AGROVIGOR VOLUME 4 NO. 2 SEPTEMBER 2011 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang

SKRIPSI. Oleh JULIANA WIGUNA F

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENGARUH EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP PENGHAMBATAN MIKROBA PERUSAK PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2014 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau 48

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

Analisis Kuantitatif Unsur Hara Daun Kelapa Sawit Pada Pelepah Ke-17 Sebagai Langkah Optimasi Hasil Panen Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman lidah buaya sudah dimanfaatkan sebagai tanaman hias, bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura khususnya buah-buahan. Buah-buahan mempunyai banyak manfaat.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan tumbuhtumbuhan. Banyak sekali tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat telah digunakan secara

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman bawang merah (Allium ascolanum L.) termasuk salah satu tanaman sayuran umbi multiguna.

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

I. PENDAHULUAN. pangan, pakan, pertanian, kesehatan, biokimia, genetika, dan biologi molekuler

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

I. PENDAHULUAN. alam. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah pantai terpanjang dan

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

PENGARUH KOMPOS PAITAN (Tithonia diversifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (Brassica oleraceae)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

DAFTAR TARIF ANALISA LABORATORIUM

Jahe untuk bahan baku obat

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

2015 KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-03

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meningkatkan kesehatan. Salah satu jenis tanaman obat yang potensial, banyak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sebagai salah satu sumber protein hewani untuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN. susunan asam-asam amino yang lengkap (Fitri, 2007). Produksi telur yang tinggi

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2000). Secara tradisional rimpang jahe dimanfaatkan untuk beberapa keperluan

POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH UDANG DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

PELATIHAN PEMBUATAN MINUMAN REMPAH SERBUK BAGI TUTOR DAN PENGELOLA PUSAT KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (PKBM) DI KECAMATAN KRAMAT JATI, JAKARTA

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

terhadap masalah kesehatan melalui pengobatan tradisional sangat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya yaitu menggunakan ramuan-ramuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1

termanfaatkan secara optimal dapat berguna dalam mewujudkan ketahanan

METODE PENENTUAN EFISIENSI KEBUTUHAN PUPUK UNTUK TANAMAN BERBASIS DATA PENELITIAN DAN KIMIA TANAH*)

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terutama disebabkan oleh kurangnya kebersihan. Penanganan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. bawang goreng bahkan sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar kolesterol, gula

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

AGROVIGOR VOLUME 4 NO. 2 SEPTEMBER 2011 ISSN 1979 5777 99 HUBUNGAN SIFAT TANAH MADURA DENGAN KANDUNGAN MINYAK ATSIRI DAN TINGKAT KELARUTANNYA PADA JAHE (Zingiber offocinale L.) Sinar Suryawati dan Eko Murniyanto Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura ABSTRAK Pemanfaatan tanaman obat, seperti Jahe untuk berbagai kepentingan medis (biopropeksi) telah banyak diteliti, namun mempelajari ekologi edapic hubungannya dengan biosintesis senyawa utama seperti minyak atsiri belum banyak diungkap. Jika fenomena tersebut dapat diungkapkan maka memperbaiki kondisi edapic untuk kepentingan produksi dapat dirancang, setidaknya dapat dibuat zonasi potensi alamiahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara sifat kimia tanah Madura dengan kandungan minyak atsiri dan tingkat kelarutan pada rimpang Jahe. Hasil penelitian di tiga wilayah kabupaten di Madura diperoleh kenyataan bahwa terjadi hubungan yang bervariasi pada setiap komponen kimia tanah dengan kandungan minyak atsiri rimpang jahe dan kelarutannya. Secara umum kandungan minyak atsiri rimpang jahe berkisar antara 1,07-1,09% pada semua komponen sifat kimia tanah Madura. Kata kunci : minyak atsiri Jahe, sifat kimia tanah Madura. PENDAHULUAN Jahe merupakan komoditi unggulan nasional disamping kencur dan temulawak. Berdasarkan umbinya, tanaman jahe dapat dibedakan antara jahe besar dan kecil, sedangkan berdasarkan warna dapat dibedakan antara jahe merah dan putih. Salah satu kultivar yang berukuran kecil adalah jahe emprit. Rukmana (2000) menyebutkan komposisi jahe emprit mengandung pati 58%, protein 8%, oleoresin 3-5% dan minyak atsiri 1-3%. Benjelalai (1984) menyebutkan jahe emprit mengandung senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid, fenol, terpenoid, dan minyak atsiri. Sari et al., (2006) menyebutkan kemanfaatan jahe dapat digunakan untuk bumbu, obat tradisional, bahan baku minuman dan makanan. Lebih lanjut, jahe dapat dimanfaatkan sebagai obat anti inflamasi, obat nyeri sendi dan otot, tonikum, serta obat batuk (Efendi dan Tarigan, 1995). Huriyati et al., (1995) dan Mulyaningsih et al., (1994) serta Nursal et al., (2006) menyatakan bahwa senyawa kimia rimpang jahe dapat digunakan untuk mengendalikan mikrobia. Jahe juga diandalkan sebagai komoditas ekspor nonmigas dalam bentuk jahe segar, jahe kering, minyak atsiri, dan oleoresin. Produksi jahe di Jawa Barat (sentra produksi) baru mencapai 6,35 ton/ha, sedangkan di Jawa Tengah 6,78 ton/ha (Ditjenbun, 2004). Januwati dan Rosita (1997) menyebutkan potensi jahe empril berkisar 10-20 ton/ha, jahe merah 8 15 ton/ha dan jahe badak 10 25 ton/ha dan ini termasuk kategori rendah. Ditambahkan bahwa potensi dan penanaman jahe saat ini dilakukan petani dan/atau masyarakat (97%). Apabila jahe akan dimanfaatkan untuk obat maka rimpang harus memenuhi standart mutu berdasarkan Material Medica Indonesia (MMI). Apabila akan dikembangkan untuk tanaman budidaya maka diperlukan seperangkat teknologi, agar di satu sisi agroekologi dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman jahe dan di sisi lain mutu tidak menurun. Oleh karena itu pemahaman terhadap potensi jahe terutama yang menyangkut kandungan minyak atsiri sebagai salah satu metabolit sekunder dan pelarut non polar seperti alcohol atau n-heksana menjadi penting. Potensi ini makin penting jika dihubungkan dengan potensi lingkungan seperti sifat tanah misalnya kandungan unsur hara baik makro maupun mikro. Dengan menghubungkan kandungan unsur hara dengan

100 Sinar Suryawati dan Eko Murniyanto : Hubungan Sifat Tanah Madura dengan. minyak atsiri dapat dikonstruksi tindakan agronomi yang berkaitan dengan pemupukan, pada gilirannya selain didapatkan peningkatan produktivitas juga mutu rimpang jahe. Hipotesis tersebut ditunjukkan hasil penelitian Januwati dan Yusron (2003 dalam Ruhnayat, 2006) yang menyatakan bahwa jahe memerlukan unsur hara tinggi. Namun beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan kebutuhan unsur N, P dan K berbeda-beda (Rokot et al., 1990; Ruhnayat, 2006), sayangnya publikasi yang ada juga belum menyertakan jenis tanah dan kandungan unsur haranya. Sari et al., (2006) juga menunjukkan kenyataan bahwa salinitas di dalam tanah sampai 9% pertumbuhan dan hasil jahe emprit masih baik namun mulai menurun dengan bertambahnya salinitas tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara sifat kimia tanah Madura dengan kandungan minyak arsiri dan tingkat kelarutannya pada Jahe (Zingiber offocinale L.) Dapat bermanfaat untuk mengkontruksi tindakan agronomi terutama pemupukan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan mutu jahe yang lebih baik. METODE Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Madura. Secara administratif meliputi Kabupaten Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan. Lokasi sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling yaitu pada daerah sentra penanaman jahe. Waktu penelitian sejak penetapan lokasi sampel, pengambilan specimen, sampel tanah dan analisa laboratorium serta interpretasi data dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2011. Bahan penelitian meliputi pertanaman jahe jenis emprit, kotak specimen, kotak sampel tanah, khemikalia untuk analisa minyak atsiri. Peralatan yang dipakai meliputi bor tanah, peta tanah, peta administrasi dan peralatan untuk analisa atsiri. Pelaksanaan Sampel jahe diambil pada bagian rimpang induk dan anakan dari pertanaman jahe lahan petani secara acak. Pengambilan dilaksanakan saat panen, umur pertanaman jahe berkisar 7 (tujuh) bulan sejak dari tanam. Specimen dibersihkan dan disimpan dalam coolbox untuk selanjutnya di analisa di laboratorium. Sampel tanah diambil dari lahan yang diambil sampel jahenya. Pengambilan sampel jahe dan tanah diulang sebanyak 5 (lima) tempat kemudian dikompositkan. Analisa minyak atsiri dilakukan dengan metode.analisa minyak atsiri dilaksanakan di Laboratorium Balai Penelitian dan Konsultasi Industri (BPKI) Provinsi Jawa Timur. Analisa tanah di laksanakan di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Analisa minyak atsiri dan kelarutannya masing-masing hubungannya dengan sifat kimia tanah dianalisis dengan regresi sederhana. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Kimia Tanah Madura Hasil analisa laboratorium sifat kimia tanah wilayah sampel menunjukkan tingkat kesuburan yang rendah. Masing-masing unsur kimia terukur pada umumnya termasuk kategori rendah jika dibanding pengharkatan yang ditetapkan Soepardi (1979). Namun basabasa masuk dalam kategori sedang. Kondisi tersebut masih sejalan dengan penelitian yang dilakukan Supriyadi (2009).

Sinar Suryawati dan Eko Murniyanto : Hubungan Sifat Tanah Madura dengan. 101 Tabel 1. Kandungan Unsur Hara Tanah Madura No Unsur kimia Madura 1 N total (%) 0.11 2 P (mg kg -1 ) 5.85 3 K (me/100 g) 0.49 4 Ca (me/100 g) 14.85 5 Mg (me/100 g) 0.69 6 B. organic (%) 1.54 7 C. organic (%) 0.89 8 C/N Ratio 7.30 9 Fe (me/100 g) 2.46 10 Cu (me/100 g) 1.83 11 Zn (me/100 g) 3.33 Komposisi Kandungan Senyawa Kimia Rimpang Jahe Kandungan minyak atsiri di tiga wilayah sampel cenderung mempunyai kandungan yang sama. Kelarutannya dalam pelarut non polar seperti alkohol di wilayah Bangkalan paling rendah dibanding dua wilayah lainnya, sedangkan pelarut polar seperti air cenderung sama. Kadar abu mempunyai pola yang sama dengan kelarutan dalam alkohol. Kandungan minyak atsiri antara 1.07 sampai 1.19 % dapat dikategorikan rendah jika dibanding yang dikemukakan Rukmana (2000) (Gambar 1 dan Tabel 2). Meskipun demikian kadar tersebut masih masuk dalam standart MMI. 1.2 1.18 1.16 1.14 1.12 1.1 1.08 1.06 1.04 1.02 1 Bangkalan Sampang Pamekasan Minyak atsiri (%) Gambar 1. Kadar Minyak Atsiri Rimpang Jahe Madura Etanol mempunyai kemampuan ektraksi lebih baik dibanding air. Ini dapat difahami karena minyak atsiri bersifat non polar. Pelarut. lainnya seperti n-hexana sebenarnya lebih baik, namun dalam kasus ini tidak dilakukan

102 Sinar Suryawati dan Eko Murniyanto : Hubungan Sifat Tanah Madura dengan. Tabel 2. Tingkat Kelarutan Rimpang Jahe Madura No Kelarutan Bangkalan Sampang Pamekasan 1 Kadar sari larut air (%) 17.60 17.78 18.05 2 Kadar sari larut etanol (%) 6.11 12.40 11.56 3 Kadar Abu (%) 2.11 3.66 3.82 4 Kadar Abu (tidak larut asam) (%) 1.88 1.19 1.21 Hubungan antara kandungan unsur hara tanah dengan minyak atsiri dan tingkat kelarutan Unsur hara tanah makro seperti N, K, Bahan organik (BO) dan C organik mempunyai hubungan linier dengan kadar minyak atsiri (Tabel 3). Dengan kata lain semakin meningkat kandungan unsur hara tanah makro semakin meningkatkan kadar minyak atsiri rimpang jahe. Diantara unsur hara makro maka N mempunyai keeratan hubungan paling tinggi, diikuti K, C organik dan BO. Sebagaimana diketahui bahwa síntesis minyak atsiri melibatkan unsur tersebut dan N menjadi pengendali disamping C organik. Tabel 3. Hubungan antara kandungan kimia tanah Madura dengan minyak atsiri jahe Kimia tanah Komposisi t Persamaan regresi N (%) 0.11 13.279 *) Y= 0.495 + 0.997x (R 2 =99.0%) P (mg kg -1 ) 5.85 0.050 ns) K (me/100 g) 0.49 3.659 *) Y= 1.289-0.965x (R 2 =93.1%) Ca (me/100 g) 14.85 0.109 ns) Mg (me/100 g) 0.69 0.304 ns) B. Organik (%) 1.54 1.960 *) Y= 0.769 + 0.891x (R 2 =79.4%) C. Organik (%) 0.89 2.078 *) Y= 0.791 + 0.901x (R 2 =81.2%) C/N Ratio 7.30 0.682 ns) Fe (me/100 g) 2.46 0.48 ns) Cu (me/100 g) 1.83 0.99 ns) Zn (me/100 g) 3.33 1.05 ns) Mn (me/100 g) 1.58 1.58 ns) Keterangan : *) = significan ns = non significan Rokot et al., (1990) menunjukkan bahwa pemupukan N:P:K dengan perbandingan 90:90:45 mempengaruhi tinggi tanaman jumlah anakan, bobot rimpang. Jika dikaitkan dengan análisis diatas maka rekomendasi tersebut mengalami perbedaan terutama pada P. pada kasus ini unsur makro P tidak mempunyai hubungan erat dengan minyak atsiri. Unsur hara tanah mikro nampaknya tidak mempengaruhi kandungan minyak atsiri namun berhubungan erat dengan tingkat kelarutan. Unsur mikro Mg, Fe, Zn dan unsur makro P secara linier meningkatkan kelarutan (Tabel 4).

Sinar Suryawati dan Eko Murniyanto : Hubungan Sifat Tanah Madura dengan. 103 Tabel 4. Signifikansi hubungan antara kandungan kimia tanah Madura dengan kelarutan (ß) Kimia tanah Kadar sari larut air Kadar sari larut etanol Kadar abu Kadar abu tidak larut asam N Ns ns ns ns P 0.99 *) ns 0.92 *) ns K Ns ns ns ns Ca 0.99 *) ns 0.89 *) ns Mg Ns 0.96 *) 0.99 *) 0.98 *) B. Organik Ns ns ns ns C. Organik Ns ns ns ns C/N Ratio 0.92 *) ns ns ns Fe Ns 0.99 *) 0.99 *) 1.00 *) Cu Ns ns ns ns Zn Ns 0.97 *) 0.90 *) 2.86 *) Mn Ns ns ns ns Keterangan : *) = significan ns = non significan KESIMPULAN 1. Lahan di pulau Madura yang terwakili kandungan unsur kimia tanah, secara umum mengakibatkan kadar minyak atsiri rimpang jahe sebesar 1.07-1.19% 2. Kadar minyak atsiri rimpang jahe berhubungan erat dengan unsur hara makro terutama N, K, BO dan C organik, namun masing-masing unsur mempunyai nilai maksimum yang berbeda 3. Tingkat kelarutan dan kadar abu rimpang jahe secara umum berhubungan erat dengan unsur hara makro P dan Mg, Fe dan Zn, masingmasing unsur mempunyai nilai maksimum yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Benjelalai. 1984. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Gadjahmada University Press. Yogyakarta Ditjenbun. 2004. Statistik Perkebunan Jahe. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta. 20 hal Efendi, S. dan Tarigan, S. 1995. Pengaruh Perasan Rimpang Jahe Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro. Dalam Penelitian Tanaman Obat Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia IX (Proc.). Sundari et al., (eds). Pusat Huriyati, E.; M. Diah dan Yuliastuti. 1995. Perbedaan Efek Analgetik Infusa Jahe (Zingiber Officinale Rose.) Segar Dan Kering Pada Mencit Jantan. Dalam Penelitian Tanaman Obat Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia IX (Proc.). Sundari et al., (eds). Pusat Yuhono, J. T. dan L. Mauludi. 1997. Prospek dan Kendala Pengembangan Jahe. Monograf Jahe No. 3: 160-166. Balitro. Bogor.

104 Sinar Suryawati dan Eko Murniyanto : Hubungan Sifat Tanah Madura dengan. Mulyaningsih, B.; S. Pramono dan Soeyoko. 1994. Uji Kandungan Aktif Jahe Terhadap Microfilaria Brugia Malayi Pada Hewan Uji Felts Catus L. Dalam Penelitian Tanaman Obat Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia IX (Proc.). Sundari et al., (eds). Pusat Nursal; Wulandari, S., dan W. S. Juwita. 2006. Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber Officinale Roxb.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia Coli dan Bacillus Subtilis. Buletin Anatomi dan Fisiologi XIV (2). Rokot, H. H.; L. Pangemanan, D. dan C. Komaliq. 1990. Pengaruh Variasi Pemupukan N, P, K Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jahe Merah (Zingiber Offlcinale Rose.). Dalam Penelitian Tanaman Obat Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia IX (Proc.). Sundari et al., (eds). Pusat Rukmana, R. 2000. Usaha Tani Jahe. PT. Kanisius. Yogyakarta. Sari, H. C.; darmanti, S., dan E. D. Hastuti. 2006. Pertumbuhan Tanaman Jahe Emprit (Zingiber Officinale Var. Rubrum) pada Media Tanam Pasir dengan Salinitas yang Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi XIV (2).