BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA. 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

LEMBAR PERSETUJUAN...

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu aktivitas yang dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama

BAB IV HASIL PENELITIAN. Mei 2016 terhadap siswa pada mata pelajaran Akidah akhlak di MTsN Kunir

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

BAB IV HASIL PENELITIAN. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai

BAB I PENDAHULUAN. aktif pada tingkat yang tepat untuk mempertahankan atau meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB IV HASIL PENELITIAN. pelajaran 2016/2017. Terdapat empat variabel yang dideskripsikan dalam penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. seimbang akan mempengaruhi rasio lingkar pinggang pinggul menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini. sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dari 62 kuesioner yang telah diambil dan diolah, maka terdapat data-data

PENGARUH SENAM AEROBIK INTENSITAS SEDANG TERHADAP KADAR KOLESTEROL PADA WANITA USIA PRODUKTIF

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi.

BAB IV. Tabel 4.1. dan Pendapatan Bagi Hasil. Descriptive Statistics. Pembiayaan_Mudharabah E6 4.59E E E9

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sembako. Adapun pertanyaan yang termuat dalam kuesioner terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Quadriceps. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji. A. Deskripsi Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penyajian Statistik Deskripsi Hasil Penelitian. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dibutuhkan untuk mengetahui latar belakang dari responden. Dalam penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kesadaran masyarakat dalam membayar PBB di Desa Kadirejo.

BAB IV PEMBAHASAN. mengenai gambaran sampel berdasarkan usia, intensitas membeli dan jenis. a. Pengelompokan Subyek Berdasarkan Usia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB 4 HASIL PENELITIAN. responden dari pengunjung event Glorious Lifestyle Of Women. Data-data ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengkuran terhadap 10 orang sampel penelitian, yakni para member wanita

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. cendrung untuk sedenter atau tidak banyak melakukan kegiatan. Sekarang ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

Transkripsi:

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA Berdasarkan judul penelitian Hubungan Gaya Hidup Dan Tingkat Kebugaran jasmani Terhadap Risiko Sindrom Metabolik maka dapat dideskripsikan data sebagai berikut: 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden 2. Tingkat Kebugaran Jasmani (X2) yang berasal dari data responden 3. Risiko Sindrom Metabolik (Y) yang berasal dari data responden Pada hasil penelitian ini didapat jumlah sampel yang diambil secara random sebanyak 54 sample yang terdiri dari laki-laki dengan perempuan dengan jumlah Laki-laki dengan jumlah 16 responden dengan prosentase 29,63% dan Perempuan dengan jumlah 38 responden dengan prosentase 70,37% dari jumlah 100 % total sample. Prosentase dengan jumlah total sample sebanyak 54 atau 100%. Data berdasarkan umur, jumlah umur 16-18 tahun terdapat 24 orang responden dengan prosentase 44,5%, umur 19-21 tahun terdapat 27 orang responden dengan prosentase 50%, umur 22-24 tahun terdapat 3 orang responden dengan prosentase 5,5%, dengan total 54 responden prosentase sebesar 100%. 80

81 Tabel 4.1. Distribusi Sample Berdasarkan Usia Usia Usia Jumlah Prosentase % 16 18 thn 24 44,5% 19 21 thn 27 50 % 22 24 thn 3 5,5 % Jumlah 54 100 % Ketiga data tersebut dijelaskan uraian dibawah ini: a. Data gaya hidup dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X 1 : Gaya hidup dan risiko sindrom metabolik (Y) rangkuman data statistik dapat disajikan sebagai berikut : Tabel 4.2. Data Deskriptif Statistik Gaya Hidup Dan Risiko Sindrom Metabolik X 1 N Nilai tinggi Nilai rendah Mean Median Variansi Standar deviasi Gaya 54 51,90 48,40 49,99 49,8 0,419 0,647 Hidup Adapun distribusi frekuensi data dapat disajikan dalam tabel berikut ini di bawah ini:

82 Tabel. 4.3 Distribusi Data Sample Berdasarkan Gaya Hidup Tscore Jenis Kelamin Aktivitas Fisik Kalori X1 (Total Tscore) No JK Kode AF Tscore_AF Kalori Tscore_K Gaya_Hidup 1 P 2 18 49,7 1312 54,1 51,9 2 P 2 20 49,8 2458 50,3 50,0 3 p 2 45 50,8 2536 50,0 50,4 4 P 2 6 49,2 2575 49,9 49,5 B5 P 2 24 49,9 2700 49,5 49,7 6 P 2 18 49,7 2160 51,3 50,5 7 P 2 9 49,3 2536 50,0 49,7 8 L 1 18 49,7 2134 51,4 50,5 9 P 2 10 49,3 2105 51,5 50,4 10 P 2 45 50,8 2634 49,7 50,3 11 p 2 45 50,8 2982 48,5 49,7 12 P 2 20 49,8 2843 49,0 49,4 13 P 2 10 49,3 3271 47,6 48,4 14 P 2 12 49,4 2536 50,0 49,7 15 P 2 27 50,1 2691 49,5 49,8 16 P 2 36 50,5 2748 49,3 49,9 17 P 2 80 52,4 2372 50,6 51,5 18 L 1 5 49,1 2977 48,6 48,8 19 L 1 60 51,5 2506 50,1 50,8 20 P 2 3 49,0 2446 50,3 49,7 21 L 1 80 52,4 2757 49,3 50,8 22 L 1 30 50,2 2567 49,9 50,1 23 L 1 8 49,2 2743 49,3 49,3 24 L 1 20 49,8 2658 49,6 49,7 25 P 2 16 49,6 2280 50,9 50,2 26 P 2 8 49,2 2125 51,4 50,3 27 P 2 80 52,4 2682 49,5 50,9 28 P 2 12 49,4 2298 50,8 50,1 29 P 2 5 49,1 2566 49,9 49,5 30 P 2 80 52,4 2521 50,1 51,2 31 P 2 20 49,8 2134 51,4 50,6 32 P 2 6 49,2 2657 49,6 49,4 33 P 2 8 49,2 2565 49,9 49,6 34 P 2 30 50,2 2596 49,8 50,0 35 P 2 5 49,1 2441 50,4 49,7 36 P 2 9 49,3 2532 50,0 49,7 37 L 1 9 49,3 2466 50,3 49,8 38 L 1 20 49,8 2616 49,8 49,8 39 P 2 9 49,3 2250 51,0 50,1 40 P 2 12 49,4 2226 51,1 50,2 41 P 2 36 50,5 2657 49,6 50,0 42 P 2 6 49,2 2565 49,9 49,5 43 P 2 10 49,3 2596 49,8 49,6 44 P 2 10 49,3 2441 50,4 49,8 45 L 1 80 52,4 2466 50,3 51,3 46 P 2 20 49,8 2914 48,8 49,3 47 L 1 80 52,4 2682 49,5 50,9 48 P 2 9 49,3 2226 51,1 50,2 49 L 1 24 49,9 2843 49,0 49,5 50 L 1 45 50,8 2939 48,7 49,8 51 L 1 16 49,6 2748 49,3 49,5 52 L 1 10 49,3 2700 49,5 49,4 53 L 1 36 50,5 2843 49,0 49,7 54 P 2 18 49,7 2696 49,5 49,6

83 Berdasarkan kategori didapat hasil: 1.) Kategori aktifitas fisik diperoleh: kategori kurang terdapat 24 responden dengan prosentase 44,4%, kategori sedang ada 23 responden dengan prosentase 42,6%, kategori baik ada 7 responden dengan prosentase 13,0% dengan total prosentase 100%. 2) Kategori Jumlah kalori rata-rata 1 minggu, kategori kurang terdapat 2 responden, dengan prosentase 3,7%, kategori baik jumlah 8 responden, dengan prosentase 14,8%, kategori berlebih jumlah 44 respoden, dengan prosentase 81,5% total prosentase 100 %. Berdasarkan gaya hidup pada tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dilihat bahwa responden terendah dengan nilai score 48,40., dengan Kemudian diikut nilai prosentase tertinggi dengan score 51,90., nilai means sebesar 49,99., nilai standar deviasi sebesar 0,647., nilai median 49,80 dan nilai variance sebesar 0,419 serta lainnya sesuai dengan yang tercantum pada gambar histogram sebagai berikut digambarkan data histogram gaya hidup dihitung dari indek aktifitas dan kalori rata-rata 1 minggu dirumuskan dengan T score sebagai berikut:

84 Gambar 4.1 Histogram Data Gaya Hidup (Indek Aktifitas Dan Kalori) Dengan Perhitungan Tscore. Berdasarkan data gambar histogram tentang gaya hidup diatas dapat diambil kesimpulan bahwa gaya hidup responden memiliki nilai (rendah) : 48,40, tertinggi nilai score: 51,90, dengan rata-rata nilai 49,99.

85 b. Data Tingkat Kebugaran Jasmani dalam penelitian ini adalah variabel bebas ( X 2 : Tingkat Kebugaran Jasmani nilai Vo2 max) terhadap risiko sindrom metabolik (Y) rangkuman data statistik dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 4.4. Data Deskriptif Statistik Tingkat Kebugaran Jasmani Dan Risiko Sindrom Metabolik. X 2 N Nilai tinggi Nilai rendah Mean Median Varians Standar deviasi Tingkat 54 36,40 18,80 23,47 21,60 20,13 4,48 Kebugaran Jasmani Adapun data berdasarkan kategori tingkat kebugaran jasmani sebagai berikut: 1). Kategori kurang sejumlah 49 responden dengan prosentase 90,7%,. 2). Kategori Sedang sejumlah 5 responden dengan prosentase 9,3%,. 3). Kategori baik sejumlah 0 responden dengan prosentase 0%, dengan total 100%. Distribusi frekuensi data Tingkat Kebugaran Jasmani dan risiko sindrom metabolik dapat disajikan dalam tabel berikut ini:

86 Tabel. 4.5 Distribusi Data Sample Berdasarkan Tingkat Kebugaran Jasmani VO2 Max NO Multi Stage Shutle Vo2 max 1 3.1 23,2 2 3.7 25,6 3 2.2 20.4 4 2.3 20,8 5 4.1 26,4 6 3.1 23,2 7 2.1 20 8 3.1 23,2 9 2.3 20,8 10 2.7 22,8 11 2.4 21.2 12 2.3 20,8 13 3.7 25,6 14 2.6 22.4 15 2.2 20,4 16 4.3 27,7 17 1.7 19,6 18 2.2 20,4 19 2.6 22,4 20 3.6 25,2 21 2.5 21,6 22 6.4 34,3 23 3.1 23,2 24 3.5 24,8 25 2.2 20,4 26 2.3 20,8 27 3.3 24 28 2.3 20,8 29 1.7 19,6 30 1.5 18,8 31 2.7 22,8 32 4.1 26,4 33 2.1 20 34 2.5 21,6 35 2.4 21,2 36 1.7 19,6 37 2.2 20,4 38 2.4 21,2 39 2.1 20 40 1.7 19,6 41 4.1 26,47 42 2.1 20 43 2.5 21,6 44 2.4 21,2 45 6.10 36,4 46 2.3 20.8 47 6.8 35,7 48 1.7 19,6 49 5.9 32.9 50 5.3 30.6 51 5.9 32.9 52 3.2 23,6 53 5.6 31.8 54 2.3 20.8

87 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dilihat bahwa responden menempati nilai VO2 max score tertinggi 36,40 sebanyak 1 responden dengan prosentase 1,9%. Nilai yang sering keluar 20,87 dengan prosentase 13%, sebanyak 7 respondent, Kemudian diikuti dengan VO2 max terendah 18,80 sebanyak 1 responden prosentase 1,9% dari jumlah total semuanya 100%. Lebih jelasnya dapat digambarkan pada histogram berikut: Gambar 4.2 Histogram Data Tingkat Kebugaran Dengan Multi Stage Perhitungan Vo2 Max

88 Berdasarkan data gambar histogram di atas tentang kebugaran dengan nilai Vo2 max dapat diambil kesimpulan bahwa nilai tingkat kebugaran jasmani rendah memiliki nilai VO2 max sebesar 18,80., nilai tingka kebugaran jasmani tertinggi sebesar 36,40 dengan rata-rata nilai VO2 max sebesar 23,47., nilai mean sebesar 23,47., nilai standar deviasi sebesar 4,48., nilai median sebesar 21,6., serta nilai variance sebesar 20,13. c. Risiko Sindrom Metabolik Menentukan jumlah T score dari data pengabungan dari 3 kriteria Terdapat 3 kriteria risiko sindrom metabolik ada 3 macam yaitu: mengukur Tekanan Darah Sistole 130 mmhg, mengukur lingkar perut perempuan 80 cm dan laki-laki 90 cm, mengukur gula puasa (8-12 jam) 100 mg/dl Tabel 4.6 Data Deskriptif Statistik Risiko Sindrom Metabolik (3 kriteria pengukuran tekanan darah sistole, lingkar perut dan gula darah No N Nilai tinggi Nilai rendah Mean Median Variansi Standar deviasi Sindrom 54 51,40 48,50 50,00 50,10 0,467 0,883 Metabolik Adapun distribusi frekuensi data tentang risiko sindrom metabolik dapat disajikan dalam tabel berikut di bawah ini:

89 Tabel 4.7 Distribusi data Frekuensi Risiko Sindrom Metabolik Tiga Kriteria dengan Perhitungan T Scoree Jenis Kelamin Sistole Lingkar Perut Gula Darah Y No JK Kode Sistole Tscore_S LP Tscore_LP GD Tscore_GD RSM 1 P 2 110 50,1 62 50,9 96 50,3 50,4 2 P 2 130 47,8 78 49,7 102 50,1 49,2 3 P 2 100 51,2 97 48,3 138 48,9 49,5 4 P 2 120 48,9 58 51,2 116 49,6 49,9 5 P 2 110 50,1 72 50,2 98 50,2 50,2 6 P 2 110 50,1 65 50,7 86 50,6 50,5 7 P 2 90 52,4 72 50,2 81 50,8 51,1 8 L 1 100 51,2 68 50,5 31 52,5 51,4 9 P 2 120 48,9 80 49,6 141 48,8 49,1 10 P 2 110 50,1 82 49,4 127 49,3 49,6 11 p 2 110 50,1 97 48,3 97 50,3 49,6 12 P 2 110 50,1 70 50,3 72 51,1 50,5 13 P 2 110 50,1 77 49,8 127 49,3 49,7 14 P 2 120 48,9 85 49,2 102 50,1 49,4 15 P 2 120 48,9 125 46,2 89 50,5 48,6 16 P 2 110 50,1 75 50,0 151 48,4 49,5 17 P 2 120 48,9 66 50,6 103 50,1 49,9 18 L 1 110 50,1 74 50,0 238 45,5 48,5 19 L 1 100 51,2 74 50,0 113 49,7 50,3 20 P 2 110 50,1 73 50,1 74 51,1 50,4 21 L 1 100 51,2 81 49,5 119 49,5 50,1 22 L 1 120 48,9 72 50,2 134 49,0 49,4 23 L 1 120 48,9 63 50,9 99 50,2 50,0 24 L 1 100 51,2 74 50,0 121 49,5 50,2 25 P 2 110 50,1 62 50,9 49 51,9 51,0 26 P 2 110 50,1 65 50,7 116 49,6 50,1 27 P 2 110 50,1 82 49,4 102 50,1 49,9 28 P 2 100 51,2 64 50,8 79 50,9 51,0 29 P 2 110 50,1 68 50,5 85 50,7 50,4 30 P 2 100 51,2 65 50,7 110 49,8 50,6 31 P 2 100 51,2 61 51,0 83 50,8 51,0 32 P 2 110 50,1 56 51,4 73 51,1 50,9 33 P 2 100 51,2 65 50,7 85 50,7 50,9 34 P 2 110 50,1 78 49,7 104 50,0 50,0 35 P 2 110 50,1 66 50,6 112 49,8 50,2 36 P 2 100 51,2 60 51,1 106 50,0 50,8 37 L 1 110 50,1 68 50,5 101 50,1 50,2 38 L 1 110 50,1 62 50,9 108 49,9 50,3 39 P 2 110 50,1 57 51,3 119 49,5 50,3 40 P 2 110 50,1 66 50,6 120 49,5 50,1 41 P 2 110 50,1 65 50,7 93 50,4 50,4 42 P 2 100 51,2 75 50,0 87 50,6 50,6 43 P 2 120 48,9 65 50,7 131 49,1 49,6 44 P 2 110 50,1 62 50,9 99 50,2 50,4 45 L 1 130 47,8 80 49,6 132 49,1 48,8 46 P 2 110 50,1 101,5 48,0 129 49,2 49,1 47 L 1 110 50,1 90 48,8 85 50,7 49,9 48 P 2 110 50,1 62 50,9 64 51,4 50,8 49 L 1 110 50,1 84 49,3 128 49,2 49,5 50 L 1 110 50,1 88 49,0 110 49,8 49,6 51 L 1 130 47,8 96 48,4 111 49,8 48,7 52 L 1 130 47,8 89 48,9 100 50,2 49,0 53 L 1 120 48,9 87 49,1 94 50,4 49,5 54 p 2 110 50,1 90 48,8 102 50,1 49,7

90 Berdasarkan perhitungan Tscore tabel distribusi frekuensi tersebut di atas nilai tertinggi Risiko sindrom metabolik sebesar 51,40., kemudian diikuti dengan nilai terendah sebesar 48,50. Berdasarkan kategori dari 54 responden kategori pada pemeriksaan tekanan darah sistole: di bawah normal sejumlah 41 responden dengan prosentase 75,9%, Normal sejumlah 9 responden dengan prosentase 16,7%, pre hipertensi terdapat 4 responden dengan prosentase 7,4%,. Kategori pada lingkar perut: baik sejumlah 42 responden dengan prosentase 77,8%, sedang sejumlah 2 responden dengan prosentase 3,7%, buruk sejumlah 10 responden dengan prosentase 18,5%,. Kategori pada pemeriksaan gula darah: kurang sejumlah 1 responden dengan prosentase 1,9%, normal sejumlah 21 respoden dengan prosentase 38,9%, diatas normal sejumlah 32 responden dengan prosentase 59,3 %., Berdasarkan Kategori risiko sindrom metabolik didapatkan hasil dari total 54 responden yang tidak berisiko sindrom metabolik sejumlah 53 responden dengan prosentase 98,1%, sedangkan yang berisiko sindrom metabolik sejumlah 1 responden dengan prosentase 1,9% dari jumlah total 100%.

91 Gambar 4.3 Grafik Histogram Terhadap Risiko Sindrom Metabolik Berdasarkan data grafik histogram risiko sindrom metabolik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai responden memiliki nilai rendah sebesar 48,50., nilai tertinggi sebesar 51,40., nilai rata-rata sebesar 50,00., nilai standar deviasi 0,683., nilai median sebesar 50,10 serta nilai variance sebesar 0,467.

92 B. UJI PRASYARAT ANALISIS Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti pada lampiran, selanjutnya dianalisis membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Syarat analisis berdistribusi normal dan kedua variabel bebas harus linier terhadap variabel terikat. Hasil uji prasyaratan yang telah dilakukan dengan uji One-Sample Kolmogorof- Smirnov Test dapat dijelaskan dalam uraian sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Jika hasil P > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal dan apabila P < 0,05 tabel maka data yang diperoleh distribusi tidak normal. Dari uji prasyarat data menggunakan uji One-Sample Kolmogorof- Smirnov Test didapatkan hasil nilai probabilitas sebesar 0,668 pada model regresi laki-laki dan probabilitas 0,960 pada perempuan. Nilai probalitas > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal 2. Uji Homogenitas Penentuan pengujian homogenitas pada penelitian dibuktikan dengan grafik plot sebagai berikut di bawah ini:

93 Gambar 4.4. Scatterplot Dependent Variabel Regression Standardized for Man Gambar 4.5 Scatterplot Dependent Variabel Regression Standardized for women Pada gambar diagram diatas menunjukkan plot grafik bersifat acak dan tidak mambentuk pola berarti data yang digunakan bersifat linier.

94 C. HASIL PENELITIAN Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun tehnik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi ganda. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis sebagai berikut: 1. Hasil Perhitungan Koefisiensi Korelasi Antar Variabel a. Mencari korelasi sederhana antara X1 (Gaya Hidup) dengan Y (Risiko Sindrom Metabolik) Hipotesis penelitian yang akan di uji dirumuskan secara statistik berikut: 1. Ha : ryx1 0 (Gaya hidup mempunyai hubungan secara signifikan terhadap risiko sindrom metabolik) 2. Ho : ryx1= 0 (Gaya hidup tidak mempunyai hubungan secara signifikans terhadap risiko sindrom metabolik) Dengan kaidah keputusan : 1. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas {Sig 0,05}, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifikans 2. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas {Sig 0,05}, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikans

95 Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai korelasi antara gaya hidup dengan risiko sindrom metabolik pada lakilaki sebesar 0,337 dengan nilai p sebesar 0,202. Nilai probabilitas > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan risiko sindrom metabolik, sedangkan pada perempuan diperoleh nilai korelasi sebesar 0,097 dengan nilai p sebesar 0,563. Nilai probabilitas > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan risiko sindrom metabolik. Gaya hidup bertanda positif yang berarti semakin tinggi gaya hidup maka seseorang akan cenderung mengalami risiko sindrom metabolik, sebaliknya semakin rendah gaya hidup maka seseorang cenderung tidak mengalami risiko sindrom metabolik. b. Mencari korelasi Ganda sederhana antara X2 (Tingkat kebugaran Jasmani) dengan Y (Risiko Sindrom Metabolik) Hipotesis penelitian yang akan di uji dirumuskan secara statistik berikut: 1. Ha : ryx1 0 (Tingkat Kebugaran Jasmani mempunyai hubungan secara signifikan terhadap risiko sindrom metabolik) 2. Ho : ryx1= 0 (Tingkat Kebugaran Jasmani tidak mempunyai hubungan secara signifikans terhadap risiko sindrom metabolik) Dengan kaidah keputusan : 1. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas {Sig 0,05}, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifikans.

96 2. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas {Sig 0,05}, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikans Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai korelasi antara tingkat kebugaran jasmani dengan risiko sindrom metabolik pada laki-laki sebesar -0.410 dengan nilai P sebesar 0,115. Nilai probabilitas > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat kebugaran jasmani dengan risiko sindrom metabolik, sedangkan pada perempuan diperoleh nilai korelasi sebesar -0.138 dengan nilai p sebesar 0,407. Nilai probabilitas > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat kebugaran jasmani dengan risiko sindrom metabolik. Tingkat kebugaran jasmani bertanda negatif hal ini berarti semakin baik tingkat kebugaran jasmani maka seseorang akan cenderung tidak mengalami risiko sindrom metabolik, sebaliknya jika tingkat kebugaran jasmani menurun maka risiko sindrom metabolik akan semakin besar. 2. Penentuan pengujian signifikan Rumus : Jika F hitung F tabel maka artinya H0 diterima dapat disimpulkan tidak signifikans Jika F hitung F tabel maka artinya H0 tolak dapat disimpulkan signifikans

97 Pada laki laki di peroleh F hitung pada model regresi laki-laki sebesar 4,573. F tabel pada α = 0,05, v1= 2, dan V2 = 13 sebesar 3,806. Nilai F-hitung > F-tabel yang berarti bahwa gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani secara bersama-sama pada laki-laki berpengaruh terhadap risiko sindrom metabolik. Pada perempuan di peroleh F hitung pada model regresi perempuan sebesar 0,451. F tabel pada α = 0,05, v1= 2, dan V2 = 35 sebesar 3,267. Nilai F-hitung < F-tabel yang berarti bahwa gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani secara bersama-sama pada perempuan tidak berpengaruh terhadap risiko sindrom metabolik. 3. Mencari besarnya sumbangan efektif dan sumbangan relatif Besarnya sumbangan efektif dan sumbangan relatif masing-masing variabel setelah perhitungan sesuai langkah dan rumusnya dapat di uraikan sebagai berikut: a. Berdasarkan tabel summary pada model regresi laki-laki diperoleh nilai korelasi sebesar 0.633 yang berarti tingkat keeratan kategori kuat. Koefisien kontribusi secara simultan gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani (R) sebesar 0.401 (40,1%). Sedangkan sisanya 59.9% dipengaruhi oleh variabel lain serta Berdasarkan tabel summary pada model regresi perempuan diperoleh nilai korelasi sebesar 0.158 yang berarti tingkat keeratan kategori sangat lemah. Koefisien kontribusi secara simultan gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani (R) sebesar

98 0.025 (2.5%). Sedangkan sisanya 97.5% dipengaruhi oleh variabel lain. b. Mengetahui tingkat signifikans koefisien korelasi ganda diuji secara keseluruhan, dirumuskan dengan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut: Ha : Ryx1x2 0 Ho : Ryx1x2 = 0 Hipotesis bentuk kalimat : Ha : Gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani berhubungan secara bersama/simultan dan signifikan terhadap risiko sindrom metabolik Ho : Gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani tidak berhubungan secara bersama simultan dan signifikan terhadap risiko sindrom metabolik Uji signifikan analisis jalur dengan bandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig Change atau [0,05 sig. F. change ], maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak Signifikan. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig Change atau [0,05 sig. F.change ], maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya Signifikan.

99 Tabel summary pada model regresi laki-laki diperoleh nilai R change sebesar 0.401 dengan nilai probabilitas (sig. F-change) = 0.036. karena nilai sig. F-change 0.05 maka keputusan adalah H0 ditolak dan Ha diterima artinya pola gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani berisiko sindrom metabolik serta pada dari tabel summary pada model regresi perempuan diperoleh nilai R change sebesar 0.025 dengan nilai probabilitas (sig. F-change) = 0.641. karena nilai sig. F- change 0.05 maka keputusan adalah H0 diterima dan Ha ditolak artinya pola gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani tidak berisiko sindrom metabolik. D. PEMBAHASAN HASIL Setelah pengujian hipotesis dilakukan dan diketahui hasil-hasilnya, kemudian dilakukan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Hipotesis 1 Ada Hubungan Gaya Hidup Dan Risiko Sindrom Metabolik Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai korelasi antara gaya hidup dengan risiko sindrom metabolik pada laki-laki sebesar 0,337 dengan nilai p sebesar 0,202. Nilai probabilitas > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan risiko sindrom metabolik, sedangkan pada perempuan diperoleh nilai korelasi sebesar 0,097 dengan nilai p sebesar 0,563. Nilai probabilitas > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan risiko sindrom metabolik.

100 Gaya hidup bertanda positif yang berarti semakin tinggi gaya hidup maka seseorang akan cenderung mengalami risiko sindrom metabolik, sebaliknya semakin rendah gaya hidup maka seseorang cenderung tidak mengalami risiko sindrom metabolik. Pada penelitian ini sampel yang diteliti adalah mahasiswa dan mahasiswi dengan kriteria umur dewasa muda berjumlah 54 responden yang diukur dengan indek aktifitas dengan rata rata frekuensi kurang/rendah. Kategori aktifitas fisik diperoleh kategori kurang terdapat 24 responden dengan prosentase 44,4%, kategori cukup ada 23 responden dengan prosentase 42,6%, kategori baik ada 7 responden dengan prosentase 13,0% dengan total prosentase 100%,. Menurut WHO tahun 2000 sesuai dengan periode perkembangan kritis obesitas, pada periode dewasa muda pada usia ini, kegiatan fisik berkurang secara nyata pada wanita berlangsung pada usia 15-19 tahun, sebagian dapat berlanjut menjelang usia 30 tahun. Aktifitas fisik dilakukan dengan hitungan frekuensi, durasi dan intensitas yang jika dilakukan, dengan menggunakan energi untuk pemenuhan kebutuhan gerak serta metabolisme yang seimbang akan terjadi pada orang dewasa yang sehat serta berangsur-angsur menurun pada usia 50-60 tahun dan menimbulkan beberapa kelainan geriatik/ penyakit degeneratif. (Hartono, 2006),

101 Kalori frekuensi rata-rata perminggu berhubungan terhadap risiko sindrom metabolik, memiliki kebihan kalori berdampak pada tingkat aktifitas dalam penggunaan kalori sehingga dapat menimbulkan obesitas kalau tidak disertai dengan pengeluaran energi dan aktifitas yang seimbang pola gaya hidup adalah gaya hidup dimana unsur gerak fisik sangat minimal sedangkan beban kerja mental sangat maksimal. (Kodyat. 2004). Pada penelitian terdapat beberapa kategori dalam perhitungan kalori Jumlah kalori rata-rata 1 minggu, kategori kurang terdapat 2 responden, dengan prosentase 3,7%, kategori baik jumlah 8 responden, dengan prosentase 14,8%, kategori berlebih jumlah 44 respoden, dengan prosentase 81,5% total prosentase 100 %, rata- rata frekuensi perminggu kalori makananan rata-rata 2550 kkal berjumlah 44 responden dengan prosentase 81,5%, merupakan kalori yang tinggi dari normal, Akibatnya energi yang masuk dari makanan tidak digunakan secara optimal, sehingga akan menyebabkan timbunan lemak dalam tubuh dapat menimbulkan kegemukan, terakhir adalah beban mental (stress) perjuangan hidup yang keras menyebabkan beban mental atau stress tinggi, upaya yang dilakukan adalah mengkonsumsi pangan secara berlebihan, semakin tinggi frekuensi stress yang dialami seseorang semakin tinggi pula resiko orang tersebut menderita kegemukan (Kodyat, 1994). Dampak dari banyaknya asupan makanan yang dimakan tanpa disertai dengan energi yang dikeluarkan dengan aktifitas fisik

102 mengakibatkan penurunan tingkat kebugaran pada individu serta berisiko terhadap Sindrom Metabolik. Menurut dalam Sugarwo dalam penelitannya Pengaruh komposisi makan asupan makan terhadap komponen sindrom metabolik remaja. mendapatkan hasil analisis hubungan kausal ternyata komposisi asupan makan berpengaruh terhadap sindrom metabolik, data peneliti menunjukkan semakin banyak asupan makan maka kejadian sindrom metabolik semakin meningkat, indikator sindrom metabolik ternyata total kolesterol, mempunyai nilai tertinggi, selanjutnya indikator lingkar pinggang, dan komposisi asupan makanan yang mempunyai paling tinggi adalah total kalori yang diikuti lemak dan karbohidrat. (Sugarwo, 2011) Macfarlanes menyatakan bahwa abnormalitas metabolik sangat berhubungan dengan sindrom metabolik dan perkembangan diabetes serta penyakit kardiovaskuler, dikatakan bahwa modifikasi gaya hidup memberikan kontribusi pada pencegahan progesifitas diabetes dan pengurangan risiko individu terhadap penyakit kardiovaskuler. Gaya hidup mempunyai hubungan dengan risiko sindrom metabolik jika aktifitas fisik rendah/kurang dan kalori dalam asupan makanan berlebih mengakibatkan kenaikan tekanan darah, lingkar perut dan gula darah.

103 2. Hipotesis 2. Ada Hubungan Tingkat Kebugaran Dan Risiko Sindrom Metabolik Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai korelasi antara tingkat kebugaran jasmani dengan risiko sindrom metabolik pada laki-laki sebesar -0.410 dengan nilai P sebesar 0,115. Nilai probabilitas 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat kebugaran jasmani dengan risiko sindrom metabolik, sedangkan pada perempuan diperoleh nilai korelasi sebesar -0.138 dengan nilai p sebesar 0,407. Nilai probabilitas 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat kebugaran jasmani dengan risiko sindrom metabolik. Tingkat kebugaran jasmani bertanda negatif hal ini berarti semakin baik tingkat kebugaran jasmani maka seseorang akan cenderung tidak mengalami risiko sindrom metabolik, sebaliknya jika tingkat kebugaran jasmani menurun maka risiko sindrom metabolik akan semakin besar. Distribusi frekuesi responden menempati nilai VO2 max nilai tertinggi 36,40 sebanyak 1 responden dengan prosentase 1,9%. Nilai yang sering keluar 20,87 dengan prosentase 13%, sebanyak 7 responden, Kemudian diikuti dengan VO2 max terendah 18,80 sebanyak 1 responden prosentase 1,9%. Data berdasarkan kategori tingkat kebugaran sebagai berikut: 1). Kategori kurang sejumlah 49 responden dengan prosentase 90,7%,. 2). Kategori Sedang sejumlah 5 responden dengan prosentase 9,3%,.3).

104 Kategori baik sejumlah 0 responden dengan prosentase 0%, dengan total 100%. Pada peneliti ini ditemukan banyak tingkat kebugaran rendah/kurang dengan jumlah 49 respoden dengan prosentase 90.7%. Menurut data Rieskidas Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 menyebutkan bahwa berdasarkan tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan prevalesi makin tinggi kurang aktifitas fisik. Berkurangnya aktifitas fisik tentunya akan mengurangi tingkat kebugaran pada seseorang atau individu perseorangan. Pengukuran tingkat kebugaran dapat dilakukan dengan perhitungan VO2 max, ini merupakan cara terbaik dalam pengukuran kardiorespirasi dan daya tahan kardiovaskuler pada setiap individu, VO2 max adalah kemampuan maksimal tubuh mengkonsumsi oksigen dalam sebuah metabolisme aerob. Terdapat banyak faktor yang dapat meningkatkan VO2 max diantaranya latihan fisik yang teratur. Peningkatan latihan fisik pada setiap individu secara langsung meningkatkan aktifitas fisik individu perseorangan, sehingga mampu menpengaruhi penurunan berat badan, persen lemak tubuh dan kadar kolesterol darah, ini terjadi pada akifitas fisik yang meningkat pada sistem energi terjadi pembakaran cadangan lemak dalam tubuh. Berdasarkan penelitian (Dewi k, et all. 2015) didapatkan bahwa terdapat hubungan negatif yang tidak erat antara kebugaran jasmani dan lemak, sehingga jika semakin tinggi derajat kebugaran maka semakin

105 rendah lemak tubuh seseorang, jadi prosentase lemak yang tubuh yang lebih sedikit biasanya menghasilkan performa kebugaran yang lebih baik. Pada latihan fisik dengan aktifitas aerobik yang dominan, metabolisme enenrgi akan berjalan melalui pembakaran simpanan, karbohidrat, protein dan lemak. Proses metabolisme ini akan bekerjasama dengan oksigen yang didapat melalui sistem pernafasan, jaringan dan organ tubuh memebutuhkan oksigen untuk berfungsi, konsumsi oksigen yang tinggi menunjukkan sistem kardiorespirasi yang lebih efisien, walaupun pergram lemak memberikan lebih banyak kilo kalori energi dari pada karbohidrat, tetapi oksidasi lemak lebih banyak membutuhkan oksigen. Daya tahan kardiorespirasi berhubungan erat dengan kapasitas paru-paru, jantung dan otot.oleh karena itu simpanan lemak yang besar tidak efisien sebagai sumber energi karena membutuhkan oksigen yang lebih banyak dibandingkan glukosa dan glikogen. Tingkat kebugaran mempunyai hubungan dengan risiko sindrom metabolik makin rendah kebugaran, makin besar lingkar perut, peningkatan tekanan darah dan peningkatan glukosa darah. 3. Hipotesis 3. Adanya Hubungan Secara Bersama Gaya Hidup Dan Tingkat Kebugaran Terhadap Risiko Sindrom Metabolik Berdasarkan hasil dari perhitungan tabel model summary diperoleh pada model regresi laki-laki diperoleh nilai R change sebesar 0.401 dengan nilai probabilitas (sig. F-change) = 0.036. karena nilai sig. F- change 0.05 maka keputusan adalah H0 ditolak dan Ha diterima artinya

106 pola gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani berisiko sindrom metabolik. diperoleh nilai korelasi sebesar 0.633 yang berarti tingkat keeratan kategori kuat. Koefisien kontribusi secara simultan gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani (R) sebesar 0.401 (40,1%). Sedangkan sisanya 59.9% dipengaruhi oleh variabel lain Pada dari tabel summary pada model regresi perempuan diperoleh nilai R change sebesar 0.025 dengan nilai probabilitas (sig. F-change) = 0.641. karena nilai sig. F-change 0.05 maka keputusan adalah H0 diterima dan Ha ditolak artinya pola gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani tidak berisiko sindrom metabolik. Pada laki laki diperoleh F hitung pada model regresi laki-laki sebesar 4,573. F tabel pada α = 0,05, v1= 2, dan V2 = 13 sebesar 3,806. Nilai F-hitung > F-tabel yang berarti bahwa gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani secara bersama-sama pada laki-laki berpengaruh terhadap risiko sindrom metabolik. Pada perempuan di peroleh F hitung pada model regresi perempuan sebesar 0,451. F tabel pada α = 0,05, v1= 2, dan V2 = 35 sebesar 3,267. Nilai F-hitung < F-tabel yang berarti bahwa gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani secara bersama-sama pada perempuan tidak berpengaruh terhadap risiko sindrom metabolik. Pada perempuan diperoleh nilai korelasi sebesar 0.158 yang berarti tingkat keeratan kategori sangat lemah. Koefisien kontribusi secara simultan gaya hidup dan tingkat

107 kebugaran jasmani (R) sebesar 0.025 (2.5%). Sedangkan sisanya 97.5% dipengaruhi oleh variabel lain. Berdasarkan penelitian dari 54 responden, 3 kriteria risiko sindrom metabolik diperoleh: 1). Kategori pada pemeriksaan tekanan darah sistole: di bawah normal sejumlah 41 responden dengan prosentase 75,9%, Normal sejumlah 9 responden dengan prosentase 16,7%, pre hipertensi terdapat 4 responden dengan prosentase 7,4%,. 2). Kategori pada lingkar perut: baik sejumlah 42 responden dengan prosentase 77,8%, sedang sejumlah 2 responden dengan prosentase 3,7%, buruk sejumlah 10 responden dengan prosentase 18,5%. 3). Kategori pada pemeriksaan gula darah: kurang sejumlah 1 responden dengan prosentase 1,9%, normal sejumlah 21 respoden dengan prosentase 38,9%, diatas normal sejumlah 32 responden dengan prosentase 59,3 %., Berdasarkan Kategori risiko sindrom metabolik didapatkan hasil dari total 54 responden yang tidak berisiko sindrom metabolik sejumlah 53 responden dengan prosentase 98,1%, sedangkan yang berisiko sindrom metabolik sejumlah 1 responden dengan prosentase 1,9% dari jumlah total 100.