I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Sistem Pendidikan Nasional salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT SEBAGAI PEMATERI PROGRAM SEKOLAH KELAS BAKAT ISTIMEWA OLAHRAGA DI SMA NEGERI I SEWON

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

I. PENDAHULUAN. SMAN 4 Metro adalah lembaga pendidikan menengah atas yg membantu

BAB I PENDAHULUAN. ditunjang oleh atlet yang berbakat dalam cabang olahraga tertentu maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi olahraga dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kesesuaian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. atau ketepatan antara potensi dan bakat atlet dengan cabang olahraga yang dipilih.

III. METODE PENELITIAN. variabel satu dengan variabel yang lain. Sedangkan menurut Soekidjo

BAB I PENDAHULUAN. berubah mengikuti perkembangan jaman. Naluri manusia yang selalu ingin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. secara individu. Siswa SMP adalah putra-putri bangsa yang duduk dibangku

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

Uji keberbakatan atlet panahan usia tahun melalui sport search

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Games, Asian Beach Game, dan Kejuaraan Dunia, Gerakan dasar pencak silat

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah bangsa dapat berdiri tegak diantara bangsa-bangsa lain di dunia,

1. PENDAHULUAN. Siswa SMP merupakan potensi sumber daya manusia yang perlu dibina dan. pertumbuhan dan perkembangan remaja.

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari masyarakat yang sedang aktif dalam melakukan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tubuh agar tetap sehat. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KEOLAHRAGAAN ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat sekarang ini olahraga sangat digemari banyak orang diseluruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

URUSAN WAJIB PEMUDA DAN OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari masyarakat yang sedang aktif dalam melakukan pembangunan.

I. PENDAHULUAN. teknologi keolahragaan, bahkan Harsono (1988 : 98) mengemukakkan bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. usaha yang dapat mendorong membangkitkan, mengembangkan dan membina

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN PROGRAM EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SEKOLAH SEBAGAI FAKTOR PENDUKUNG OLAHRAGA PRESTASI. Aris Fajar Pambudi, M.Or.

EVALUASI PEMBINAAN CABANG OLAHRAGA ATLETIK DI PPLP KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. sasaran, sehingga untuk bisa bermain sepakbola diperlukan teknik-teknik

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. umum dengan total medali 476 terdiri dari 182 emas, 151 perak dan 143

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan prestasi olahraga agar regenerasi prestasi terus tercipta dan. berlangsung pada kegiatan di Sekolah terbina dengan baik.

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga olahraga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan perwujudan diri individu dalam pembangunan bangsa dan

RANCANGAN PROGRAM PEMBINAAN PRESTASI ATLET YUNIOR TAHUN 2007 S/D Oleh Eka Nugraha, Cs. BIDANG PEMBINAAN PRESTASI ATLET YUNIOR PB PASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. dan diukir dalam setiap event SEA GAMES, ASEAN SCHOOL. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu Bangsa dan Negara. Sebagaimana

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat. berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. G. Morgan pada tanggal 9 Februari 1895 di Holyoke Massachusetts (Amerika

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA PRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

2016 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEMAMPUAN REAKSI DENGAN HASIL SERANGAN LANGSUNG PADA OLAHRAGA ANGGAR JENIS SENJATA FIORET

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan usaha pembentukan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS

I. PENDAHULUAN. kesehatan sangat diperlukan selama manusia masih menghendaki hidup

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

I. PENDAHULUAN. Baley (2001:13) mengatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan. adalah pendidikan kebudayaan, yang didapat secara perorangan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang di bidang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

PEDOMAN PEMBERIAN BEASISWA PERAIH MEDALI BIDANG KO DAN EKSTRA KURIKULER

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN PROVINSI JAWA TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan watak dan kepribadian yaitu sikap sportivitas dan disiplin. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945, alinea IV menyebutkan bahwa: Mencerdaskan kehidupan Bangsa. Pernyataan ini diperkuat oleh pasal 31 UUD 1945 yang berbunyi: 1) Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran dan 2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan UU. Dalam rangka mewujudkan pelaksanan pasal tersebut pemerintah telah menetapkan UU No. 20 tahun 2003 pasal 5 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Sistem Pendidikan Nasional salah satu kegiatan pendidikan yang harus dilaksanakan adalah pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani merupakan salah satu subsistem pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah, memiliki peranan penting dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional (Bucher, 1979). Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalui aktivitas jasmani.

2 Sesuai yang termaktub dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional pada Bab VI pasal 20 disebutkan pada ayat (1) Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa, (2) Olahraga presti dilaksanakan melalui proses pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menata secara sistematis untuk keberhasilan dalam membangun keolahragaan nasional dapat dilakukan dengan memperhatikan pasal 27 UU No. 3 tentang Sistem Keolahragaan Nasional tentang pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi, dengan memperhatikan sebagai berikut : (1) Pembinaan berjenjang dan berkelanjutan, (2) Prioritas cabang olahraga, (3) Identifikasi pemanduan bakat, (4) Penetapan standar kualitas, (5) Regionalisasi pembinaan, (6) Optimalisasi pembinaan, (7) investasi dan implementasi IPTEK, (8) Pemberdayaan semua jalur pembinaan, (9) Sistem jaminan kesejahteraan dan masa depan, (10) Pendanaan. Tahap pertama pada Sistem Pembibitan Olahraga adalah Pemanduan dan Pengembangan Bakat. Pemanduan dan pengembangan bakat merupakan awal penting untuk mendapatkan bibit atlet berbakat yang potensial dan memberikan peluang yang besar untuk dikembangkan menjadi atlet berprestasi dikemudian hari. Pemanduan bakat tidaklah semudah yang dibayangkan, bahkan di negara yang memiliki kemajuan di bidang olahragapun sistem pemanduan bakat masih belum baku. Sebuah sistem pemanduan bakat masih sangat sulit dibuktikan hasilnya dikemudian hari,

3 walaupun ada beberapa Negara yang telah berhasil mengembangkan sistem pemanduan bakat dan menorehkan hasil prestasi olahraga yang baik setelah sekian tahun menggunakan sistem tersebut. Bakat adalah suatu potensi yang ditentukan berdasarkan faktor genetik yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang labil. Dengan demikian atlet yang berbakat adalah atlet yang dilahirkan secara alami memiliki potensi pada keterampilan gerak dan biomotor yang potensial dan siap dikembangkan dengan berbagai situasi latihan untuk berprestasi tinggi dimasa depan. Faktor antropometrik dan kesehatan serta kebugaran jasmani adalah faktor utama dari potensi anak. Antropometrik sangat dipengaruhi oleh keturunan yang memiliki tingkat prediksi yang besar terhadap bakat anak yang diwarisi dari orangtuanya. Faktor ini juga erat hubungannya dengan kesehatan dan kebugaran. Manusia memiliki kebugaran dinamis yang dibentuk melalui perlakuan latihan dan gisi, dan kebugaran mekanis yang merupakan bawaan dari lahir dengan ciri tertentu, misalnya: memiliki jenis otot cepat yang dominan, memiliki tipe kardiorespiratori yang baik, dan sebagainya. Faktor keterlatihan merupakan faktor yang sering tidak dilihat pada saat pemanduan bakat. Faktor ini akan diketahui setelah atlet yang diidentifikasi berbakat dibina dalam proses pengembangan bakat. Atlet yang dipandang memiliki potensi yang baik tetapi tidak dapat dikembangkan melalui latihanlatihan yang tepat belum bisa dikatakan atlet berbakat. Jadi atlet berbakat adalah atlet yang potensial dan memiliki keterlatihan yang baik (trainable).

4 Faktor lain yang mempengaruhi potensi anak adalah lingkungan, seperti kondisi keluarga, teman, pendidikan, kondisi ekonomi keluarga, dan kultur budaya di masyarakat dimana ia tinggal. Faktor ini akan sangat mempengaruhi minat anak terhadap cabang olahraga yang diidentifikasi sebagai potensinya. Anak dapat teridentifikasi berbakat pada cabang olahraga tertentu, namun tidak didukung oleh lingkungan yang baik dan tidak berminat pada cabang olahraga tersebut, maka potensi tersebut akan sia-sia. Siswa dapat dikatakan memiliki kemampuan fisik dan minat yang baik terhadap olahraga, tetapi belum dapat dikatakan berbakat bila tidak memiliki kemampuan berkompetisi yang baik. Kemampuan ini menjadi penentu apakah potensi atlet dapat berfungsi secara optimal untuk mencapai prestasi yang diharapkan. Permasalahan mengenai bakat, dewasa ini telah menjadikan suatu pembicaraan yang dapat mengundang berbagai pihak yang terkait. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang mantap tentang atlet berbakat, dan bagaimana cara untuk mendapatkan atlet yang berbakat itu secara dini. Hal ini telah banyak diupayakan oleh berbagai pihak, antara lain dilakukan dengan melalui forum-forum pertemuan. Baik pertemuan yang bersifat ilmiah dalam bidang olahraga, lokakarya, maupun dalam pertemuan dari para wakil organisasi keolahragaan untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan dalam penentuan bakat tersebut. Sebagai mana diketahui bahwa akhir-akhir ini prestasi olahraga nasional dan internasional mengalami penurunan secara drastis. Hal ini ditandai dengan menurunya prestasi atlet Indonesia diberbagai event baik di SEA GAMES 2005 Filipina maupun di Olimpiade Athena 2004.

5 Untuk mengangkat kembali kejayaan prestasi olahraga Indonesia di event olahraga regional dan internasional diperlukan waktu yang panjang disertai kerja keras dan komitmen pemerintah yang sungguh-sungguh. Keterlibatan pemerintah dimaksud adalah dengan menyiapkan anggaran dalam bentuk APBN secara proporsional, pengadaan sarana dan prasarana olahraga yang standar, baik di pusat maupun di daerah serta perlunya pemantauan/pencarian bibit atlet yang potensial dengan menggunakan beberapa parameter tes yang didukung oleh IPTEK olahraga. Seiring perkembangan zaman yang semakin demokratis, transparan dan kompetitif, siswa sebagai sumber daya manusiamemiliki potensi yang harus digali dan dikembangkan. Pengembangan potensi siswa dapat berupa penguasaan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, olahraga, seni, keterampilan, kewirausahaan dan sebagainya. Penguasaan terhadap berbagai bidang menjadi tntutan utama yang harus dimiliki oleh siswa. Penguasaan pada berbagai bidang ini nantinya akan dapat membawa manfaat seluasluasnya baik bagi diri sendiri maupun orang lain, dan sebagai bekal untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Berdasarkan observasi peneliti di SMP Negeri 4 Bandar Lampung, pengembangan diri (ekstrakurikuler) yang ada di SMP Negeri 4 Bandar Lampung terdiri dari Rohis, Seni, IPA, Pramuka, Bahasa Inggris, Basket, Futsal, Voli, Karate dan Bulu Tangkis. Pengembangan diri di SMP Negeri 4 Bandar Lampung dilaksanakan dua kali dalam satu minggu. Pada dasarnya banyak sekali bakat, minat dan kreatifitas yang dimiliki oleh siswa namun belum tergali melalui suatu pembinaan yang tepat dan optimal.

6 Sehubungan hal tersebut perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan penguasaan berbagai bidang tersebut melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler diharapkan para siswa yang mempunyai potensi diri dapat terdeteksi secara dini, dan selanjutnya bakat tersebut dapat dibina dan dikembangkan kejenjang lebih tinggi. Salah satu upaya untuk memprediksi bakat siswa yaitu melalui tes pemanduan bakat yang mengadopsi dari Jerman. Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang gambaran bakat siswa yang mengikuti ekstrakurikuler cabang olahraga di SMP Negeri 4 Bandar Lampung. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penurunan pencapaian prestasi atlet tingkat nasional dan internasional. 2. Cara memilih siswa yang berbakat 3. Tes pemanduan bakat dengan bakat siswa C. Batasan Masalah Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang meluas, perlu adanya batasanbatasan sehingga ruang lingkup penelitian ini menjadi jelas dan terarah pada sasaran. Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan mengingat terbatasnya kemampuan, waktu dan biaya yang ada pada peneliti maka dalam penelitian ini permasalahanya hanya dibatasi pada gambaran bakat siswa yang mengikuti ekstrakurikuler cabang olahraga di SMP Negeri 4 Bandar Lampung.

7 D. Batasan Istilah 1. Gambaran adalah melukiskan (menceritakan) suatu peristiwa (Poerwadarminta, 292). 2. Bakat adalah suatu kemampuan yang merupakan potensi yang masih perlu untuk dikembangkan lebih lanjut dan dilatih, yaitu agar bakat itu dapat terwujud (Yusuf Hadisasmita, 1996 : 53). 3. Siswa adalah pelajar (pada akademi, dsb) (Yusuf Hadisasmita, 955). 5. Cabang olahraga adalah bagian dari ilmu olahraga (Poerwadarminta, 684) 6. Ekstakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur program yang dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa (Poerwadarminta, 269). E. Rumusan Masalah Agar terarah pada sasaran maka perlu dirumuskan permasalahanya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran bakat siswa yang mengikuti ekstrakurikuler cabang olahraga di SMP N 4 Bandar Lampung?. F. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran bakat dan kemampuan dasar motorik siswa yang mengikuti ekstrakurikuler cabang olahraga di SMP Negeri 4 Bandar Lampung menggunakan tes pemanduan bakat mengadopsi dari Jerman.

8 G. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dengan mengetahui bakat siswa sejak dini maka latihan akan lebih efektif dan efisien. 2. Dengan mengetahui bakat siswa sejak dini maka proses pembinaan akan lebih terarah dan terencana sehingga sasaran akan mudah dicapai. 3. Dengan mengetahui bakat siswa sejak dini maka prestasi yang dicapai atlet akan lebih maksimal 4. Bagi pelatih penelitian ini akan mempermudah memberikan materi karena atlet mudah dalam menguasai variasi gerakan yang baru. H. Ruang Lingkup Penelitin Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Subjek penelitian yang diamati adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler cabang olahraga di SMP Negeri 4 Bandar Lampung. 2. Objek penelitian yang diamati adalah bakat siswa. 3. Tempat penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 4 Bandar Lampung, Jl. HOS. Cokroaminoto No. 93 Rawalaut Bandar Lampung.