BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 32/06/32/Th XIX, 2 Juni PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI MEI SEBESAR 103,94 (2012=100) Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat pada Mei (2012 =100) sebesar 103,94 atau naik sebesar 1,05 persen dibandingkan NTP April yang tercatat sebesar 102,87. Kenaikan NTP tersebut disebabkan oleh kenaikan Indeks Harga Diterima Petani (IT) sebesar 1,56 persen sementara Indeks Harga Dibayar Petani (IB) naik sebesar 0,51 persen. Mei empat Subsektor pertanian mengalami kenaikan NTP, tertinggi NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 1,64 persen dari 98,86 menjadi 100,48, diikuti NTP Subsektor Tanaman Pangan naik 1,25 persen dari 95,84 menjadi 97,03, NTP Subsektor Hortikultura naik 1,06 persen dari 110,83 menjadi 112,01, dan NTP Subsektor Peternakan naik sebesar 0,57 persen dari 113,12 menjadi 113,76. Sementara NTP Subsektor Perikanan mengalami penurunan sebesar 0,01 persen dari 101,39 menjadi 101,38. Di Daerah Perdesaan Jawa Barat Konsumsi Rumah Tangga pada Mei terjadi inflasi sebesar 0,61 persen. Lima dari tujuh kelompok pengeluaran mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada Kelompok Bahan Makanan inflasi sebesar 1,19 persen, Kelompok Sandang inflasi sebesar 0,53 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau inflasi sebesar 0,36 persen, Kelompok Perumahan inflasi sebesar 0,24 persen, dan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga inflasi sebesar 0,05 persen. Sementara dua kelompok lainnya mengalami deflasi. Kelompok deflasi tertinggi pada Kelompok Transportasi & Komunikasi sebesar 0,23 persen, dan Kelompok Kesehatan deflasi sebesar 0,06 persen. Mei, harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Petani Jawa Barat sebesar Rp. 4.409,45 per kilogram atau naik 0,47 persen dibandingkan harga GKP April Rp. 4.388,91. Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani naik 1,67 persen dari Rp. 4.955,17 menjadi Rp. 5.037,88. per kilogram, dan untuk Gabah Kualitas Rendah turun 0,36 persen dari Rp. 3.635,26 menjadi Rp. 3.622,25 per kilogram. Mei, rata-rata harga beras di Tingkat Penggilingan Rp. 9.637,30 per kilogram atau naik 2,77 persen dibandingkan April yang tercatat Rp. 9.377,19. Berdasarkan patahan (broken) beras, kualitas Beras Premium naik 1,84 persen dari Rp. 9.883,97 menjadi Rp. 10.065,83, sedangkan Medium naik 3,03 persen dari Rp. 9.149,35 menjadi Rp. 9.426,81, dan Beras kualitas Rendah naik 5,06 persen dari Rp. 8.300,00 menjadi Rp. 8.720,00. Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.32/06/32/Th.XIX, 2 Mei 1
A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani Sebagai proxy indikator kesejahteraan petani, Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dengan cara membandingkan dua indeks yaitu Indeks Harga Diterima Petani dengan Indeks Harga Dibayar Petani. Angka NTP menunjukkan kemampuan tukar (term of trade) komoditas hasil pertanian dengan barang dan jasa konsumsi petani baik untuk keperluan rumah tangga petani maupun biaya keperluan proses produksi. Semakin tinggi angka NTP maka ini berarti semakin kuat kemampuan daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga di 18 kabupaten di Provinsi Jawa Barat pada Mei NTP Jawa Barat mengalami kenaikan 1,05 persen dibandingkan NTP April dari 102,87 menjadi 103,94. Hal ini dikarenakan indeks harga hasil produksi pertanian, Indeks Harga Diterima Petani (IT) naik sebesar 1,56 persen sementara indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi petani atau Indeks Harga Dibayar Petani (IB) naik sebesar 0,51 persen. Mei empat Subsektor pertanian mengalami kenaikan NTP, tertinggi NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 1,64 persen dari 98,86 menjadi 100,48, diikuti NTP Subsektor Tanaman Pangan naik 1,25 persen dari 95,84 menjadi 97,03, NTP Subsektor Hortikultura naik 1,06 persen dari 110,83 menjadi 112,01, dan NTP Subsektor Peternakan naik sebesar 0,57 persen dari 113,12 menjadi 113,76. Sementara NTP Subsektor Perikanan mengalami penurunan sebesar 0,01 persen dari 101,39 menjadi 101,38. 2. Indeks Harga Diterima Petani (IT) Perkembangan Indeks Harga Diterima Petani (IT) menunjukkan fluktuasi harga komoditas yang dihasilkan petani. Pada Mei, IT Gabungan dari lima subsektor pertanian mengalami kenaikan sebesar 1,56 persen dibandingkan IT April dari 133,69 menjadi 135,78. Bila dirinci menurut subsektor, IT Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 2,07 persen dari 127,06 menjadi 129,68, IT Subsektor Tanaman Pangan naik 1,81 persen dari 128,17 naik menjadi 130,49, IT Subsektor Hortikultura naik 1,59 persen dari 146,70, menjadi 149,03, IT Subsektor Peternakan naik 1,02 persen dari 137,19 menjadi 138,59, IT Subsektor Perikanan naik 0,43 persen dari 128,96, menjadi 129,52. Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.32/06/32/Th.XIX, 2 Mei 2
3. Indeks Harga Dibayar Petani (IB) Harga barang dan jasa yang dikonsumsi petani baik untuk rumah tangga petani maupun kebutuhan proses produksi mengalami inflasi pada April sebesar 0,51 persen dari 129,97 menjadi 130,63. Seluruh IB lima subsektor mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada IB Subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 0,56 persen, IB Subsektor Hortikultura naik sebesar 0,52 persen, IB Subsektor Peternakan naik sebesar 0,45 persen, IB subsektor Perikanan naik sebesar 0,44 persen, dan IB Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 0,42 persen. Di Daerah Perdesaan Jawa Barat Konsumsi Rumah Tangga pada Mei terjadi inflasi sebesar 0,61 persen. Lima dari tujuh kelompok pengeluaran mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada Kelompok Bahan Makanan inflasi sebesar 1,19 persen, Kelompok Sandang inflasi sebesar 0,53 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau inflasi sebesar 0,36 persen, Kelompok Perumahan inflasi sebesar 0,24 persen, dan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga inflasi sebesar 0,05 persen. Sementara dua kelompok lainnya mengalami deflasi. Kelompok deflasi tertinggi pada Kelompok Transportasi & Komunikasi sebesar 0,23 persen, dan Kelompok Kesehatan deflasi sebesar 0,06 persen. Indeks yang dibayar petani untuk keperluan proses produksi, Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) pada Mei mengalami inflasi sebesar 0,25 persen. Berdasarkan kelompok, seluruh kelompok pengeluaran mengalami inflasi, tertinggi Kelompok Upah Buruh inflasi sebesar 0,38 persen, Kelompok Penambahan Barang Modal mengalami inflasi sebesar 0,28 persen, Kelompok Biaya Sewa & Pengeluaran Lainnya mengalami inflasi sebesar 0,23 persen, Kelompok Transportasi inflasi sebesar 0,19 persen, Kelompok Bibit inflasi sebesar 0,13 persen, dan Kelompok Pupuk, Obat-obatan & Pakan inflasi sebesar 0,07 persen. 4. Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Subsektor Pertanian a. NTP Tanaman Pangan NTP Subsektor Tanaman Pangan pada Mei mengalami kenaikan sebesar 1,25 persen dari 95,84 menjadi 97,03, hal ini disebabkan oleh indeks yang diterima petani (IT) naik sebesar 1,81 persen sedangkan indeks yang dibayar petani (IB) naik 0,56 persen. Naiknya IT Subsektor Tanaman Pangan dikarenakan IT Subkelompok Padi naik sebesar 1,99 persen dan Subkelompok Palawija naik 0,84 persen. Di sisi pengeluaran petani, IB mengalami kenaikan sebesar 0,56 persen akibat IB Sub Kelompok Konsumsi Rumah tangga (IKRT) inflasi 0,63 persen sementara IB Subkelompok Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal (BPPBM) inflasi 0,32 persen. b. NTP Hortikultura Mei, Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura mengalami kenaikan sebesar 1,06 persen dari 110,83 menjadi 112,01, hal ini disebabkan indeks diterima petani (IT) naik 1,59 persen sedangkan indeks dibayar petani (IB) naik sebesar 0,52 persen. Naiknya IT Hortikultura akibat IT Subkelompok Buah-buahan naik 0,30 persen, dan IT Subkelompok Sayur-sayuran naik 2,87 persen sementara IT Subkelompok Tanaman Obat turun 0,17 persen. Di sisi pengeluaran, IB Subsektor Hortikultura mengalami inflasi sebesar 0,52 persen akibat IB Subkelompok Konsumsi Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.32/06/32/Th.XIX, 2 Mei 3
Rumah Tangga deflasi 0,63 persen dan Subkelompok Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal mengalami inflasi sebesar 0,15 persen. c. NTP Tanaman Perkebunan Rakyat NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada Mei mengalami kenaikan sebesar 1,64 persen dibandingkan April dari 98,86 menjadi 100,48. Hal ini disebabkan oleh Indeks Diterima Petani (IT) mengalami kenaikan sebesar 2,07 persen dan Indeks Dibayar Petani (IB) naik sebesar 0,42 persen. Untuk kelompok pengeluaran, IB Subkelompok Konsumsi Rumah Tangga mengalami inflasi sebesar 0,58 persen sedangkan IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal inflasi sebesar 0,10 persen. d. NTP Peternakan Mei, NTP Subsektor Peternakan pada posisi 113,76 tercatat mengalami kenaikan 0,57 persen dari NTP April sebesar 113,12. Indeks Diterima Petani (IT) naik sebesar 1,02 persen dan Indeks yang Dibayar Petani (IB) naik sebesar 0,45 persen. Bila dirinci per subkelompok, Subkelompok Ternak Besar naik sebesar 0,26 persen, Subkelompok Ternak Kecil naik sebesar 0,28 persen, Subkelompok Unggas naik sebesar 1,89 persen, dan Subkelompok Hasil Ternak naik sebesar 0,78 persen. Di sisi pengeluaran petani, Indeks Dibayar Petani (IB) mengalami kenaikan 0,45 persen akibat IB Konsumsi Rumah Tangga turun sebesar 0,62 persen, sementara IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal naik sebesar 0,30 persen. e. NTP Perikanan Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan pada Mei mengalami penurunan sebesar 0,01 persen dibandingkan April dari 101,39 menjadi 101,38. Hal ini terjadi akibat indeks Diterima Petani (IT) naik sebesar 0,43 persen sementara Indeks Dibayar Petani (IB) naik sebesar 0,44 persen. Dari sisi pendapatan petani, IT Subkelompok Penangkapan Ikan turun 0,34 persen dan IT Subkelompok Budidaya naik 0,50 persen. Dari sisi pengeluaran, Indeks yang dibayar (IB) mengalami kenaikan sebesar 0,44 persen akibat IB Konsumsi Rumah tangga naik 0,48 persen, sementara IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal tidak mengalami mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen. Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.32/06/32/Th.XIX, 2 Mei 4
1. Tanaman Pangan Subsektor Indeks April Mei Perubahan Mei Thd April (%) [1] [2] [3] [4] a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 128,17 130.49 1.81 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 133,73 134.48 0.56 c. Nilai Tukar Petani (NTP-TP) 95,84 97.03 1.25 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 102,82 104.36 1.49 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 146,70 149.03 1.59 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 132,36 133.05 0.52 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 110,83 112.01 1.06 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 121,57 123.32 1.43 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 127,06 129.68 2.07 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 128,52 129.06 0.42 c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 98,86 100.48 1.64 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 110,01 112.18 1.97 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 137,19 138.59 1.02 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 121,28 121.83 0.45 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 113,12 113.76 0.57 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 124,91 125.80 0.71 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 128,96 129.52 0.43 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 127,20 127.76 0.44 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 101,39 101.38-0.01 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 114,29 114.41 0.10 6. Gabungan a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 133,69 135.78 1.56 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 129,97 130.63 0.51 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 102,87 103.94 1.05 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 112,27 113.73 1.30 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.32/06/32/Th.XIX, 2 Mei 5
Indeks Gabungan Subsektor Kelompok/Sub Kelompok April Mei Perubahan Mei Thd April [1] [2] [3] [4] 1. INDEKS HARGA YANG DITERIMA PETANI 133,69 135.78 1.56 2. INDEKS HARGA YANG DIBAYAR PETANI 129,97 130.63 0.51 2.1. KONSUMSI RUMAH TANGGA 136,59 137.43 0.61 2.1.1. Bahan Makanan 145.55 147.29 1.19 2.1.2. Makanan Jadi 138,49 138.98 0.36 2.1.3. Perumahan 126,35 126.65 0.24 2.1.4. Sandang 127,52 128.20 0.53 2.1.5. Kesehatan 121,71 121.65-0.06 2.1.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 123,11 123.17 0.05 2.1.7. Transportasi dan Komunikasi 126,50 126.21-0.23 2.2 BIAYA PRODUKSI DAN PENAMBAHAN 119,08 119.38 0.25 BARANG MODAL 2.2.1. Bibit 119,20 119.36 0.13 2.2.2. Pupuk dan Obat-obatan 113,68 113.76 0.07 2.2.3. Biaya Sewa dan Pngeluaran Lain 115,27 115.54 0.23 2.2.4. Transportasi 133,94 134.19 0.19 2.2.5. Penambahan Barang Modal 117,00 117.33 0.28 2.2.6. Upah Buruh 123,78 124.25 0.38 3. NILAI TUKAR PETANI 102,87 103.94 1.05 4. NILAI TUKAR USAHA PERTANIAN 112,27 113.73 1.30 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.32/06/32/Th.XIX, 2 Mei 6
5. Perbandingan NTP Enam Provinsi di Pulau Jawa Dari enam provinsi di Pulau Jawa, empat provinsi mengalami kenaikan NTP pada Mei, kenaikan tertinggi pada NTP Jawa Barat naik 1,05 persen, diikuti NTP Jawa tengah naik 0,90 persen, NTP Jawa Timur naik sebesar 0,31 persen, dan NTP Banten naik sebesar 0,17 persen. Sementara dua provinsi mengalami penurunan yaitu NTP DKI Jakarta turun 0,96 persen, dan NTP DI Yogyakarta turun 0,23 persen. Secara Nasional, NTP Mei dibandingkan April mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen dari 100,01 menjadi 100,15. Provinsi NTP April Mei Perubahan Mei Thd April (%) [1] [3] [3] [4] DKI Jakarta 99,22 98.26-0.96 Jawa Barat 102,87 103.94 1.05 Jawa Tengah 97.81 98.70 0.90 DI Yogyakarta 101,64 101.41-0.23 Jawa Timur 101,84 102.16 0.31 Banten 98.69 98.86 0.17 Nasional 100.01 100.15 0,14 B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH Mei, harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Petani Jawa Barat sebesar Rp. 4.409,45 per kilogram atau naik 0,47 persen dibandingkan harga GKP April Rp. 4.388,91. Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani naik 1,67 persen dari Rp. 4.955,17 menjadi Rp. 5.037,88 per kilogram, dan untuk Gabah Kualitas Rendah turun 0,36 persen dari Rp. 3.635,26 menjadi Rp. 3.622,25 per kilogram. Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.32/06/32/Th.XIX, 2 Mei 7
1. Harga Gabah Tertinggi dan Terendah Mei, jumlah transaksi gabah yang terpantau melalui Survei Monitoring Gabah di Jawa Barat sebanyak 248 transaksi, tersebar di 16 Kabupaten Jawa Barat. Diantaranya transaksi GKP sebanyak 199 observasi (80,24 persen), transaksi GKG sebanyak 33 observasi (13,31 persen) dan transaksi Gabah Kualitas Rendah sebanyak 16 observasi (6,45 persen). Dari hasil pengamatan, harga transaksi GKP di Tingkat Petani yang terendah sebesar Rp, 3.700,00 per kilogram terjadi di Kabupaten Garut (2 observasi) dan Kabupaten Cirebon (4 observasi) dengan harga di Tingkat Penggilingan antara Rp, 3.800,00 akibat adanya ongkos angkut dari lokasi transaksi GKP ke penggilingan terdekat Rp. 100,- per kilogram. Harga transaksi GKP tertinggi di Tingkat Petani sebesar Rp. 5.200,00,- dijumpai di Kabupaten Bekasi (2 observasi) dengan harga di Tingkat Penggilingan sebesar Rp. 5.370,00. Untuk transaksi GKG di Jawa Barat pada Mei harga transaksi di Tingkat Penggilingan secara rata-rata sebesar Rp. 5.156,06 per kilogram, dimana harga GKG Penggilingan yang terendah sebesar Rp. 4.800,00,- per kilogram dijumpai di Kabupaten Sumedang (6 observasi). Harga GKG Penggilingan tertinggi sebesar Rp, 5.800,00,- per kilogram dijumpai di Kabupaten Bandung (2 observasi). Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.32/06/32/Th.XIX, 2 Mei 8
Kelompok Kualitas Gabah Jumlah Observasi (%) Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg) Terendah Tertinggi Rata-Rata Rata-rata Harga di Tingkat Penggilingan HPP Di Tingkat Penggilingan [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] GKG 33 (13.31 %) 4.700,00 5.700,00 5.037,88 5.156,06 4.600,00 GKP 199 (80.24 %) 3.700,00 5.200,00 4.409,45 4.512,24 3.750,00 Rendah 16 (6.45 %) 2.700,00 4.500,00 3.622,25 3.718,63 - Jumlah 248 (100,00 %) Keterangan : GKG (Gabah Kering Giling) : Kadar Air 14,00 % dan Kadar Hampa/Kotoran 3,00 % GKP (Gabah Kering Panen) : Kadar Air (14,01 % - 25,00 %) dan Kadar Hampa/Kotoran (3,01 % - 10,00 %) Rendah (di luar Kualitas) : Kadar Air > 25,00 % dan Kadar Hampa/Kotoran > 10,00 % 2. Kasus Gabah Kualitas Rendah Transaksi Gabah Kualitas Rendah pada Mei terpantau sebanyak 16 observasi dari total transaksi 248 observasi atau 6,45 persen, yaitu dijumpai terjadi di Kabupaten Sukabumi sebanyak 10 observasi, dan Kabupaten Bogor 6 observasi. Harga terendah Gabah Kualitas Rendah di Tingkat Petani sebesar Rp, 2.700,00,- per kilogram terjadi di Kabupaten Bogor (1 observasi), dan Gabah Kualitas Rendah dengan harga tertinggi sebesar Rp, 4.500,00,- juga dijumpai di Kabupaten Bogor (1 observasi). C. PERKEMBANGAN HARGA BERAS DI TINGKAT PENGGILINGAN Pemantauan harga beras di Tingkat Penggilingan pada Mei dilakukan di 16 Kabupaten Jawa Barat yang tersebar di 49 Kecamatan dengan jumlah observasi sebanyak 150 transaksi. Diantaranya Beras Premium sebanyak 69 observasi (46 persen), Beras Medium 66 observasi (44 persen) dan Beras kualitas Rendah 15 observasi (10 persen). Pada Mei, rata-rata harga beras di Tingkat Penggilingan sebesar Rp. 9.637,30 per kilogram atau mengalami kenaikan sebesar 2,77 persen dibandingkan harga beras April yang tercatat sebesar Rp. 9.377,19. Berdasarkan kualitas beras yang dikelompokkan menurut patahan (broken) beras, Beras Premium naik 1,84 persen dari Rp. 9.883,97 menjadi Rp. 10.065,83, sedangkan Beras Medium naik 3,03 persen dari Rp. 9.149,35 menjadi Rp. 9.426,81, dan Beras kualitas Rendah naik 5,06 persen dari Rp. 8.300,00 menjadi Rp. 8.720,00. Perkembangan harga beras di penggilingan menunjukkan pola yang fluktuatif. Sepanjang Mei sampai Mei, penurunan rata-rata harga terjadi di lima bulan yaitu pada Agustus, November, Desember, Maret, dan April dengan harga terendah sebesar Rp, 9.242,00 per kilogram terjadi pada Agustus. Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.32/06/32/Th.XIX, 2 Mei 9
11000.00 10000.00 9000.00 8000.00 PREMIUM MEDIUM 7000.00 RENDAH RATA-RATA 6000.00 MEI'16 JULI'16 SEP'16 NOV'16 JAN'17 MAR'17 MEI'17 Kelompok Kualitas Mei Juni Juli Ags Sept Rata-rata Harga Beras per Kg Okt [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] Premium 9.617 9.957 9.853 9.696 9.900 9777 9924 9757 9787 9936 10095 9884 10066 Medium 9.143 9.190 9.314 8.804 8.943 9135 9139 9171 9342 9334 9019 9149 9427 Rendah 8.033 8.763 8.760 8.620 8.450 8843 8722 8950 8829 8900 7943 8300 8720 Rata-rata 9.374 9.475 9.519 9.242 9.307 9407 9407 9390 9474 9568 9456 9377 9637 Keterangan : Premium : Kadar Broken 10,00 % Medium : Kadar Broken (10,01 % - 20,00 %) Rendah : Kadar Broken > 20,00 % Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No.32/06/32/Th.XIX, 2 Mei 10