BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

I. PENDAHULUAN. tidak banyak melakukan aktivitas fisik dan menata pola makan agar menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih besar dari atau sama dengan 25 overweight BMI lebih besar dari. badan yang melampaui ukuran ideal (Harjadi, 1986).

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, salah satunya kehidupan sosial ekonomi dunia. Sejak pertengahan 2007,

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA. 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah pra-eksperimental one group pre and post

BAB I PENDAHULUAN. seimbang akan mempengaruhi rasio lingkar pinggang pinggul menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Masa remaja adalah periode yang signifikan pada. pertumbuhan dan proses maturasi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi mempermudah manusia dalam kehidupan sehari hari,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Di era modern sekarang ini, aktivitas yang dilakukan manusia sangat

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian a. Pre Test Data yang terkumpul merupakan datalingkar Lengan Atas, Lingkar Panggul dan Lingkar Pinggul yang diperoleh dengan perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test. Untuk distribusi frekuensi dan menentukan status kategori obesitas pada responden, peneliti menggunakan ukuran perhitungan %LILA.Agar deskripsi data lebih jelas, berikutdata yang digambarkan dalam tabel distribusi frekuensi ukuran %LILA (Lingkar Lengan Atas)pada saat pre test: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Ukuran %LILA pada saatpre Test No Interval Ukuran Kategori Frekuensi Persentase 1 110 Normal 7 23,3% 2 >110-120 Gemuk 7 23,3% 3 >120 Obesitas 16 53,3% Jumlah 30 100,00% Apabila digambarkan dalam gambar pie chart, maka berikut adalah gambar chart data yang diperoleh: 34

35 Pre Test Obesitas 54% Normal 23% Gemuk 23% Normal Gemuk Obesitas Gambar 6. Pie Chart saat Pre Test Dari tabel dan gambar di atas diperoleh sebanyak 7 responden (23,33%) mempunyai ukuran %LILAnormal yaitu pada rentang ukuran standar laki-laki dewasa normal yaitu 29,3 cm dan pada perempuan dewasa normal senilai 28,5 cm atau 110% dalam hitungan proporsi %LILA.Meskipun demikian para responden ini memiliki BMI pada kriteria obesitas walaupun memiliki Lingkar Lengan Atas dalam ukuran normal. Sejumlah 7 responden (23,33%) mempunyai ukuran %LILAgemuk (kelebihan berat badan tingkat berat) yaitu berada pada rentang 30-34.9 cm atau >110-120 dalam hitungan proporsi %.LILA Reponden ini telah mencapai ukuran lingkar lengan atas yang berlebih namun belum tergolong ukuran obesitas. Sejumlah 16 responden (53,33%) mempunyai ukuran %LILA dalam kategori obesitas. Frekuensi terbanyak pada kategori

36 obesitassehingga dapat disimpulkan bahwa mayotitasukuran %LILA pada Penderita Obesitas Usia Dewasa di Kabupaten Bantul saat pre test adalah obesitas. b. Post Test Data yang terkumpul merupakan datalingkar Lengan Atas, Lingkar Pinggul dan Lingkar Panggul yang diperoleh dengan perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat posttest.untuk distribusi frekuensi dan menentukan status kategori obesitas pada responden, peneliti menggunakan ukuran perhitungan %LILA. Agar deskripsi data lebih jelas, berikutdata yang digambarkan dalam tabel distribusi frekuensi ukuran %LILA pada saat post-test: Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Ukuran %LILA pada Post Test No Interval Ukuran Kategori Frekuensi Persentase 1 <90 Underweight 4 13,3% 2 110 Normal 26 86,7% Jumlah 30 100,00% Post Test Underweight 13% Normal 87% Underweight Normal Gambar 7. Pie Chart saat Post Test

37 Dari tabel dan gambar di atas diperoleh sebanyak 4 responden (13,3%) mempunyai ukuran %LILAunderweight dan 26 responden (86,7%) mempunyai fungsi ukuran %LILA normal. Frekuensi terbanyak pada kategori normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritasukuran %LILA pada Penderita ObesitasUsia Dewasa di Kabupaten Bantul saat post test adalah normal. 2. Uji Prasyarat Uji prasyarat digunakan untuk menentukan analisis data yang dilakukan menggunakan uji parametrik atau uji non parametrik.dalam hal ini uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas.uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak.untuk mengetahui hal itu, pengujian normalitas digunakan menggunakan uji Saphiro-Wilk karena jumlah data kurang dari 50 data. Adapun kriterianya adalah distribusi data dikatakan normal apabila nilai signifikansi yang diperoleh dari perhitungan lebih besar dari 0,05. Berikut rangkuman hasil uji normalitas yang diperoleh: Tabel 4.3.Rangkuman Hasil Uji Normalitas Variabel SaphiroWilk Statistic P Kategori LILA pre test 0,855 0,001 Normal LILA post test 0,963 0,362 Tidak Normal LPi pre test 0,937 0,075 Normal LPi post test 0,972 0,609 Normal LPa pre test 0,962 0,342 Normal LPa post test 0,911 0,016 Tidak Normal

38 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh bahwa variable Lingkar Lengan Atas dan Lingkar Panggul terdistirbusi tidak normal sehingga dapat disimpulkan bahwa dua variable tersebut harus menggunakan uji non parametrik (Wilcoxon).Sedangkan untuk varaibel Lingkar Pinggul, data terdistirbusi normal sehingga analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik, yaitu menggunakan uji t. 3. Pengaruh Metode Prayer Gymterhadap Perubahan ukuran Lingkar Lengan Atas pada Penderita Obesitas dan Overweight Usia Dewasa Untuk mengetahui pengaruh metode Prayer Gym terhadap perubahan ukuran Lingkar Lengan Atas pada penderita obesitas usia dewasa, dilakukan uji statistik yaitu uji beda dari kedua kelompok data (pre test dan post test). Uji beda dalam penelitian ini menggunakan Wilcoxon test. Dalam uji ini akan menguji Ho bahwa tidak ada pengaruh metode Prayer Gym terhadap perubahan ukuran Lingkar Lengan Atas pada penderita obesitas usia dewasa. Untuk menerima atau menolak Ho, adalah dengan membandingkan nilai P yang diperoleh dengan 0,05. Apabila nilai P yang diperoleh lebih besar dari 0,05 (P> 0,05) maka Ho diterima, dan sebaliknya Ha ditolak. Namun apabila nilai P lebih kecil dari 0,05 (P< 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berikut hasil uji yang diperoleh dari hasil penelitian:

39 Tabel 4.4. Hasil Uji Wilcoxon test Lingkar Lengan Atas Kelompok N Mean P Pre test 30 34,04 Post test 30 27,92 0,000 Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai Signifikansi (P)sebesar0,000. Karena nilai P lebih kecildari 0,05makaHo ditolak dan Haditerima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada metode Prayer Gym terhadap perubahan ukuran Lingkar Lengan Atas pada penderita obesitas usia dewasa. Apabila diperhatikan, nilai mean yang diperoleh pada saat pre test, yaitu sebesar 34,04 dan pada saat post test sebesar 27,92. Ternyata terdapat penurunan nilai ukuran Lingkar Lengan Atas dari saat pre test dan setelah post test. Penurunan itu sebesar 6,12 atau sebesar 17,97% dari data yang diperoleh saat pre test. 4. Pengaruh Metode Prayer Gymterhadap Perubahan ukuran Lingkar Panggul pada Penderita Obesitas dan Overweight Usia Dewasa Untuk mengetahui pengaruh metode Prayer Gym terhadap perubahan ukuran Lingkar Panggul pada penderita obesitas usia dewasa, dilakukan uji statistik yaitu uji beda dari kedua kelompok data (pre test dan post test). Uji beda dalam penelitian ini menggunakan Wilcoxon test. Dalam uji ini akan menguji Ho bahwa tidak ada pengaruh metode Prayer Gym terhadap perubahan ukuran Lingkar Panggul pada penderita obesitas usia dewasa. Untuk menerima atau menolak Ho, adalah dengan

40 membandingkan nilai P yang diperoleh dengan 0,05. Apabila nilai P yang diperoleh lebih besar dari 0,05 (P> 0,05) maka Ho diterima, dan sebaliknya Ha ditolak. Namun apabila nilai P lebih kecil dari 0,05 (P< 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berikut hasil uji yang diperoleh dari hasil penelitian: Tabel 4.5. Hasil Uji Wilcoxon testlingkar Panggul Kelompok N Mean P Pre test 30 101,17 Post test 30 95,07 0,000 Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (P)sebesar0,000. Karena harga P lebih kecildari 0,05, makaho ditolak dan Haditerima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan metode Prayer Gym terhadap perubahan ukuran Lingkar Panggul pada penderita obesitas usia dewasa. Apabila diperhatikan, nilai mean yang diperoleh pada saat pre test, yaitu sebesar 101,17 dan pada saat post test sebesar 95,07. Ternyata terdapat penurunan nilai ukuran Lingkar Panggul dari saat pre test dan setelah post test. Penurunan itu sebesar 6,10 atau sebesar 6,02% dari data yang diperoleh saat pre test. 5. Pengaruh Metode Prayer Gymterhadap Perubahan Ukuran Lingkar Pinggul Atas pada Penderita Obesitas dan Overweight Usia Dewasa Untuk mengetahui pengaruh metode Prayer Gym terhadap perubahan ukuran Lingkar Pinggul pada penderita obesitas usia dewasa,

41 dilakukan uji statistik yaitu uji beda dari kedua kelompok data (pre test dan post test). Uji beda dalam penelitian ini menggunakan T-test karena data terdistribusi normal. Dalam uji ini akan menguji Ho bahwa tidak ada pengaruh metode Prayer Gym terhadap perubahan ukuran Lingkar Pinggul pada penderita obesitas usia dewasa. Untuk menerima atau menolak Ho, adalah dengan membandingkan nilai P yang diperoleh dengan 0,05. Apabila nilai P yang diperoleh lebih besar dari 0,05 (P> 0,05) maka Ho diterima, dan sebaliknya Ha ditolak. Namun apabila nilai P lebih kecil dari 0,05 (P< 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berikut hasil uji yang diperoleh dari hasil penelitian: Tabel 4.6. Hasil Uji T-test Lingkar Pinggul Kelompok N Mean P Pre test 30 96,67 Post test 30 90,54 0,000 Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai signifikan (P)sebesar0,000. Karena harga P lebih kecildari 0,05, makaho ditolak dan Haditerima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan metode Prayer Gym terhadap perubahan ukuran Lingkar Pinggul pada penderita obesitas usia dewasa. Apabila diperhatikan, nilai mean yang diperoleh pada saat pre test, yaitu sebesar 96,67 dan pada saat post test sebesar 90,54. Ternyata terdapat penurunan nilai ukuran Lingkar Pinggul dari saat pre test dan

42 setelah post test. Penurunan itu sebesar 6,13 atau sebesar 6,34% dari data yang diperoleh saat pre test. 6. Karakteristik data LILA, Lingkar Panggul dan Lingkar Pinggul Saat dan Setelah Post-Test Saat dilakukan Pre-Test diperoleh sebanyak 7 responden (23,33%) mempunyai ukuran %LILA normal, 7 responden (23,33%) mempunyai ukuran %LILA gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat) dan 16 responden (53,33%) mempunyai ukuran %LILA dalam kategori obesitas. Seseorang dikatakan memiliki nilai Linkar Lengan Atas pada kategori normal jika seorang laki-laki dewasa normal memiliki nilai angka 29,3 cm dan pada perempuan dewasa normal senilai 28,5 cm. Dikatakan overweight jika ukuran berada pada rentang 30-34.9 cm dan dikatakan obesitas jika ukuran lebih dari 35 cm. Jika dibawah kategori normal maka ukuran lingkar lengan atas dikategorikan underweight. Pada saat Post Test setelah melakukan metode Prayer Gym yang terjadi adalah penurunan nilai Lingkar Lengan Atas pada responden kedalam dua kategori yaitu menurun ke kategori ukuran normal yaitu sebanyak 26 respondenatau bahkan ukuran underweight seperti tercatat pada 4 orang responden. Penurunan ini terjadi dengan kisaran 1,2-2,8 cm perminggu. Untuk aspek nilai Lingkar Pinggul nilai normal berada pada angka kurang dari 80 cm untuk perempuandan kurang dari 90 cmpada laki laki. Dikatakan overweight jika ukuran berada pada rentang 90,01-100 cm dan dikatakan obesitas jika ukuran lebih dari 100 cm. Jika dibawah kategori

43 normal maka ukuran pinggul dikategorikan underweight. Pada saat Post Test setelah melakukan metode Prayer Gym yang terjadi adalah penurunan nilai lingkar pinggul kearah kategori normal pada seluruh responden. Penurunan ini terjadi dengan kisaran 0,6-1,7 cm perminggu. Untuk aspek nilai Lingkar Panggul nilai normal berada pada angka kurang dari 94 cm untuk perempuandan kurang dari 80 cmpada laki laki. Dikatakan overweight jika ukuran berada pada rentang 94,1-95,5 cm dan dikatakan obesitas jika ukuran lebih dari 95,5 cm. Jika dibawah kategori normal maka ukuran panggul dikategorikan underweight. Pada saat Post Test setelah melakukan metode Prayer Gym yang terjadi adalah penurunan nilai lingkar panggul kearah kategori normal untuk seluruh responden. Penurunan ini terjadi dengan kisaran 0,3-0,8 cm perminggu. B. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan metode Prayer Gym terhadap perubahan Lingkar Lengan Atas, Lingkar Panggul dan Lingkar Pinggulpada penderita obesitas usia dewasa. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan antara data pre test dan post test pada seluruh variabel penelitian. Dengan penurunan ini pula mempengaruhi status kategori responden yang saat pre test sebagian besar berada pada status gemuk dan obesitas, sedangkan pada saat post test sebagian besar responden menjadi berstatus normal. Tampak terlihat jelas bahwa Prayer Gym berpengaruh terhadap Lingkar Lengan Atas, Lingkar Panggul dan Lingkar Pinggulpada penderita obesitas usia dewasa.

44 Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal (Asih, 2006). Obesitas dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan prevalensi hipertensi, intoleransi glukosa, dan penyakit jantung koroner aterosklerotik pada pasien-pasien yang obese (Asih, 2006). Berdasarkan data WHO, terdapat 1,6 miliar orang dewasa yang memiliki berat badan berlebih (overweight) dan 400 juta diantaranya mengalami obesitas atau kegemukan (WHO, 2011). Menurut data dari American Heart Association (AHA) pada tahun 2011, terdapat 12 juta (16,3%) anak di Amerika yang berumur 2-19 tahun sebagai penyandang obese (AHA, 2011). Sekitar satu pertiga (32,9%) atau 72 juta orang dewasa warga negara Amerika Serikat adalah obese. Sedangkan diindonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia 15 tahun adalah 10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%) (Depkes RI, 2009). Faktor penyebab obesitas ada dua, yaitu langsung dan tidak langsung.secara langsung yang menyebabkan obesitas diantaranya faktor genetik, hormonal, obat-obatan, asupan makan, aktivitas fisik.sedangkan secara tidak langsung, obesitas disebabkan oleh pengetahuan gizi dan pengaturan makan. Orang yang menderita obesitas akan lebih berpeluang terkena penyakit-penyakit seperti: hipertensi, jantung coroner, diabetes melitus, gout, batu empedu, dan kanker. Untuk mengatasi hal itu banyak cara yang dilakukan oleh seorang yang terkena obesitas agar berat badannya ideal,

45 salah satu caranya adalah dengan metode latihan fisik berupa Prayer Gym (Sagiran, 2014). Hasil analisis data menunjukan bahwa MetodePrayer Gymmemiliki pengaruh yang Pnifikan terhadap perubahanlingkar Lengan Atas, Lingkar Panggul dan Lingkar Pinggulpada penderita obesitas usia dewasa. Terdapat penurunan nilai ukuran Lingkar Lengan Atas sebesar 17,97%, Lingkar Panggul sebesar 6,02% dan Lingkar Pinggul sebesar 6,34% dari data awal yang diperoleh saat pre test. Ditemukan 4 orang responden dengan ukuran LILA pada kategori underweight setelah menjalani metode Prayer Gym. Underweight secara harfiah berarti berat badan rendah.underweight adalah keadaan ukuran tubuh dan gizi kurang yang terjadi akibat kurangnya asupan kalori yang masuk ke dalam tubuh.menurut WHO seseorang dikatakan underweight saat IMT kurang dari 18.5 dan memiliki ukuran LILA dibawah 26 cm. Hal ini terjadi karena asupan kalori yang tidak mencukupi saat melakukan Prayer Gym. Penting untuk diperhatikan bahwa saat kita melakukan aktifitas exercise, asupan kalori harus tercukupi sesuai kebuthan. Aktivitas fisik terarah seperti olahraga sangat berpengaruh terhadap terpeliharanya kapasitas sistem organ tubuh. Terpeliharanya kapasitas sistem organ tubuh akan memperlancar fungsi fisiologis didalam tubuh. Berfungsinya secara baik organ-organ pencernaan memperlancar proses metabolisme sehingga penimbunan lemak maupun asam laktat yang berlebihan dapat dikurangi. Dengan penimbunan lemak dan asam laktat yang rendah maka akan

46 mencegah terjadinya overweight, obesitas serta menjaga ukuran tubuh tetap normal dan ideal (Tortora and Derrickson, 2009). Ada tiga komponen adaptasi yang terjadi sebagai akibat dari melakukan aktivitas fisik teratur yaitu: (1) meningkatnya kandungan mioglobin, (2) Meningkatnya oksidasi karbohidrat, (3) Meningkatnya oksidasi lemak. Peningkatan oksidasi lemak akan sangat mengurangi timbunan lemak yang ada di bawah jaringan kulit. Meningkatnya kapasitas otot untuk mengoksidasi lemak setelah melakukan olahraga berhubungan dengan faktor meningkatnya pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan lemak untuk diubah menjadi glikogen dan meningkatnya aktivitas enzim yang terlibat dalam transportasi dan pemecahan asam laktat. Banyak lemak yang akan teroksidasi bersama dengan pengurangan penumpukan asam laktat (Ralph, 2013). Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli yang merekomendasikan agar orang yang ingin menurunkan berat badan mulai meningkatkan aktivitas fisik mereka lebih aktif secara umum seperti naik tangga, berjalan-jalan, dan rutin melakukan olah raga adalah hal-hal yang lebih efektif membakar kalori dan mengurangi lemak tubuh (Ihwan, 2009). Metode Prayer Gym bisa menjadi pilihan latihan fisik dan spiritual yang baik dan ideal bagi para penderita obesitas usia dewasa. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pembatasan masalah agar permasalah menjadi fokus dan tidak melebar luas, namun demikian dalam penulisan karya ilmiah tentu saja terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan

47 penelitian.keterbatasan yang dialami peneliti selama melakukan penelitian ini yaitu peneliti tidak dapat mengontrol secara langsung seperti apapola makan (diet) yang dilakukan oleh responden, takaran makanan dan gizi yang dikonsumsi responden, dan faktor aktitiftas fisik lain sehingga data yang diperoleh hanyalah data saat sebelum dan sesudah melakukan Prayer Gym saja. Hal ini dikarenakan setiap orang mempunyai aktivitas yang berbedabeda, sehingga hasil yang diperoleh pun juga mungkin terdapat perbedaan.