BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) adalah. keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sudut panang medis. Rentang adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut sudut

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. utuh sebagai manusia. Melalui pendekatan proses keperawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang

mengalami gangguan jiwa ditemukan di negara-negara berpenghasilan rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa (Yosep, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan mental (jiwa) yang sekarang banyak dialami masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO, 2011).

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. somato-psiko-sosio-kultural-spiritual. Dalam mencari penyebab gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005). Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pada beberapa Negara industri maju dan Negara berkembang seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. masalah pada kehidupan tidak terkecuali problem sosial. kurangnya adaptasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan terus

BAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh gangguan jiwa. Skizofrenia adalah penyakit yang menyebabkan. yang mengakibatkan perilaku psikotik, gangguan dalam memproses

Transkripsi:

55 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) adalah berbagai karateristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian (WHO, 2011). (WHO, 2011) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit. Orang yang memiliki kesejahteraan emosional, fisik, dan sosial dapat memenuhi tanggung jawab kehidupan, berfungsi dengan efektif dalam kehidupan sehari-hari, dan puas dengan hubungan interpersonal dan diri mereka sendiri (Videbeck, 2008). Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, sehat adalah dalam keadaan bugar dan nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah bersifat relatif karena bersifat subjektif sesuai dengan orang yang merasakannya. Dalam hal ini kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, pesikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku koping yang efektif, kondisi dari yang positif, serta kesetabilan emosional (Jhonson, 2007 dalam Direja, 2011).

56 Kesehatan Jiwa adalah suatu keadaan sejahtera di kaitkan dengan kebahagiaan, kegembiraan, kepuasan, pencapaian, optimis, atau harapan. bagaimanapun juga istilah ini sulit untuk di definisikan, dan makna dapat berubah apa bila dihubungkan dengan orang lain dan situasi kehidupan tertentu. Beberapa pendapat menyatakan bahwa kesehatan jiwa bukanlah konsep yang sederhana atau hanya tentang satu aspek dari perilaku. Sebaliknya, kesehatan jiwa melibatkan sejumlah kriteria yang terdapat dalam suatu rentang. Walaupun tidak ada yang mencapai ideal dalam memenuhi semua kriteria, kebanyakan orang dapat mendekati optimal. Kriteria sehat jiwa berikut ada enam kriteria sebagai indikator sehat jiwa: Sikap positif terhadap diri sendiri, berkembang, aktualisasi diri dan ketahanan diri, integrasi, otonomi, persepsi sesuai realitas, penguasaan lingkungan, sikap positif terhadap diri sendiri meliputi penerimaan diri sendiri dan kesadaran diri. Seseorang harus memiliki objektifitas tentang dirinya dan aspirasi yang realistis dan perlu berubah sesuai usia. Orang yang sehat juga harus mempunyai perasaan tentang identitas, kebutuhan, rasa, memiliki, rasa aman dan kebermaknaan (Keliat, Suart & Pasaribu, 2016) Jiwa yang sehat sulit didefinisikan dengan tepat. Meskipun demikin, ada beberapa indicator untuk menilai kesehatan jiwa. Menniger (2010) mendefinisikan orang yang sehat jiwanya adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat dan bahagia.

57 Patrick (2010) mendefinisikan orang yang sehat jiwa adalah orang yang bebas dari gejala gangguan psikis, serta dapat berfungsi optimal sesuai apa yang ada padanya. Clasuen (2010) mengatakan bahwa orang yang sehat jiwa adalah orang yang dapat mencegah gangguan mental akibat berbagai setresor, serta di pengaruhi oleh besar kecilnya stresor, intensitas, makna, budaya, kepercayaan, agama, dan sebagainya. Kesehatan jiwa ini mulai berkembang pesat karena menggunakan metode pelayanan public health service, dalam hal ini peran perawat pembantu menjadi peran aktif dalam tim kesehatan untuk mengobati (Farida, 2010). Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang perasaan mencangkup aspek konsep diri, kebugaran dan kemampuan mengendalikan diri (Riyadi, Suyono dan Teguh, 2009). perilaku di tunjukan oleh individu dengan gangguan jiwa tentu tidak sesuai dengan perilaku yang sewajarnya seperti pada individu normal pada umumnya gangguan jiwa yang sering di alami oleh individu yaitu skozofrenia dimana penyebabnya yaitu faktor genetik, virus, auto antibody dan malnutrisi (Yosep, 2011) Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Dominingues et al (2009) pasien skozofrenia mengalami gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif meliputi halusinasi, delusi, bicara dan perilaku tidak teratur, mereka juga mengalami gejala negatif misalnya efek datar, apatis dan penarikan

58 sosial, kondisi yang demikian menyebabkan gangguan fungsi diberbagai segi. Stress dan gangguan jiwa kini tengah melanda calon legislatif. Menurut beberapa ahli ilmu jiwa, stress tersebut terjadi karena seorang individu gagal memaknai kehidupan. Kita akan sehat jiwa jika kita memiliki jati diri sebagai bangsa, bahkan ahli jiwa moderen menyarankan agar bangsa tidak meninggalkan sifat-sifat religiusitas dan agama agar jiwa kita selalu sehat. Akibat dari halusinasi pasien skozofrenia sering menyebabkan terjadinya kemunduran dalam melakukan aktifitas sehari-hari, hilangnya motivasi dan tanggung jawab, menghindari dari kegiatan dan hubungan sosial. Halusinasi yang mengancam dapat beresiko menimbulkan perilaku kekerasan. Faktor presipitasi halusinasi dapat berupa biologis, sosial budaya, sedangkan waktu munculnya halusinasi dapat pagi, siang sore, maupun malam hari (Abdul, 2012). Skizofrenia di alami oleh banyak orang di dunia. Ada sekitar 28 juta orang di dunia yang menderita skizofrenia di seluruh dunia (WHO, 2016). Di Indonesia sendiri, ada sekitar 6% penduduk di Indonesia berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa skizofrenia pada tahun 2016. Angka kejadian gangguan jiwa berat di Jawa Tengah lebih tinggi dari angka tersebut, yaitu sebanyak 2,3 per 1.000 penduduk. Hai ini menunjukkan, angka kejadian gangguan jiwa berat di Jateng cukup tinggi (Sidakaton, 2011).

59 Data rekam medis rumah sakit jiwa Banyumas di Ruang Nakula saja pada tahun 2016 schizofrenia terinci merupakan diagnosa pertama terbesar setelah schizofrenia paranoid dengan jumlah kasus mencapai atas 311 pasien untuk halusinasi dan untuk perilaku kekerasan sendiri mencapai 306, isolasi sosial mencapai 13 pasien, dan harga diri rendah mencapai 9 pasien (Rekam Medik RSUD Banyumas). RSUD Banyumas merupakan rumah sakit sayang jiwa, kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan secara menyeluruh. Bukan sekadar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Dari data yang didapatkan penulis di atas, jumlah pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi di Ruang Nakula RSUD Banyumas cukup tinggi yaitu sebanyak 311 kasus atau jika di prosentasikan mencapai 30 %, sehingga penulis tertarik untuk lebih mendalami tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi agar nantinya dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal kepada klien. Berdasarkan data dan permasalahan diatas dengan melihat akibat yang lebih dalam dari meningkatnya angka kejadian penderita skizofrenia yang antara lain berpengaruh terhadap gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran, maka dengan ini penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi

60 pendengaran di Ruang Nakula Instansi Jiwa Rumah Sakit Daerah Banyumas. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Tujuan umum ini adalah untuk melaporkan kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran di ruang Nakula Instansi Jiwa Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah untuk menggambarkan : a) Mengetahui informasi pengkajian biografi mencangkup nama : alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, catatan masuk, tanggal masuk, rujukan, cara masuk, & diagnosis, pada Ny.S dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di ruang Nakula Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. b) Mendeskripsikan pengkajian mencangkup riwayat pasien keluhan utama, riwayat kesehatan/keperawatan saat ini, riwayat kesehatan/ riwayat kesehatan masa lalu dan kesehatan saat ini termasuk kebiasaan riwayat keluarga, dan riwayat perkawinan, analisa data hasil pengkajian dan menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny.S dengan gangguan persepsi sensori:

61 halusinasi pendengaran di Ruang Nakula Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. c) Mendeskripsikan rencana tindakan Keperawatan pada Ny.S dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di Ruang Nakula Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. d) Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada Ny.S dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di Ruang Nakula Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. e) Mendeskripsikan evaluasi implementasi keperawatan di lakukan pada Ny.S dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di Ruang Nakula Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. C. Manfaat penulis Hasil laporan kasus ini di harapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus Ny.S dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran, juga di harapkan menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam pengelolaan kasus yang bersangkutan.

62 D. Pengumpulan data Metode pengumpulan data untuk menyusun laporan ini di gunakan cara sebagai berikut : 1. Observasi partisipasi Pengumpulan data di lakukan dengan melakukan observasi lingkungan sekitar, dan terhadap klien secara langsung. 2. Wawancara Pengumpulan data di lakukan dengan cara tanya jawab yang berkaitan dengan masalah yang di hadapi klien atau menganamnesis. Data yang terkumpul berupa data primer yang berasal dari pasien dan data sekunder yang berasal dari orang terdekat atau keluarga pasien. Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh data terutama kesehatan dan masalah pasien serta untuk menjalin hubungan antara perawat dengan pasien. 3. Studi literatur Pengumpuln data di lakukan dengan cara mengenali sumber-sumber pengetahuan melalui buku-buku atau jurnal terkini dengan cara membaca dan mempelajari bahan yang ada hubungannya dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di Ruang Nakula Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. 4. Studi dokumentasi Pengumpulan data di lakukan dengan cara mencatat kegiatan-kegiatan yang telah di lakukan oleh klien yang terdapat pada format-format

63 dokumentasi maupun yang terdapat pada rekam medis di Ruang Nakula Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. E. Tempat dan Waktu Asuhan keperawatan pada Ny.S dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran di lakukan di ruang Nakula Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Dari mulai pengkajian tanggal 22 Mei 2017 pengkajian sampai evaluasi. F. Sistematika Penulisan Ssistematika penulisan untuk penyusunan tugas akhir ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN Membahas tentang latar blakang masalah, tujuan penulisan, pengumpulan data, tempat dan waktu, manfaat penulisan, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Membahas tentang pengertian, membahas tentang pustakapustaka yang terkait dengan masalah pemecahnya. BAB III : TINJAUAN KASUS Membahas tentang asuhan keperawatan yang di berikan kepeda klien meliputi pengkajian terhadap pasien, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, implemantasi dan evaluasi. BAB IV : PEMBAHASAN Membahas tentang pembahasan kasus. Pembahasan yang menelah kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan asuhan

64 keperawatan dalam hal pengkajian, diagosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implemantasi dan evaluasi, serta alternatif pemecahannya. BAB V : PENUTUP Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan ringkasan dari pembahasan masalah dan saran yang diberikan untuk berbagai pihak yang terkait dengan laporan kasus ini.