipe Kecelakaan Gambar 1. Presentase Korban Kecelakaan Berdasarkan Tipe Kecelakaan 4.4. Perhitungan AEK KORBAN MD LB LR TIPE KORBAN PERSENTASE KOBRAN MD 16% LB 2% LR 82% MD LB LR Dengan persamaan 1, nilai AEK dapat ditentukan. Untuk contoh perhitungan kecelakaan yang terjadi pada lokasi rawan kecelakaan nomor 1 yaitu Simpang Pahlawan- Pujasera Itenas mengakibatkan 4 orang meninggal dunia, 9 orang mengalami luka ringan, dan 6 kali kerugian materi dengan total kerugian materi sebesar Rp. 61.5.. Sehingga nilai AEK dapat dihitung sebagai berikut: ( ) ( ) ( 9) ( 6) 8 Untuk nilai AEK seluruh lokasi dapat dilihat pada Gambar 11. 31

2 15 1 5 81 49 66 4 Gambar 11. Pembobotan Lokasi Rawan Kecelakaan 4.5. Perhitungan BKA 73 Dengan persamaan 2, nilai BKA setiap lokasi dapat ditentukan. Untuk contoh perhitungan nilai BKA Dengan jumlah total angka ekuivalen kecelakaan (AEK) = 148 pada 11 lokasi rawan kecelakaan, maka nilai rata-rata (C) dapat dihitung sebagai berikut: C = 148/11 = 95,27 Dengan nilai rata-rata (C) = 95,27, maka nilai BKA dapat dihtiung sebagai berikut: BKA = 95,27 + 3 = 124,56 = 125 Jadi, nilai batas kontrol atas dengan parameter BKA pada ruas jalan PH. H Mustofa-AH. Nasution lokasi 1 sebesar 125 angka kecelakaan. Nilai BKA untuk semua lokasi rawan kecelakaan pada ruas jalan PH. H Mustofa-AH. Nasution sama atau seragam, yaitu 125 angka kecelakaan, karena pada persamaan hanya menggunakan nilai rata-rata dari angka kecelakaan AEK. Untuk nilai BKA seluruh lokasi, dapat dilihat pada Gambar 12 berikut. 2 15 1 5 81 NILAI AEK LOKASI RAWAN Gambar 12. Perbandingan Angka AEK dengan BKA 6 177 144 128 137 BOBOT LOKASI RAWAN PERBANDINGAN ANGKA AEK DENGAN BKA 144 128 137 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125 49 66 4 73 6 BOBOT LOKASI RAWAN 177 BKA 93 93 4.6. Perhitungan UCL Dengan persamaan 3, nilai UCL setiap lokasi dapat ditentukan. Untuk contoh perhitungan, Dengan jumlah total angka kecelakaan AEK = 148 pada 11 lokasi rawan, maka nilai rata rata (ʎ) dapat dihitung sebagai berikut: ʎ 8/ 95, 7 Faktor Probabilitas (Ψ),576 Untuk lokasi 1 yaitu Simpang Pahlawan-Pujasera Itenas dengan nilai m = 81, nilai rata-rata (ʎ) 95, 7 dan faktor probabilitas (Ψ),576, maka dapat dihitung nilai sebagai berikut: UCL = 95,27+2,576x (*( ) ( ) ( )+) = 111,9 = 112 Jadi, nilai batas kontrol dengan parameter UCL pada ruas jalan PH. H Mustofa-AH. Nasution lokasi 1 adalah sebesar 112 angka kecelakaan. Untuk nilai UCL setiap lokasi dapat dilihat pada Gambar 13 berikut. 2 18 16 14 12 1 8 6 4 2 Gambar 13. Perbandingan Angka AEK dengan UCL 5. KESIMPULAN PERBANDINGAN ANGKA AEK DENGAN UCL 144 128 137 112 19 11 17 111 11 117 116 117 12 113 93 81 66 73 49 6 4 BOBOT LOKASI RAWAN Berdasarkan hasil perhitungan batas kontrol dengan parameter BKA dan UCL seperti terlihat pada gambar diatas, teridentifikasi 4 lokasi rawan kecelakaan pada ruas jalan PH. H Mustofa-AH. Nasution yang tergolong black spot yaitu lokasi 7 (Cikadut - PT Indosco) dengan nilai AEK sebesar 144 melebihi batas kontrolnya (BKA = 125 dan UCL = 117), lokasi 8 (PT Indosco - BJB Sukamiskin) dengan nilai AEK sebesar 128 melebihi batas kontrolnya (BKA = 125 dan UCL = 116), lokasi 9 (Mutiara Kitchen - Ujungberung Indah) dengan nilai AEK sebesar 137 melebihi batas kontrolnya (BKA = 125 dan UCL = 117), lokasi 1 (Ujung Berung Indah - Bank BCA Ujung Berung) dengan nilai AEK sebesar 177 melebihi batas kontrolnya (BKA = 125 dan UCL = 12). 177 UCL 311

DAFTAR PUSTAKA [1] Bolla, Margareth Evelyn. 213. Analisa Daerah Rawan Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Kasus Ruas Jalan Timur Raya Kota Kupang). Jurnal Teknik Sipil, Vol II, No. 2. [2] Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 24. Pd T-9-24-B tentang Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas. [3] Pemerintah Republik Indonesia. 24. Undang Undang No. 38 Tahun 24 tentang Jalan. [4] Pemerintah Republik Indonesia. 26. Undang Undang No. 34 Tahun 26. [5] Pemerintah Republik Indonesia. 29. Undang Undang No. 22 Tahun 29 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. [6] Pemerintah Republik Indonesia. 211. Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan 211 235. 312