BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan dan mampu bersaing dengan bangsa lain, namun mengelola dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pendidikan sangat penting dilakukan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat madani ( civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

SKRIPSI. Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh WILUDJENG HERAWATI NIM.

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

(Analisis Semiotika Terhadap Film Garuda di Dadaku)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. penyebab gagalnya penanaman nilai dan moral pada siswa dan generasi. muda pada umumnya. Menurunnya moralitas, pejabat yang korup,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROUND TABLE DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini dan masa depan peran pendidikan semakin penting,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi seluruh umat manusia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan seperti. Tahun 2003, yang menjelaskan bahwa :

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMETAAN SK KD. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan pengertian norma, kebiasaan dan adat istiadat. Menjelaskan manfaat norma

warga negara yang diandalkan oleh bangsa dan negara.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

2015 PENERAPAN MODEL VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) TIPE ANALISIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah pendidikan sudah tidak asing lagi bagi manusia, Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. oleh tiap-tiap individu sebagai warga negara. Karena itu, apakah negara tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran penanaman nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

KISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dimasa sekarang maupun dimasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Menurut (Djamarah, 1994:19), prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebuah pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini darahkan pada masing-masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai maknakata prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk memudahkan dalam memahami lebih mendalam tentang pengertian prestasi belajar itu sendiri. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan belajar menurut para ahli. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjaka, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Mas ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan,hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja. Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun inti sama

yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu,dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,diciptakann,yang menyenangkan hati,yang diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Menurut Slameto (2010: 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktifitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan menurut Winkel (2000:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Ditambah bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar. Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau tarap kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan

kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian akan diwujudkan dalam angka atau pernyataan. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, prestasi yang baik tentu akan didapat dengan proses belajar yang baik juga. Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bias menjadi bisa,dari perilaku lama keperilaku yang baru, dari pemahaman lama kepmahaman baru. 1) Faktor Dari Dalam Diri a) Intelegensi Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan prestasi belajar anak Menurut Garedner dalam teori Multiple Intelegece, intelegensi memiliki tujuh dimensi semiotonom, yaitu linguistic, music, matematik logis, visual special, kinestetik fisik, social interpersonal dan intra personal. b) Kesehatan Apabila kesehatan anak tergangu sering sakit kepala, pilek, demam dan lain-lain, maka dalam hal ini dapat mempengaruhi pada keberhasilan prestasi belajar, secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa juga konflik juga dapat mempengaruhi prestasi belajar. c) Cara Belajar Perlu untuk diperhatikan teknik belajar, bentuk cacatan buku, pengaturan waktu belajar, dan tempat serta fasilitas belajar.

2) Faktor Dari Luar Keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak, pendidikan orang tua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orang tua, dukungan orang tua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak. a) Sekolah Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, rasio jumlah murid per kelas, juga mempengaruhi anak dalam proses belajar. b) Masyarakat Menurut Slameto (2010) secara psikologi adalah apabila masyarakat sikitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan bermoral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini juga dapat sebagai pemicu anak untuk berprestasi. 2. Motivasi a.pengertian Motivasi Menurut Syamsuddin Makmun dalam (akhmadsudrajat). Mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegitan; (2) frekuensi kegitan; (3) prestasi pada kegiatan; (4) ketabahan, dan keuletan dalam menghadapi rintangandan kesulitan,(5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat apresiasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang akan dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.

Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pedidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini ada 2(dua) hal; ( 1 ) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari, dan ( 2 ) mengetahui apa yang akan dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal itu perlu dipelajari) maka kegiatan belajar mengajar akan sulit. Persoalan motivasi ini tergantung pada unsure pengalaman dan interest. Sebagai contoh misalnya pada suatu ketika seseorang yang kebetulan memiliki spsialis bidang sejarah, kemudian diajak temannya menghadiri ceramah tentang matematika untuk pembinaa guru-guru matemtika, jelas seseorang tadi tidak akan interest dan bahkan tidak akan mendapatkan pengalaman yang berarti. Ini sebagai ilustrasi bahwa seseorang tadi jelas tidak dilandasi dengan motivasi. Tidak mengetahui yang harus dipelajari dan juga dipandang tidak perlu meningkatkan dirinya sebagai guru matematika. Sehingga dalam mengikuti ceramah tadi tidak akan terjadi proses belajar yang baik pada dirinya. b. Fungsi Motivasi Fungsi motivasi dalam belajar menurut Djamarah (2002:123) adalah sebagai berikut:

1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Anak didik pun mengambil sikap seiring dengan minat terhadap suatu objek. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar. 2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, kemudian menjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Anak didik sudah melakukan aktifitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. 3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajarn tertentu tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata

pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang akan dicari. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang akan memberi motivasi kepada anak didik dalam belajar. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka harus dilakukan suatu upaya agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Dengan demikian siswa yang bersangkutan dapat mencapai hasil belajar atau prestasi belajar yang optimal. c. Peran motivasi Dalam Belajar Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perbuatan. Perbutan belajar pada siswa terjadi karena adanya motivasi untuk melakukan perbutan belajar. Motivasi dipandang berperan dalam berperan dalam belajar karena motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut: 1) Motivasi menentukan tingkat berhasilatau kegagalan perbutanbelajar siswa. Belajar tanpa motivasi kiranya sulit untuk berhasil. 2) Pengajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh siswa. 3) Pengajaran yang bermotivasi membentuk aktivitas dan imaginitas pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang sesuai dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivassi

belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa-siswa pada akhirnya memilik (self motivation) yang baik. (pakdesofa.plas.com) Disimpulkan bahwa motivasi menentukan tingkat berhasil tidaknya kegiatan belajar siswa. Motivasi menjadi salah factor yang menentukan belajar yang efektif. d. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Menurut Winkel (1996) untuk membantu siswa yang memiliki motivasi belajar rendah perlu diadakan suatu upaya dari guru agar siswa yang bersangkutan untuk dapat meningkatkan motivasi belajarnya. Untuk itu upaya yang dapat dilakukan seorang guru menurut Dimyati (1994) dalam (pakdesofa.blog2.plasa) adalah sebagai berikut: 1. Memberi kesempatan pada siswa mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya. 2. Meminta kesempatan kepada orang tua siswa agar memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar. 3. Memamnfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar. 4. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar. Pada tingkat ini guru memperlakukan upaya belajar merupakan aktualitas diri siswa. Menurut Yusuf (1992) dalam (pakdesofa.blog2.plasa) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan motivasi siswa, guru mempunyai peran sebagai berikut: 1. Menciptakan lingkungan belajar yang merangsang anak untuk belajar.

2. Memberi reinforcement bagi tingkah laku yang menunjukkan motif. 3. Menciptakan lingkungan kelas yang dapat mengembangkan curiocity dan kegemaran siswa belajar. Dengan adanya perlakuan semacam ini dari guru diharapkan siswa mampu membangkitkan motivasi belajarnya dan tentunya harapan yang paling utama adalah siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Tentunya untuk mencapai prestasi belajar tersebut tidak akan terlepas dari upaya yang dilakukan oleh guru dalam memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa agar dapat meningkatkan motivasi belajar. 3. Value Clarification Technique (VCT) a. Pengertian VCT Menurut Sanjaya (dalam Tanireja. 2011:88) mata pelajaran yang lebih menitik beratkan pada ranah afektif seperti Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sangat tepat menggunakan pembelajaran VCT. PKn dan mata pelajaran sejenisnya berada pada ranah sikap yaitu penanaman nilai, moral dan norma-norma baku seperti rasa sosial, nasionalisme, bahkan system keyakinan. Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya mampu mengekplorasi internal side sesorang dan salah satu dari internal side adalah sikap. Sikap merupakan posisi seseorang atau keputusan seseorang sebelum berbuat. Sikap adalah ambang batas seseorang antara sebelum melakukan sesuatu. Untuk mengubah sikap inilah maka biasa menggunakan model pembelajaran VCT.

b. Bentuk VCT Menurut (Djahiri 1985 dalam Tanireja.. 2011:90) ada beberapa bentuk VCT. Pada kesempatan ini peneliti memilih bentuk VCT dengan tehnik inkuiri nilai. Metode model VCT dengan menggunakan tehnik inkuiri nilai dengan pertanyaan yang acak, maka dengan cara ini siswa berlatih berpikir kritis, analis, rasa ingin tahu dan sekaligus mampu merumuskan berbagai hipotesa/ asumsi yang berusaha mengungkap sesuatu nilai atau system nilai atau system nilai yang ada atau dianut, atau bahkan yang menyimpang. c. Kebaikan-kebaikan VCT Menurut Djahiri (dalam Tanireja. 2011:91) VCT memiliki keunggulan untuk pembelajaran efektif karena: 1. Mampu membina dan menanamkan nilai dan moral pada ranah internal side. 2. Mampu mengklarifikasi/ menggali dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan, selanjutnya akan memudahkan bagi guru untuk menyampaikan makna/ pesan nlai/ moral. 3. Mampu mengklarifikasi dan menilai kwalitas nilai moral dari siswa, melihat nilai yang ada pada diri orang lain dan memahami nilai moral 4. Mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama mengembangkan nilai sikap. 5. Mampu memberikan sejumlah pengalaman belajar dari berbagai kehidupan.

d. Kelemahan-kelemahan VCT Menurut Tanireja.T., Faridli.E., Harmianto.S. (2011:92) ada beberapa kelemahan-kelemahan VCT diantaranya: 1. Apabila guru/ tidak meiliki kemampuan melibatkan peserta didik dengan keterbukaan, saling pengertian dan penuh kehangatan maka siswa akan memunculkan semu atau imitasi/ palsu. Siswa akan bersikap menjadi siswa yang sangat baikideal patuh dan penurut namun hanya bertujuan untuk menyenangkan guru atau memperoleh nilai yang baik. 2. Sistem nilai yang dimiliki dan tertanam guru/ dosen, siswa dan masyarakat yang kurang atau tidak baku dapat mengganggu tercapainya target nlai baku yang ingin dicapai/ nilai etik. 3. Sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru/ dosen dalam mengajar terutama memerlukan kemampuan/ ketrampilan bertanya tingkat tinggi yang mampu mengungkap dan menggali nilai yang ada dalam diri siswa. 4. Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar (SD) a. Pengertian PKn Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dikenalkan di sekolah-sekolah dasar merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan

Negara (penjelasan Pasal 39 Undang-Undang No 2 Tahun 1989, tentang Sistim Pendidikan Nasional) Menurut Zamroni (dalam Taniredja dkk., 2009:3) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiap warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah suatu learning proses yang tidak dapat begitu saja meniru dan mentranformasikan nilai-nilai demokrasi. Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilakum politik sehingga yang bersangkutan memiliki political knowledge, awareness, ttitude, political efficacy dan political participation, serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional dan menguntungkan bagi dirinya sendiri juga bagi masyarakat dan bangsa. b. Tujuan PKn SD Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab,dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3. Berkembang secara demokratis untuk membentuk diri berdasarkan ikarakter-karakter masyaraket Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Replublik Indonesia Nomor: 22, 23, 24 Tahun 2006). c. Ruang Lingkup PKn SD Ruang lingku mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah sebagai berikut: 1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi; hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebangaa sebagai bangsa Indonesia,Sumpah Pemuda, Keutuhan NKRI, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI keterbukaan dan jaminan keadilan. 2. Norma hukum dan persatuan meliputi; Tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib sekolah, norma yang berlaku di masrakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, hokum dan peradilan internasional. 3. Hak asasi manusia meliputi; hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban masyarakat, instrument Nasional dan Internasional, HAM, Pemajuan Penghormatan, dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warganegara meliputi; hidup gotong royong. Harga diri sebagai masyarakat, kebesan beroganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pedapat (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 22, 23, 24 Tahun 2006). d. Materi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD Materi penelitin yang di gunakan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bantar 05 adalah mengacu pada silabus kelas IV smester I Untuk Siklus I (satu) dan untuk jam pertemuan ke I (satu) dan jam pertemuan ke II (dua) yaitu dengan Standar Kompetensi I. Memahami sistim pemerintahan desa dan dengan Kompetesi Dasar I.I Mengenal lembaga-lembaga desa. Untuk siklus ke II (dua) jam pertemuan III dan jam pertemuan ke IV adalah Standar Kompetensi I. Memahami system pemerintahan desa dan Kompetensi Dasar I.2 Menggambarkan struktur organisasi pemerintahan desa, (Silabus Kelas IV Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006). 1) Pemerintahan Desa a) Definisi Pemerintahan Desa Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Replublik Indonesia. Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/ kota,dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah.berbeda dengan kelurahan, Desa berhak mengatur wilayah lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat dirubah statusnya menjadi kelurahan. 2) Kewenangan-kewenangan desa a) Menyelenggarakan urusan pemerintahan yangsudah ada berdasarkan hak asal-usul desa b) Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang mejadi kewenangan Kabupaten/ kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa. yakni urusanpemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayana n masyarakat.3 c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi d. Urusan pemerintah lainnya yang diserahkan urusan kepada desa. B. Hasil Penelitian yang Relevan Ada beberapa penelitian yang relevan untuk mengetahui berhasil tidaknya pembelajaran, dengan menggunakan pendekatan metode VCT. Seperti yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya: 1. Penelitian yang telah dilakukan oleh Tri Rudiyati di Sekolah Dasar Negeri Kranji 02 kecamatan Purwekerto timur kabupaten Banyumas,

dengan dengan judul Efektivitas Metode Value Clarivication Tecqueh (VCT) Sebagai Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran PKn. Ternyata berhasil karena dia memperoleh data bahwa, yang semula sebelum di lakukan penelitian tndakan kelas denan nilai ratarata kelas 63,00% dan setelah di lakuan penelitian nilai rata-rata kelas naik menjadi 85,43%. 2. Penelitian yang telah di lakukan oleh Sutarto tahun pelajaran 2008/2009 di SMP PGRI 1 Puring kabupaten Kebumen dengan judul Upaya Peningkatan Kedisiplinan Siswa Terhadap Tata Tertib Sekolah Melalui Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Menggunaan ValueClarification Technique (VCT) Di Kelas IX B SMP PGRI I Puring Kabupaten Kebumen, yang memperoleh data sebagai berikut, sebelum di lakukan penelitian keberhasilan rata-rata kelas 81,21% dan setalah di lakukan penelitian nilai rata-rata kelas menjadi 87,40% Berdasarkan uraian data di atas maka penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan Value Clarification Technique (VCT) behasil untuk meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa pada materi Pendidikan Kewarganegaraan.. C. Kerangka Berpikir Dalam proses pembelajaran PKn yang dilakukan oleh guru sebelumnya, secara umum masih menggunakan metode ceramah, sehingga proses belajar

mengajar disimpulkan membosankan yang berdampak pada prestasi dan motivasi rendah. Melalui penelitian dan penerapan VCT siswa dikondisikan untuk memahami konsep dan prinsip pembelajaran PKn, prestasi dan motifasi belajar siswa meningkat: seperti pada gambar kerangka berpikir di bawah ini: Kondisi Awal Belum menggunakan VCT Prestasi dan Motivasi PKn Rendah Siklus I Tindakan Menggunakan VCT Siklus II Kondisi Akhir Prestasi dan Motivasi Belajar PKn Meningkat Gambar 2.1 Kerangka Berpikir D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan refleksi kerangka berpikir maka peneliti menerapkan atau menggunakan hipotesa tindakan dengan Value Clarification Technique (VCT). Dengan demikian dapat diduga bahwa pembelajaran dengan VCT untuk dapat:

1. Meningkatkan prestasi belajar PKn materi sistem pemerintahan desa melalui Value Clarification Technique (VCT) di kelas IV (empat) SD Negeri Bantar 05. 2. Meningkatkan motivasi belajar PKn materi sistem pemerintahan desa melalui Value Clarification Technique (VCT) di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bantar 05.