BAB I PENDAHULUAN. Selama setengah abad terakhir, sektor Consumer Goods telah. mencapai pertumbuhan yang signifikan dari segi pendapatan dan imbal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lebih dari 40% di BEI adalah industri manufaktur.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap entitas bisnis (perusahaan) dalam operasinya tentu memiliki tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berpendapat bahwa terdapat kesenjangan antara pemilik (pemegang. saham) dan pengelola perusahaan (manajer) yang timbul dari

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang penting pada sebagian besar perusahaan besar yakni potensi UKDW

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. telah diperoleh. Sumber dana dapat berasal dari dalam (internal) ataupun dari

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Sugiarto 2009). Wild et al (2005) mengatakan perbandingan antara hutang dan modal

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup suatu perusahaan di era globalisasi sekarang ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keuangan dalam sebuah perusahaan bertujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membutuhkan beberapa teori yang mendasarinya, antara lain:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang merupakan organisasi bisnis umumnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Banyak perusahaan kecil maupun perusahaan besar yang

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan tersebut perusahaan tidak bisa terus stagnan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi disebabkan karena pihak manajemen sering kali memiliki tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ketersediaan dana yang cukup untuk membiayai kegiatan operasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jensen dan Meckling (1976) Jensen dan Meckling (1976) Weston dan Brigham (2001:21) Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dividen (dividend policy). Keputusan pembagian dividen seringkali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Jensen & Smith 1984 ; Fama and French 1998).

BAB I PENDAHULUAN. orientation) maupun organisasi yang tidak berorentasi pada laba (non-profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal yang optimal sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham untuk mengelola dan menjalankan perusahaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perusahaan selain meningkatkan nilai perusahaan

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fenomena yang banyak ditemui ketika perusahaan bertambah besar maka

BAB 1 PENDAHULUAN. (principle) bisa mempercayakan dananya kepada profesional (managerial)

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkembang. Salah satu cara untuk bisa bertahan adalah bahwa perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi persaingan yang semakin tajam. Akan tetapi, dalam praktiknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB I PENDAHULUAN. melimpahkan kepada pihak lain yaitu manajer sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB I PENDAHULUAN. bebas antar perusahaan-perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di. memiliki tujuan dalam mendirikan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hutang. Hutang adalah kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi

ABSTRAK. Kata kunci : Free cash flow, risiko bisnis, kebijakan hutang, nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. melalui kemakmuran pemilik atau pemegang saham. Namun pihak. diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saham (Brigham dan Gapenski 1996). Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham. karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. melalui Foreign Direct Investment (FDI). Investor menganggap bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan. apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya yang dipercayakan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pemulihan salah satu di bidang industri manufaktur asing. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan tujuan utama perusahaan yaitu, meningkatkan. kemakmuran para pemegang saham perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di Indonesia akan memberikan pengaruh positif terhadap

yang diangkat oleh pemegang saham bertindak atas kepentingan pemegang saham.

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan bisnis saat ini, didirikannya suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Brigham Gapensi menyatakan bahwa, tujuan utama. perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. and Gapensi dalam Hermuningsih, 2013 ). Kekayaan pemegang saham dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan pemilik seperti melakukan ekspansi untuk meningkatkan suatu gaji.

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan meskipun mereka memiliki kepemilikan saham di perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan bisnis yang ketat. Sehingga setiap perusahaan harus selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan dalam menjual saham yaitu untuk mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau kekayaan bagi para pemegang saham. Nilai perusahaan merupakan suatu

Nurlaila

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era industri yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut diikuti oleh naiknya harga saham. Peningkatan nilai perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur kepemilikan adalah perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham/pemilik. Nilai perusahaan yang sudah go public tercermin dalam

BAB I PENDAHULUAN. dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk. agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan. kemakmuran pemiliknya. Perkembangan perusahaan untuk menuju lebih besar

BAB 1 dikarenakan tidak adanya pengawasan (monitoring) yang ketat terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ( Mayangsari 2009 dalam Indahningrum dan Ratih 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham dengan cara menaikkan nilai perusahaan. Awalnya suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama setengah abad terakhir, sektor Consumer Goods telah mencapai pertumbuhan yang signifikan dari segi pendapatan dan imbal hasil pemegang saham. Peningkatan pertumbuhan perekonomian pada negara sedang berkembang seperti Indonesia memicu peningkatan konsumsi. Perusahaan Consumer Goods menjual lebih banyak produk dibandingkan dengan sektor lain dengan harga yang relatif murah, dan biasanya merupakan kebutuhan sehari-hari. Contoh produk Consumer Goods antara lain barang-barang seperti minuman ringan, kosmetik, perawatan tubuh, dan barang kelontong, meskipun keuntungan yang didapat dari setiap barangnya kecil, barang-barang ini biasanya dijual dalam kuantitas yang sangat besar sehingga keuntungan totalnya besar. (Brennan et al, 2013). Dalam aktivitas pengelolaannya, perusahaan consumer goods dihadapkan beberapa keputusan keuangan salah satunya adalah keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan dalam hal ini terkait dengan keputusan struktur modal yang menguraikan komposisi penggunaan dana dari pihak internal dan dana dari pihak eksternal. Dana dari pihak internal adalah berupa laba ditahan dan setoran modal pemilik atau penerbitan saham 1

2 baru, sedangkan pendanaan yang bersumber dari pihak eksternal perusahaan secara spesifik disebut kebijakan hutang (Hasnawati, 2005). Pemilik perusahaan atau pemegang saham tidak dapat melakukan pengelolaan perusahaan sendiri, oleh karena itu pemilik mempekerjakan pihak lain sebagai manajer yang akan melakukan aktivitas pengelolaan perusahaan. Manajer atas nama pemilik perusahaan akan melakukan pengambilan keputusan penting terkait operasional perusahaan. Salah satu keputusan yang diambil manajer adalah keputusan keuangan perusahaan. Manajer dituntut untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan (pemegang saham). Pada kenyataannya manajer cenderung lebih mengutamakan kepentingan pribadi mereka. Secara teori, pada saat pendanaan internal perusahaan tidak mencukupi untuk mendanai operasional dan investasi perusahaan maka akan dipergunakan pendanaan eksternal. Dalam menentukan keputusan pendanaan terkait dengan penggunaan hutang, pihak manajerial cenderung menggunakan hutang yang tinggi bukan atas dasar maksimalisasi kemakmuran pemegang saham melainkan untuk kepentingan opportunistic mereka, seperti dengan pemilihan proyek-proyek yang memiliki risiko yang besar dengan pendanaan yang besar pula. Perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer ini menimbulkan konflik yang disebut konflik kepentingan (agency conflict) (Cructhley et al, 1999)

3 Konflik yang terjadi menyebabkan meningkatnya beban bunga perusahaan sehingga risiko kebangkrutan semakin tinggi yang berdampak pada biaya agency hutang semakin tinggi. Peningkatan agency cost tersebut akan berpengaruh pada penurunan nilai perusahaan. Mekanisme yang dapat dilakukan untuk meminimalkan agency conflict adalah dengan memberikan persentase kepemilikan saham ke pihak manajerial (Bhakti, 2012) dan meningkatkan kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan perusahaan oleh institusi, perusahaan atau lembaga lain. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Kepemilikan institusional akan memonitor dan mengawasi tindakan manajer dalam mengunakan hutang diawasi secara optimal oleh pemegang saham eksternal dan membantu mengurangi biaya keagenan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan. Proporsi kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegahaan terhadap pemborosan yang di lakukan oleh pihak manajemen, sehingga tindakan pencarian pendanaan besar-besaran dari pihak eksternal dapat ditekan (Karinaputri, 2012). Ketika pendanaan internal perusahaan tidak mencukupi maka perusahaan memilih untuk melakukan kegiatan dengan pendanaan eksternal (hutang). Penggunaan dana yang berasal dari hutang operasi perusahaan, akan menguntungkan perusahaan dari penghematan pajak atas

4 laba perusahaan (Karinaputri, 2012). Bunga yang dibayarkan akibat hutang akan mengurangi penghasilan yang terkena pajak, selain itu penggunaan hutang mampu menarik pemegang saham untuk melakukan kontrol yang ketat dibandingkan perusahaan yang memperoleh pendanaan melalui penerbitan saham baru (Rachmawati dan Hanung, 2012). Selain keuntungan yang diperoleh dari penggunaan hutang terdapat pula risiko dalam penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan, antara lain terdapat risiko gagal bayar yang terkandung didalamnya dan beban yang ditanggung oleh perusahaan akan bertambah dengan adanya beban bunga. Risiko lain adalah apabila keuntungan pajak yang di peroleh lebih kecil dibandingkan dengan beban bunga yang harus di bayarkan (Sujoko dan Subiantoro, 2007). Penggunaan hutang yang berlebihan dapat mendekatkan perusahaan pada kebangkrutan. Berdasarkan pada teori pertukaran (trade off theory) semakin besar proporsi penggunaan hutang maka akan semakin besar peluang kebangkrutan yang akan diperoleh perusahaan. Oleh karena itu penggunaan hutang harus di kelola dengan baik oleh manajer (Mulianti, 2010). Pada perusahaan yang telah go public komposisi struktur modal terutama keputusan penggunaan hutang memiliki peranan penting yaitu sebagai solusi dari konflik keagenan. Perbedaan kepentingan antara pihak manajerial perusahaan dengan pihak pemegang saham salah satunya dipicu karena adanya perbedaan kepentingan penggunaan aliran kas bebas (free cash flow) perusahaan (Jensen,1986). Penggunaan hutang dalam struktur

5 modal perusahaan dapat dijadikan sebagai alternatif solusi karena penggunaan hutang mampu mengimbangi agency cost yang ditimbulkan dari konflik keagenan. Aliran kas bebas (free cash flow) adalah keuntungan bersih operasional perusahaan, setelah di perhitungkan investasi modal kerja dan aktiva tetap selama periode berjalan. Free cash flow pada dasarnya adalah hak dari pemegang saham sehingga investor akan menuntut pembagian free cash flow yang ada pada perusahaan sedangkan manajer berpandangan untuk menggunakan free cash flow melalui reinvestasi yang dapat menguntungkan mereka (Putri, 2013). Tekanan pemegang saham untuk dapat memperoleh kas bebas, mengharuskan manajer untuk dapat memperoleh sumber pendanaan dari pihak ketiga yaitu debthoders. Dengan adanya hutang, manajer akan termotivasi untuk bekerja lebih efisien guna meningkatkan efisiensi perusahaan agar terhindar dari kebangkrutan sehingga hutang memiliki peranan sebagai monitoring tindakan manajer (Jensen, 1986). Kesempatan investasi dimiliki oleh setiap perusahaan, penggunaan kesempatan investasi yang besar dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Semakin besar peluang investasi yang dilakukan oleh perusahaan maka kebutuhan modal juga akan semakin besar (Hasnawati, 2005).

6 Tabel 1.1 Jumlah Kepemilikan Institusional, Free Cash Flow, Struktur Modal (DER) Pada Perusahaan Consumer Goods di BEI Tahun 2010-2013 No Variabel Tahun 2010 2011 2012 2013 1. Kep Institusional 2,76 5,42 2,98 9,67 Δ (%) - 96,37-45,06 9,67 2. Free Cash Flow 14,97 16,30 15,85 14,31 Δ (%) - 8,91-2,73-9,74 3. DER 1,07 0,71 0,79 1,12 Δ (%) - -33,50 11,24 41,85 Sumber : ICMD (Indonesia Capital Market Directory) 2010, 2011, 2012 dan 2013. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kepemilikan saham oleh institusi mengalami fluktuasi, dan di tahun 2010 rata-rata tingkat kepemilikan saham oleh institusi mencapai 2,76%. Mengalami kenaikan di tahun 2011 menjadi 5,42%, kemudian di tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 2,98% dan terakhir pada tahun 2013 mengalami peningkatan kembali hingga mencapai 9,67%. Rata-rata peningkatan hutang sebagai bentuk dari keputusan struktur modal (DER), pada tahun 2010 mencapai 1,07%, pada tahun 2011 menurun mencapai 0,71%, namun tahun berikutnya naik mencapai 0,79% di tahun 2012, dan naik kembali di tahun 2013 mencapai 1,12%. Rata-rata penggunaan hutang DER berfluktuasi berlawanan arah dengan fluktuasi tingkat kepemilikan institusional yang ada. Fenomena ini dapat dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahidahwati (2002) yang menyatakan bahwa adanya monitoring yang efektif oleh institutional ownership menyebabkan penggunaan hutang menurun.

7 Rata-rata free cash flow (FCF) pada tahun 2010 mencapai 14,97%, meningkat pada tahun 2011 mencapai 16,30%. Pada tahun 2012 FCF mengalami penurunan mencapai 15,85% dan di tahun 2013 kembali mengalami penurunan hingga mencapai 14,31%. Apabila kondisi ini dikaitkan dengan rata-rata fluktuasi DER, maka dapat di jelaskan FCF dan DER berbanding terbalik. Kondisi ini dapat dikaitkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasrizal et al., (2010) yang menemukan bahwa dalam kondisi dimana FCF dan DER berbanding terbalik maka berarti bahwa free cash flow belum mampu untuk mempengaruhi tingkat penggunaan hutang perusahaan dalam rangka untuk mengurangi agency cost. Penelitian terkait dengan kepemilikan institusional, free cash flow dan struktur modal telah banyak dilakukan diantaranya Nasrizal et al., (2010) ; Larasati, (2011) yang meneliti hubungan antara kepemilikan institusional dengan struktur modal khususnya keputusan terkait penggunaan hutang. Ditemukan hasil bahwa kepemilikan intitusional memiliki pengaruh positif dan signikan terhadap struktur modal khususnya penggunaan hutang. Ini berarti bahwa semakin besar kepemilikan institusional maka hutang akan atau dengan kata lain kepemilikan institusional dapat mensubstitusi fungsi hutang dalam mengatasi permasalahan agensi. Hasil berbeda ditemukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Fury dan Dina, (2011) yaitu kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap hutang dikarenakan adannya asumsi bahwa

8 para institusional ownership dapat memonitor perilaku manajer perusahaan secara efektif sehingga manajemen akan bekerja untuk kepentingan para pemegang saham. Monitoring yang efektif oleh institusional ownership menyebabkan penggunaan hutang menurun, karena peranan hutang sebagai Salah satu alat monitoring sudah diambil oleh institusional ownership, dengan demikian mengurangi agency cost of debt. Penelitian terkait hubungan antara free cash flow dengan struktur modal perusahaan khususnya keputusan penggunaan hutang diantaranya dilakukan oleh Indahningrum dan Ratih, (2009); Chen et al.,(2009) yang menemukan bahwa free cash flow memiliki pengaruh yang searah (positif) dengan struktur modal perusahaan khususnya keputusan penggunaan hutang. Semakin tinggi free cash flow maka akan semakin tinggi kebijakan hutang perusahaan. Hasil didasari teori yang menyatakan bahwa tekanan pasar akan mendorong manajer untuk mendistribusikan free cash flow kepada pemegang saham. Hasil berbeda ditemukan oleh Nasrizal et al., (2010) dan Mousa dan Chichti, (2011) yaitu Free Cash Flow tidak berpengaruh signifikan dan berhubungan negatif terhadap kebijakan hutang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa free cash flow belum mampu untuk mempengaruhi tingkat penggunaan hutang perusahaan dalam rangka untuk mengurangi agency cost. Arah free cash flow terhadap kebijakan hutang adalah negatif. Pengaruh ini ternyata mengindikasikan bahwa free cash flow dapat mensubstitusi fungsi hutang dalam mengurangi biaya agensi.

9 Berdasarkan fenomena dan empiris yang diuraikan pada latar belakang yang masih menunjukkan ketidak konsistenan hasil pengaruh antara variabel kepemilikan institusional dan free cash flow terhadap struktur modal, maka penelitian ini masih perlu dilakukan untuk memperjelas hubungan variabel-variabel tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap free cash flow perusahaan? 2) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan? 3) Apakah free cash flow berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh kepemilikan institusional terhadap free cash flow perusahaan. 2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh kepemilikan institusional terhadap strukur modal perusahaan.

10 3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh free cash flow terhadap struktur modal perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1) Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bentuk bukti empiris tentang keterkaitan kepemilikan institusional dan Free Cash Flow terhadap struktur modal perusahaan. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada manajemen perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan keuangan perusahaan.